BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Malaria adalah salah satu penyakit menular paling umum dan masalah kesehatan masyarakat yang besar. Malaria disebabkan oleh parasit yang disebut Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles yang terinfeksi. Empat spesies plasmodium parasit dapat menginfeksi manusia, yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan Plasmodium malaria. Dalam tubuh manusia, parasit berkembang biak dalam hati, dan kemudian menginfeksi sel-sel darah merah (World Health Organization, 2012). Pada tahun 2010 tercatat 19 juta kasus malaria dan diperkirakan 660.000 kematian. Afrika adalah benua yang paling terpengaruh, sekitar 90% dari semua kematian malaria terjadi disana (World Health Organization, 2012). Penyakit Malaria merupakan salah satu penyakit re-emerging yang masih menjadi ancaman masyarakat, terkait masih tingginya angka kesakitan dan angka kematian pada usia produktif akibat malaria. Bahkan penyakit malaria juga berpengaruh pada kualitas kesehatan bayi, anak balita dan ibu hamil (DEPKES RI, 2010). Di kabupaten Timor Tengah Selatan, malaria menempati urutan keenam penyakit yang terbanyak di Rumah Sakit Umum Daerah Soe yaitu sebanyak 309 kasus (Profil Dinas Kesehatan TTS, 2011). Upaya penanggulangan penyakit malaria di Indonesia sejak tahun 2007 dapat dipantau dengan menggunakan indikator Annual Parasite Incidence (API). Hal ini sehubungan dengan kebijakan Kementerian Kesehatan mengenai penggunaan satu indikator untuk mengukur angka kejadian malaria, yaitu dengan API. Pada tahun 2007, kebijakan ini mensyaratkan bahwa setiap kasus malaria harus dibuktikan dengan hasil pemeriksaan sediaan darah dan semua kasus positif harus diobati dengan pengobatan kombinasi berbasis artemisinin atau Artemisinin-based
1
2
Combination Therapies / ACT (Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan triwulan 1, 2011). Penyakit malaria masih ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia. Berdasarkan API, dilakukan stratifikasi wilayah dimana Indonesia bagian Timur termasuk stratifikasi malaria tinggi, stratifikasi sedang di beberapa wilayah di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera sedangkan di Jawa-Bali termasuk stratifikasi rendah, meskipun masih terdapat desa/fokus malaria tinggi (Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan triwulan 1, 2011). Pada tahun 2008 dilakukan Mass Blood Survey (MBS) di 14 provinsi (Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Bengkulu, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Jambi, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Maluku Utara, Papua Barat, Papua, Maluku, Nusa Tenggara Timur) yang menjadi wilayah kegiatan The Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria (GF ATM). Pada MBS dilakukan pengambilan sediaan darah berdasarkan mikroskop dan
Rapid
Diagnostic Test (RDT). Hasil MBS menunjukkan bahwa Provinsi dengan kasus positif tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (32.321 orang) dan Maluku sebesar 23.754 orang (Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan triwulan 1, 2011). Indonesia telah berhasil menekan jumlah kasus malaria dari 4,96 per 1.000 penduduk pada tahun 1990 menjadi 1,96 per 1.000 penduduk pada tahun 2010 (DEPKES RI, 2010) Penderita malaria klinis di kabupaten Timor Tengah Selatan tahun 2007 sebanyak 24.579 penderita dan pada 2008 meningkat menjadi 27.108 penderita, namun menurun lagi menjadi 13.575 penderita pada tahun 2009, pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 18.272 dan pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 7.185 kasus. Sedangkan penderita malaria positif pada tahun 2007 sebanyak 4.941 penderita, kemudian meningkat pada tahun 2008 sebanyak 8.143 penderita dan menurun kembali menjadi 5.548 penderita, pada tahun 2009 dengan penurunannya kurang lebih sekitar 30%. Pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 8.225 penderita dan tahun 2011 meningkat lagi menjadi 11.706 kasus (Profil Dinas Kesehatan TTS, 2011).
