BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bidang pariwisata dan pelestarian global kini masing-masing telah berkembang dan menapak era baru, meskipun pelestarian masih selalu berbenturan dengan arus cepat modernisasi. Segi kualitas objek wisata juga mengalami pergeseran yang ditandai dengan kecenderungan-kecenderungan baru para wisatawan. Trend pariwisata kedepan banyak yang berorientasi ke alam. Back to nature menjadi slogan yang populer dalam dunia pariwisata saat ini. Beberapa tahun silam, pemerintah mencanangkan pariwisata sebagai sumber pemasukan devisa dari sektor non migas. Lalu berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk menarik minat wisatawan mancanegara (wisman) untuk berkunjung ke Indonesia. Ternyata grafik kunjungan wisman meningkat tajam sejak tahun 1993. Mulai dari 3.403.000 orang pada tahun 1993 meningkat menjadi 5.034.000 orang pada tahun 1996. Puncaknya adalah tahun 1997 yang mencapai 5.185.000 orang. Namun pada saat krisis moneter melanda Indonesia, pariwisata ikut terkena dampaknya. Jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia pada tahun 1998 menukik ke angka 4.606.000 orang.1 Tahun-tahun selanjutnya makin menunjukkan angka yang terus merosot dan bahkan Indonesia sebagai salah satu negara tujuan wisata mulai di hindari untuk sementara.2 Walaupun saat ini sektor pariwisata kurang dapat menunjukkan perannya, namun tetap menjadi sektor andalan Indonesia untuk memberikan pemasukan devisa negara. Karena letak geografisnya yang strategis diantara beberapa benua di kawasan Asia Pasifik, Indonesia merupakan salah satu daerah tujuan berkunjung, baik untuk kunjungan bisnis maupun berlibur. Hal ini juga didukung dengan banyaknya potensi wisata, termasuk keberadaan potensi wisata alam yang ada di wilayah Negara Kepulauan Indonesia, yang menjadi salah satu daya tarik cukup besar bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
1 2
Pariwisata Indonesia masih Dihadang Berbagai kendala, Suara Pembaruan Daily KOMPAS Cyber Media, 2001
1
Indonesia merupakan Negara Kepulauan dengan iklim tropis lembab yang kaya akan potensi alam, baik berupa hutan, laut dan pantai, gunung berapi, maupun sungai yang secara keseluruhan merupakan potensi yang cukup menarik untuk dikembangkan sebagai suatu objek wisata. Sayangnya, selama ini potensi alam yang ada belum sepenuhnya dikembangkan dan dikelola secara optimal. Salah satu daya tarik dari sungai-sungai yang ada di Indonesia adalah karakter spesifik yang dimiliki oleh hampir setiap sungai di Indonesia, sesuai dengan kondisi dan letak geografisnya. Dalam kenyataannya, potensi sungai di Indonesia merupakan salah satu potensi alam yang kurang mendapat perhatian untuk dikembangkan secara optimal, khususnya sebagai objek wisata. Namun demikian, disamping pertimbangan perlunya upaya pengembangan dan pengolahan potensi sungai menjadi suatu objek wisata yang menarik, diperlukan pula kehati-hatian dalam pengembangannya, khususnya berkaitan dengan upaya pelestarian dan mempertahankan daerah aliran sungai dari kerusakan. 1.1.1
Tinjauan Pariwisata di Merauke Merauke merupakan kabupaten yang terletak paling selatan dari provinsi Papua dan paling timur dari wilayah Republik Indonesia. Kekayaan aset wisatanya yang merupakan gabungan dari pemandangan alam dan keunikan kebudayaan pun melimpah ruah. Kekayaan aset yang menonjol di Merauke adalah 5 (lima) kawasan lindung, yaitu Taman Nasional Wasur dan Rawa Biru; Suaka Margasatwa Sungai Bian; Suaka Margasatwa Pulau Kimaam; Cagar Alam Kumbe-Merauke (Bupul); dan Cagar Alam Pulau Pombo. Luas seluruh kawasannya adalah 1.388.755 Ha, atau sekitar 9% dari batas wilayah kabupaten Merauke (11.974.900 hektar).3 Di kota Merauke juga terdapat beberapa tempat-tempat wisata bahari. Diantaranya
adalah Pantai Buti dan Pantai Nasem. Pantai Buti adalah pantai yang terletak tidak jauh dari batas kota Merauke. Pantai ini yang karena letaknya pada bagian timur kota Merauke sehingga sangat indah jika melihat terbenamnya mentari jika hari mulai petang dan juga dapat dibuat sebagai tempat rekreasi yang sangat menyenangkan. Selain itu, para nelayan dapat mencari nafkahnya dengan mencari ikan pada pantai ini dikarenakan kota Merauke juga kaya akan hasil lautnya. Pantai ini bermuara di sungai Maro. Sedangkan Pantai Nasem 3
Pusat Studi Lingkungan Universitas Cenderawasih, “Pemantapan Data Dasar dan Penyusunan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Lindung Kabupaten Daerah Tingkat II Merauke”, (Papua : 1998), hal. I-1.
