BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang masing-masing pulaunya
memiliki hasil kekayaannya sendiri. Negara Indonesia yang beriklim tropis, sangatlah cocok dalam bidang pembudidayaan perkebunan dan pertanian. Sudah tidak asing lagi bagi negara-negara di dunia untuk mengetahui hasil produksi kelapa sawit dari Indonesia. Jika kita melihat kembali sejarah kelapa sawit, Indonesia bukan tempat pertama kali ditemukannya tanaman kelapa sawit. Awal mula datangnya tanaman kelapa sawit ke Indonesia yaitu pada tahun 1848, pemerintah kolonial Belanda mendatangkan empat batang bibit kelapa sawit dari Maurutius dan Amsterdam, lalu kemudian dimulailah penanaman empat bibit tanaman kelapa sawit di kebun raya bogor, dan setelah itu, tanaman kelapa sawit unggul menyebar ke seluruh dunia dan menjadi tanaman komersial semenjak 1911 (Mangoensoekarjo, et.al. 2005). Kelapa sawit yang memiliki nama latin Elaeis menjadi komoditi perkebunan utama bagi Indonesia karena kelapa sawit adalah tumbuhan industri penting yang dapat menghasilkan minyak masak, minyak industri maupun sebagai bahan bakar (Biodiesel). Tidak hanya itu saja, buah kelapa sawit juga dapat di ekstrak untuk diambil minyak sawit mentahnya (Crude Palm Oil, CPO), yang jika dilihat dari sisi ekonomisnya, minyak kelapa sawit ini cukup menguntungkan karena harga yang beredar di pasar dunia cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Selain akan dimanfaatkan untuk kebutuhan pangsa pasar di dalam negeri, minyak sawit ini juga nantinya akan di ekspor ke negara-negara importir utama minyak kelapa sawit dunia. Keuntungan dari sisi ekonomis tidak hanya karena harga sawit yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, tetapi industri perkebunan dan pengolahan sawit ini juga merupakan juru kunci bagi perekonomian Indonesia. Seiring dengan banyaknya permintaan minyak sawit dari pasar dunia, angka ekspor Indonesia pun turut meningkat, dan dengan adanya peningkatan angka ekspor ini, maka pemasukan untuk devisa negara Indonesia pun akan turut bertambah. Tidak sampai disitu saja, 1
2 manfaat lainnya yaitu minyak sawit juga mempunyai andil yang besar dalam mengurangi jumlah kemiskinan di negara-negara penghasil. Budidaya kelapa sawit ini bermanfaat dalam meningkatkan pendapatan para petani dan masyarakat. Ambil saja contohnya Indonesia, di negara kita ini sebanyak 4,5 juta orang memperoleh nafkahnya dari produksi minyak sawit. (Sumber: www.rspo.org) Hampir 70% perkebunan kelapa sawit terletak di Sumatera, tempat industri ini dimulai sejak masa kolonial Belanda dan sebagian besar sisanya berada di pulau Kalimantan. Penelitian ini mengambil data di Indonesia karena Negara Indonesia adalah sebuah Negara yang besar yang terbagi-bagi menjadi beberapa kepulauan dan tiap pulaunya terdiri lagi dari beberapa provinsi dengan tingkat penduduk yang cukup tinggi. Keanekaragaman dan melimpahnya sektor komoditas yang ada di Indonesia merupakan aset yang sangat penting bagi perekonomian negara Indonesia dan juga bagi pendapatan pemerintah karena komoditas ini menyumbang sekitar 60% dari total ekspor. Beberapa komoditas utama dari Indonesia yaitu coklat, batubara, karet, kopi, teh, minyak bumi dan minyak kelapa sawit. Komoditas-komoditas tersebut berperan penting dalam pertumbuhan devisa negara karena banyak diminati oleh negara-negara di pasar dunia. Di Indonesia, minyak kelapa sawit yang memegang peranan penting paling utama karena merupakan komoditas utama untuk kebutuhan ekspor. Penyebaran kelapa sawit di Indonesia