BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Mengutip dari “UN Documents. The Habitat Agenda: Chapter IV: C.
Sustainable human settlements development in an urbanizing world. Sustainable land use”, didaerah perkotaan akses terhadap tanah semakin sulit karena adanya peningkatan permintaan akan perumahan, industri, perdagangan, infrastruktur, transportasi, pertanian dan kebutuhan untuk ruang terbuka dan daerah hijau, serta perlindungan ekosistem yang rapuh. Untuk menghindari pertumbuhan yang tidak seimbang, tidak sehat dan tidak berkelanjutan, perlu mempromosikan pola penggunaan lahan yang meminimalkan penggunaan transportasi, menghemat energi dan melindungi ruang terbuka dan hijau. Ruang hijau dan vegetasi didaerah perkotaan sangat penting untuk keseimbangan biologi dan hidrologi dan pembangunan ekonomi. Vegetasi menciptakan habitat alami dan penyerapan air hujan yang lebih optimal dengan cara alami, yang berarti penghematan dalam pengelolaan air. Daerah hijau dan vegetasi juga memainkan peranan penting dalam mengurangi polusi udara dan menciptakan kondisi iklim yang lebih cocok, dengan demikian dapat meningkatkan lingkungan hidup dikota-kota. Mengembangkan dan mendukung pelaksanaan perbaikan dalam pengelolaan lahan perkotaan dengan mempertimbangkan kebutuhan ruang untuk kegiatan sehari-hari, bermain, taman, olahraga dan tempat rekreasi. Mengembangkan strategi penggunaan lahan berwawasan lingkungan. Menurut Darsono 1995, “Lingkungan adalah semua benda dan kondisi termasuk didalamnya manusia dan aktivitasnya, yang terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya”. Manusia merupakan makhluk yang paling merusak lingkungan, mulai dari perusakan lingkungan secara sengaja, gas yang menyebabkan polusi udara, limbah, dan bangunan. Bangunan yang dirancang oleh manusia (arsitek) menjadi salah satu faktor rusaknya lingkungan, karena merancang tanpa memperhatikan keadaan alam dan lingkungan yang ada disekitarnya, yang mengakibatkan bangunan yang dibangun oleh manusia (arsitek) mengganggu ekosistem didaerah tempat bangunan itu berada.
1
2 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dibuat oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, “Bangunan diartikan sebagai yang didirikan, yang dibangun seperti jalan, rumah, tempat pejalan kaki dan jembatan”. Menurut Van Romondt, “Arsitektur adalah seni dalam mendirikan bangunan termasuk didalamnya segi perencanaan, konstruksi dan penyelesaian dekorasinya, sifat atau bentuk bangunan, proses membangun, bangunan dan kumpulan bangunan. Oleh karena itu, seorang arsitek harus memiliki kepekaan terhadap lingkungan yang ada disekitarnya guna menjaga keberlangsungan hidup semua yang ada didalam ekosistem. Sebagai contoh adalah di Ibukota, banyaknya gedung-gedung tinggi dan pencakar langit yang mengakibatkan kurangnya daerah resapan air dan lahan hijau yang membuat matinya ekosistem yang ada disekitar bangunan. Pada akhirnya, perencanaan dan perancangan arsitektur yang tanggap terhadap ekosistem dapat meningkatkan kualitas lingkungan daerah yang berada disekitarnya dan dapat melestarikan keanekaragaman hayati asli. Selain masalah lingkungan karena kesalahan arsitek, seiring dengan bertambahnya usia suatu kawasan di Jakarta, maka muncul kawasan yang tidak teratur, terdapat kawasan yang produktivitas ekonominya menurun dan adanya kawasan yang terdegradasi lingkungannya akibat layanan sarana prasarana tidak memadai. Agar vitalitas kawasan-kawasan tersebut tidak terus merosot, maka perlu dilakukannya revitalisasi sehingga kawasan tersebut akan lebih terintegrasi dalam satu kesatuan yang utuh dengan sistem kota, yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan kualitas hidup masyarakat. Menurut
Harastoeti
(Santoso,
2004),
“Revitalisasi
mempunyai
arti
menghidupkan kembali kegiatan sosial ekonomi bangunan atau lingkungan bersejarah yang sudah kehilangan vitalitas fungsi aslinya, yaitu dengan memasukkan fungsi baru kedalamnya sebagai daya tarik agar bangunan, kawasan atau lingkungan tersebut hidup kembali”. Revitalisasi dilakukan karena terdapat kawasan yang mengalami penurunan kualitas fisik dan non fisik yang disebabkan antara lain penurunan produktivitas ekonomi, degradasi lingkungan, dan/atau kerusakan warisan budaya. Degradasi kualitas lingkungan adalah kerusakan ekologi dan kerusakan fasilitas kenyamanan kawasan, dengan adanya revitalisasi kawasan diharapkan dapat memecahkan permasalahan perkotaan, diantaranya meningkatnya vitalitas kawasan perkotaan, berkurangnya kantong-kantong kawasan kumuh, meningkatnya pelayanan jaringan sarana dan prasarana, dan meningkatkan nilai lokasi kawasan.
