BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kehidupan yang sejahtera merupakan harapan terbesar bagi setiap negara beserta masyarakatnya. Sebagai upaya untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, maka dari itu seiring bertambahnya waktu semakin banyak lembaga sosial yang mulai bermunculan. Lembaga sosial sangat berperan penting dalam mendukung kinerja pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Harapan negara dan masyarakat tersebut sesuai dengan visi dari salah satu yayasan sosial yang cukup fenomenal dan sudah tersebar merata di seluruh dunia yaitu Yayasan Tzu Chi. Tzu Chi bercita-cita untuk menjernihkan hati manusia dengan mewujudkan masyarakat yang aman dan tenteram sehingga dunia bebas dari bencana. Upaya yang dilakukan Tzu Chi agar dapat menjernihkan hati manusia dengan menumbuhkan rasa cinta kasih seluruh manusia yang ada di dunia khususnya bagi diri relawan, pemberi bantuan, dan penerima bantuan. Tzu Chi beserta pendirinya yaitu seorang Bhikkhuni yang bernama Master Cheng Yen telah menerima berbagai penghargaan dari berbagai negara di antaranya penghargaan “Sahabat Bagi El Savador” pada tahun 2011 yang di mana Penghargaan ini mengakui upaya tanpa pamrih dari Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Tzu Chi dalam membantu korban gempa bumi dan angin topan di El Salvador selama 10 tahun terakhir . Selanjutnya penghargaan Pada Desember 2012, Perdana Menteri Kanada Stephen Harper didampingi oleh Menteri Kewarganegaraan dan Imigrasi Kanada, Jason Kenney, dalam Kongres Ottawa memberikan penghargaan Diamond Jubilee Medal kepada ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Kanada, ini merupakan apresiasi dan tanda terima kasih atas sumbangsih beliau sebagai relawan dan relawan/insan-insan Tzu Chi lainnya yang tersebar luas di seluruh dunia. Dan masih banyak lagi penghargaan yang didapatkan Tzu Chi. Penghargaan yang didapatkan tidak terlepas dari bimbingan pendiri Master Cheng Yen terhadap relawan dan upaya relawan sendiri untuk selalu mendedikasikan dirinya bagi Tzu Chi dan terutama bagi masyarakat yang membutuhkan. 1
2
Di Indonesia, Tzu Chi sudah ada di 16 kota dan berdiri sejak tahun 1994, tepatnya 20 tahun yang lalu. Sejak berdiri, Tzu Chi Indonesia telah memberikan bantuan pada korban meletusnya gunung merapi pada tahun 1994, gempa bumi di gunung kerinci, bencana kekeringan, banjir, tanah longsor, dan tsunami. Selanjutnya tepat pada tahun 2004, Tzu Chi membangun perumahan cinta kasih yang dikhususkan bagi warga kali angke di Cengkareng, Jakarta Barat dalam bentuk rumah susun yang terdiri dari 1.100 unit rumah. Selain itu, Tzu Chi Indonesia juga turut membantu korban bom Bali, korban tsunami Aceh, Gempa Yogyakarta, dan masih banyak lagi bantuan yang diberikan demi meringankan beban korban yang terkena musibah. Korban yang terkena musibah tentu bukan hanya kehilangan materi tetapi korban juga terluka batinnya. Sehingga selain dukungan dalam bentuk materi, dukungan dari sisi psikologi juga sangat dibutuhkan agar korban dapat benar-benar bangkit dari bencana yang di alaminya. Sama halnya yang telah dilakukan oleh relawan Tzu Chi dan ini sudah menjadi kebudayaan mereka untuk membantu penerima bantuan baik dari sisi materi dan psikologi. Agar Tzu Chi Indonesia dengan maksimal dapat terus konsisten dalam memberikan sumbangsihnya, Tzu Chi Indonesia terus menambah kantor penghubung cabang mereka dan saat ini sudah ada 16 cabang kantor penghubung dengan jumlah belasan ribu relawan yang tersebar di Indonesia. Mengingat kembali salah satu langkah awal Tzu Chi Indonesia yang cukup besar dengan memberikan perhatian dan kontribusi penuh terhadap penduduk kali angke agar mendapatkan tempat tinggal yang lebih layak dan dalam realisasinya Tzu Chi Indonesia membangun perumahan cinta kasih dalam bentuk rumah susun dengan jumlah 1.100 unit juga berdampingan dengan RSKB dan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. Letak lokasi Rusun, Sekolah, dan RSKB Tzu Chi tepat di Jakarta Barat sehingga kerap kali aktivitas dan kegiatan relawan dilakukan di daerah Jakarta Barat. Inilah yang mendorong salah satu faktor jumlah relawan di daerah ini cukup banyak. Data Jumlah relawan dapat dilihat dalam tabel berikut:
3
Tabel 1.1 Jumlah Relawan Tzu Chi Tahun 2011-2013 Tahun
Jumlah Relawan
Jumlah Relawan
Jumlah Relawan
Indonesia
Jakarta
Jakarta Barat
2011
-
-
445
2012
10660
-
518
2013
11258
942
598
Penambahan
2012-2013: 1008
-
2011-2012: 73 2012-2013: 80
