Bab 1 Pendahuluan 1.1
Latar Belakang Keadilan sosial adalah harapan bagi seluruh rakyat, suku bangsa, serta Negara diseluruh belahan dunia. Maka dari itu, setelah terjadi revolusi di Perancis: “…pada tahun 1836 dibentuk Liga Keadilan oleh pelarianpelarian politik Jerman yang paling ekstrem, kebanyakan adalah unsur-unsur ploretariat. Lambat laun Liga Keadilan ini mempunyai sifat-sifat internasional dan mempunyai rumah-rumah pertemuan rahasia di Jerman, Perancis, Swiss, Inggris dan lain-lain. Liga Keadilan mempunyai semboyan “semua orang adalah saudara” dan berpendapat bahwa setiap revolusi di Eropa, untuk mencapai kemenangan harus bersifat Eropa” (Marx & Engels. 2015:75). Tak hanya sampai pada titik terbentuknya Liga Keadilan, pada tahun 1847 Karl Marx dan Engels melahirkan sebuah Manifesto dengan salah satu slogannya yang berbunyi “Kaum proletar semua negeri, bersatulah!”. Karl Marx dan Engels menggolongkan kelas sosial terbagi menjadi dua bagian yang dipertautkan oleh hubungan produksi. Kelas sosial yang pertama adalah kelas borjuis, yaitu kelas yang memiliki alat produksi dan material yang diproses. Sedangkan kelas yang kedua adalah kelas proletar, yaitu kelas yang menjual tenaga kepada pemilik alat produksi, atau kelas borjuis (Siregar, 2007) Sementara itu perjuangan kelas di Tanah Air, khususnya perjuangan kelas proletar atau buruh untuk pertama kalinya terjadi pada tanggal 1 Mei 1918 di Surabaya yang diinisiasi oleh Serikat Buruh Kung Tang Hwee Koan. Dan hingga saat ini setiap tanggal 1 Mei selalu diperingati sebagai Hari Buruh Sedunia, termasuk di Indonesia. Di Tanah Air, berbagai Aliansi Serikat Buruh (persatuan dari beberapa Serikat Buruh) yang tersebar di dari Sabang hingga Merauke menggelar aksi untuk menyuarakan berbagai tuntutan keadilan, termasuk
1
dengan Aliansi Serikat buruh yang berada di daerah Jakarta dan kawasan sekitarnya. Dalam aksinya pada kali ini buruh tidak berjalan sendirian, mereka mengajak kaum terpelajar mahasiswa serta kaum tani untuk menggalang kekuatan massa yang lebih besar. Tidak hanya karena untuk alasan kekuatan semata, mereka mengajak berbagai golongan untuk menyadarkan bahwa keadilan bukanlah hak untuk diperjuangkan oleh golongan buruh sendiri, tetapi juga untuk seluruh lapisan masyarakat. Pada tanggal 2 April yang bertempat di Lembaga Bantuan Hukum Jakarta Pusat sebuah Aliansi buruh mengadakan agenda pertemuan untuk menginisasi aksi kali ini. Pertemuan yang dihadiri oleh SEBUMI (Serikat Budaya Masyarakat Indonesia), SBMI (Serikat Buruh Migran Indonesia), F-SEDAR, ABKM, PPRI, PEMBEBASAN serta beberapa Mahasiswa. Pertemuan tersebut menghasilkan keputusan: Persiapan May Day 2016, Undangan Terbuka dengan Target Perluasan Informasi, Angenda Barisan Pelopor Tiap Organisasi, serta isu tuntutan yang akan diangkat pada May Day 2016. Tujuan penyerbarluasan kembali dari Undangan Terbuka adalah untuk menggalang kekuatan massa yang lebih besar, serta menyadarkan masyarakat bahwa May Day itu bukan hanya sebuah perayaan milik kelas buruh seorang, tapi ini adalah sebuah momentum untuk menuntut sebuah keadilan sosial. Seperti aksi yang sudah dilakukan sejak pertama kali dilakukan di Indonesia pada tanggal 1 Mei 1918 di Surabaya, kegiatan ini terus dilakukan dan dengan jumlah masa yang ikut pasang surut. Pada saat rejim Soeharto berkuasa Hari Buruh Internasional di Indonesia sempat dilarang karena kegiatan ini dinilai melanggar hukum. Demikian rejim militer Soeharto hanya mengakui Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) yang didirikan pada 20 Februari 1973 sebagai satu-satunya serikat buruh. Kemudian hari lahir SPSI ditetapkan sebagai Hari Pekerja Nasional. Setelah bertahun-tahun dibungkam, pada tahun 1995 sejumlah buruh yang tergabung dalam Pusat Perjuangan Buruh Indonesia (PPBI) kembali merayakan Hari buruh Sedunia dalam bentuk aksi massa.
