BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perkembangan kawasan industri di indonesia telah maju secara pesat semenjak di berlakukan AFTA yang dibentuk pada waktu Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN IV di Singapura 1992 (Dirjen Kerjasama asean, 2008) dan diberlakukan diindonesia pada Desember 2015, di indonesia permintaan lahan untuk kawasan industri terus meningkat seiring dengan program hilirisasi industri dan meningkatnya kinerja perekonomian Indonesia,
kedepan Indonesia
membutuhkan sedikitnya 10 ribu Hektare area lahan untuk kawasan industri baru, Kemenperin memperkirakan kebutuhan lahan industri diindonesia mencapai 1.200 Ha dalam lima tahun kedepan sekitar 60% pembangunan industri masih berpusat di pulau jawa khususnya provinsi jawa barat (sumber data : Investor Daily januari 2012), adapun untuk wilayah jawa barat kawasan industri di titik beratkan di dua wilayah Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bekasi. Permintaan
terhadap kebutuhan kawasan industri di karawang cukup tinggi
Sementara menurut data yang ada saat ini luas lahan untuk kawasan industri yang ada di idonesia adalah seluas 27.000 Ha. Dari total luas lahan tersebut sebagian besar berada di daerah jawa barat seluas 13.003 Ha, dan berpusat di daerah zona Industri maupun kawasan industri yang telah ditetapkan oleh pemerintah kabupaten Karawang untuk mengelompokan setiap jenis jenis industri berdasarkan barang yang diproduksinya.
Sementara untuk kabupaten karawang sendiri luas kawasan industri 2.459 Ha jumlah ini sangat kurang dibandingkan nilai investasi yang ada (sumber: karawangkab.go.id dan Investor Daily 10/09/15).
1 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 1.1 Skala Perkembangan Kawasan Industri di Karawang Sumber : Dinas Perindagtamben dan BPMPT Kabupaten Karawang, (2013)
Dari hasil sudi yang ada bahwa suatu kawasan industri harus memiliki sarana dan prasarana salah satunya adalah Sistem Instalasi Pengolahan Air untuk memenuhi akan kebutuhan air bersih pada pabrik pabrik yang ada serta kebutuhan bagi para karyawannya, dengan tetap memperhatikan kondisi lingkungan sekitarnya, dibawah akan disampaikan kebutuhan untuk air bersih berdasarkan jenis industrinya yang ada di Kawasan Industri Taman Niaga Karawang Prima dimana pabrik pabrik yang ada memiliki kebutuhan yang berbeda beda terhadap penggunaan air bersih yang akan digunakan untuk keperluan dalam proses produksinya serta kebutuhan lainnya seperti mandi, cuci, kakus serta kebutuhan penunjang operasional seperti untuk pemenuhan bahan baku industri yang biasa digunakan oleh industri chemical serta industri support Otomotif
Adapun kebutuhan akan jumlah pemakaian air bersih yang dikelompokan dalam jenis industry dimana industri tekstil adalah pemakai air bersih yang paling terbesar dibanding dengan industri lainnya yang selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 1.1 beberapa jenis industri yang ada di Kawasan Industri Taman Niaga Karawang Prima.
2 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 1.1 Kebutuhan Air Industri Berdasarkan Proses Industri
Nama Perusahaan
Jenis Industri
Pemakaian
Pemakaian
air/bulan/m³
air/bulan/ liter
PT Polychem
Tekstil
16.385
546.167
PT Poly II
Filamen
3.866
128.867
PT IRC
Poliform
6.374
212.467
Sirkuit
316
10.533
Polyform
238
7.933
Kontraktor
132
4.400
PT BPD
Utilitas
118
3.933
PT TBD
Utilitas
46
1.533
27.475
27.475.000
PT GT Tire PT Proyek Inoac PT Trilogi SW
Total pemakaian air di kawasan
Sumber : Laporan bulanan divisi teknik PT. Bintang Puspita, (2014)
Dalam Tabel 1.1 tergambar jumlah air bersih yang dibutuhkan untuk melaksanakan berbagai macam proses produksi kebutuhan air bersih dapat meningkat seiiring dengan jumlah produk yang dihasilkan dari tiap masing masing industri.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian pada salah satu Kawasan Industri yang ada di Karawang yaitu kawasan Industri Taman Niaga Karang Prima/TNKP dengan menganalisasi system proses penjernihan air sungai/Raw Water menjadi air bersih dan siap pakai dengan menganalisis peralatan operasional berupa pompa pompa yang ada serta penggunaan bahan kimia dalam suatu instalasi pengolahan air/Water Treatment Plant. Dibawah ini akan disampaikan hasil produksi air bersih selama 5 tahun dan terus mengalami penurunan karena faktor teknis sehingga perlu adanya evaluasi dan improvement pada unit operasi yang dapat menghasilkan optimalisasi, Berikut ini Gambar 1.2 yaitu hasil produksi air selama 5 tahun kebelakang yang mengalami penurunan dengan peralatan yang sama.