2
adalah pantai yang terletak agak jauh dari kota Merauke, tetapi karena keindahan dan kesejukan pantai ini membuat pantai ini banyak dikunjungi oleh masyarakat yang tinggal diluar maupun dari dalam kota Merauke sendiri.4
Gambar 1.1 Matahari Terbenam di Pantai Buti dan Aktivitas Wisata di Pantai Nasem (http://students.ukdw.ac.id/ ˜22012777/ File/ bahari.Html.)
Jenis-jenis objek wisata di Merauke antara lain5 :
Objek wisata alam, terdiri atas Pantai Ndalir, Pantai Mbuti, Taman Nasional Wasur, Suaka Margasatwa pulau Dolok (Kimaam), Suaka Margasatwa Sungai Bian, Cagar Alam Kumbe-Merauke (Bupul), dan Sumber Air Panas (air belerang).
Objek wisata budaya, terdiri atas Pesta Dambu, Tugu Perbatasan Sabang-Merauke, Tugu Pepera, Ex. Rumah/kantor Resident, Ex Kantor Pos, dan Patung Kristus Raja
Objek wisata minat khusus, yaitu wisata berburu secara tradisional. Adapun perkembangan jumlah wisatawan di kabupaten Merauke setiap tahunnya terus meningkat. Ini dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 1.1 Jumlah Wisatawan di Kabupaten Merauke WISATAWAN
2002
Domestik
9.530
11.014
17.630
288
246
232
9.818
11.260
17.862
Mancanegara Jumlah
2003
2004
(Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, 2005)
4
Yoenten_Maniezt, “Wisata Bahari”, September 2004, (Akses: 30 Maret 2005), http://students. ukdw.ac.id/ ˜22012777/ File/ bahari. Html. 5 Dinas Pariwisata Kabupaten Merauke, “Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2004”, (Merauke : 2005)., hal. 1-3.
3
Sejauh ini, berbagai objek wisata tersebut diatas diakses secara terpisah sehingga dengan kedudukannya yang strategis, sungai Maro dapat dijadikan sebagai ”Starting Point” (titik awal) untuk mengakses berbagai objek wisata di Merauke. Untuk itu pada daerah ini perlu dibangun fasilitas yang dapat membantu wisatawan dalam hal informasi, akomodasi dan jasa transportasi, diantaranya berupa penginapan, restoran, biro perjalanan, dermaga kapal pesiar, taman rekreasi, toko souvenir, dan sebagainya.
