1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Inventory merupakan salah satu hal yang penting dalam berjalannya proses produksi.
Pengendalian
inventory
merupakan
salah
satu
cara
dalam
mengendalikan proses produksi dan berjalannya bisnis. Pengendalian yang salah dapat menyebabkan inventory terlalu banyak sehingga biaya untuk penyimpanan dan penanganan inventory menjadi tinggi, sedangkan inventory yang terlalu sedikit dapat menyebabkan berhentinya proses produksi akibat bahan baku yang tidak cukup dikarenakan permintaan yang tidak menentu. Ketersediaan bahan baku untuk proses produksi ini akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan konsumen. jika tidak ada bahan baku yang tersedia, maka proses produksi akan berhenti dan konsumen tidak bisa mendapatkan barang. Sehingga tingkat kepuasaan konsumen akan berkurang. Oleh karena itu, pengadaan barang menjadi hal yang sangat penting untuk keberlangsungan proses produksi. Pengelolaan supply chain, terutama di bagian supplier penting dalam menjaga inventory bahan baku agar tidak terjadi kehabisan bahan baku (stock out). Pengendalian inventory ini perlu dilakukan karena bahan baku yang disimpan dalam bentuk inventory membutuhkan biaya. Tujuan dari pengendalian inventory adalah untuk menyeimbangkan antara menyediakan biaya yang tersedia untuk kepentingan lain selain inventory dan keinginan untuk memiliki tingkat inventory bahan baku yang tinggi untuk menjamin keberlangsungan proses produksi dan menyediakan service level yang tinggi untuk konsumen (Arda dan Hennet, 2006). Untuk mencegah terjadinya stock out yang dapat menurunkan service level tersebut, maka inventory harus berada di atas tingkat safety stock. Safety stock merupakan tingkat minimal invenory yang harus dimiliki untuk mengantisipasi adanya perubahan permintaan konsumen atau lead time pengiriman barang dari
1
2
supplier. Oleh karena itu perusahaan perlu menerapakan srategi yang baik dalam menentukan supplier yang akan digunakan untuk mencegah stock out. Salah satu pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pengendalaian inventory adalah jumlah yang harus disimpan dalam suatu periode. Jumlah yang disimpan tersebut harus dapat memenuhi perubahan permintaan yang tiba-tiba sehingga tidak mengganggu proses produksi apalagi sampai berhenti. Salah satu indikator jumlah inventory yang harus disimpan di dalam gudang adalah safety time, artinya jumlah inventory yang tersimpan di dalam gudang harus lebih besar atau sama dengan perkiraan demand selama periode safety time. Jika safety timenya 10 hari, maka jumlah inventory yang ada harus dapat memenuhi permintaan selama 10 hari kedepan. Dengan adanya batasan safety time tersebut, maka jumlah inventory harus terus dijaga agar selalu berada di atas jumlah minimal yang ditentukan berdasarkan safety time. Tetapi jumlah yang disimpan juga tidak boleh terlalu banyak karena akan menyebabkan biaya peyimpanan salah satunya handling cost akan menjadi terlalu tinggi. Untuk menjaga agar jumlah inventory yang disimpan tidak terlalu tinggi, maka jumlah inventory yang masuk juga harus diatur. Cara untuk mengaturnya adalah dengan membeli inventory dari supplier dengan mempertimbangkan permintaan kedepannya. Sehingga jumlah inventory yang masuk dan yang keluar tidak berbeda terlalu jauh dan dapat menjaga jumlah inventory tetap berada di atas jumlah minimal tetapi tetap tidak terlalu tinggi. Sementara itu, pengiriman barang dari supplier ke gudang membutuhkan waktu. Sehingga dalam pelaksanaan pembelian barang dari supplier perlu mempertimbangkan lead time yang dibutuhkan oleh supplier untuk mengirim barang hingga sampai ke gudang dan siap digunakan. Oleh karena itu diperlukan penjadwalan mengenai kapan barang harus dipesan dan dikirim oleh supplier, sehingga barang bisa tiba
tepat waktu dan tidak menyebabkan kurangnya
inventory di dalam gudang. Pembelian juga perlu mempertimbangkan harga yang ditawarkan oleh supplier. Terutama untuk perusahaan yang menerapkan strategi multi-supplier,
3
dimana untuk satu barang, perusahaan memesan kepada beberapa supplier. Perkembangan strategi pemilihan supplier menjadi makin berkembang. Dari penggunaan strategi single-supplier, sekarang makin berkembang menjadi strategi multi-supplier. Menurut Arda dan Hennet (2006), memilih supplier dengan lead time
pengiriman paling pendek merupakan strategi yang umum digunakan.