3 Menurut Basuki Tjahaja Purnama, Gubernur DKI Jakarta, “Kawasan Taman Ria Senayan merupakan kawasan strategis berpotensi ekonomi dan wilayah potensial untuk dikembangkan. Lokasi ini memang memiliki izin komersial, tetapi dengan koefisien dasar bangunan (KDB) rendah. Oleh karena itu, Pemerintah DKI Jakarta merencanakan revitalisasi Taman Ria Senayan menjadi lokasi tempat wisata rakyat sekaligus mempertahankan ruang terbuka hijau (RTH) yang menarik untuk dikunjungi”. Menurut Novel Hasan, Direktur Utama Pusat Pengelolaan Kompleks Gelora Bung Karno (PPK-GBK), “Taman Ria Senayan yang terbengkalai karena polemik kepemilikan akan dibangun kembali sebagai tempat hiburan dan tempat bermain dengan menggabungkan taman hiburan dan rekreasi keluarga dengan pedagang eceran berstandar internasional, yang diarahkan sebagai tujuan wisata pertama di Ibu Kota. Jadi bukan hanya murni hiburan, melainkan juga tempat berkumpulnya masyarakat atau pusat hiburan yang dilengkapi dengan taman kota”.
Gambar 1. Kondisi Taman Ria Senayan
4 Taman Ria Senayan, yang pada awalnya bernama Taman Ria Remaja merupakan pusat hiburan, ekspor retail dan rekreasi, yang terletak di Jl. Gerbang Pemuda Senayan Jakarta Pusat, bersebelahan dengan gedung wakil rakyat DPR/MPR. Taman Ria Senayan dibangun pada tahun 1972 dan direnovasi pada tahun 1997, sejak saat itu taman seluas 11 hektar dengan 4 hektar dijadikan danau buatan ini terus dikembangkan. Pada masa jayanya, kawasan ini sangat terkenal diseantero Ibu kota sebagai tempat nongkrong bagi remaja-remaja Ibu kota dan kelompok profesional muda, mereka tertarik untuk datang karena banyak tersedia berbagai jenis hiburan keluarga. Selain itu juga suasana yang menyenangkan ditengah bisingnya Ibu kota. Lokasinya strategis karena terdapat dipusat kota, sehingga kawasan ini menjadi kawasan yang cukup dikenal oleh warga Jakarta. Saat ini, taman yang berada di daerah vital ini kini tertutup untuk publik, pintu gerbangnya digembok dengan dikelilingi pagar putih sebagai pembatas, sejumlah gedung tua didalamnya dibiarkan kosong dan tidak terawat dengan baik, fungsinya juga telah berubah kumuh membuat pegunjung enggan untuk datang. Menurut Erik, warga Jakarta, “Dulu paling ngetop itu Roller Coaster-nya sebelum ada Dunia Fantasi (Dufan) di Ancol. Tapi akibat sering mati mesinnya dan ada korban jatuh, Roller Coaster itu tidak difungsikan lagi”. (detik.com, Rabu (3/3/2010)) Menurut Wirman Syarkawi (54), karyawan TVRI, “Seiring dengan banyaknya tempat hiburan lain, pusat perbelanjaan modern yang tersebar di Jakarta, maka Taman Ria makin kehilangan pamor. Apalagi Taman Ria dekat dengan DPR. Taman Ria menjadi saksi bisu sejumlah aksi demonstrasi, mulai dari pelengseran Presiden Soeharto sampai Pansus Century. Taman Ria ini menjadi lokasi persiapan polisi sampai evakuasi para demonstran”. (detik.com, Kamis (8/7/2010)) Menurut Babeh, seorang pedagang kaki lima di Patung Panahan, “Kawasan seputar Patung Panahan Senayan yang dilintasi Jalan Asia-Afrika yang lebar, setiap malam tak hanya sering dijadikan ajang pamer mobil dan kebut-kebutan liar. Selain itu juga terdapat praktik prostitusi terselubung yang dijajakan gadis-gadis muda pekerja seks komersial, tindakan mesum juga kerap terjadi ditongkrongan kaum berduit tersebut. Hal ini juga berdampak pada area Taman Ria Senayan yang berkembang menjadi lokasi negatif”. (detik.com, Selasa (24/9/2010))