1.1.2
Gambaran Sejarah Kota Merauke Merauke yang berada di bagian selatan dari propinsi Papua memiliki luas wilayah mencapai 11.974.900 Ha. Kota Merauke beriklim tropis dengan perbedaan musim penghujan dan musim kemarau yang sangat mencolok. Hal ini kadang-kadang dipengaruhi oleh iklim benua Australia karena daerah ini letaknya berdekatan dengan Australia. Dari sejarah, diketahui Merauke ditemukan pada tanggal 12 Februari 1902. Orang
pertama yang menetap di sana adalah pegawai pemerintah Belanda. Mereka mencoba untuk hidup dengan penduduk setempat dengan berjuang keras melawan keganasan alam (termasuk pemburu kepala). Lama kelamaan tempat tersebut mengalami pertumbuhan yang sangat cepat sehingga menjadi sebuah "kota". Para wanita setempat suka memakai hiasan bulu dari burung khayangan "Cendrawasih" di topi mereka. Hal ini membuat orang Eropa dan Cina, mulai "menyerbu" hutan di selatan nugini ini untuk memburu burung sebanyak mungkin. Ketika pemerintah Belanda melarang perburuan, mereka semua kembali ke Merauke untuk menghabiskan uang yang mereka dapatkan. Hal ini yang menyebabkan mengapa di kemudian hari populasi penduduk di Merauke tidak banyak, ini dikarenakan Merauke adalah kota untuk para pendatang (orang asing). Namun sekarang, banyak penduduk asli Papua yang mulai menetap di Merauke. Asal mula nama "Merauke" sebenarnya berasal dari sebuah salah paham yang dilakukan oleh para pendatang pertama. Ketika para pendatang menanyakan kepada penduduk asli (suku Marind), bagaimana mereka menyebut nama daerahnya. Mereka menjawab “Maro-ke”, yang sebenarnya berarti “Itu Sungai Maro”. Orang Marind berpikir bahwa Sungai Maro (yang lebarnya ± 500m) lebih penting dari nama area tempat sebuah
4
hutan, yaitu Gandin. Sejak saat itu dikenal nama Merauke, hasil pelafalan yang salah dari "Maro-ke". Sebutan sebenarnya daerah ini adalah "Ermasoek". 6 Sungai Maro membelah pusat kota Merauke menjadi dua bagian. Dapat dikatakan keberadaan sungai ini merupakan jantung bagi pergerakan kehidupan kota Merauke oleh karena banyaknya aktivitas produktif yang dilakukan di atas sungai Maro ini. Setiap kapal yang masuk kota Merauke akan melewati sungai Maro, karena semua dermaga pelabuhan bermuara di sungai Maro, antara lain pelabuhan umum, dermaga pertamina, dan dermaga PPI. Kemajuan perekonomian yang relatif pesat membawa dampak bagi berbagai aspek perkotaan, antara lain meningkatnya kebutuhan akan wadah atau sarana yang dapat mendukung perkembangan kota Merauke. Dalam hal ini, Merauke dituntut untuk memiliki sistem infrastruktur yang baik, yang berkaitan dengan bidang fisik, sosial, dan ekonomi.
1.1.3 Prospek Pengembangan Wisata Tepian Air Sungai Maro mempunyai potensi alam yang sangat baik, dengan kondisi sungai yang berbentuk spiral, lebar ± 900 m dan panjangnya kira-kira 300 km. Di bagian sebelah barat, tampak panorama lepas pantai dari Laut Arafuru, sedangkan dibagian utara terdapat hutan homogen, yaitu pohon bus (spesies Melaleuca, famili Myrtaceae) yang tumbuh disepanjang tepian sungai Maro7. Bukan hanya itu, adanya letak lahan wisata yang menghadap langsung ke laut Arafuru, sangat cocok untuk memperlihatkan keindahan pemandangan alam pada saat matahari terbenam. Sungai ini membelah pusat kota Merauke menjadi dua bagian. Dapat dikatakan keberadaan sungai ini merupakan jantung bagi pergerakan kehidupan kota Merauke oleh karena banyaknya aktivitas produktif yang dilakukan di atas sungai Maro ini. Setiap kapal yang masuk kota Merauke akan melewati sungai Maro, karena semua dermaga pelabuhan bermuara di sungai Maro, antara lain pelabuhan umum, dermaga pertamina, dan dermaga PPI.
6
Yoenten_Maniezt, “Sejarah Kota Merauke”, September 2004, (Akses: 30 Maret 2005), http:// students.ukdw.ac.id/ ˜22012777/ File/ sejarah. Html. 7 Pusat Studi Lingkungan Universitas Cenderawasih, “Pemantapan Data Dasar dan Penyusunan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Lindung Kabupaten Daerah Tingkat II Merauke”, (Papua : 1998), hal. L-14.
