1 BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari
negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi dikawasan regional Asia Tenggara dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya. AFTA dibentuk pada waktu Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang ke IV di Singapura pada tahun 1992. Awalnya AFTA ditargetkan bahwa AFTA merupakan wujud dari kesepkatan dari negara-negara Asia Tenggara untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi duniaakan dicapai dalam waktu 15 tahun (19932008), kemudian dipercepat menjadi tahun 2003, dan terakhir dipercepat lagi menjadi tahun 2002. Skema common effective prefential tariffs for ASEAN free trade area merupakan suatu skema untuk mewujudkan AFTA melalu penurunan tarif hingga menjadi 0-5%, penghapusan pembatasan kuantitatif dan hambatan-hambatan non tarif lainnya. Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA adalah adanya kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunai Darussalam pada tahun 2010, Indonesia, Malaysia, Philipphines, Singapura, dan Thailand, dan bagi Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam akan dilangsungkan pada tahun 2015. Pada tahun 2015 ini, masyarakat ASEAN telah memasuki era baru yaitu dimana masyarakat antar negara ASEAN lebih bebas dan mudah untuk memilih pekerjaannya dikawasan Asia Tenggara atau yang lebih sering didengar dengan sebutan pasar bebas ASEAN. Ada nya perjanjian tersebut di sepakati oleh para pemimpin negara di Asia tenggara tersebut beberapa dekade lalu. Dilakukannya pasar bebas ASEAN ini agar adanya daya saing di kawasan Asia Tenggara meningkat serta bisa menyangi Tiongkok dan India dalam menarik investasi asing. Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini nantinya memungkin bahwa suatu negara menjual barang dan jasanya dengan mudah ke negara-negara lain dikasawasan Asia Tenggara. Dan juga Masyarakat Ekonomi Asean tidak hanya membuka arus perdagangan barang atau
2 jasa, tetapi juga pasar tenaga kerja professional, contohnya seperti dokter, pengacara, termasuk juga akuntan, dan lain-lain. staf Khusus Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dita Indah Sari, menjelaskan bahwa MEA mensyaratkan adanya penghapusan aturan-aturan yang sebelumnya menghalangi perekrutan tenaga kerja asing. Pengertian Pengalaman Kerja terdiri dari beberapa macam yang diberikan oleh para ahli. Pengalaman dalam semua kegiatan sangat diperlukan, karena experience is the best teacher, pengalaman guru yang terbaik. Maksud dari hal tersebut adalah bahwa seseoramg belajar dari pengalaman yang perna dialaminya, menurut Elaine B Johnson (2007) menyatakan bahwa “pengalaman memunculkan potensi seseorang. Potensi penuh akan muncul bertahap seiring berjalannya waktu sebagai tanggapan terhadap
bermacam-macam pengalaman”.
Jadi
sesungguhnya
yang
penting
diperhatikan dalam hubungan tersebut adalah kemampuan seseorang untuk belajar dari pengalaman yang baik maupun yang buruk, maka pada hakikatnya pengalaman adalah pemahaman terhadap sesuatu yang dihayati dan dengan penghayatan serta mengalami sesuatu tersebut sehingga mendapatkan pengalaman, keterampilan ataupun nilai yang menyatu kepada potensi diri sendiri pada akhirnya. Dengan pengalaman yang didapat seseorang akan lebih cakap dan terampil serta mampu melaksanakan tugas pekerjaannya. Sejalan dengan hal tersebut, menurut hukum (law of exercise) dalam Mustaqim (2004: 50) diungkapkan bahwa dalam law of exercise atau the law disuse (hukum penggunaan) dinyatakan bahwa “Hubungan antara stimulus dan respon akan bertambah kuat atau erat bila sering digunakan (use) atau sering dilatih (exercise) dan akan berkurang, bahkan lenyap sama