3 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 1.2 Data Hasil Produksi Air Bersih Selama 5 Tahun (dalam m³) Sumber : Laporan bulanan departemen teknik PT. Bintang Puspita, (2016)
Untuk lebih meningkatkan pelayanan terhadap kosumen dimana harga air saat ini adalah sebesar Rp 12.393,-/m³ dirasakan cukup tinggi sementara harga air yang berlaku di kawasan lain yang merupakan competitor adalah sebagai berikut:
Gambar 1.3 Grafik Harga Air Bersih di Beberapa Kawasan. Sumber : Data diolah berdasarkan survey di lapangan, (2015)
Terdapatnya beberapa jenis harga air pada beberapa kawasan industri yang ada jelas membuat persaingan antara kawasan industri menjadi cukup kompetitif dimana kawasan industri yang ada saat ini saling berlomba dalam memasarkan produk mereka yaitu
kenyamanan dan kemudahan dalam melakukan hal
4 http://digilib.mercubuana.ac.id/
tersebut maka dikembangkan pula sarana dan prasarana untuk mendukung hal tersebut, salah satunya adalah adanya air bersih yang merupakan kebutuhan utama bagi perusahaan industri dalam melakukan operasionalnya permasalahan yang timbul adalah menurunnya kemampuan produksi dari sarana penjernihan air yang ada pada Kawasan Industri Taman Niaga Karawang Prima tersebut sehingga produk yang dihasilkan kurang sesuai dengan yang diharapkan dapat ditunjukan pada Gambar 1.4
Gambar 1.4 Rata Rata Penurunan Performa dari Peralatan Sumber : Data teknis laporan operator PT. Bintang Puspita, (2015)
Dari data data yang tergambar dalam Gambar 1.4 rata rata terjadi penurunan kinerja dari peralatan pengolahan air bersih hingga hingga mencapai nilai 29% dari kapasitas maksimum peralatan tersebut yang mungkin dapat disebabkan oleh faktor teknis maupun non teknis yang dapat saja terjadi sebagian akibat dari pola tata kerja yang dijalankan ataupun waktu perbaikan dan set up yang memakan waktu cukup lama sehingga mempengaruhi kehandalan dari perlatan tersebut . Dan untuk mengetahui hal tersebut dapat dilihat dari Gambar 1.5 untuk Availabily, Performa dan Quality dimana pada sisi performa terlihat bahwa peralatan tersebut menurun terlalu jauh terutama untuk pompa Pond yang mana hal ini turut mempengaruhi system kerja peralatan secara keseluruhan dalam memprodduksi air bersih yang selanjutnya akan di distibusikan ke pengguna dalam hal ini adalah pabrik yang ada di Kawasan Industri tersebut.