2
Gambar 1.1 Pertemuan Aliansi Serikat Buruh di LBH Jakarta. Sumber: dokumentasi pribadi penulis
Gambar 1.2 Pertemuan Aliansi Serikat Buruh di LBH Jakarta. Sumber: dokumentasi pribadi penulis Setelah pertemuan aliansi serikat buruh pada tanggal 2 April di LBH Jakarta, mereka melakukan kegiatan kembali pada tanggal 10 April di Bekasi. Kegiatan pada tanggal 10 April dihadiri oleh para pemimpin atau pemegang kendali oleh barisan pelopor dari setaip perwakilan serikat organisasi. Selanjutnya, serikat organisasi seperti SGBN, SBMI, GSPB, FSEDAR, SOLNET, SPRI, SEBUMI, SGMK, PEMBEBASAN, PPR, KPO PRP, serta PPRI yang tergabung dalam aliansi serikat bertujuan untuk menggelar aksi dalam 1 Mei 2016 kembali menyebarluaskan undangan terbuka untuk para pimpinan serikat buruh dan pengurus pabrik, mahasiswa,
3
tani, nelayan, dan element pro rakyat lainnya untuk turut serta berkumpul pada tanggal 14 April di LBH Jakarta. Pada saat mereka (aliansi serikat buruh serta berbagai kalangan lapisan masyarakat) berkumpul menjadi satu, mendiskusikan sebuah permasalahan. Seperti yang dijabarkan dalam bentuk komunikasi kelompok; Model Chesebro, Cragan, dan McCullough: kesadaran diri akan identitas baru, suasana ria pada tahap pertama segera memudar keitka kelompok secara intensif membicarakan tabiat “musuh”, menegakan nilai-nilai baru bagi kelompok,serta menghubungkan diri dengan kelompok revolusioner lainnya (Jalaluddin, 2012:175-76) sangat menarik perhatian bagi penulis untuk diteliti serta dirangkum dalam kumpulan gambar menjadi sebuah film. Yang nantinya akan menjadi sebuah media untuk keperluan edukasi maupun orang-orang yang tertarik dengan isu sosial serta budaya yang ada di masyarakat. Berdasarkan penjelasan tersebut, dengan mengutip konsep pemikiran yang ditawarkan oleh Karl Marx tentang perjuangan kelas, aksi dari berbagai kalangan khususnya golongan buruh, serta dipadukan dengan ilmu sinematografi. Untuk karya akhir yang akan penulis buat adalah film dokumenter “Menuju May Day”. Film ini yang nantinya akan memadukan dari ketiga unsur tersebut, mulai dari mengutip konsep yang ditawarkan oleh mendiang Marx dan Engels, aksi yang terjadi di lapangan, data-data yang terkait dengan perjuangan kelas buruh kali ini.
1.2
Permasalahan Dalam
film
dokumenter
“Menuju
May
Day”
ini,
penulis
memfokuskan tentang bagaimana kegiatan organisasi / serikat / federasi serta aliansi buruh. Akan tetapi, lebih menitik beratkan kepada kegiatan buruh dan serikatnya dalam mempersiapkan aksi Hari Buruh Internasional, serta hal-hal apa saja yang menjadi faktor mereka dalam menggelar aksi bersama?