Perkembangan Tzu Chi yang jika dilihat dari perkembangan jumlah relawannya tidak terlepas dari peran relawan itu sendiri untuk dapat menambah jumlah anggota mereka. Tujuannya agar apa yang menjadi tujuan yayasan Tzu Chi Indonesia semakin dapat direalisasikan dengan baik. Setiap relawan sangat dihimbau untuk mampu membagikan informasi dan pengalaman mereka (sharing) kepada orang di sekitar mereka terutama bagi orang-orang yang memiliki niat sama yaitu bersumbangsih terutama bagi yang membutuhkan. Agar pengalaman relawan serta hal-hal positif yang relawan dapatkan bisa juga dirasakan dan dialami orang di sekitar mereka maka perlu suatu cara yang tepat untuk menyampaikan hal tersebut. Seperti yang kita ketahui komunikasi merupakan langkah awal dalam interaksi manusia dan komunikasi interpersonal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang paling sering digunakan. Komunikasi interpersonal memiliki kegunaan sebagai transfer informasi serta mengubah sikap pelaku komunikasi. Hal ini dikarenakan
pelaku komunikasi antara yang satu dengan lainnya terlibat
komunikasi yang sangat tinggi. Sama dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Muharto Toha dan Adityo Sudwi Nugroho dalam penelitian mereka yang berjudul Komunikasi Antarpribadi sebagai Strategi Sosialisasi Pelestarian Alam di Kepulauan Seribu
yang hasilnya menyatakan bahwa strategi komunikasi
interpersonal pada karyawan Balai Taman Nasional menggunakan komunikasi antarpribadi yang intensif yaitu keterbukaan, saling jujur, mendukung, dan
4
berkesinambungan sehingga tiap individu yang terkait dapat saling mengerti terhadap informasi yang disampaikan serta dapat saling mengerti masalah-masalah yang mereka hadapi. Toha & Nugroho (2011:166) Komunikasi interpersonal juga sering menjadi tonggak atau penentu bagi bentuk komunikasi lainnya. Hal ini dikarenakan komunikasi interpersonal sebagai gerbang awal membangun sebuah hubungan. Selain sebagai gerbang untuk membangun sebuah hubungan, komunikasi interpersonal yang dilakukan secara efektif juga dapat meningkatkan hubungan diantara pelaku komunikasi yang terlibat. Fungsi komunikasi interpersonal ini diperkuat dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Holy dalam penelitiannya yang berjudul Efektivitas Komunikasi Interpersonal Guru dan Murid yang menemukan komunikasi interpersonal yang ditinjau dari aspek keterbukaan, empati, dan perilaku suportif
berjalan efektif sehingga dapat
meningkatkan hubungan interpersonal guru dan murid serta keduanya merasa memiliki hubungan yang baik. Holy (2013: 197) Melihat dari banyaknya efek positif dari komunikasi interpersonal tentu bentuk komunikasi interpersonal ini yang juga terus dianjurkan dan juga sudah menjadi bagian dari bentuk komunikasi yang digunakan relawan untuk berkomunikasi dengan calon relawan. Relawan dalam proses komunikasi interpersonal dengan calon relawan juga mengharapkan sesuatu yang hendak dicapai dalam berkomunikasi yakni mengharapkan komunikasi interpersonal yang efektif sama dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan. Karena komunikasi yang tidak mengupayakan untuk efektif sama saja komunikasi tersebut dapat dikatakan tidak memiliki arah atau tujuan. Dengan adanya proses komunikasi yang efektif terutama dalam komunikasi interpersonal selain membangun relasi yang baik juga dapat mempererat hubungan relawan dengan calon relawan serta dapat menarik calon relawan agar dapat menjadi bagian anggota relawan. Sehingga tujuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dalam melayani masyarakat indonesia khususnya di Wilayah Jakarta Barat dapat berjalan dengan baik. Penambahan relawan dalam Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia khususnya di wilayah Jakarta Barat tidak terlepas dari proses komunikasi yang terjadi antara relawan dan calon relawan. Berkomunikasi dengan baik dan membangun relasi erat kaitannya dengan peminatan Public Relations. Penting bagi seorang Public Relations
5
untuk dapat memahami serta menerapkan apa yang didapat selama mengenyam pendidikan untuk membangun hubungan yang baik dengan orang sekitar guna menunjang dalam berkegiatan atau beraktivitas di kehidupan bermasyarakat. Dengan adanya semua penjelasan di atas, peneliti memberikan judul pada penelitian ini adalah “Analisa Gambaran Proses Komunikasi Interpersonal Antara Relawan dan Calon Relawan pada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di Jakarta Barat”
1.2 Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti memfokuskan penulisan skripsi ini pada, “Analisa Gambaran Proses Komunikasi Interpersonal Antara Relawan dan Calon Relawan pada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di Jakarta Barat”. Analisis penelitian ini fokus pada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di Jakarta Barat yang merupakan lembaga sosial beranggotakan relawan yang memberikan sumbangsihnya demi kesejahteraan masyarakat dan untuk dapat lebih meningkatkan konsistensinya relawan mengupayakan menambah jumlah anggota mereka melalui komunikasi interpersonal yang efektif
dengan calon
relawan. Penelitian ini fokus dilakukan dalam kurun waktu 3 bulan yaitu dari bulan Maret – Mei 2014.