5 Maka dari itu berdasarkan penjelasan diatas, pemvitalan kembali atau revitalisasi pada lokasi Taman Ria Senayan sangat diperlukan, dengan cara menciptakan bangunan arsitektur yang ramah lingkungan guna melestarikan ekosistem, mempertahankan eksisting yang ada, serta memadukan fungsi sosial dengan fungsi ekonomi. Dengan perencanaan, perancangan dan perawatan yang memadai, langkah tersebut dinilai tepat dan dianggap sudah pas untuk meningkatkan fungsi sebenarnya, serta memajukannya menjadi area berfungsi ekonomi dan berfungsi sosial dan dapat memenuhi kebutuhan pengunjungnya.
1.2
Rumusan Masalah Sebagaimana umumnya kota megapolitan, kota yang berpenduduk diatas 10
juta, Jakarta memiliki permasalahan sosial seperti stres, kriminalitas, dan kemiskinan.
Penyimpangan
peruntukan
lahan
dan
privatisasi
lahan
telah
menghabiskan persediaan taman kota sehingga menambah tingkat stress warga Jakarta. Kemacetan lalu lintas, menurunnya interaksi sosial karena gaya hidup individualistik juga menjadi penyebab stres. Tata ruang kota yang tidak partisipatif dan tidak humanis menyisakan ruang-ruang sisa yang mengundang tindak laku kriminal. Penggusuran kampung miskin dan penggusuran lahan usaha informal oleh pemerintah adalah penyebab aktif kemiskinan di Jakarta. Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana
merevitalisasi
area
Taman
Ria
Senayan
untuk
dapat
meningkatkan kegiatan sosial dan kegiatan ekonomi di kawasan tersebut?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan revitalisasi kawasan adalah meningkatkan vitalitas kawasan terbangun
melalui intervensi perkotaan yang mampu menciptakan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi lokal, terintegrasi dengan sistem kota, layak huni, berkeadilan sosial, berwawasan budaya dan lingkungan. Tujuan penelitian laporan tugas akhir ini adalah :
Mengetahui proses revitalisasi yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi sosial dan fungsi ekonomi di Taman Ria Senayan.
Mendapatkan hasil desain yang dapat diterapkan pada Taman Ria Senayan.
6 1.4
Ruang Lingkup
1.4.1 Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi revitalisasi diwilayah Jakarta Pusat meliputi :
Memahami karakteristik fisik tapak dan pola aktifitas kegiatan meliputi
gambaran umum lokasi, aksesibilitas pencapaian dan elemen-elemen terkait dan manfaat ruang terbuka terhadap lingkungan.
Pembahasan akan ditekankan pada revitalisasi Taman Ria Senayan sebagai
fungsi sosial dan ekonomi untuk meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan.
Aspek kebijakan, peraturan dan perundang-undangan yang mendukung yaitu
Peraturan Menteri PU Nomor 8 tahun 2010 sebagai pedoman tentang revitalisasi kawasan perkotaan, yang sesuai dengan aktifitas kegiatan didalamnya, serta fasilitas penunjangnya dalam bentuk Masterplan kawasan.
1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah Studi Ruang lingkup wilayah studi revitalisasi diwilayah Jakarta Pusat meliputi :
Lokasi studi dilakukan pada kawasan Taman Ria Senayan, Kelurahan Gelora,
Kecamatan Tanah Abang, Kota Jakarta Pusat.