hampir berasal dari seluruh Provinsi yang ada di Indonesia seperti Aceh, Pantai Timur Sumatera, Jawa, Kalimantan dan juga Sulawesi. Namun jika di data lebih lanjut, total hasil produksi dari Pulau Sumatera jauh lebih dominan dibandingkan dengan kepulauan lainnya. Provinsi Riau, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan adalah 3 (tiga) provinsi utama yang menyumbangkan angka yang paling tinggi dari sekian banyaknya provinsi yang ada di Indonesia, baik itu dari sisi luas areal penyebaran maupun dari sisi produksi kelapa sawitnya sendiri. Dengan penyebarannya yang begitu pesat, tidak heran mengapa kelapa sawit dikatakan sebagai salah satu produksi andalan dari Indonesia. Gamal Nasri (16 Mei 2014) menuturkan bahwa, kelapa sawit bersama dengan kakao, karet, dan tebu menjadi komoditi andalan ekspor dari Indonesia. (Sumber: www.bisnis.tempo.co)
3 Mayoritas hasil produksi minyak sawit berasal dari benua Asia, Afrika dan Amerika Selatan karena pohon kelapa sawit membutuhkan suhu hangat, sinar matahari, dan curah hujan tinggi untuk memaksimalkan produksinya. Negara kita seharusnya bisa sedikit berbangga jika melihat ke sektor perkebunannya, karena Indonesia merupakan Negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar tidak hanya di Asia, melainkan dengan pangsa pasar seluruh dunia dengan penyebarannya yang berasal dari hampir seluruh provinsi di Indonesia seperti Aceh, Pantai Timur Sumatra, Jawa, Kalimantan dan juga Sulawesi. Pada Tahun 2014 yang lalu, Provinsi Riau dengan luas areal 2,30 juta ha merupakan provinsi yang mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia yang kemudian disusul oleh Provinsi Sumatera Utara seluas 1,39 juta ha, Provinsi Kalimantan Tengah seluas 1,16 juta ha, dan sisanya seluas 6,10 juta ha lagi diisi oleh provinsi-provinsi lain yang ada di Indonesia. Rincian penyebaran kelapa sawit di berbagai provinsi di Indonesia dapat dilihat di tabel berikut ini: Tabel 1.1 Penyebaran Kelapa Sawit di Provinsi Indonesia Provinsi Riau Sumatera Utara Kalimantan Tengah Sumatera Selatan Kalimantan Barat Kalimantan Timur Jambi Kalimantan Selatan Aceh Sumatera Barat Bengkulu Kep. Bangka Belitung Lampung Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Jumlah
Luas (Ha) 2.296.849 1.392.532 1.156.653 1.111.050 959.226 856.091 688.810 499.873 413.873 381.754 304.339 211.237 165.251 147.757 101.001 10.956.231
Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan dan Pertanian
4 Luas areal kelapa sawit yang terus meningkat setiap tahunnya menandakan bahwa sektor perkebunan yang satu ini memang merupakan komoditas andalan Indonesia di pasaran dunia yang sangat menguntungkan. Beberapa tahun terakhir dalam rentang waktu tahun 2009-2013 jumlah luas areal perkebunan kelapa sawit yang ada di Indonesia per wilayahnya mengalami peningkatan sebesar 5,5% per tahunnya. Data yang diambil dari Direktorat Jenderal Perkebunan ini menunjukan angka pertumbuhan yang stabil, karena tidak adanya pertumbuhan yang terlalu pesat antara rentang tahun tersebut. Semakin meningkat luas areal tanam kelapa sawit, produksi yang dihasilkan pun akan ikut naik. Pada tahun 2009, Indonesia tercatat menjadi produsen terbesar minyak sawit di dunia dan bertekad untuk terus menjadi produsen utama minyak sawit dunia. Dari data di website SawitIndonesia diketahui jika Indonesia mempunyai Pabrik Kelapa Sawit (PKS) berjumlah lebih dari 640 dengan hasil produksi CPO sekitar 23 juta ton dengan persentase sebanyak 46% dari total produksi CPO di dunia (Oil World, 2011).