sekali jika jarang digunakan atau tidak pernah sama sekali”. Dari pendapat diatas diketahui bahwa latihan berulang-ulang akan memperkuat dan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan seseorang. Bagi seorang karyawan proses-proses dalam bekerja merupakan latihan yang akan menambah pengalaman, sehingga karyawan tersebut mampu menyelesaikan masalahmasalah yang dihadapinya dalam proses bekerja. Karenanya pengalaman dapat membangkitkan dan mengundang seseorang untuk melihat semua pekerjaan sebagai peluang untuk terus berlatih dan belajar sepanjang hayat. Pengalaman kerja tidak hanya menyangkut jumlah masa kerja, tetapi lebih dari juga memperhitungkan jenis pekerjaan yang pernah atau sering dihadapi. Sejalan dengan bertambahnya pekerjaan, maka akan semakin bertambah pula pengatahuan
3 dan ketrampilan seseorang dalam bekerja. Hal tersebut dapat dipahami karena terlatih dan sering mengulang suatu pekerjaan sehingga kecakapan dan ketrampilan semakin dikuasai secara mudah, tetapi sebelumnya tanpa latihan, pengalaman-pengalaman yang pernah dimiliki akan menjadi berkurang bahkan terlupakan. Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa pengertian pengalaman kerja adalah tingkat penguasaan pengetahuan serta ketrampilan seseorang dalam pekerjaannya yang dapat diukur dari masa kerja dan dari tingkat pengetahuan serta ketrampilan yang dimilikinya. Pengalaman kerja dipilih sebagai salah satu varibel dalam penelitian ini karena penulis menganggap bahwa pengalaman kerja merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi baik itu kualitas audit, pengambilan keputusan, bahkan kemampuan komunikasi dan psikologi dari auditor itu sendiri. Dengan kata lain semakin berpengalaman auditor itu, maka semakin bisa pula dia dalam menangani tiap masalah yang diberikan kepadanya, cara yang digunakan dalam berkomunikasi serta dalam penguasaan diri (psikologi) auditor. Pengalaman kerja itu sendiri memiliki arti sebagai tingkat penguasaan pengetahuan serta keterampilan seseorang dalam pekerjaannya yang dapat diukur dari masa kerja dan dari tingkat pengetahuan serta keterampilan yang dimilikinya. Seiring berjalannya waktu dalam era modernisasi ini menunjukkan bahwa profesi auditor tidak hanya digeluti oleh pria. Banyak wanita yang kini ikut mengambil peran sebagai auditor. Dalam tulisan Kushasyandita(2012) yang mengutip tulisan dari Robbins (2006) dan Tuanakotta(2011) yaitu antara pria dan wanita berbeda pada reaksi emosional dan kemampuan membaca orang lain. Wanita menunjukkan emosi yang lebih hebat, mereka menampilkan ekspresi dari emosi baik yang positif maupun negatif, kecuali kemarahan. Wanita lebih baik dalam membaca isyarat non-verbal dibandingkan pria. Menurut data International Labor Organization (ILO), Jurnal Akuntansi dan Keuangan tahun 2007 menunjukkan bahwa akuntan di Indonesia pada tahun 2002 adalah sebanyak 24,475 orang. Jumlah ini mengalami perkembangan yang cukup pesat jika dibandingkan dengan jumlah akuntan di Indonesia pada tahun 1990 yaitu sejumlah 9,553 orang atau terjadi kenaikan sebanyak 156%. Jumlah auditor wanita di Indonesia pada tahun 1990 sebanyak 2.447 orang dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 7.590 orang atau meningkat sebesar 237%. Dari keseluruhan jumlah auditor, 31% di antaranya adalah auditor wanita. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan auditor juga banyak dilakukan oleh wanita meskipun