1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti merumuskan masalah dalam bentuk poin – poin pertanyaan penelitian. Diantaranya: a. Bagaimana gambaran proses komunikasi interpersonal antara relawan Yayasan Buddha Tzu Chi dan calon relawan yang ditinjau dari aspek keterbukaan (openness)? b. Bagaimana gambaran proses komunikasi interpersonal antara relawan Yayasan Buddha Tzu Chi dan calon relawan yang ditinjau dari aspek perilaku positif (positiviness)?
6
c. Bagaimana gambaran proses komunikasi interpersonal antara relawan Yayasan Buddha Tzu Chi dan calon relawan yang ditinjau dari aspek empati (empathy)? d. Bagaimana gambaran proses komunikasi interpersonal antara relawan Yayasan Buddha Tzu Chi dan calon relawan yang ditinjau dari aspek perilaku suportif (suportiveness)? e.
Bagaimana gambaran proses komunikasi interpersonal antara relawan Yayasan Buddha Tzu Chi dan calon relawan yang ditinjau dari aspek kesamaan (equality) ?
f. Hambatan apa saja yang dijumpai oleh relawan dan calon relawan saat melakukan komunikasi interpersonal?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini: a. Untuk menggambarkan proses komunikasi interpersonal antara relawan Yayasan Buddha Tzu Chi dan calon relawan yang ditinjau dari aspek keterbukaan (openness). b. Untuk menggambarkan proses komunikasi interpersonal antara relawan Yayasan Buddha Tzu Chi dan calon relawan yang ditinjau dari aspek perilaku positif (positiviness). c. Untuk menggambarkan proses komunikasi interpersonal antara relawan Yayasan Buddha Tzu Chi dan calon relawan yang ditinjau dari aspek empati (empathy). d. Untuk menggambarkan proses komunikasi interpersonal antara relawan Yayasan Buddha Tzu Chi dan calon relawan yang ditinjau dari aspek perilaku suportif (suportiveness). e. Untuk menggambarkan proses komunikasi interpersonal antara relawan Yayasan Buddha Tzu Chi dan calon relawan yang ditinjau dari aspek kesamaan (equality). f. Untuk mengetahui hambatan – hambatan yang terjadi antara relawan Yayasan Buddha Tzu Chi dan calon relawan dalam berkomunikasi interpersonal.
7
Beberapa manfaat penelitian ini ditinjau dari manfaatnya: a. Manfaat Akademis Manfaat akademis dari hasil penelitian ini menambah pengetahuan peneliti akan ilmu komunikasi. Selain itu hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. b. Manfaat Praktis Diharapkan kedepannya hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada Yayasan Buddha Tzu Chi terutama bagi relawan untuk dapat mengetahui serta sebagai koreksi mengenai hambatan yang ditemukan dalam melakukan
komunikasi
interpersonal
dengan
calon
relawan
guna
menciptakan komunikasi interpersonal yang efektif. c. Manfaat bagi Masyarakat/Umum Memberikan informasi terhadap masyarakat mengenai Yayasan Tzu Chi terutama bagi masyarakat yang memiliki minat menjadi bagian relawan. Selain itu masyarakat juga menjadi lebih mengetahui proses berkomunikasi interpersonal
yang efektif dan sekaligus penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
1.5 Sistematika Laporan Sitematika ini terdiri dari lima bab, dimana uraian dari setiap babnya sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, sistematika penulisan. BAB 2 KAJIAN PUSTAKA Bab ini terdiri dari penelitian sebelumnya untuk memperlihatkan persamaan dan perbedaan yang ada di penelitian sebelumnya, landasan konseptual yang menguraikan teori-teori relevan, dan kerangka pemikiran.
8
BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini terdiri dari pendekatan penelitian, tipe/jenis penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik keabsahan data. BAB 4 HASIL PENELITIAN Bab ini terdiri dari obyek penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan penelitian . BAB 5 PENUTUP Bab ini berisi gambaran kesimpulan dari hasil pembahasan dan memberikan saran yang dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya dan masyarakat luas.