Gambar 1.1 Produksi Perkebunan Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
Dari Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa kelapa sawit merupakan produk komoditas andalan Indonesia dimulai sejak tahun 2000-2013 dan berhasil menyalip kelapa sebagai komoditas utama dengan rata-rata pertumbuhan
5 13.4% pertahun. Kemudian, jika kita melihat ke masa lampau, peningkatan terbesarnya terjadi pada tahun 2001-2002 dengan peningkatan sebesar 42% dan disebut-sebut sebagai Palm Booming pada masa itu. Dikutip dari Jurnal “Export Competitiveness of Indonesia Palm Oil Product”, CPO Indonesia bertumbuh secara signifikan dengan rata-rata sekitar 70% produksinya di ekspor ke luar negeri. Destinasi ekspor CPO Indonesia ini yaitu Benua Asia (72,81%), Benua Eropa (18,61%) dan Benua Afrika (7,17%). Asia merupakan destinasi utama dari ekspor CPO Indonesia ini karena sekitar 64% konsumsi CPO dunia berasal dari Asia. (United Nations, 2009). Tabel 1.2 Produksi Kelapa Sawit Indonesia Per Tahun
Produksi (juta ton metrik)
2008
2009
2010
2011
2012
2013
17.6
19.4
21.9
23.1
26
27.8
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan Dari Tabel 1.2, meskipun peningkatan yang terjadi dari tahun ke tahun tidak terlalu pesat, namun dengan terus terjadinya peningkatan seperti ini, diyakini akan berdampak baik terhadap komoditi perkebunan utama dari Indonesia ini. Dikutip dari IndonesiaInvestments, minyak kelapa sawit mempunyai cadangan/produksi yang ada di Indonesia sebesar 31.0 juta ton dan cadangan/produksi global sebesar 60.0 juta ton dengan keseluruhan pangsa total Indonesia 51.7%, yang cukup jauh perbandingannya jika dibandingkan dengan pangsa total Indonesia untuk industri komoditas yang lainnya seperti coklat, kopi dan batubara. Angka 51.7% tersebut juga menunjukkan bahwa produksi kelapa sawit di Indonesia terus dikembangkan dan dimaksimalkan untuk memenuhi tingkat permintaan pasar dunia. Jika membahas lebih lanjut mengenai proses produksi, harga juga menjadi faktor yang penting untuk menentukan nilai jual dari produk yang dihasilkan. Selain itu harga juga dikatakan penting karena berpengaruh terhadap keuntungan produsen. Harga menjadi pertimbangan utama seorang
6 konsumen untuk membeli, sehingga perlu pertimbangan khusus untuk menentukan harga tersebut. Ada beberapa tujuan yang dipertimbangkan dalam menetapkan sebuah harga, Machfoedz (2005: 139) mengatakan bahwa tujuan penetapan harga meliputi orientasi laba, yaitu mencapai target baru, dan meningkatkan laba. Kemudian ada pula orientasi penjualan, yaitu meningkatkan volume penjualan, dan mempertahankan atau mengembangkan pangsa pasar. Untuk sektor kelapa sawit, Indonesia dan negara produsen lain masih mengacu kepada harga CPO internasional di pasar fisik Rotterdam Belanda. Selain itu penetapan harga patokan ekspor (HPE) CPO Indonesia masih ditetapkan dalam kurs dolar AS. Pada Oktober 2015 berdasarkan berita dari finance-detik, Indonesia dan Malaysia sepakat bersatu untuk membuat organisasi yang disebut Council of Palm Oil Producing Countries (CPO PC), yang nantinya badan inilah yang bertugas menjaga kualitas hingga menentukan harga minyak kelapa sawit dunia. Langkah ini diambil dengan latar belakang Indonesia dan Malaysia yang menjadi pemasok 80% minyak sawit dunia. Dikutip dari sumber finance.detik.com, Rizal Ramli selaku Menko Maritim dan Sumber Daya mengatakan bahwa “Indonesia dan Malaysia telah memperoleh 4 kesepakatan terkait minyak sawit, dan kesepakatan ini nantinya akan ditandai dengan pertemuan antara kepala negara.” Kesepakatan yang diucapkan beliau dapat dilihat dibawah ini: 1. Pembentukan badan kerjasama sawit dalam Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) untuk penentuan harga CPO, promosi keunggulan sawit dan turunannya. Badan ini akan dibentuk pada akhir Oktober (2015) 2. Indonesia dan Malaysia sepakat menyatukan standar perkebunan sawit berkelanjutan melalui Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Malaysian Sustainable Palm Oil (MSPO). 3. Meningkatkan
