BAB 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas karena faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas tersebut dapat dipercepat dengan adanya oksigen, air, cahaya, dan temperatur. Salah satu cara untuk mencegah atau memperlambat fenomena tersebut adalah dengan pengemasan yang tepat.
Pengemasan makanan yaitu suatu proses pembungkusan makanan dengan bahan pengemas yang sesuai. Bahan pengemas yang dapat digunakan antara lain plastik, kertas, logam, dan kaca. Akan tetapi penggunaan material sintetis tersebut berdampak pada pencemaran lingkungan. Oleh karena itu pada saat ini dibutuhkan penelitian mengenai bahan pengemas yang dapat diuraikan. Edible film memberikan alternatif bahan pengemas yang tidak berdampak pada pencemaran lingkungan karena menggunakan bahan yang dapat diperbaharui dan harganya murah.
Polisakarida seperti pati dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan edible film karena ekonomis, dapat diperbaharui, dan memberikan karakteristik fisik yang baik. Ubi-ubian seperti singkong merupakan salah satu sumber pati. Singkong memiliki persentase kandungan pati yang tinggi yaitu 90%, penanamannya yang mudah, dan mudah didapatkan di Indonesia menjadikan singkong sangat potensial dijadikan sebagai bahan dasar edible film.
Pati singkong dapat dihasilkan dengan melakukan proses ekstraksi dari ubi singkong. Proses utama dari ekstraksi terdiri perendaman, disintegrasi, dan sentrifugasi. Perendaman dilakukan dalam larutan natrium bisulfit pada pH yang diatur untuk menghambat reaksi biokimia seperti perubahan warna dari ubi. Disintegrasi dan sentrifugasi dilakukan untuk memisahkan pati dari komponen lainnya.
Menurut definisinya, edible film merupakan lapisan tipis yang dapat dimakan dan ditempatkan di atas atau di antara komponen makanan. Dalam produk pangan, lapisan tipis ini berfungsi untuk penghambat perpindahan uap air, menghambat 1
2
pertukaran gas, mencegah kehilangan aroma, mencegah perpindahan lemak, meningkatkan karakteristik fisik, dan sebagai pembawa zat aditif. Bahan dasar pembentuk edible film dapat terdiri hidrokoloid, lipida, dan komposit. Hidrokoloid yang cocok antara lain senyawa protein, turunan selulosa, alginat, pektin, pati dan polisakarida lainnya. Lipida yang biasa digunakan waxes, asilgliserol, dan asam lemak. Sedangkan komposit merupakan gabungan lipida dengan hidrokoloid.
Jenis pati singkong yang digunakan akan berpengaruh terhadap karakteristik film yang akan dihasilkan. Film yang terbuat dari larutan pati singkong yang tidak dimodifikasi akan menghasilkan pori-pori yang kecil. Sedangkan larutan pati singkong yang dimodifikasi dengan esterifikasi menunjukkan adanya granulagranula pati dengan struktur yang kecil yang saling berdempetan pada film yang dihasilkan, dan pati singkong yang dioksidasi menunjukkan struktur granula yang utuh pada film dan tidak hancur dalam air.
Tidak ada metode standar dalam pembuatan edible film sehingga dapat dihasilkan film dengan fungsi dan karakteristik fisik atau kimia yang berbeda sesuai dengan yang diinginkan. Suhu pemanasan yang digunakan ditentukan berdasarkan bahan dasar yang digunakan dan akan berpengaruh terhadap elastisitas, persentase pemanjangan, permeabilitas terhadap uap air, dan kelarutan edible film atau coating.
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh M. Suba'I,dkk pada tahun 2010 yang berjudul "Polimer Pati tapioka sebagai terbosan baru Edible Packaging makanan yang higienis dan ramah lingkungan" menjelaskan bahwa pengemasan dengan bahan sintetik berbahaya dan oleh karena itu menggunakan edible film yang terbuat dari polimer pati tapioka yang ramah lingkungan. Serta menjelaskan tentang potensi Edible Packaging sebagai kemasan primer, barrier, pengikat dan pelapis makanan. Penelitian yang dilakukan oleh Litha Astriana pada tahun 2014 yang berjudul "Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jamkesmas menggunakan metode Weighted Product" menjelaskan tentang masyarakat yang seperti apa yang dapat menerima Jamkesmas agar adil menggunakan Sistem Pengambilan Keputusan yang didesain dengan website dan menggunakan database MySQL, sehingga tidak terjadi kecemburuan sosial yang tidak berhak atau mampu masih mendapatkan jamkesmas dari negara.
