BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan telah memajukan perkembangan industri pangan. Ditambah dengan terbukanya akses pasar global membuat industri pangan di Indonesia terbuka terhadap persaingan yang ketat baik dalam tingkat harga maupun efisiensi produksi demi semakin meningkatkan margin keuntungan. Pasar global menargetkan bahwa akan terdapat peningkatan keuntungan sebesar 1% – 10% di tahun 2014 berdasarkan penelitian dari Grant Thornton. Namun, untuk pasar Indonesia sendiri berdasarkan keterangan dari Franky Sibarani yang merupakan Sekretaris dari Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) akan terjadi penurunan proyeksi pertumbuhan industri sebesar 2% dibandingkan tahun 2013 lalu, dengan proyeksi tahun 2014 sebesar 6%. Proyeksi yang menurun tersebut disebabkan oleh kendala di tanah air seperti naiknya biaya produksi dan tingginya persaingan pasar sehingga para pelakunya harus mampu meminimalisir penggunaan sumber daya sebaik mungkin dengan tetap mempertahankan kualitas dan service level secara maksimal. PT DIVA MITRA BOGATAMA selaku pelaku industri makanan olahan di Indonesia yang memiliki daya saing utama dari segi harga, merasakan pentingnya peningkatan efisiensi produksi untuk menjaga daya saing dan untuk terus menerus memperbaiki sistemnya. Perusahaan ini bergerak di bidang manufaktur untuk bumbu makanan kemasan bagi InHouse Brand toko-toko swalayan dan restoran cepat saji. Sejak awal berdirinya perusahaan di tahun 1999, perusahaan ini telah menjadi pemasok bagi restoran cepat saji McDonald, toko swalayan Carrefour, Giant, Lion Super Indo, serta berbagai penyedia jasa catering di Indonesia. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini terdiri dari produk dengan kategori Dry Product, yaitu produk bumbu atau makanan instan dalam kemasan dengan sifat kering dan tidak berair, dan kategori lainnya adalah Wet Product yaitu produk yang memiliki kandungan air lebih besar sehingga wujudnya cenderung cair, dapat berupa bumbu rendaman makanan atau saus. 1
2
Dalam kaitannya terhadap peningkatan daya saing perusahaan di tengah situasi tekanan proyeksi pertumbuhan tersebut, perusahaan dapat mengurangi kerugian dari kerusakan produk dengan dua keputusan manajemen. Pilihan pertama yang dapat ditempuh perushaaan adalah dengan memperketat sistem kendalinya atas kualitas produk hasil produksi (Quality Control) atau dengan dengan peningkatkan tingkat efisiensi pada sektor Production Planning and Inventory Control (PPIC) yang erat sekali kaitannya dengan proses perencanaan produksi, manajemen bahan baku, dan berbagai penjadwalan dan alur produksi. Mengacu kepada proporsi jenis kerusakan barang itu sendiri dan juga preferensi pihak manajemen atas keputusan manajerialnya, maka diambil keputusan untuk fokus terhadap peningkatan efisiensi pada PPIC untuk dapat mengurangi kerugian perusahaan. Berdasarkan data dari perusahaan, PT DIVA MITRA BOGATAMA saat ini memiliki sistem pengendalian stok yang kurang akurat sehingga terdapat produk akhir serta bahan baku yang tidak diperhitungkan dengan baik atau cenderung bertumpuk, hal ini mengindikasikan adanya kelebihan pasokan
melampaui
permintaan
pasar.
Kelebihan
pasokan
tersebut
menyebabkan perusahaan harus menyimpan produknya dalam gudang untuk jangka waktu yang lama tanpa terserap oleh permintaan pasar, sehingga melampaui masa pakai dari produk itu sendiri dan memicu kerugian yang tidak sedikit bagi perusahaan. Berdasarkan data studi selama 24 bulan yang tergambar dalam grafik di bawah ini, perusahaan rata-rata mengalami kerusakan persediaan sebesar 2.28 % per tahunnya akibat lewatnya masa pakai
dalam
penyimpanan
dan
kerusakan
produk
dalam
mengakibatkan rata-rata kerugian pertahun sebesar Rp 64,018,485.00.