kerjasama
promosi
praktik
industri
sawit
berkelanjutan. 4. Indonesia
dan
Malaysia
akan
meningkatkan
riset
dan
pengembangan pada industri sawit, untuk membuka potensi nilai tambah.
7 Seiring dengan perjalanannya, terjadi kenaikan dan penurunan terhadap harga minyak kelapa sawit perbulannya dalam kurun waktu tahun 2009-2013. Kenaikan dan penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti arus permintaan, biaya produksi dan lainnya. Perjalanan Indonesia menjadi produsen utama kelapa sawit di dunia ini tidak selurus yang dibayangkan. Indonesia mempunyai pesaing ketat dalam memproduksi minyak kelapa sawit, yaitu Malaysia. Produksi minyak sawit dunia didominasi oleh Indonesia dan Malaysia. Kedua negara ini secara total menghasilkan sekitar 85-90% dari total produksi minyak sawit dunia. Negara lain yang ikut meramaikan perindustrian kelapa sawit ialah Thailand, Kolombia dan Nigeria. Ketiga Negara tersebut hanya menghasilkan sekitar 10-15% saja dari total keseluruhan minyak sawit dunia, karena jumlah produksi yang dihasilkan ketiga negara tersebut masih sangat jauh jika dibandingkan dengan Malaysia, terutama dengan Indonesia. Tabel 1.3 Ekspektasi Produksi Minyak Kelapa Sawit Tahun 2014 Negara
Total Produksi
1. Indonesia
33.000.000
2. Malaysia
19.800.000
3. Thailand
2.000.000
4. Kolombia
1.108.000
5. Nigeria
930.000
Sumber: http://www.indonesia-investments.com/ Sampai saat ini Indonesia masih memegang puncak utama dalam pasar industri minyak kelapa sawit dengan selisih produksi yang masih cukup jauh dibanding negara-negara lainnya. Indonesia dan Malaysia terus bersaing ketat guna menjadi raja di pasaran dunia dalam bidang industri minyak kelapa sawit. Persaingan antara keduanya terlihat dari permainan harga, permaianan bea masuk-keluar guna mempermudah pendistribusian minyak kelapa sawit ini. Selain itu, Indonesia dan Malaysia juga terlibat dalam perang pajak ekspor yang dirancang untuk memaksimalkan penjualan minyak sawit dari masing-masing negara. Dikutip dari The Star Business, hanya selang dua
8 bulan semenjak Malaysia memangkas biaya bea ekspornya, Indonesia pun turut melakukan hal yang sama guna mendorong penjualan komoditinya tersebut. Data dari Direktorat Jenderal Perkebunan menunjukkan bahwa untuk kedepannya, diperkirakan nilai dan volume ekspor kelapa sawit ini akan terus meningkat, seiring dengan ketersediaan minyak kelapa sawit Indonesia yang masih cukup banyak serta karena pertumbuhan masyarakat dan kebutuhan di dalam masyarakat yang tidak terlepas dari minyak kelapa sawit yang mayoritas digunakan sebagai bahan baku dasar. Tabel 1.4 Volume Ekspor Minyak Sawit Tahun
Minyak Sawit Volume (Ton)
Nilai (US$)
2009
11.119.997
6.709.762
2010
11.158.124
9.084.888
2011
10.428..085
10.960.993
2012
7.262.831
6.676.504
2013
6.584.732
4.978.533
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan Berdasarkan output yang didapat dari usaha sektor kelapa sawit yang dicatat oleh World Bank, Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara eksportir Crude Palm Oil (CPO) terbesar di dunia. Namun sayangnya hal ini tidak dapat dibanggakan. Peringkat ini tidak sejalan dengan hasil yang dinikmati oleh rakyat. Output perkebunan sawit 95% berasal dari perusahaan berskala besar dan BUMN. Hanya 5% yang betul-betul diusahakan petani secara
kolektif.