3
1.2. Rumusan Masalah Pengemasan makanan yaitu suatu proses pembungkusan makanan dengan bahan pengemas yang sesuai. Bahan pengemas yang dapat digunakan antara lain plastik, kertas, logam, dan kaca. Akan tetapi penggunaan material sintetis tersebut berdampak pada pencemaran lingkungan. Oleh karena itu pada saat ini dibutuhkan penelitian mengenai bahan pengemas yang dapat diuraikan. Edible film memberikan alternatif bahan pengemas yang tidak berdampak pada pencemaran lingkungan karena menggunakan bahan yang dapat diperbaharui dan harganya murah.
Polisakarida seperti pati dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan edible film karena ekonomis, dapat diperbaharui, dan memberikan karakteristik fisik yang baik. Ubi-ubian seperti singkong merupakan salah satu sumber pati. Singkong memiliki persentase kandungan pati yang tinggi yaitu 90%, penanamannya yang mudah, dan mudah didapatkan di Indonesia menjadikan singkong sangat potensial dijadikan sebagai bahan dasar edible film.
Pati singkong dapat dihasilkan dengan melakukan proses ekstraksi dari ubi singkong. Proses utama dari ekstraksi terdiri perendaman, disintegrasi, dan sentrifugasi. Perendaman dilakukan dalam larutan natrium bisulfit pada pH yang diatur untuk menghambat reaksi biokimia seperti perubahan warna dari ubi. Disintegrasi dan sentrifugasi dilakukan untuk memisahkan pati dari komponen lainnya.
Berdasarkan penjelasan diatas penulis berusaha membuat analisis dan perancangan program pengambilan keputusan penanaman bahan baku pembuatan edible film, yaitu singkong varietas unggul guna mendapatkan keuntungan yang maksimal atau kriteria keuntungan dari pemaksimalan pati yang diperoleh sebagai salah satu sumber pembuatan edible film , atau mungkin juga untuk produk yang lainnya menggunakan hasil terbaik dari analisis dua buah metode yang ada pada Multi Attribute Decision Making yaitu metode Weighted Product (WP) dan Simple additive weighting (SAW).
4
Batasan-batasan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah : 1. Proses pengolahan jenis singkong hingga menjadi pati singkong murni dan seterusnya sampai menjadi bahan jadi tidak menjadi bahasan perhitungan dalam penulisan ini. 2. Data yang diproses hanya berdasarkan data yang resmi telah dikeluarkan oleh kementerian pertanian bahan dan pangan. 3. Data yang diproses oleh program tidak menggunakan database dan harus diinput secara manual karena jenis yang dikeluarkan belum terlalu banyak. 1.3.
Tujuan
Tujuan dalam pembuatan skripsi ini adalah : 1.
Untuk mendapatkan varietas ubikayu yang memiliki jenis pati paling optimal dari beberapa kriteria varietas yang ada.
2.
Merancang program pengambilan keputusan jenis ubikayu yang terbaik berdasarkan beberapa kriteria pemilihan.
3.
Untuk memahami tentang sistem pendukung keputusan.
4.
Untuk mengetahui tentang pengertian metode WP serta penerapannya.
5.
Untuk mengetahui tentang pengertian metode SAW serta penerapannya.
6.
Untuk mengetahui tentang pati singkong dan fungsinya.
7.
Untuk mengetahui hasil dari metode WP dan SAW sama atau tidak.
1.4.
Manfaat
Yang diharapkan dalam pembuatan skripsi ini adalah :
1.4.1. Bagi Mahasiswa •
Dapat mengerti tentang pati singkong yang berfungsi untuk apa saja
•
Dapat memahami tentang metode WP dan SAW
•
Dapat memahami tentang metode terbaik pada pemilihan alternatif pati singkong
1.4.2. Bagi Peneliti atau Pengusaha atau Pihak Lain : •
Dapat mengetahui pati singkong yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku edible film atau yang lainnya.
5
•
Dapat menerapkan sistem pendukung keputusan pada pemilihan alternatif jenis pati singkong menggunakan metode yang terbaik
•
Dapat mengembangkan analisis terhadap metode-metode sistem pendukung keputusan pada pemilihan alternatif jenis pati singkong.
1.5. Metodologi Penelitian Metodologi penulisan skripsi ini yaitu sebagai berikut : 1.
Analisis Pada tahap ini, penulis melakukan analisis terhadap permasalahan awal, lalu solusi pemecahan masalah, mengumpulkan seluruh data jenis varietas singkong yang dikeluarkan dari www.litbang.deptan.go.id, lalu diproses menggunakan metode Weighted Product dan Simple Additive Weighted.
2.
Perancangan Perancangan program pengambil keputusan meliputi input, output, serta proses yang dibutuhkan. perancangan layar awal dan diagram UML untuk membantu proses pembuatan program.
3.