Studi ini bersifat menyeluruh dan merupakan perencanaan dan perancangan
ruang luar. Lingkup wilayahnya adalah kawasan Taman Ria Senayan, baik kondisi eksisiting maupun kondisi berupa lahan kosong dengan luas lahan ±11ha, yang terdiri dari 4ha danau dan 7ha daratan.
Gambar 2. Peruntukan Kawasan Tapak Sumber : RDTR DKI Jakarta
7 1.5
State Of The Art Menurut sumber jurnal planesa vol. 3 no. 1 mei 2012 yang ditulis oleh Budi
Sulistyo dan Gita Vemilya Many dalam jurnal yang berjudul “Revitalisasi Kawasan Banten Lama Sebagai Wisata Ziarah”, latar belakang penelitian adalah kawasan bersejarah Banten Lama yang merupakan tempat wisata ziarah yang ramai dikunjungi wisatawan, namun potensi tersebut belum dikembangkan secara menyeluruh, yang mengakibatkan munculnya permasalahan yang menyebabkan menurunnya potensi Kawasan Banten Lama, seperti adanya masalah fisik dan lingkungan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, berdasarkan kriteria situasi, kunjungan, daya tarik, fasilitas, kegiatan ekonomi masyarakat dan aksesbilitas. Kesimpulan dari penelitian ini dibagi berdasarkan kriteria yang disebutkan sebelumnya yaitu situasi Kawasan Banten Lama, masih terlihat banyaknya sampah, kemudian kondisi pintu masuk yang kurang menarik, parkiran yang tidak terpusat, kondisi pagar-pagar situs yang sudah mengalami kerusakan sehingga banyak terdapat hewan yang dapat bebas memasuki objek wisata. Kunjungan dan daya tarik hanya masjid agung yang sering dikunjungi wisatawan padahal kawasan Banten Lama tersebut mempunyai potensi sejarah yang baik. Masalah tersebut karena bangunan-bangunan bersejarah lain tidak dijaga dan dikembangkan dengan baik sehingga wisatawan malas untuk mengunjungi objek/situs yang ada. Fasilitas perlu ditambah dan perbaikan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan dari kegiatan yang dilakukan. Kegiatan ekonomi masyarakat perlu adanya tempat yang layak dan memadai untuk berjualan. Selain itu, perlu adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat yang mengarah pada peningkatan keterampilan teknis guna menciptakan peluang usaha baru, pengembangan usaha, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Aksesbilitas kondisi jalan didalam kawasan Banten Lama rusak dan banyak lubang direncanakan diperbaiki agar aksesbilitas wisatawan lebih mudah. Menurut sumber jurnal Lansekap Indonesia vol. 3 no. 2 2011 yang ditulis oleh Azi Muhamad Alif Hidayah dan Qodarian Pramukanto dalam jurnal yang berjudul “Studi Evaluasi Taman Kota Sebagai Taman Terapeutik Studi Kasus : Taman Cilaki Atas, Kota Bandung”, latar belakang penelitian adalah Taman kota yang ada hanya berfungsi sebagai penghias kota, padahal dapat dimanfaatkan untuk fungsi yang lebih luas, yaitu dengan memberdayakannya sebagai ruang terapi. Kehadiran taman terapeutik berimplikasi tidak saja meningkatkan kualitas
8 lingkungan yang lebih estetis, tetapi juga untuk meningkatkan fungsi pelayanan kesehatan (Spriggs dan Wiesen, 2002). Metode yang digunakan adalah deskriptif dan kualitatif. Kesimpulan dari penelitian yaitu usulan pemberdayaan fungsi terapeutik disusun berdasarkan komponen penilaian pada tahap evaluasi, yang meliputi rekomendasi biofisik, rekomendasi kualitas taman (visual, akustik dan aromatik), rekomendasi ruang, rekomendasi elemen dan elemen penunjang, dan rekomendasi aktivitas. Menurut sumber e-jurnal Agroekoteknologi Tropika vol. 1, no. 1, juli 2012 yang ditulis oleh Rohman Hadi, Komang Arthawalila, dan I Gusti Alit Gunadi dalam jurnal yang berjudul “Evaluasi Indeks Kenyamanan Taman Kota (Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung)”, latar belakang penulisan adalah salah satu dampak negatif adalah terhadap aspek lingkungan kota. Perencana kota yang baik