4 pekerjaan ini dianggap sebagai pekerjaan male occupation. Pada tahun 2012, dalam seminar nasional “Prospek Akuntan Publik Di Indonesia” jumlah akuntan di Indonesia sebanyak 51,432 orang dan per 21 Juni 2012 hanya terdapat 1007 orang akuntan publik dan diyakini bahwa dalam pekerjaan ini wanita juga ikut mengambil bagian. Oleh karena itu penulis pun memilih gender sebagai salah satu variabel yang dianggap memiliki pengaruh terhadap kemampuan dalam pengerjaan auditnya agar dapat bekerja secara efektif. Dalam tulisan Anton Wijaya (2014) produktifitas pekerja baik wanita atau pria dipengaruhi oleh faktor usia. Usia pekerja yang tergolong pekerja muda yaitu dari umur 20-49 tahun
dengan tujuan pada proses kerjanya akan menghasilkan
pencapaian yang maksimal. Pekerja dengan usia diatas 50 tahun merupakan golongan pekerja tua, walapun tingkat produktifitasnya lebih rendah dibandingkan dengan golongan pekerja muda golongan pekerja tua mempunyai kelebihan dibidang pengalaman kerja. Pengalamanan kerja yang dimiliki oleh para golongan pekerja tua dapat digunakan sebagai penghasil sebuah keputusan dalam proses kerja. Kesimpulannya adalah akan ada hasil yang maksimal bila ada kombinasi kerja antara golongan pekerja muda dan golongan pekerja tua. Auditor harus mempunyai komunikasi yang baik terhadap sesama pegawai. Tugas auditor yang salah satunya adalah mengumpulkan data yang didapat untuk mencapai hasil audit memerlukan kemampuan yang baik dalam berkomunikasi. Menurut West & Turner (2010) komunikasi sendiri mempunyai definisi sebuah proses sosialisasi dimana proses ini melibatkan orang-orang yang berinteraksi baik secara langsung (tatap muka) ataupun secara tidak langsung (online). Biasanya terjadi antara dua orang atau lebih yang berinteraksi sebagai pelaku (komunikator) dan penerima (komunikan). Efektifitas berasal dari kata efektif yang mempunyai arti adalah mempunyai pengaruh atau memberikan hasil. Efektifitas mempunyai keaktifan sesuai dengan kesesuaian suatu kegiatan seseorang dalam melaksanakan tugasnya. Sasaran yang dituju adalah acuan utama yang menjadi tolak ukur seorang auditor. Jadi efektifitas audit adalah area khusus bagi para auditor untuk pencapaian kerjanya. Untuk mencapai hasil yang maksimal atau tercapainya efektifitas audit maka pengalaman kerja, gender, usia, dan komunikasi saling berkaitan. Keterkaitan variable-variable tersebut ditujukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. PT. Bank Rakyat Indonesia yang merupakan bank BUMN yang mempunyai pertumbuhan
5 paling pesat menjadi perusahaan yang menarik untuk diteliti oleh penulis. Pencapaian PT. Bank Rakyat Indonesia akan diteliti menggunakan variable-variable pengalaman kerja, gender, usia, dan komunikasi. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan pengaruh baru dalam pembuktian bahwa variable tersebut mempunyai nilai yang penting terhadap auditor. Dalam tulisan ini, penulis mencoba untuk menganalisa kembali apakah faktor pengalaman kerja, gender, usia dan komunikasi memiliki pengaruh namun bukan terhadap hasil audit, melainkan faktor yang berperan dibelakang hasil audit atas ke efektifitasannya. Adapun judul skripsi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:
“PENGARUH PENGALAMAN KERJA, GENDER, USIA DAN KOMUNIKASI AUDITOR INTERNAL TERHADAP EFEKTIFITAS AUDIT (STUDI KASUS DI KANTOR PUSAT PT. BANK RAKYAT INDONESIA PERIODE JANUARI – NOVEMBER 2015)”
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas yang ada pada latar belakang penelitian, maka
dalam penelitian dirumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah pengalaman kerja berpengaruh terhadap efektifitas audit? 2. Apakah gender berpengaruh terhadap kemampuan efektifitas audit? 3. Apakah usia berpengaruh terhadap efektifitas audit? 4. Apakah komunikasi auditor internal berpengaruh terhadap efektifitas audit? 5. Apakah pengalaman kerja, gender, usia, dan komunikasi berpengaruh terhadapat efektifitas audit?