4
1.2.1 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan penelitian sebagai berikut: Perayaan Hari Buruh Internasional bukan untuk pertama kalinya, serta massa yang dilibatkan tidak dapat dibilang sedikit jumlahnya. Jadi, pola komunikasi seperti apa yang mereka gunakan sehingga dapat melakukan aksi bersama dengan jumlah yang tidak sedikit dan melibatkan berbagai lapisan masyarakat lainnnya? 1.2.2 Identifikasi Masalah 1. Ada berbagai kegiatan yang dilakukan oleh serikat buruh, diantaranya adalah pendidikan ekonomi politik serta konsolidasi anatar serikat. Dari kegiatan yang dilakukan tersebut dapat membentuk sebuah ideologi baru yang dipegang oleh kelompok serikat buruh. 2. Hukum adalah hasil produksi dari para pemegang kekuasaan, maka sering kali hukum yang dihasilkan dinilai lebih berpihak kepada pemilik alat produksi. 1.3
Tujuan Tujuan dari karya akhir ini adalah untuk: 1. Menghadirkan suara dari sebrang. Pada saat Soeharto berkuasa, pergerakan organisasi masyarakat dipersempit ditambah lagi ketika kegiatan dari organisasi masyarakat tersebut dirasa dapat menghambat kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
5
2. Menjadi penyeimbang realitas : a. Ketika Hari Buruh Internasional dan serikat buruh menggelar aksi, masyarakat luas hanya melihat aksi demonstrasi saja, tanpa melihat dan mencari tahu apa yang serikat buruh suarakan, serta dampak sesungguhnya diberikan oleh pergerakan buruh. b. Memberikan
informasi
atau
pengetahuan
tambahan
mengenai pergerakan serikat buruh melalui media audio visual. 1.4
Manfaat 1.4.1 Aspek Teoritis Karya akhir ini bermanfaat dalam pengembangan teori yang berkaitan erat dengan produksi film khususnya film dengan genre film dokumenter. 1.4.2 Aspek Praktis Tugas akhir ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan atau media pembelajaran dalam mengetahui bahkan memahami budaya sosial yang terjadi di lapangan. Dengan didukung oleh media audio dan visual semoga karya akhir ini dapat menggambarkan sebuah realita, mudah dipahami, serta diingat oleh orang banyak.
1.5
Konsep Perencanaan Karya Akhir Dalam pembuatan film dokumenter ini, penulis membagi proyek menjadi 3 bagian: pra produksi, produksi, pasca produksi. 1.5.1 Draft Konsep Perencanaan Karya Akhir 1. Alur Pembuatan Karya: a. Pra Produksi Pada tahap pra produksi, penulis mencari data-data terkait objek dan subjek serta melakukan survei langsung ke lokasi dimana subjek berada. Selagi survei dilakukan, kegiatan berikutnya penulis
6
adalah membuat naskah. Pembuatan naskah ini dilakukan langsung di lapangan. Dengan harapan, naskah yang ditulis sesuai dengan realitas yang terjadi di lapangan. Setelah itu, penulis menentukan jadwal-jadwal shooting yang termasuk ke dalam timeline produksi. b. Produksi Dalam tahap produksi, penulis melakukan pengambilan gambar di lapangan. Yang baik terdiri dari kebutuhan audio serta visual. Kegiatan yang dilakukan di lapangan untuk pemenuhan kebutuhan audio serta visual yaitu dengan cara menghadiri setiap kegiatan pertemuan yang di agendakan oleh aliansi sertikat buruh, melakukan wawancara kepada narasumber, serta pengumpulan data-data pendukung lainnya agar karya yang dihasilkan lebih akurat. Teknik pengambilan gambar yang dilakukan oleh penulis adalah
dengan
menggunakan
teknik
pengembilan
gambar