seharusnya merencanakan ruang terbuka hijau (RTH) yang ideal bagi warga kota agar dapat memberikan kenyamanan dalam beraktivitas. Lapangan Puputan Badung selain memiliki nilai sejarah yang tinggi, keberadaannya memiliki peran penting sebagai penyeimbang lanskap kota dalam bentuk ruang terbuka hijau. Metode yang digunakan ialah metode Grid (pemetakan) yang akan digunakan dalam pengambilan data suhu dan kelembaban untuk menentukan indeks kenyamanan serta pengambilan data vegetasi untuk mengetahui luasan tutupan vegetasi pada masing-masing petak. Kesimpulannya adalah indeks kenyamanan (THI) yang ada di Lapangan Puputan I Gusti Ngurah Made Agung (Lapangan Puputan Badung) tahun 2012 masuk dalam kondisi nyaman. Tutupan vegetasi berpengaruh pada nilai THI pada masing-masing petak, terutama petak yang titik pengamatannya tertutup kanopi pohon. Sedangkan tutupan lahan (tutupan semak, perkerasan, dan penutup tanah) tidak begitu berpengaruh apabila kondisi petak sudah tertutup oleh kanopi pohon. Menurut sumber International Journal of Applied Science and Technology Vol. 2 No. 7; August 2012 yang ditulis oleh Farzaneh Razzaghian dan Mohammad Rahim Rahnamadalam jurnal yang berjudul “Ecological Analysis of Urban Parks (Case Study: Mashhad Metropolitan)”, latar belakang penelitian yaitu taman dan ruang hijau sangat berharga karena peran efektif mereka untuk mengurangi kepadatan kota, menyelesaikan dan meningkatkan fungsi pendidikan, fasilitas, budaya, lahan pemukiman dan cadangan untuk ekspansi masa depan kota. Metode yang digunakan yaitu kuesioner (terbuka dan pertanyaan tertutup), bersama dengan
9 wawancara dan hipotesa kualitatif. Kesimpulan dari jurnal ini adalah indikator ekologis yaitu proses 5 R antara lain Recycle, Reduce, Reuse, Re-Engineer, Reclaim. Menurut sumber Journal of Tropical Ecology-Volume 29 - March 2013 yang ditulis oleh Junbin Zhao, Yiping Zhang, Fuqiang Song, Zaifu Xu dan Laiyun Xiao dalam jurnal yang berjudul “Phenological response of tropical plants to regional climate change in Xishuangbanna, Southwestern China”. Latar belakang dalam penelitian ini adalah didaerah tropis, suhu, kondisi cahaya biasanya lebih penting (Nemani et al. 2003, Wright & Van Schaik 1994, Zimmerman et al. 2007) dan ketersediaan air merupakan faktor penting untuk tanaman tropis. Didaerah tropis, terutama beberapa hutan dataran rendah, dimana suhu lebih dari 25◦ C, pemanasan global tidak mungkin mempengaruhi fenologi tanaman disana. Metode yang digunakan adalah deskripsi lokasi, fenologi dan iklim, metode statistik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah selama masa penelitian, 14 spesies (67%) menunjukkan tren konsisten dalam fenologi dan daerah kenaikan suhu tampaknya menjadi salah satu utama kekuatan yang menyebabkan perubahan ini, yang setuju dengan kami hipotesis. Dalam hal ini, untuk tanaman tropis di Xishuangbanna, iklim pemanasan bisa menjadi kompensasi termal dan dapat menguntungkan pertumbuhan mereka. Durasi berbunga yang singkat atau periode pendek penyerbukan, mungkin mengurangi kesempatan keberhasilan penyerbukan, terutama dimusim hujan ketika serangga penyerbuk kurang aktif karena curah hujan sering. Kesimpulan dari kelima jurnal tersebut adalah : 1.
Dalam revitalisasi kawasan terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan, diantaranya aspek situasi, kunjungan dan daya tarik, fasilitas, kegiatan ekonomi masyarakat, dan aksesibilitas.
2.
Kriteria taman seperti kondisi taman, kualitas taman dan harapannya, serta verifikasi berdasarkan observasi aktivitas berupa pola perilaku pengunjung harus disesuaikan dengan fungsi taman berdasarkan kriteria desain menurut Marcus (1999,2000), McDowell & McDowell (1998) dan Stigsdotter & Grahn (2002).