1.3
Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian yang ditentukan oleh penulis akan difokuskan pada
pengaruh dari pengalaman kerja, gender dan usiaterhadap efektifitas audit. Objek yang akan diteliti adalah auditor-auditor yang bekerja pada badan usaha milik negara yaitu PT. Bank Rakyat Indonesia. Para auditor yang bekerja pada kantor pusat PT. Bank Rakyat Indonesia periode kerja Januari – November 2015. Para pekerja yang menjadi objek penelitian adalah pegawai yang bekerja pada divisi internal auditor, yang berjumlah sebanyak 70 pegawai. Yang memiliki persyaratan masuk dalam
6 pengalaman kerja, gender, usia, dan komunikasi yang menjadi acuan penulis. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penyebaran kuesioner. Kuesioner ini sudah disetujui oleh pihak PT. Bank Rakyat Indonesia untuk melakukan penyebaran di divisi internal audit. Kuesioner diberikan kepada divisi sumber daya masyarakat, lalu setelah dari divisi tersebut kuesioner ini diberikan kepada divisi internal auditor.
1.4
Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengelaman kerja berpengaruh secara parsial atau tidak terhadap efektifitas audit 2. Untuk mengetahui gender berpengaruh secara parsial atau tidak terhadap efektifitas audit 3. Untuk mengetahui usia berpengaruh secara parsial atau tidak terhadap efektifitas audit 4. Untuk mengetahui komunikasi berpengaruh secara parsial atau tidak terhadap efektifitas audit 5. Untuk mengetahui pengalaman kerja, gender, usia, dan komunikasi berpengaruh secara bersama-sama atau tidak terhadap efektifitas audit.
Manfaat dari penelitian ini adalah apabila faktor pengalaman kerja, gender, usia dan komunikasi tersebut berpengaruh terhadap efektifitas audit, diharapkan auditor dapat menambah wawasan dan lebih memperhatikan pentingnya faktor pengalaman kerja, gender, usia dan komunikasi dalam pengaruhnya terhadap efektifitas audit dari auditor tersebut yang seperti kita ketahui bahwa efektifitas audit ini akan ikut berpengaruh dalam proses audit dan hasilnya. Selain itu, diharapkan juga agar pembaca paham bahwa dalam proses audit tidak hanya pengetahuan tentang audit yang bermain sendiri, tapi juga ada aspek lain seperti ke efektifitasannya dalam memperoleh hasil audit yang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pengalaman kerja, gender, usia dan komunikasi. Dengan kata lain, manfaat dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Bagi auditor Auditor dapat menambah wawasan bahwa dalam audit, tidak hanya membutuhkan pengetahuan bidang auditing, tetapi juga pengetahuan
7 sehubungan dengan variable berupa pengalaman kerja, gender, usia dan komunikasi agar auditor mampu melakukan pengerjaan auditnya secara efektif agar proses audit berjalan lancar, terutama untuk auditor-auditor muda. 2. Bagi penulis Diharapkan penulis bisa mengambil dan menambah pengetahuan dari apa yang telah penulis kerjakan dan mampu menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat. 3. Bagi dunia pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi topik ajaran baru dalam dunia pendidikan.
1.5
Ringkasan Metode Penelitian 1.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dimana penulis akan memunculkan suatu hipotesis yang akan diuji.
2.
Dimensi waktu melibatkan suatu waktu dengan banyak sampel.
3.
Dalam pengujian hipotesis, penulis akan menggunakan metode analisis linear berganda.
4.
Metode pengumpulan data dilakukan secara langsung, yaitu dengan menyebarkan kuesioner.
1.6
Sistematika Pembahasan Dalam penulisan proposal skripsi ini diperlukan sistematika pembahasan, hal
ini dimaksudkan untuk mempermudah pembaca dalam memahami penelitian yang dibuat secara garis besar. Dalam sistematika pembahasan juga terdapat pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas terbagi menjadi tiga bab sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang dari sesuatu yang dianalisis, ruang lingkup penelitian, tujuan dan manfaat dari penelitian, ringkasan, dan sistematika pembahasan.
BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang melandasi penelitian dan yang
akan
digunakan
oleh
penulis
untuk
membantu
dalam
mengerjakan penelitian tentang pengaruh pengalaman kerja, gender
8 dan usia terhadap efektifitas audit selama proses audit. Pemberian informasi sehubungan dengan pengertian yang lebih detail tentang faktor-faktor yang terlibat, serta kaitan dari tiap-tiap faktor yang terlibat di dalamnya. Landasan teori dijadikan media sebagai penghubung dari tiap-tiap faktor yang terlibat dalam interaksi tersebut.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi informasi tentang objek penelitian yaitu auditor-auditor pada PT. Bank Rakyat Indonesia. Penulis akan menyebarkan kuesioner yang berisikan pertanyaan sehubungan dengan hal-hal yang diteliti oleh penulis. Adapun informasi yang akan disampaikan dalam bab ini adalah objek penelitian, desain penelitian, jenis dan sumber data, penentuan jumlah sampel, metode pengumpulan sampel, metode analisa data, dan metode penyajian data.
BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Bab ini akan menguraikan tentang data-data yang diperoleh dari hasil penelitian yang kemudian diolah dan ditampilkan dalam pembahasan sesuai dengan tujuan penelitian dan teori dari permasalahan yang ada.
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang uraian saran-saran dari implikasi yang terjadi serta kesimpulan yang dari penelitian yang telah dilakukan, yang didapatkan setelah diadakannya penelitian ini.
1.7
Tinjauan Pustaka Beberapa informasi sehubungan dengan penelitian yang sudah pernah dibuat adalah: 1. Yenny (2012), dengan judul Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas, Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Yang Dihasilkan Auditor Kantor Akuntan Publik (KAP) “The Big Four”. Hasil dari penelitian ini adalah Independensi, Integritas, dan Kompetensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan
9 objektivitas dan pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. 2. Rutiyana Trisanti Astiningrum (2012), dengan judul Pengaruh Gender, Kompleksitas Tugas, Tekanan Ketaatan Dan Pengalaman Audit Terhadap Audit Judgement Pada Kantor Akuntan Publik Di DKI Jakarta. Hasil dari penelitian ini adalah gender, kompleksitas tugas, dan pengalaman audit tidak berpengaruh terhadap audit judgement, sedangkan tekanan ketaatan berpengaruh terhadap audit judgement. 3. Devi
Puspitasari
(2009),
dengan
judul
Pengaruh
Akuntabilitas,
Pengalaman Kerja, Dan Pengetahuan Audit Terhadap Persepsi Kualitas Kerja Auditor (Studi Kasus Kantor Akuntan Publik Di Jakarta Barat). Hasil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh signifikan dari variabel akuntabilitas, pengalaman kerja, dan pengetahuan audit terhadap kualitas kerja auditor, namun penulis juga menemukan bahwa terdapat perbedaan saat proses analisis parsial dimana akuntabilitas dan pengalaman kerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas kerja auditor.Saat ini kebutuhan akuntan khususnya akuntan publik atau auditor makin besar dan jumlah orang-orang yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan ini juga tidak bisa dibilang sedikit. Walaupun pekerjaan ini seringkali dianggap sebagian besar orang sebagai “male occupation”, namun nyatanya hingga saat ini banyak juga wanita yang mengambil peran dalam pekerjaan ini. Auditor-auditor yang tersedia di Indonesia saat ini berasal dari baik itu kalangan muda, menengah, hingga tua. Usia ini dapat digunakan sebagai patokan dari pengalaman mereka sebagai auditor. Kisaran usia yang diperoleh melalui seminar nasional “Prospek Akuntan Publik Di Indonesia” pada tanggal 26 Juni 2012 lalu adalah sebagai berikut: usia 30 tahun kebawah ada 1%, usia 30-39 tahun ada 11%, usia 40-49 tahun 27%, usia 50-56 tahun ada 25%, dan usia diatas 59 tahun ada 35%. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia sangat membutuhkan tenaga auditor yang muda baru, dengan tujuan untuk “melestarikan” dan menggantikan peran dari mereka yang sudah tua. Oleh karena itu, penelitian sehubungan dengan hubungan antara pengalaman kerja, gender, usia, keahlian audit, etika, akuntabilitas, dan sebagainya terhadap kualitas audit, pemberian keputusan, dan sebagainya
10 harus diperhatikan, terutama bagi auditor-auditor muda atau yang baru akan terjun ke dunia audit. Auditor hendaknya sadar dan tahu apakah mereka memiliki pengaruh yang signifikan. Dari tinjauan pustaka di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada yang berpendapat bahwa variabel gendermempengaruhi hasil audit yaitu ketepatan pemberian opini. Sedangkan untuk variabel pengalaman kerja beberapa berpendapat bahwa pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap hasil audit atau kualitas audit, namun ada juga yang berpendapat bahwa sebenarnya pengalaman kerja berpengaruh terhadap hasil audit. 4. Anton Wijaya (2014), dengan judul pengaruh pengalaman kerja dan gender terhadap kemampuan komunikasi dan psikologi auditor dalam proses audit (studi empris big four accounting firm). pengalaman bukan merupakan
satu-satunya
aspek
yang
harus
diperhatikan
dalam
mengembangkan kemampuan komunikasi, ada aspek lainnya yang juga dibutuhkan untuk mengembangkan kemampuan komunikasi. Dalam gender pria dan wanita memiliki kemampuan komunikasi yang sederajat. Gender tidak bisa dijadikan tolak ukur kemampuan komunikasi dari seseorang.