5
Sungai Maro merupakan ‘Gerbang Masuk’ ke Kabupaten Merauke melalui Jalur Air
Site/ lokasi terpilih
Gambar 1.2 Site/ Lokasi di Alur Pelayaran di Sungai Maro (Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Papua, 2003)
Aktivitas yang cukup menarik yang terjadi di sungai Maro adalah adanya kapalkapal perikanan luar negeri yang secara reguler (dua minggu sekali) berlabuh di dermaga yang terdapat di sekitar Sungai Maro sekedar untuk bongkar muat dan beristirahat. Tenaga Kerja Asing yang Bekerja Di pelabuhan Perikanan Merauke adalah sebagai berikut: Tabel.2. Jumlah Tenaga Kerja Asing yang Bekerja di Pelabuhan Perikanan Merauke
No 1
Warganegara Tenaga Kerja Asing Thailand
Jumlah (orang)
2
RRC
3 4 5
India Myanmar Zelandia Baru
7 7 5
6 7 8
Burma Taiwan Australia
4 4 3
9
Inggris
1
10
USA
1
1.791 503
Total
2.326
(Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Merauke, 2002)
6
Dengan memiliki volume lalu lintas kapal yang cukup tinggi serta aktivitas perairan yang relatif padat8, akan sangat menarik jika pada kawasan ramai ini disediakan sebuah fasilitas rekreasi yang akan menjadi pilihan orang-orang yang beraktivitas di sungai Maro atau yang beraktivitas di darat sebagai tempat untuk berelaksasi atau untuk berwisata. Sejak zaman penjajahan Belanda (sebelum tahun 1945), alur sungai Maro sudah di gunakan sebagai alur pelayaran9. Saat ini ada beberapa kapal ikan milik warga asing yang berlabuh di sungai tersebut karena belum tersedianya pelabuhan perikanan di kabupaten Merauke10. Di sekitar tepian sungai Maro, tepatnya disebelah selatan tanggul, telah ada pemukiman penduduk. Tidak jauh dari tempat tersebut juga terdapat sebuah pintu air, yaitu pintu air BM.0, dimana telah ada aktifitas disekitarnya, yaitu terdapat pasar ikan, Rumah Sakit, Sekolah Perawat Kesehatan (SPK), pemandian air panas, dermaga kapal penumpang, dan berkumpulnya masyarakar sekitar untuk melihat kegiatan keluar masuknya berbagai kapal. Sarana dan prasarananya pun telah ada, seperti jalan beraspal, angkutan umum, telepon, listrik, air bersih, dan sebagainya.
1.1.4
Perkembangan Kawasan Pintu Air BM. 0 Kawasan pintu Air BM. 0 merupakan kawasan yang mempunyai potensi yang cukup baik bila di kembangkan. Hal ini dikarenakan pada kawasan ini telah adanya aktivitas kenelayaan, aktivitas memancing dipinggir sungai, dan aktivitas menikmati panorama lepas pantai pada sore hari, serta menikmati arus pelayaran kapal-kapal yang masuk maupun yang keluar melalui sungai Maro. Jika kawasan ini dikembangkan akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dalam dan luar negeri. Disamping itu para wisatawan juga dapat melakukan wisata bahari sepanjang sungai Maro untuk menikmati keindahan alam kota Merauke.
8
Dinas Perikanan dan Kelautan Papua, “Studi Pembangunan Pelabuhan Perikanan Samudera di Merauke, Kabupaten Merauke”, (Papua : 2003), hal. III-14. 9 Ibid., hal. III-17. 10 Ibid., hal. V-1.
7
1.2 Rumusan Masalah Bagaimana merancang Waterfront Kawasan Pintu Air BM. 0 di Tepian Sungai Maro, Merauke-Papua yang dapat menjadi ”Starting Point” (titik awal) untuk mengakses wisata di Merauke, dengan Pengolahan Air sebagai acuan desain.