handheld. Penulis menggunakan teknik ini dikarenakan oleh keterbatasan waktu, alat, serta sumberdaya manusia. Selain karena keterbatasan tersebut, apabila dengan teknik ini dapat dibungkus dengan kreativitas, maka dapat menghadirkan kesan yang lebih nyata kepada penonton. c. Pasca Produksi Dalam
memproduksi
film
dokumenter
ini,
penulis
menggunakan kamera DSLR dengan beberapa lensa pendukung diantaranya, lensa 18-55mm, fix 50mm, dan lensa tele 75-300mm untuk keperluan pengambilan gambar. Penggunaan kamera DSLR, atas perimbangan penyimpanan data yang dihasilkan oleh kamera lebih mudah diakses dan ringan, kamera DSLR menggunakan media penyimpanan data dengan System Digital Card atau SD Card. Penggunaan DSLR dengan media penyimpanan MMC dan CF akan menghasilkan data dalam format digital video, dan dalam format .MOV. Data dengan format .MOV ini data dapat langsung
7
digunakan pada software editing seperti Adobe Premiere Pro dan Adobe After Effect, sehingga penulis tidak perlu lagi melakukan proses convert data untuk melakukan proses editing. Lalu proses editing akan masuk pada beberapa tahap yang terbagi atas keperluan gambar dan suara yaitu, Offline Editing, Music Scoring, Online Editing, Color Grading dan Mastering. • Offline editing Dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara kasar hasil gambar yang diinginkan. Dalam pembuatan film dokumenter ini, offline editing yang dilakukan adalah memilih shot gambar yang sesuai dengan kebutuhan gambar dalam film, kemudian mengatur letak posisinya untuk menciptakan keterpaduan dan kesinambungan dalam gambar yang akan diedit sehingga menciptakan sebuah cerita yang kontinuiti dengan gambar yang dinamis. • Online Editing Dalam sebuah film fungsi online editing ialah salah satu proses akhir dimana penulis akan memasukkan ilustrasi, narasi, efek, koreksi warna, dan lain-lain sehingga hasil dari online editing bisa langsung menjadi sebuah film yang utuh. • Music Scoring Proses menciptakan
ini irama
dilakukan yang
karena struktural
berfungsi dan
untuk
merangsang
tanggapan emosional yang bertujuan memperjelas dan memperkuat makna gambar visual. 2. Target Audiense a. Segmentasi i.
Demografis Film dokumenter “Menuju May Day” ditunjukkan untuk mahasiswa dan umum (komunitas-komunitas penggemar film).
8
ii.
Geografis Film dokumenter ini akan ditayangkan pada acara-acara diskusi film di kota Bandung.
iii.
Perilaku Mahasiswa dan umum yang gemar menonton, berdiskusi, dan mengulas sebuah film.
iv.
Psikografis Mahasiswa dan umum yang ingin mengetahui bagaimana kehidupan sehari-hari buruh serta perjalanan dibalik aksi solidaritas 1 Mei.
b. Target Dokumenter ini ditunjukan untuk remaja dan umum (usia remaja hingga dewasa) yang memiliki ketertarikan terhadap dibalik kisah sebuah kejadian. c. Positioning Menjadi sebuah media yang dapat menggambarkan serta menjadi media pembelajaran dalam mengetahui bahkan memahami budaya sosial yang terjadi di lapangan. 1.5.2 Sinopsis Sejarah dari semua masyarakat yang ada hingga sekarang ini adalah sejarah perjuangan kelas. Sejak lenyapnya kepemilikan bersama primitif atas tanah seluruh sejarah adalah sejarah perjuangan kelas, perjuangan antara kelas yang dihisap dengan yang menghisap, Menuju May Day adalah sebuah kolaborasi antara seni serta ideologi yang menghadiri masalah sosial, budaya, serta politik di masyarakat. Dengan momentum hari Buruh Internasional, serikat buruh bersatu serta berbagai lapisan masyarakat menggelar sebuah aksi bersama. Merangkai rantai demi tujuan tercapai.