Pemerintah
pun
semakin
agresif
membuka
dan
mengalihfungsikan lahan meskipun sering bergesekan dengan masyarakat setempat. (Sumber diambil dari: http://membunuhindonesia.net/) Prospek minyak kelapa sawit ini terlihat dari tingkat permintaan terhadap minyak yang dihasilkannya cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya dibandingkan dengan jenis minyak nabati lainnya. Permintaan minyak sawit, terutama didorong oleh ekonomi besar di Asia,
9 seperti Cina dan India yang pada tahun 2020 diproyeksikan akan mengonsumsi 38% dari minyak nabati dunia. pertumbuhan penduduk juga menjadi faktor lain yang turut mendasari perkembangan minyak sawit ini kedepannya nanti, hal tersebut karena pertumbuhan penduduk dan ekonomi Asia yang semakin berkembang dalam 10 tahun mendatang mendorong permintaan jangka panjang untuk minyak kelapa sawit yang akan terus meningkat. Prospek kelapa sawit yang dikatakan akan terus bertumbuh kedepannya diiringi juga dengan tingkat produksi dan luas areal yang kian bertambah setiap tahunnya. Namun hal tersebut tidak pasti menjadi jaminan, karena diketahui adanya penurunan volume ekspor yang terjadi setelah tahun 2011. Maka dari itu, disini penulis ingin lebih mencari tau faktor apa saja yang mempengaruhi kenaikan dan penurunan volume ekspor kelapa sawit ini dengan melakukan uji coba variabel yang didapat sebagai data penunjang untuk mengukur seberapa besar pengaruh yang dihasilkan terhadap volume ekspor kelapa sawit Indonesia ini.
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian-uraian kata diatas sebagai untaian yang melatarbelakangi
masalah, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh antara luas areal dengan kenaikan/penurunan ekspor minyak sawit Indonesia? 2. Apakah ada pengaruh antara tingkat produksi dengan kenaikan/penurunan ekspor minyak sawit Indonesia? 3. Apakah ada pengaruh antara harga jual dengan kenaikan/penurunan ekspor minyak sawit Indonesia? 4. Apakah ada pengaruh antara luas areal dan tingkat produksi dengan kenaikan/penurunan ekspor minyak sawit Indonesia? 5. Apakah ada pengaruh antara tingkat produksi dan harga jual dengan kenaikan/penurunan ekspor minyak sawit Indonesia? 6. Apakah ada pengaruh
antara
luas areal dan
kenaikan/penurunan ekspor minyak sawit Indonesia?
harga jual dengan
10 7. Apakah ada pengaruh antara luas areal, tingkat produksi dan harga jual dengan kenaikan/penurunan ekspor minyak sawit Indonesia?
