1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pada tahun 2010, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan UndangUndang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Dalam UU tersebut, dikatakan bahwa cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Mengacu kepada Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 1999, Kawasan Kota Tua Jakarta merupakan Kawasan Cagar Budaya, sehingga Kota Tua Jakarta perlu dilestarikan melalui upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan. Upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan yang diberikan kepada Kawasan Kota Tua Jakarta, diwujudkan melalui dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2015. Disebutkan bahwa Kota Tua-Sunda Kelapa dan sekitarnya termasuk di dalam Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional. Untuk mengembangkan Kawasan Kota Tua Jakarta, Gubernur Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pembentukkan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola Kawasan Kota Tua. Tidak hanya dari pemerintah, pihak swasta juga memiliki kepedulian terhadap Kawasan Kota Tua Jakarta, sehingga dibentuklah Jakarta Old Town Revitalization Corp (JOTRC) yang merupakan konsorsium swasta dengan tujuan mengembangkan caracara inovatif untuk menghubungkan sektor swasta dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. JOTRC memiliki misi merevitalisasi Kota Tua untuk: tempat bekerja, tinggal, dan bermain; pelestarian cagar budaya; tujuan investasi; area turisme; dan promosi keberagaman budaya (Jakarta Endowment For Art and Heritage, 2014). 1
2
Keseriusan dalam mengembangkan Kawasan Kota Tua Jakarta ditunjukkan dengan mendaftarkan Kawasan Kota Tua Jakarta sebagai kota warisan budaya dunia kepada UNESCO. Pendaftaran dilakukan agar Kota Tua Jakarta bisa menarik wisatawan mancanegara dan membantu proses revitalisasi Kota Tua agar dapat menjadi kawasan yang hidup, serta menjadi pusat aktivitas masyarakat (Siregar, 2014). Proses revitalisasi Kota Tua dimulai pada tahun 2014 dan CEO PT. Pembangunan Kota Tua, yaitu Lin Che Wei mengatakan bahwa proses revitalisasi akan selesai sebelum Asian Games 2018. Hal ini bertujuan untuk membuat Kawasan Kota Tua memiliki nilai jual saat perhelatan Asian Games 2018 (Alvin, 2014).
Gambar 1. Kawasan Kota Tua Jakarta Sumber: Diakses dari http://www.jeforah.org/, pada 5 April 2015
Selain alasan pariwisata, konservasi arsitektural berperan penting dalam memastikan generasi sekarang dan masa depan untuk mendapatkan keuntungan melalui cagar budaya yang merupakan bentuk fisik dari sejarah masyarakat, cara hidup lampau, kerajinan tangan, teknik, dan budaya, melalui apresiasi, kesenangan,
3
dan dampak ekonomi juga sosial yang ditimbulkan (Orbasli, 2008). Konservasi dan rehabilitasi cagar budaya termasuk di dalam pengembangan permukiman masyarakat urban yang disusun oleh PBB, dan salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah menyadari bahwa benda dengan nilai budaya dan sejarah, merupakan aset penting yang harus dijaga nilai sosial, budaya, serta potensi ekonominya (United Nations, 1996). Kawasan Kota Tua Jakarta memiliki fungsi sebagai pusat perdagangan dan pelayaran hingga awal 1960an (Merrillees, 2000). Kanal di Kota Tua yang menjadi jalur transportasi utama bernama Kali Besar. Kali Besar menjadi jalur perdagangan yang penting, sehingga banyak perusahaan perdagangan membangun kantor di sekitar kanal tersebut (Akihary, 1996). Salah satu
bangunan yang berfungsi sebagai kantor perniagaan adalah
Internationale Crediet-en Handelsvereeniging Rotterdam, berada di Kali Besar Timur dan dibangun pada tahun 1913 (Cuypers & Hulswit, 1914) oleh Biro arsitek Ed. Cuypers & Hulswit yang
merupakan firma arsitek paling produktif dalam
sejarah arsitektur Dutch East Indian (Dullemen, 2010). Menurut Unit Pengelola Kawasan Kota Tua, pada tahun 1957 gedung ini digunakan sebagai kantor oleh PT. Cipta Niaga, dan saat ini dimiliki oleh PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia. Bangunan PT. Cipta Niaga termasuk dalam benda cagar budaya menurut Surat Keputusan Gubernur Kepala DKI Jakarta Nomor 475 Tahun 1993 tentang Penetapan Bangunan-bangunan Bersejarah di DKI Jakarta sebagai Benda Cagar Budaya. Tabel 1. Benda Cagar Budaya di Kali Besar Timur Nama Bangunan Nama Bangunan Alamat Wilayah Keterangan Baru Lama Bangunan Lama Bangunan Sepanjang Kec. Dibangun abad-19, Toko/Kantor/ Toko/Kantor/ Jalan Kali Tambora Arsitektur Gaya Gudang Gudang Besar Timur Eropa Sumber: SK Gubernur Kepala DKI Jakarta No 475 Tahun 1993
PT. Cipta Niaga adalah satu dari 12 bangunan yang termasuk di dalam proyek Revitalisasi Kota Tua Jakarta menurut JOTRC. Gedung PT. Cipta Niaga saat ini tidak digunakan lagi dan terdapat kerusakan pada bangunan. Salah satu kerusakan yang dapat terlihat adalah adanya dinding bangunan yang ditumbuhi tanaman, lumut, serta terdapat bagian bangunan yang sudah hilang atau rubuh, sehingga jika ingin
4
difungsikan kembali, harus dilakukan upaya konservasi agar bangunan aman dan nyaman untuk digunakan.