9
1.5.3 Rundown Program Judul Film
: Menuju May Day
Tema Film
: Ekonomi, Sosial, Budaya, dan Politik
Subjek
: Aliansi Serikat Buruh Komite Satu Mei
Format Film
: Film Dokumenter
Durasi
: 40 Menit
Tabel 1. 1 Rundown Film Dokumenter Menuju May Day no 1
2
3 4 5
6
7
time line 00:00-‐00:35
durasi 35"
00:35-‐02:45 2:10”
isi materi berita media metro tv mengenai aksi buruh di kawasan industri bekasi pada tahun 2012 aksi buruh di daerah kawan industri bekasi
kutipan dari seorang filsuf yang menjadi gambaran 02:45-‐03:05 20” umum dari film dokumenter menuju may day 03:05-‐04:20 1:15” pembuka / bumper 04:20-‐05:35 1:15”
pendidikan serta hasil interview dari salah satu anggota asi australia workers links
05:35-‐06:40 1:05”
stock shot gambar salah satu kegiatan persiapan aksi satu mei
06:40-‐09:10 2:30”
hasil interview dengan seorang seniman dari Serikat Kebudayaan Masyarakat Indonesia
keterangan video berita didapat serta diunduh lewat youtube video aksi buruh di kawasan industri bekasi pada tahun 2012 di dapat dari narasumber (PPRI)
text text lokasi : sekretariat bersama buruh F-‐ SEDAR di cibitung kabupaten bekasi, jawa barat lokasi : sekretariat bersama buruh F-‐ SEDAR di cibitung kabupaten bekasi, jawa barat lokasi : sekretariat bersama buruh F-‐ SEDAR di cibitung kabupaten bekasi, jawa
10
barat
8
9
09:10-‐11:10
2’
11:10-‐12:40 1:30”
penampilan SEBUMI pada aksi May Day
lokasi : daerah kawasan monas serta istana negara
hasil interview Danial (salah satu kontributor Solidaritas.net)
membrikan informasi tentang May Day
10 12:40-‐14:05 1:25”
aksi buruh pada May Day 2016
11 14:05-‐21:10 6:55”
hasil interview Danial (salah satu kontributor Solidaritas.net)
12 21:10-‐24:05 2:55”
hasil interview mujiyo (presiden aliansi buruh kontrak menggugat)
13 24:05-‐27:10 2:55”
hasil interview Danial (salah satu kontributor Solidaritas.net)
14 27:10-‐ 29:15 2:05”
hasil interview Danial (salah satu kontributor Solidaritas.net)
15 29:15-‐30:50 1:35”
hasil interview Danial (salah satu kontributor Solidaritas.net)
lokasi : daerah kawasan monas serta istana negara memberikan informasi tentang sejarah organisasi buruh pada masa orde baru dan reformasi lokasi : kontrak-‐ kontrakan buruh daerah sekitar kawasan industri, kabupaten bekasi memberikan informasi tentang sejarah organisasi buruh pada sekitar tahun 2010, 2011, 2012, sampai akhir 2013 memberikan informasi tentang sejarah kekalahan atau kemunduran organisasi buruh memberikan informasi tentang kemajuan organisasi buruh (dari segi kerja sama dengan kelompok atau organisasi sektor lain)
11
penampilan SEBUMI pada 16 30:50-‐32:35 1:45” aksi May Day
17 32:35-‐33:00
25”
hasil interview Danial (salah satu kontributor Solidaritas.net)
penampilan aksi / orasi Surya Anta (salah satu 18 33:00-‐34:15 1:15” anggota Pusat Perjuangan Rakyat Indonesia)
19 34:15-‐34:50
35”
penampilan aksi / orasi salah satu anggota Lembaha Bantuan Hukum Jakarta
20 34:50-‐35:30
40”
hasil interview Bona (salah satu anggota KPO-‐PRP)
hasil interview Kartika 21 35:30-‐37:05 1:35” (salah satu anggota Sentra Gerakan Buruh Nasional)
22 37:05-‐38:55 1:50”
38:55-‐43:05
4:10"
hasil interview Danial (salah satu kontributor Solidaritas.net) closing