gudang,
3
Gambar 1.1 Grafik Perbandingan Kerusakan Persediaan dan Produksi
Dari data lapangan tersebut mengacu kepada rata-rata kerusakan, produk yang paling mudah rusak adalah Hot Chicken (HC1), MitraQu CC (CC1), Crispy Chicken Bread Butter Belmart (CCBB Belmart), Kentucky Amway 325, dan Tepung Serbaguna LM, data tersebut diambil berdasarkan atas jumlah kerusakan produk yang terbanyak dalam periode 24 bulan dan semuanya berasal dari kategori Dry Product. Mengacu kepada nilai dari masing-masing bahan baku dan besarnya jumlah yang terbuang, produk bahan baku yang memberikan nilai kerugian tertinggi dalam setahun antara lain secara berurutan adalah HC1, MitraQu CC, dan CCBB, dengan total nilai kerugian masing-masing adalah Rp 97,308,000 Rp 73,800,000 Rp 17,496,000
Gambar 1.2 Grafik Proporsi Kerusakan Jenis Produk
4
Mengacu pada grafik di atas yang menggambarkan proporsi besarnya kerusakan barang pada penyimpanan dapat terlihat bahwa sebagian besar kerusakan produk terdapat pada kategori Dry Product. Sehingga, mengacu pada ilustrasi tersebut dan data lapangan yang telah dijabarkan sebelumnya, maka penelitian ini akan membatasi penelitian pada lingkup PPIC dengan obyek studi pada produk dengan nilai total kerugian tertinggi dan jumlah kerusakan terbesar yang antara lain adalah HC1, MitraQu CC, dan CCBB Belmart yang merupakan jenis Dry Product. Dengan adanya proses PPIC yang efektif untuk 3 produk ini maka diharapkan perusahaan berpotensi untuk dapat menghilangkan biaya kerugian sebesar Rp 188,604,000.00, selanjutnya hasil studi ini dapat menjadi dasar pengembangan bagi perusahaan untuk dapat lebih jauh lagi mengurangi biaya kerugian yang dapat ditimbulkan oleh rusaknya produk lainnya di masa yang akan datang.
1.2
Rumusan Permasalahan Permasalahan yang termasuk dalam pengamatan penelitian ini mengacu kepada latar belakang tersebut antara lain adalah: 1. Apakah metode peramalan yang paling sesuai dalam memperkirakan permintaan produk tepung dari PT DIVA MITRA BOGATAMA? 2. Apakah metode yang paling sesuai dalam Agregate Planning dan bagaimana pengaruhnya dalam format Master Production Schedule (MPS)? 3. Berapa total biaya paling efisien yang dapat dicapai antara penggunaan metode Economic Order Quantity, Production Order Quantity, dan Lot For Lot?
1.3
Ruang Lingkup Penelitian Beberapa pembatasan masalah yang terdapat dalam penelitian ini antara lain adalah: 1. Penelitian dilakukan di PT DIVA MITRA BOGATAMA 2. Jenis dari produk yang diteliti adalah tiga produk makanan olahan tipe Dry Product dengan tingkat kerusakan tertinggi selama pengamatan 3. Tidak ada perubahan jenis bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat produk yang diteliti selama penelitian ini berlangsung
5
4. Data pengamatan yang digunakan adalah merupakan data yang diambil dalam periode 24 bulan antara Juni 2012 hingga Mei 2014
1.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1
Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain adalah: 1. Mengetahui metode peramalan yang paling sesuai dalam memperkirakan permintaan produk dari PT DIVA MITRA BOGATAMA 2. Mengetahui proses perancangan Aggregate Planning dan MPS untuk PT DIVA MITRA BOGATAMA 3. Mengetahui total biaya paling efisien berdasarkan biaya terkecil yang dapat dicapai dalam penggunaan metode Economic Order Quantity, Production Order Quantity, dan Lot For Lot
1.4.2 Manfaat Penelitian Manfaat dilakukannya penelitian ini yaitu: 1. Membantu memahami penerapan metode peramalan dalam sektor industry 2. Membantu memahami penerapan teori penjadwalan produksi dalam sektor industri 3. Membantu memahami penerapan teori perencanaan bahan baku dalam dunia industri 4. Membantu untuk dapat menjadi referensi pada penelitian berikutnya
6
1.5
State of The Art Judul Iveline Anne Marie, Silvi Ariyanti, Monika Tangel
Usulan Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku di PT KMT Juni 2013 Jurnal Ilmiah Teknik Industri Vol.1 No.2, 75-85
Kesimpulan Didapatkan metode peramalan terbaik untuk 3 produk berbeda berdasarkan nilai MSE dan MAPE. Dilanjutkan perencanaan agregat menggunakan metode Transportasi dan pada bagian MRP menerapkan perbandingan system LFL, EOQ, FOQ, dan POQ Perencanaan agregat dipengaruhi
Jevi Rosta, Hendy Tannady Perencanaan Agregat Heuristik Untuk Penentuan Sumber Daya yang Optimal April 2013 Spektrum Industri Vol.11 No.1, 91-97
berbagai variasi pengendalian, hasil yang umum didapat sangat bergantung pada kebijakan perusahaan dan jumlah produksi. Metode pengendalian terbaik adalah pengendalian Tenaga Kerja dengan implikasi utama pada biaya perusahaan
Arianna Alfieri, Tullio Tolio A Project Scheduling Approach To
Pengajuan perencanaan produksi untuk jangka waktu menengah dengan
Production and Material Requirement
menambahkan informasi mendalam dan
Planning In Manufacturing-to-Order
pengetahuan yang didapat dari proses
Environments
rencana agregat kepada sistem berbasis
2012
Make-To-Order. Penelitian ini secara
J Intell Manuf Vol. 23, 575-585 N. Rajeev, Inventory Management In Small and Medium Enterprise 2008 Management Research News Vol. 31 No.9, 659-669
efektif mampu mendukung tahapan MRP Perusahaan kecil menengah di India sebagian besar tidak menerapkan sistem manajemen persediaan yang memadai. Studi berdasarkan tiga parameter utama yaitu tingkat peramalan, pembelian bahan baku, dan waktu tunggu yang tidak konsisten dan tidak terintegrasi