3
Terkait hal diatas, yang ingin diteliti ialah upaya pelaksanaan kegiatan manajemen kesehatan dalam menanggulangi kejadian malaria di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, identifikasi masalah penelitian ini adalah : 1. Apa saja upaya manajemen kesehatan yang telah dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Selatan terhadap penurunan angka kejadian malaria tahun 2011-2012. 2. Apakah ada pengaruh pelaksanaan manajemen kesehatan dan juga faktor pendukung dan penghambat dalam penanggulangan kejadian malaria di Kabupaten Timor Tengah Selatan.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen yang baik dalam melakukan penanggulangan terhadap penyakit malaria dan mengetahui pengaruh pelaksanaan manajemen kesehatan dan juga faktor pendukung dan penghambat dalam penanggulangan kejadian malaria di Kabupaten Timor Tengah Selatan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat Akademis mendapat informasi tentang manajemen penanggulangan malaria di kabupaten Timor Tengah Selatan. Manfaat Praktis memberikan pengetahuan dan informasi tentang manajemen yang baik dalam penanggulangan malaria.
4
1.5 Landasan Teori
Andersen mendeskripsikan model sistem kesehatan merupakan suatu model kepercayaan kesehatan yang disebut sebagai model perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan / behaviour model of health service utilization (David S. Gochman, 1997). Andersen mengelompokkan faktor determinan
dalam
pemanfaatan pelayanan kesehatan ke dalam tiga kategori utama, yaitu: 1. Karakteristik predisposisi (Predisposing Characteristics) Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbedabeda yang disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan ke dalam tiga kelompok: *
Ciri-ciri demografi, seperti : jenis kelamin, umur, dan status perkawinan.
*
Struktur sosial, seperti : tingkat pendidikan, pekerjaan, hobi, ras, agama, dan sebagainya.
*
Kepercayaan kesehatan (health belief), seperti keyakinan penyembuhan penyakit (David S. Gochman, 1997).
2. Karakteristik kemampuan (Enabling Characteristics) karakteristik kemampuan adalah sebagai keadaan atau kondisi yang membuat seseorang mampu untuk melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhannya terhadap pelayanan kesehatan. Andersen membaginya ke dalam 2 golongan, yaitu: * Sumber daya keluarga, seperti : penghasilan keluarga, keikutsertaan dalam asuransi kesehatan, kemampuan membeli jasa, dan pengetahuan tentang informasi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. * Sumber daya masyarakat, seperti : jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada, jumlah tenaga kesehatan yang tersedia dalam wilayah tersebut, rasio penduduk terhadap tenaga kesehatan, dan lokasi pemukiman penduduk. Menurut Andersen semakin banyak sarana dan jumlah tenaga kesehatan maka tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan suatu masyarakat akan semakin bertambah (David S. Gochman, 1997).
5
3. Karakteristik kebutuhan (Need Characteristics) Karakteristik
kebutuhan
merupakan
komponen
yang
paling
langsung
berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Andersen menggunakan istilah kesakitan untuk mewakili kebutuhan pelayanan kesehatan (David S. Gochman, 1997). Penilaian terhadap suatu penyakit merupakan bagian dari kebutuhan. Penilaian individu ini dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu: * Penilaian individu (perceived need), merupakan penilaian keadaan kesehatan yang paling dirasakan oleh individu, besarnya ketakutan terhadap penyakit dan hebatnya rasa sakit yang diderita * Penilaian klinik (Evaluated need), merupakan penilaian beratnya penyakit dari dokter yang merawatnya, yang tercermin antara lain dari hasil pemeriksaan dan penentuan diagnosis penyakit oleh dokter (David S. Gochman, 1997).
1.6 Metodologi Jenis penelitian
: deskriptif observasional
Metode penelitian
: kualitatif
Rancangan penelitian : grounded research Informan penelitian sebanyak 8 orang, yang terdiri dari : 1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Selatan 2. Kepala bagian P2M Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Selatan 3. Penanggung jawab program pemberantasan malaria di Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Selatan 4. Kepala puskesmas di Kabupaten Timor Tengah Selatan sebanyak 5 orang yaitu puskesmas Niki-Niki, puskesmas Siso, puskesmas Kualin, puskesmas Panite, puskesmas Nulle
Tehnik sampling
: purposive sampling dengan pendekatan homogenous
sampling Cara pengambilan data :
Wawancara mendalam/indepth interview dan observasi partisipatif
6
Instrument penelitian : Questionaire dengan pertanyaan terbuka, tape recorder, camera, data sekunder Analisis data
: theoritical analysis