5. Maulina Elsa Judhistira (2014), dengan judul analisis fungsi dan efektifitas audit internal pada organisasi AIESEC Indonesia. Dengan kesimpulan Fungsi audit internal pada AIESEC Indonesia dapat dikatakan cukup berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan: a. Audit internal dapat memberikan jaminan dan kepastian bahwa AIESEC Indonesia memiliki standar kebijakan yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan dalam upaya pencapaian tujuan organisasi. b. Audit internal dapat membantu penerapan dan peningkatan proses tata kelola organisasi melalui pembenahan pada proses internal organisasi yang menyangkut keprofesionalitasan sumber daya manusia, aspek keuangan, serta aspek lainnya.
11 c. Audit internal dapat membantu organisasi dalam penyediaan informasiinformasi yang dibutuhkan oleh manajemen internal organisasi serta mampu mendeteksi temuan-temuan audit yang kemudian memberikan rekomendasi untuk proses perbaikan kinerja organisasi. d. Audit internal melaksanakan fungsinya dengan melakukan tiga jenis audit antara lain audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional dalam mengaudit bidang human-development yaitu exchange dan leadership yang menjadi fokus utama organisasi. Efektivitas audit internal pada AIESEC Indonesia dapat dikatakan tidak berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan: a. Kompetensi auditor internal dalam pelaksanaan audit internal yang harus memiliki pemahaman dan pengetahuan mengenai bidang serta proses auditing belum mampu menganalisis lebih dalam aktivitas yang terjadi terutama aktivitas keuangan pada AIESEC Indonesia. b. AIESEC Indonesia secara substantif merupakan organisasi profit, hal ini tercermin dari laporan keuangan yang disajikan yang mencakup sumber pendanaan, pembayaran pajak, serta sirkulasi laba yang diperoleh oleh organisasi. Sehingga AIESEC Indonesia tidak lagi sejalan dengan karakteristik organisasi non-profit.
6. Taufiequr R. Wirosari & Zaenal Fanani (2014), dengan judul pengaruh umur, gender, dan pendidikan terhadap perilaku risiko auditor dalam konteks audit atas laporan keuangan. Dengan kesimpulan Dari hasil analisis yang telah dilakukan maka simpulan penelitian antara lain, sebagai berikut: 1. Umur berpengaruh positif terhadap perilaku risiko auditor dalam konteks audit atas laporan keuangan, 2. Auditor perempuan tidak terbukti lebih berperilaku menghindar risiko dibandingkan dengan laki-laki, 3. Pendidikan formal yang lebih tinggi tidak terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap perilaku risiko auditor, dan 4. Adanya kombinasi umur, gender, dan pendidikan yang beragam dalam team berguna dalam efisiensi dengan tetap menjaga efektifitas audit yang
12 dilakukan melalui adanya kombinasi perilaku risiko yang melekat pada masing-masing criteria tersebut.