1.3
Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari masalah ini yaitu sebagai berikut: 1. Untuk meneliti seberapa besar pengaruh luas areal tanam terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. 2. Untuk meneliti seberapa besar pengaruh tingkat produksi terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. 3. Untuk meneliti seberapa besar pengaruh harga jual terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. 4. Untuk meneliti seberapa besar pengaruh antara luas areal dan tingkat produksi terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. 5. Untuk meneliti seberapa besar pengaruh antara tingkat produksi dan harga jual terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. 6. Untuk meneliti seberapa besar pengaruh antara luas areal dan harga jual terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. 7. Untuk meneliti seberapa besar pengaruh antara luas areal, tingkat produksi dan harga jual terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia.
1.4
Manfaat Penelitian Dengan diadakannya penelitian ini, maka diharapkan akan memberikan manfaat antara lain: 1. Bagi penulis, dapat berguna untuk menambah pengetahun tentang faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi nilai ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia 2. Bagi pembaca, untuk mengetahui perkembangan kelapa sawit di Indonesia dari variabel-variabel yang telah dibahas. 3. Bagi pihak akademik, dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dan menambah pengetahuan di sektor komoditi ekspor Indonesia.
11 1.5
Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan dengan batasan ruang lingkup, yaitu hanya
menganalisa data selama 5 tahun terakhir dalam periode waktu tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dikarenakan data tahun 2014 dan 2015 masih berupa angka estimasi sehingga peneliti tidak menggunakan data pada tahun tersebut. Selain itu, penulis mengambil dari awal tahun 2009 karena semenjak tahun 2009 itu, Indonesia mulai menjadi produsen utama minyak sawit di pasar dunia. Data yang didapat ini diperoleh langsung dari Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id), Dikrektorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Perkebunan dan Pertanian dan terakhir dari Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Kelapa Sawit tahun 2009-2013. Angka yang akan diuji nanti sudah merupakan angka yang pasti dan valid karena diambil langsung dari data Pemerintahan yang telah diolah oleh mereka untuk menjadi data yang fixed.
1.6 State of The Art
Pada state of the art ini penulis mengambil beberapa contoh penelitian atau jurnal terdahulu sebagai panduan ataupun contoh untuk penelitian yang dilakukan. Berikut ini adalah contoh-contoh jurnal yang berhasil penulis dapatkan dari berbagai sumber di internet:
Tabel 1.5 State of The Art No Judul Jurnal 1
Penulis
Metode
Hasil
Arifin Indra Menggunakan
Factors
Tingkat
Adaptasi
pertumbuhan
econometric model sangat
Performance
yang menggunakan meningkatnya jumlah areal tanam yang karena diketahui luas areal yang terus
of Indonesia’s Roberto
data ekspor CPO ada di Indonesia. Faktor lain karena meningkat dan potential areal yang
Crude
terhadap
Oil Export
(Nasional)
CPO,
luas
CPO
areal produksi
di
dalam
negeri, harga CPO, suku
penunjang kelapa
konsumsi meningkat ini.
tanam,
terus dalam menguji variabel luas areal,
negara tanah yang subur dan iklim yang sesuai banyak di Indonesia memungkinkan produksi menjadi
tujuan,
dikarenakan
sawit Jurnal ini menjadi acuan bagi penulis
Affecting the Sulistyanto
Palm Akyuwen
cepat
kelapa
bunga
tingkat GDP.
dan
utama
sawit
yang
dalam produsen
kelapa
sawit
untuk
terus melakukan perlebaran areal tanamnya.