1.3 Tujuan Merancang Waterfront Kawasan Pintu Air BM. 0 di Tepian Sungai Maro, MeraukePapua yang dapat menjadi “Starting Point” (titik awal) untuk mengakses wisata di Merauke, dengan Pengolahan Air sebagai acuan desain.
1.4 Sasaran Melakukan studi tentang Wisata Waterfront dengan mengacu pada bangunan wisata (penginapan, restoran, biro perjalanan, taman rekreasi, dermaga kapal pesiar, toko souvenir). Melakukan studi tentang Arsitektur Waterfront. Melakukan studi tentang Merauke dan kegiatan pariwisata di Merauke Melakukan studi tentang Kawasan Pintu Air BM. 0 di sungai Maro. Melakukan studi tentang Pengolahan Air.
1.5 Lingkup
Waterfront dibatasi pada fasilitas wisata di tepian sungai (penginapan, restoran, biro perjalanan, taman rekreasi, dermaga kapal pesiar, toko souvenir).
Tepian sungai dibatasi pada ciri tepian sungai Maro.
Merauke dibatasi pada hal yang berhubungan dengan pemilihan site untuk bangunan tersebut.
Sungai Maro dibatasi pada kawasan pintu air BM. 0.
Pengolahan air dibatasi pada sifat dan kegunaannya.
8
1.6 Metode A. Metode Mencari Data
Wawancara Ditujukan pada Dinas Pariwisata Kabupaten Merauke, nelayan, penduduk setempat, dan para pengunjung.
Observasi Pengamatan langsung pada kawasan Pintu Air BM. 0.
Studi Pustaka/Literatur Mempelajari buku-buku tentang pariwisata, wisata sungai, wisata ditepian sungai, pengolahan air (sifat dan kegunaannya).
Studi Banding Melihat langsung bangunan sejenis dari pustaka dan internet serta media informasi lainnya.
B. Metode Menganalisa Data
Kuantitatif Temuan-temuan yang ada dikomunikasikan dalam bentuk angka-angka.
Kualitatif Temuan-temuan yang ada dikomunikasikan secara naratif.
C. Metode Perancangan Merancang Waterfront Kawasan Pintu Air BM. 0 di Tepian Sungai Maro, MeraukePapua dengan melakukan pendekatan-pendekatan dari sisi program ruang, kondisi site, daya dukung alam setempat, dan material yang akan digunakan dengan berpedoman pada sifat dan kegunaan air.
1.7 Sistematika Penulisan BAB I
PENDAHULUAN Mengungkapkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran, lingkup, metode, dan sistematika penulisan.
9
BAB II
TINJAUAN WISATA DI MERAUKE-PAPUA Mengungkapkan berbagai data yang mempunyai hubungan dengan potensi wisata di tepian sungai, fasilitas pendukung dan kehidupan sosial budaya di kabupaten Merauke.
BAB III
TINJAUAN TEORITIS WATERFRONT DAN PENGOLAHAN AIR SEBAGAI ACUAN DESAIN Mengungkapkan desain requirement Waterfront Di Tepian Sungai Maro, disertai studi kasus bangunan fasilitas wisata serupa yang sudah ada, baik didalam negeri maupun diluar negeri, misalnya dalam hal fasilitas yang disediakan serta mengungkapkan tinjauan mengenai pengolahan air dengan menekankan sifat dan kegunaan air yang dapat digunakan dalam perancangan.
BAB IV
ANALISIS KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BANGUNAN WISATA Mengungkapkan proses untuk menemukan ide-ide konsep perencanaan dan perancangan melalui metode-metode tertentu yang diaplikasikan pada lokasi/site, misalnya dalam hal kriteria pemilihan site, kebutuhan ruang, dan penzoningannya.
BAB V
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BANGUNAN WISATA Mengungkapkan konsep-konsep yang akan ditransformasikan dalam rencana fisik arsitektural, misalnya dalam hal gubahan massa bangunan, serta strategi penerapan pengolahan air pada bangunan yang akan di desain.
10