Gambar 2. Kondisi Interior PT. Cipta Niaga Tahun 2014 Sumber: Dokumentasi Pribadi
Jika dilihat dari Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi DKI Jakarta, PT. Cipta Niaga berada di sub zona perdagangan dan jasa (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2014), maka dengan melihat sejarah bangunan PT. Cipta Niaga yang dulu berfungsi sebagai kantor dan peruntukkan sekarang sebagai perdagangan dan jasa, upaya pelestarian cagar budaya yang dilakukan adalah pemanfaatan dengan adaptive reuse. Melalui UU Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Cagar Budaya, yang dimaksud dengan adaptasi adalah upaya pengembangan Cagar Budaya untuk kegiatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masa kini dengan melakukan perubahan terbatas yang tidak akan mengakibatkan kemerosotan nilai pentingnya atau kerusakan pada bagian yang mempunyai nilai penting. Bangunan yang tidak digunakan akan mengalami kerusakan dengan cepat, kurangnya pemanasan dan perawatan, vandalisme, dan tumbuhnya tanaman dapat menjadi ancaman bagi bangunan, maka menjadi penting untuk memberikan fungsi yang memiliki peluang ekonomi (Bridgwood & Lennie, 2009). Menurut Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 36 Tahun 2014, pembangunan kawasan Kota Tua diarahkan dengan visi mewujudkan kasawan Kota Tua sebagai kawasan cagar budaya yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, sehingga adaptive reuse yang akan dilakukan adalah dengan fungsi komersial. Hal ini juga sesuai dengan peruntukkan lokasi bangunan PT. Cipta Niaga dan untuk memenuhi misi JOTRC, yaitu live, work, play. Komersialisasi yang dilakukan pada cagar budaya dapat membuat area historis menjadi tempat wisata yang hidup (Yildirim & Turan, 2012) dan adaptasi yang kreatif berkontribusi terhadap rasa
5
kebanggaan akan budaya, menghubungkan masa lalu dengan masa depan dan memberikan kesempatan bagi inovasi arsitektur dan penyelesaian masalah (Diamonstein, 1978).
1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: • Fungsi komersial apa yang tepat untuk diaplikasikan pada adaptive reuse PT. Cipta Niaga? • Bagaimana konsep interior pada adaptive reuse untuk gedung PT. Cipta Niaga agar nilai sejarah dan kebutuhan akan fungsi yang baru dapat berjalan dengan baik?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:
• Mengetahui fungsi komersial yang tepat untuk diaplikasikan pada adaptive reuse PT. Cipta Niaga. • Mengetahui konsep interior adaptive reuse yang tepat bagi gedung PT. Cipta Niaga yang mampu memenuhi kebutuhan akan fungsi yang baru dengan tetap menjaga nilai sejarah kawasan Kota Tua.
1.4
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian akan dilakukan pada Gedung PT. Cipta Niaga (ex- Internationale
Crediet-en Handelsvereeniging Rotterdam) milik Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) yang berlokasi di Jalan Kali Besar Timur No. 14, Kelurahan Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat. Gedung PT. Cipta Niaga terdiri dari 2 lantai dengan luas lantai 2.223 m2 dan saat ini tidak berfungsi. Pembahasan penelitian mencakup metode konservasi dengan adaptive reuse pada gedung PT. Cipta Niaga dengan fungsi komersial.
6
Gambar 3. Lokasi Gedung PT. Cipta Niaga Sumber: Google Maps, diakses pada Januari 2015
Gambar 4. Kondisi Eksterior PT. Cipta Niaga Tahun 2015 Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 5. Kondisi Interior PT. Cipta Niaga Tahun 2015 Sumber: Dokumentasi Pribadi