2
Bab 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Routing adalah proses dimana suatu router mem-forward paket jaringan yang dituju. Suatu router membuat keputusan berdasarkan IP address yang dituju oleh paket. Agar keputusan routing tersebut benar, router harus belajar bagaimana untuk mencapai tujuan. Dalam era globalisasi ini, seiring dengan berkembangnya teknologi dan informasi. Routing merupakan suatu komponen yang menjadi permasalahan penting dalam jaringan telekomunikasi. Dan tidak hanya itu, diperlukan jaringan telekomunikasi dimana pada beberapa pengaturan terdapat pengirim
yang
mengirimkan pesan atau informasi kepada penerima pesan melalui saluran yang terdiri dari beberapa medium. Jaringan telekomunikasi dikembangkan untuk meningkatkan Quality of Service (QoS), dimana bila QoS meningkat maka jumlah pelanggan akan meningkat yang mengakibatkan keuntungan operator meningkat. Untuk mencapai hal tersebut maka proses routing sangat berperan dimana proses ini adalah untuk menghubungkan suatu sentral dengan sentral lain yang menjadi tujuan. Dan tujuan proses routing ini adalah memperoleh pemakaian sirkit (link antara sentral) yang efisien sehingga pemakaian sirkit dapat dilakukan secara optimal. Dalam routing jika terdapat beban lebih pada sentral maka penggunaan peralatan pada sentral dan holding time akan mengalami peningkatan menyebabkan delay penyambungan akibat suatu peralatan menunggu peralatan lainnya yang menimbulkan kemacetan pada suatu sentral yang dapat menyebar ke sentral lainnya. Permasalahan inilah yang disebut routing dalam jaringan telekomunikasi.
Universitas Sumatera Utara
2
Model program integer sering ditemukan hampir pada setiap bidang aplikasi pemrograman matematika. Program integer memegang peranan penting dalam mendukung keputusan manjerial. Oleh karena itu Dimana penulis bermaksud untuk memodelkan proses routing dalam jaringan telekomunikasi tersebut ke dalam model program integer sehingga dapat memberikan formulasi yang tersedia ke dalam model dasar sehingga lebih mudah di mengerti.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang teleah dipaparkan sebelumnya didapat rumusan masalah, yaitu Bagaimanakah problem routing dalam jaringan telekomunikasi dapat di buat ke dalam model program integer.
1.3
Batasan Masalah
Agar pembahasan penelitian ini lebih terarah, maka masalah yang dibahas dibatasi pada masalah routing didalam jaringan telekomunikasi yang akan dimodelkan kedalam bentuk program integer.
1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat memodelkan routing dalam jaringan telekomunikasi ke dalam program integer sehingga lebih mudah dalam menyusun urutan routing ke tujuan yang lebih tepat.
Universitas Sumatera Utara
3
1.5
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Dapat digunakan untuk memodelkan routing suatu jaringan sehingga mudah untuk diselesaikan.
2. Dapat dimanfaatkan untuk proses memodelkan tingkat tinggi lebih lanjt untuk proses permodelan routing dalam jaringan telekomunikasi.
3. Dapt digunakan untuk sebagai informasi tambahan dan referensi bacaan untuk mahasiswa matematika, terlebih bagi mahasiswa yang hendak melakukan penelitian serupa.
1.6
Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah melakukan studi literatur dengan cara mencari jurnal-jurnal mengenai teori-teori integer programming sehingga dapat digunakan dalam memodelkan proses routing dalam jaringan telekomunikasi.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Menjelaskan tentang integer programming, jaringan telekomunikasi, proses routing dan metode graf yang berkaitan dengan proses routing.
2. Menjelaskan penggunaan integer programming dalam proses routing jaringan telekomunikasi.
Universitas Sumatera Utara
4
1.7
Tinjauan Pustaka
Agustina Pradjaningsih (2009) [5] dalam jurnalnya yang berjudul Simulasi Model Jaringan Seluler melalui Pemrograman Integer memodelkan jaringan seluler dimana Agustina Pradjaningsih memakai toplogi jaringan yang diilustrasikan kedalam bentuk pohon graf.
Andaikan
menyatakan biaya total yang harus dianggarkan dalam pembuatan
model jaringan seluler dengan biaya melakukan rute koneksi dengan HUB
yang dikenalkan pada setiap sel
yang
atau terdapat link antara sel dengan HUB ,
sehingga dapat diilustrasikan sebagai :
{
Untuk
dan
Permasalahan jaringan seluler pada persamaan (1) dapat dimodelkan dengan pemrograman integer berikut :
Meminimumkan : ∑∑
Dengan kendala : 1. ∑ 2. ∑ 3. ∑ 4.
Dengan adalah
, untuk semua ∑
, untuk semua
(4)
, untuk semua atau 1 untuk semua
adalah pohon ; {
}; untuk setiap dua pohon,
;
; semua simpul HUB ditambah simpul akar MSC; Z adalah biaya total
Universitas Sumatera Utara
5
tahunan dari pemasangan jaringan;
antara sel ke HUB ;
antara sel dengan HUB (0 atau 1); guna dikirim ke MSC; HUB ;
adalah rute koneksi
adalah permintaan rute masing – masing sel
adalah kapasitas link
untuk koneksi antara sel
dengan
adalah jumlah diversitas yang diperlukan pada masing – masing sel
dengan
;
adalah koefisien data tersembunyi;
pada lintasan dari MSC ke HUB ,
jika link
terdapat
sebaliknya. Sel dengan diversitas 1 (
) artinya sel akan merutekan 100% jalur permintaan trafik secara langsung ke MSC. Sedangkan sel dengan diversitas 2 (
) artinya sel akan membagi permintaan
menjadi sama yaitu 50% trafik akan dirutekan ke simpul HUB yang lain ke simpul akar MSC. Dengan kata lain, sel tidak hanya merutekan pada simpul HUB yang berbeda tetapi simpul HUB ini harus pada pohon yang berbeda, dan memiliki akar si MSC, sehingga jika terdapat sebuah link antara sel dan Hub ada yang terputus maka hanya 50% trafik yang hilang.
Sang Putu Eka Kesuma Putra (2009) [7] dalam jurnalnya Vehicle Routing Problem (VRP) menggunakan model program integer dalam menyelesaikan persoalan VRP. Parameter yang digunakan adalah Q sebagai kapasitas maksimum kendaraan, N sebagai jumlah Client atau pelanggan, dan
menunjukkan jumlah demand (permintaan)
menyatakan jarak antara pelanggan dan pelanggan . Sedangkan variabelnya
di definisikan sebagai :
{
Dimana
{
}
Dengan fungsi tujuan : ∑ ∑ Dengan batasan: ∑
{
}
Universitas Sumatera Utara
6
{
∑
∑ ∑
| |
∑ ∑
| |
}
Dapat dilihat bahwa tujuan dari model ini adalah meminimalkan total jarak travel. Persamaan (2) dan (3) memastikan bahwa semua pelanggan dikunjungi oleh kendaraan. Persamaan (4) untuk menunjukkan eliminasi subroute. Seperti route yang tidak berangkat dan kembali ke depot. Pada persamaan (5) digunakan untuk menghitung jumlah muatan kendaraan dan untuk menghindari kondisi overload.
Universitas Sumatera Utara