13 No Judul Jurnal 2
Penulis
Pengaruh
I
Produksi,
Gede
Harga,
Metode
Dewa Analisis
Hasil
Adaptasi
Liniear Ekspor CPO Indonesia tidak lepas dari Variabel produksi dan harga diketahui
Berganda
peran produksi CPO dalam negeri yang mempunyai pengaruh, sehingga ada terus mengalami peningkatan selama hubungan
Kurs Darma
dan
keterkaitan
antara
dan Tarif 0% Putra
periode 2001-2012. Selain itu, harga variabel Produksi dan Variabel Harga
terhadap
juga merupakan faktor penting karena yang akan diuji terhadap variabel Y
Ekspor CPO I
ikut menentukan keputusan produsen nya yaitu Volume Ekspor
Wayan
dan
Sudirman
Indonesia
konsumen
dalam
menentukan
jumlah permintaan dan penawarannya. 3
Export
Amzul
Competitiven
Rifin,
ess
Constant
De- Share Analysis of diketahui
of partment of Indonesia palm oil
Indonesia’sPa Agrilm Product
Market Dari hasil uji coba di dalam jurnal ini, Ada pengaruh antara variabel luas
Oil cultural and
bahwa
CPO
Indonesia areal dan produksi terhadap volume
bertumbuh secara signifikan dengan ekspor. Semakin besar luas areal, pangsa pasar benua Asia, Afrika dan semakin besar pula tingkat produksi Eropa. Benua Asia merupakan tujuan yang
dihasilkan
sehingga
dapat
Resource
utama Indonesia palm oil karena tingkat menampung jumlah permintaan di
Economics,
konsumsi dunia 64% berasal dari Asia pasar dunia.
Uni-versity
dan transportation cost menuju Asia
of Tokyo.
relatif lebih murah.
14 4
Analisis
Nur Azizah
Regresi data panel
Produksi
CPO
Indonesia
terbukti Jurnal ini menggunakan metode data
Ekspor CPO
memiliki pengaruh yang positif dan panel yang membantu penulis untuk
Indonesia
signifikan
di
Uni Eropa
terhadap
ekspor
CPO menjadi
acuan
dalam
melakukan
Indonesia. Ekspor CPO akan meningkat penelitian. Dari hasil yang didapatkan seiring dengan peningkatan produksi. dalam jurnal ini, membantu penulis Namun untuk variabel harga, diketahui untuk mempunyai signifikan
pengaruh terhadap
yang ekspor
Indonesia.
tidak peranan
mengetahui harga
lebih yang
tentang kurang
CPO berpengaruh secara signifikan karena walaupun harga sedang naik, namun tingkat permintaan dari negara Uni Eropa pun akan tetap naik seiring dengan kebutuhan di negara tersebut.
5. Exploring land changes the palm
role
Birka use Wicke; and Richard of Sikkema; oil Veronica
Mengumpulkan
Semakin
meningkatnya
permintaan Dijelaskan sekian persen lahan tanam
data dari berbagai pasar dunia terhadap CPO (Industri kelapa sawit di Indonesia dan lebih sumber yang akan makanan digunakan menganalisa
dan
oleochemical
energy spesifik menjelaskan penurunan luas
untuk industy) menjadi faktor utama produsen hutan yang digunakan untuk areal semakin melebarkan lahan tanam kelapa tanam kelapa sawit.
15 production in Dornburg;
tingkat luas areal.
sawitnya
Indonesia and Andre Faaij Malaysia
6.
Faktor
yang
mempengaru hi ekspor
volume CPO
Indonesia
Tyanma Maygirtasari;
Analisis
regresi Terdapat pengaruh yang signifikan Jurnal ini menjadi acuan bagi penulis
berganda
dengan positif
2009-2013
Yulianto; Mukhamma d
Kholid
Mawardi
CPO
Domestik karena
walaupun
metode
yang
data Time series terhadap volume ekspor CPO Indonesia. digunakan berbeda, namun hasil dari dalam
Edy
produksi
periode Jika produksi meningkat, maka ekspor uji dalam jurnal ini sangat membantu akan turut meningkat.
penulis
Namun untuk sisi harga, menunjukan pengaruh hasil
yang
pengaruhnya.
signifikan
untuk dan
lebih
mengetahui
keterkaitan
antara
negatif variabel X terhadap variabel Y nya.