5 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 1.5 Fluktuasi Nilai Dalam Availability, Performance dan Quality Sumber : Data teknis laporan tahunan operator PT. Bintang Puspita, (2015)
Tabel 1.2 Nilai Kemampuan Alat
No
Kapasitas (m³/jam)
Nama Peralatan
Data Teknis
Data Aktual
1
Pompa Pengambil Air Baku
360
300
2
Menara Pengolahan 1
250
250
3
Menara Pengolahan 2
250
200
4
Pompa Penampung Sementara
130
110
5
Saringan Cepat Serap
54
54
6
Pompa Pemindah
130
100
7
Penampung Akhir
1000
1000
Sumber : Data laporan pokok sarana kerja PT. Bintang Puspita, (2011)
Pola kerja peralatan yang tergabung dalam satu system saling memberikan kontribusi dalam hal performa maka jika salah satu dari peralatan yang ada bermasalah maka akan dapat mempengaruhi peralatan yang lainnya sehingga secara keseluruhan system ini dapat terganggu. dari Gambar 1.5 dijelaskan untuk nilai yang diperoleh pada Tabel 1.2 terlihat bahwa dari sisi kemampuan pompa yang ada dalam menghasilkan debit air telah menurun jauh sehingga nilai OEE
6 http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang dimilikinya juga menurun dan OEE yang dijadikan referansi oleh untuk produk produk sejenis adalah sebagai berikut:
Tabel 1.3 Perbandingan Nilai 0EE Peralatan
Sarana Penjernih Air
Nilai Kemampuan SPA (%)
Nilai World Class (%)
Availability
90
Availability
90
Performamnce
46
Performamnce
46
Quality
90
Quality
90
OEE
37
OEE
85
Sumber : Data diolah, dari Japan Institute of Plant Maintenance/JIPM, (2015)
Berdasarkan data pada tabel 1.3 terlihat kehandalan peralatan dalam kurun waktu 5 tahun
menurun sehingga memerlukan Improvement di segala lini, ada
beberapa metode yang digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut dan nilai secara Overall Equipment Efectiveness hanya sebesar sebesar 37 % sedangkan jika dibuat perbandingan dengan nilai yang distandarkan dengan nilai dari Japan Institute of Plant Maintenance (JIPM) telah menetapkan suatu standar benchmark yang telah dipraktekan secara luas di seluruh dunia. Ada beberapa penelitian sebelumya yang membahas perihal ketidakoptimalan dalam suatu system penjernih air dan dapat digunakan sebagai referensi antara lain : Hasemzadeh, et al. (2015) dalam jurnalnya mengungkapkan bahwa untuk menghilangkan Six Big Losses adalah dengan membuat historikal peralatan dan melakukan pemantauan dan analisis serta mengambil data lamanya waktu perbaikan, demikian juga halnya dengan Fabiano dan Olievera (2012). Sedangkan peneliti Ostertoagov,et al. (2012) menggunakan metode Forecasting untuk memantau tingkat kebutuhan air sehingga OEE dapat dimaksimal dengan peralatan yang ada.
Penggunaan Metode OEE berguna untuk mencari nilai pada kehandalan peralatan sehinga dapat diketahui tingkat kebutuhan perbaikan yang akan dilakukan sehingga losses yang terjadi sejak tahun 2010 dapat di perbaiki.
7 http://digilib.mercubuana.ac.id/
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas masalah yang terjadi dalam sistem pengolahan air bersih itu adalah ketidakcapaian OEE yang baik sehingga penurunkan performa seperti yang disampaikan dalam bab 2 bahwa rata rata peneltian terdahulu menggunakan metode untuk mencari nilai optimum dari masing masing analisis, berdasarkan hal tersebut maka penelitian yang dilakukan adalah mencakup hal hal sebagai berikut:
1.
Apa saja penyebab potensial problem yang terjadi yang menyumbang nilai OEE pada system tersebut menjadi rendah?
2.
Bagaimana Improvement yang dilakukan agar nilai OEE dapat lebih tinggi dari OEE yang ada saat ini, serta system pendukung lainnya?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan suatu hasil yang baik bagi perusahaan dan juga dapat digunakan bagi penelitian selanjutnya dimana dapat dihasilkan hasil produk yang Optimum dengan penjelasan sebagai berikut:
1.
Dengan merubah metode dan sistem yang ada diharapkan dapat memperbaiki hasil poduksi dan sistem menjadi lebih optimal.
2.
Dengan melakukan analisa kepada setiap peralatan yang ada diharapkan OEE yang ada dapat diperbaiki dan dapat merumuskan Improvement apa yang harus dilakukan.
1.4.
Asumsi dan Pembatasan Masalah
Asumsi dalam penelitian ini dengan menggunakan metode OEE untuk mencari berapa besar nilai kehandalan yang dimiliki oleh peralatan pejernih air ini yang dilaksanakan pada perusahaan Pengelola Kawasan Industri PT. Tirta Bumi Dwikarya yang mengelola Kawasan Industri Taman Niaga Karawang Prima
8 http://digilib.mercubuana.ac.id/
dengan melakukan analisis pada peralatan penjernihan air/Water Treatment Plant yang meliputi:
1.
Melakukan analisa terhadap sistem prosedur yang dilakukan agar dapat diketahui pola kerja yang ada sehingga kecepatan antar aliran informasi dan barang dapat seimbang.
2.
Inventarisasi peralatan yang ada yang terdiri dari seluruh system peralatan penjernih air, serta menghitung performance dari peralatan tersebut.
Hal hal tersebut diatas adalah hal yang mutlak dibutuhkan merancang formula startegik agar kepuasan pelanggan dapat terpenuhi, produktivitas dan effisiensi terhadap waktu, material serta sumber daya lain menjadi optimal.
9 http://digilib.mercubuana.ac.id/