3.
Tutupan vegetasi berpengaruh pada nilai kenyamanan pada masing-masing zona, terutama zona yang tertutup kanopi pohon. Sedangkan tutupan lahan (tutupan semak, perkerasan, dan penutup tanah) tidak begitu berpengaruh apabila kondisi zona sudah tertutup oleh kanopi pohon.
10 4.
Indikator ekologis yaitu proses 5R: recycle, reduce, reuse, reengineer, reclaim.
5.
Perubahan kondisi tanaman tropis dipengaruhi iklim yaitu kemarau dan hujan. Hal ini mempengaruhi proses penyerbukan tanaman itu sendiri. Berdasarkan pemaparan kelima jurnal diatas, terdapat persamaan dengan
projek revitalisasi Taman Ria Senayan karena diantara jurnal tersebut membahas mengenai revitalisasi kawasan maupun area wisata. Persamaan tersebut dapat diterapkan didalam konsep revitalisasi Taman Ria Senayan diantaranya seperti pada jurnal pertama yang membahas area wisata ziarah, faktor yang digunakan dalam merevitalisasi ialah faktor situasi, kunjungan, daya tarik, fasilitas, kegiatan ekonomi masyarakat dan aksesbilitas. Faktor-faktor tersebut memperhatikan aspek kemudahan pencapaian, kelengkapan fasilitas yang dapat digunakan oleh pengunjung, dan dapat meningkatkan faktor ekonomi masyarakat sekitar. Pada akhirnya faktor-faktor tersebut yang dapat menarik pengunjung. Kemudian pada jurnal ketiga, disebutkan bahwa tutupan vegetasi berpengaruh pada nilai kenyamanan area pada masingmasing zona taman, terutama zona tertutup kanopi pohon. Sedangkan tutupan lahan (tutupan semak, perkerasan, dan penutup tanah) tidak begitu berpengaruh apabila kondisi petak sudah tertutup oleh kanopi pohon. Hal ini juga dapat diterapkan kedalam desain.
11 1.6
Kerangka Berpikir JUDUL REVITALISASI TAMAN RIA SENAYAN DI JAKARTA PUSAT
LATAR BELAKANG Degradasi lingkungan hidup mengakibatkan permasalahan sosial seperti stress, kriminalitas, dan kemiskinan. Kebutuhan akan RTH semakin meningkat dan jumlah saat ini belum memenuhi standar. Revitalisasi dilakukan karena kondisi lokasi tidak terawat baik, dan fungsinya telah berubah kumuh.
TAHAPAN PROGRAMMING
TUJUAN Memahami proses revitalisasi yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi sosial dan fungsi ekonomi di Taman Ria Senayan sebagai taman kota.
PENDAHULUAN Latar belakang topik “Sustainable Land Use” Permasalahan yang terdapat di lokasi Taman Ria Senayan Lingkup materi dalam penelitian Teori dari jurnal yang membahas revitalisasi.
TEORI Tinjauan umum : revitalisasi Tinjauan khusus : ruang terbuka hijau kota dan taman tropis Studi banding : taman lapangan banteng, Bangka Belitung ecopark, manhattan central park, dan parc de la villette.
METODE PENELITIAN Lokasi penelitian, metode pengumpulan data, dan analisa data.
ANALISA Analisa aspek lingkungan : regulasi pemerintah, tipologi kawasan, potensi sekitar tapak, pencapaian/moda transportasi. Analisa aspekmanusia : pelaku dan jenis kegiatan, skema kegiatan, kebutuhan ruang, kebutuhan luas ruang, hubungan ruang, zoning ruang. Analisa tapak : potensi tapak, kondisi eksisting, vegetasi, ruang terbuka sumber air, sirkulasi, material jalan setapak, fasilitas dan kebutuhan parkir, sarana penunjang, zoning dalam bangunan, sirkulasi dalam bangunan, material bangunan, pengolahan sampah, jaringan listrik, air bersih, air hujan dan drainase, air kotor dan air kotoran.
Pembuatan gambar pelaksanaan kerja.
Gambar 3. Kerangka Berfikir
TAHAPAN DESAIN
12