lokasi : daerah kawasan monas serta istana negara memberikan informasi tentang kemajuan organisasi buruh (dari segi unsur-‐unsur atau anggota serikat buruh yang sudah mulai kritis) memberikan orasi mengenasi demokrasi dan kriminalisasi 26 aktivis memberikan orasi mengenai pemimpin agama dari sudut pandang perjuangan kelas buruh memberikan pandangan terhadap akademis / intelektual dari sudut pandang perjuangan kelas buruh memberikan pandangan terhadap sistem budaya masyarakat patriarki dari sudut pandang perjuangan kelas buruh wanita memberikan informasi tentang kemenangan organisasi buruh (dari segi ekonomi) stockshot selama proses produksi + credit tittle
Sumber: Olahan Penulis
12
1.5.4 Tujuan Media yang Digunakan Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Istilah “dokumenter” pertama digunakan dalam resensi Film Moana (1926) oleh Robert Flaherty yang ditulis oleh The Moviegoer, nama samaran dari John Grierson, di New York Sun pada tanggal 8 Februari 1926. Grierson sangat percaya bahwa “sinema bukanlah seni atau hiburan, melainkan suatu bentuk publikasi dan dapat dipublikasikan dengan 100 cara berbeda untuk 100 penonton yang berbeda pula”. Oleh karena itu dokumenter-pun termasuk di dalamnya sebagai suatu metode publikasi sinematik, yang dalam istilahnya disebut “creative treatment of actuality”. Karya akhir ini menggunakan acara-acara pemutaran film yang biasanya telah diagendakan oleh komunitas-komunitas film, maupun komunitas yang bergerak di bidang sosial dan budaya. Seperti yang telah dipelajari sebelumnya dalam prinsip komunikasi, semakin mirip latar belakang sosial-budaya, maka semakin efektiflah komunikasi. Adapun bentuk penyajian dalam film dokumenter ini di simpan dalam media data (Compact Disc atau Tape), konten di dalamnya akan dikemas secara informatif, edukatif, dan berimbang dengan akurasi data yang dapat dipertanggung jawabakan. 1.5.5 Cara Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada skripsi karya akhir ini, dilakukan dengan beberapa cara yaitu: a. Pengambilan gambar di lokasi secara langsung b. Pengumpulan data seperti : berkas data audio dan visual baik berupa Data Digital maupun data mentah c. Interview dengan objek yang berkaitan dengan film d. Pengumpulan bukti otentik berupa apa saja yang berkaitan dengan film
13
1.5.6 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan produksi program film “Menuju May Day” ini akan mengambil lokasi di daerah Bekasi dan Jakarta. Serta pengerjaan karya akhir ini diperkirakan akan berlangsung mulai dari bulan April 2016 hingga Juli 2016. Berikut tabel perkiraan waktu tersebut : Tabel 1.2 Perencanaan Waktu Pengerjaan Film Dokumenter “Menuju May Day” 2016 KEGIATAN
APRIL 2016
MEI 2016
JUNI 2016 JULI 2016
AGUSTUS 2016
Mencari topik pembahasan Mengumpulkan keseluruhan informasi melalui riset Menyusun proposal Seminar proposal Pengumpulan data melalui observasi Analisis data Editing Sidang Skripsi Karya Akhir Sumber : Hasil Olahan Penulis
14
1.6
Skema Rancangan Proyek Gambar 1.3 Skema Rancangan Proyek Momentum Hari Buruh Internasional Konsolidasi dilakukan oleh beberapa serikat buruh dalam mempersiapkan aksi pada Hari Buruh Internasional
Pra Produksi Merumuskan ide, menentukan ide, pencarian data, survey subjek dan objek, menyusun outline film, membuat timeline produksi Ayawaila (2008:35-81)
Produksi Pengambilan gambar (visual) & pengambilan suara (audio) Ayawaila 2 (2008:97-127) 3
Pasca Produksi Offline editing, online editing, music scoring, mastering Ayawaila (2008:131168)
Film Dokumenter Menuju May Day Sumber: Olahan Penulis
15