Namun ada keadaan dimana strategi multi-supplier lebih menguntungkan. Terutama dalam keadaan dimana lead time dari supplier stokastik, sehingga ada fluktuasi dalam pengiriman bahan baku. Strategi multi-supplier lebih baik dalam menghadapi gangguan pengiriman bahan baku, secara lebih jauh lagi, bisa mengurangi biaya inventory dan biaya stock out. Hal ini disebabkan karena berkurangnya peluang untuk terjadinya stock out sehingga mengurangi tingkat reorder dan replenishment inventory. Strategi multi-supplier sendiri akan meningkatkan biaya pemesanan dibanding dengan strategi single-supplier. Namun peningkatan biaya tersebut akan diimbangi dengan penghematan dalam biaya stock out dan biaya penyimpanan. Selain masalah penghematan biaya dan mengurangi resiko terjadinya stock out, keuntungan lain dari strategi multi-supplier adalah adanya kompetisi dari supplier. Supplier akan berkompetisi untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada perusahaan. Dimana strategi single-supplier membuat supplier menjadi lebih sedikit berkompetisi dan dapat menyebabkan terjadinya monopoli harga oleh pihak supplier terhadap bahan baku. Dengan adanya keuntungan tersebut, maka strategi multi-supplier mulai banyak digunakan pada berbagai perusahaan. Selain keuntungan tersebut, strategi multi-supplier memiliki tantangan tersendiri. Menurut Arda dan Hennet (2006), kesulitan dalam strategi ini adalah dalam menentukan jumlah pemesanan yang akan diberikan kepada setiap supplier. Hal ini menjadi sulit karena setiap supplier memiliki parameter yang berbeda, seperti lead time,lot size, harga, kapasitas pengiriman selain mempertimbangkan batasan dari perusahaan itu sendiri. Dengan adanya berbagai parameter tersebut, maka perlu perencanaan yang lebih matang dalam mengambil keputusan dalam strategi mult-supplier.
4
Dengan adanya harga yang berbeda dari masing-masing supplier, maka jumlah yang dipesan kepada masing-masing supplier juga harus dipertimbangkan. Masing-masing supplier juga memiliki kapasitas untuk periode tertentu dalam memenuhi permintaan yang diterima, sehingga tidak semua permintaan dalam satu periode bisa dipenuhi oleh satu supplier saja. Selain itu, masing-masing supplier juga memiliki lot-size yang berbeda. Sehingga pemesanan yang dilakukan perlu memepertimbangkan ukuran dari lot-size tiap supplier. Barang-barang yang sudah dibeli dari supplier merupakan investasi modal milik perusahaan. Sehingga dalam hal ini mucul opportunity cost terhadap uang yang digunakan untuk membeli barang-barang tersebut. Opportunity cost ini disebut dengan tied-up capital cost. Biaya ini perlu juga dipertimbangkan karena modal yang diinvestasikan untuk inventory tidak dapat digunakan untuk keperluan lain. Penelitian mengenai strategi multi-supplier sendiri sudah banyak dilakukan dengan berbagai decision variable dan parameter yang berbeda-beda. Beberpaa decision variabel yang digunakan antara lain waktu pengiriman ((Hum dkk (2005), Basnet dan Leung (2005), Lee dkk (2014), Prasetyorini (2014)), kuantitas tiap pengiriman (Abginehchi dkk (2013), Ware dkk (2014), Prasetyorini (2014)), jumlah pemesanan kepada supplier (Hum dkk (2005), Arda dan Hennet (2006)), dan lain sebagainya. Sedangakan dari sisi parameter berbagai pertimbangan seperti lead time, lot size pengiriman dari supplier, harga dari masing-masing supplier, batasan jumlah inventory, dan lain sebagainya. Sementara itu pada penelitian yang dilakukan, peneliti menentukan fungsi tujuannya adalah meninimalkan biaya inventory yang terdiri dari purchasing cost, handling cost, dan tied-up capital cost. Parameter yang digunakan dari sisi perusahaan, ada jumlah minimal inventory yang harus dipenuhi tetapi tetap tidak terlalu tinggi agar inventory yang ditangani tidak menimbulkan biaya yang terlalu tinggi. Sementara dari sisi supplier ada pertimbangan kapasitas yang dapat dipenuhi, harga barang, lot-size pengiriman, dan lead time pengiriman.
5
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka masalah yang akan diselesaikan adalah menentukan waktu kedatangan pengiriman barang dari beberapa supplier beserta kuantitas dari pengiriman tersebut, dan menentukan jumlah pemesanan untuk masing-masing supplier, dengan mempertimbangkan parameter-parameter yang dimiliki masing-masing supplier dan perusahaan. Parameter dari sisi perusahaan sendiri, ada jumlah minimal inventory yang harus dipenuhi sementara dari sisi supplier ada pertimbangan kapasitas yang dapat dipenuhi, harga barang, lot-size pengiriman, dan lead time pengiriman.
1.3 Asumsi dan Batasan Masalah Agar penelitian fokus kepada permasalahan penjadwalan dari masingmasing supplier, maka pada penelitian ini digunakan asumsi dan batasan sebagai berikut: 1.
Pengiriman pesanan untuk masing-masing bahan baku dari tiap supplier tidak saling terkait.
2.
Semua supplier mampu memenuhi pesanan yang diminta dalam satu kali pengiriman.
3.
Parameter masing-masing supplier dan perusahaan sudah diketahui sebelumnya.
4.
Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi pengembangan model matematis adalah biaya inventory yang terdiri dari purchasing cost, tied-up capital cost, dan handling cost.
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Menentukan jumlah pemesanan, jumlah pengiriman, dan waktu pengiriman yang optimal untuk masing-masing supplier beserta kuantitas pengiriman.
2.
Menentukan safety time yang baru supaya jumlah inventory tidak berada di bawah batas minimal inventory.
6
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk menentukan penjadawalan yang optimal dari masing-masing supplier sehingga didapatkan waktu kedatangan, kuantitas pengiriman bahan baku dari masing-masing supplier, dan evaluasi kontrak dengan supplier sehingga dapat meminimalkan biaya inventory yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Selain itu, penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya dan diharapkan akan ada pengembangan-pengembangan lebih lanjut mengenai penelitian yang sejenis.