Studi Pustaka Penulis mencari sumber buku, artikel, dan literatur melalu media internet yang berhubungan dengan topik penelitian skripsi. Penulis kemudian mempelajari dan memahami materi tersebut sebagai penunjang dalam kaitannya dengan materi yang di pilih.
1.6. Makalah Relevan •
IMPLEMENTASI METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW)
DALAM SISTEM INFORMASI LOWONGAN KERJA BERBASIS WEB UNTUK REKOMENDASI PENCARI KERJA TERBAIK (https://www.academia.edu/4687604/IMPLEMENTASI_METODE_SIMPLE_ADDIT IVE_WEIGHTING_SAW_DALAM_SISTEM_INFORMASI_LOWONGAN_KERJA_B ERBASIS_WEB_UNTUK_REKOMENDASI_PENCARI_KERJA_TERBAIK)
6
Instruksi presiden nomor 3 tahun 2006 berisi tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi Presiden RI. Pada bagian ketenagakerjaan disebutkan bahwa Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi harus memfasilitasi penerapan teknolog yang tepat guna dalam pembangunan dan perluasan lapangan kerja dan lapanagan usaha termasuk di daerah transmigrasi. Instruksi presiden tersebut menyatakan bahwa saat ini dibutuhkan pemberdayaan Sistem Informasi Lowongn Kerjaonline dan perlu ditingkatkannya mekanisme pelaksanaan pengelolaan informasi lowongan kerja.
Beberapa perusahaan besar maupun kecil di Indonesia menyediakan informasi lowongan kerja melalui media cetak seperti koran, ada juga yang mengumumkan lowongan pekerjaan melalui papan pengumuman serta melalui media elektronik termasuk internet. Lowongan kerja adalah lowongan kerja terbaru dan belum lewat waktu terakhir pendaftaran. Hal ini akan menjadi kesulitan bagi pencari kerja jika mekanisme pelaksanaan pengelolaan informasi lowongan kerja dari perusahaan terkait tidak berjalan dengan baik.
Sampai saat ini banyak penyedia kerja yang telah memanfaatkan teknologi untuk memberikan informasi lowongan kerja kepada pencari kerja. Beberapa perusahaan telah memanfaatkan bursa lowongan kerja yang sudah ada masih menggunakan pencarian berdasarkan masing-masing atribut permintaan dan belum ada pengolahan data profil dari penyedia kerja dan pencari kerja. Hal ini akan menyulitkan penyedia kerja dalam menyaring calon pelamar yang telah melamar, meskipun banyak pelamar yang mengajukan lamaran, tetapi hanya sedikit pelamar yang sesuai dengan ketentuan perusahaan. Ini disebabkan sistem informasi lowongan kerja tersebut belum memanfaatkan data profil pencari kerja dan penyedia kerja untuk mendapatkan rekomendasi pencari kerja terbaik dan lowongan kerja yang sesuai dengan minat pencari kerja.
Untuk membuat sistem informasi yang dapat memberikan rekomendasi diperlukan sebuah metode pengambil keputusan yang tepat. Ada beberapa metode pengambilan keputusan antara lain : Simple Additive Weighting Method (SAW), Weighted Product (WP), Electre, Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS), dan Analytic Hierarchy Process (AHP). Menurut Sri Eniyati (2011), metode SAW sesuai untuk proses pengambilan keputusan karena dapat menentukan
7
nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian dilanjutkan dengan proses perangkingan yang akan menyeleksi alternatif terbaik dari sejumlah alternatif terbaik. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perlu dibuat sebuah sistem informasi lowongan kerja
yang dapat merekomendasikan pencari kerja terbaik
dengan menggunakan metode SAW untuk rekomendasi tenaga kerja terbaik dalam sistem informasi lowongan kerja akan didapatkan calon pelamar kerja yang sesuai dengan kriteria pihak penyedia kerja, serta akan didapatkan lowongan kerja yang sesuai dengan kemampuan calon pelamar kerja. Hal ini akan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak, pencari kerja cukup mendaftarkan diri sebagai calon pelamar, sedangkan penyedia kerja akan mendapat rekomendasi calon pelamar terbaik dalam waktu singkat sesuai dengan kriteria tenaga kerja yang dibutuhkan. •
SISTEM
JAMKESMAS
PENDUKUNG
KEPUTUSAN
MENGGUNAKAN
METODE
PEMILIHAN
PENERIMA
WEIGHTED
PRODUCT
(http://ptiik.ub.ac.id/doro/download/article/file/DR00053201406) Pemilihan penerima Jamkesmas sangat penting untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang semakin kompleks dan membutuhkan penanganan profesional yang mampu mengatasi ketidakadilan dalam pemilihan penerima jamkesmas bagi masyarakat. Karena saat ini banyak Jamkesmas yang dinilai tidak tepat sasaran, dimana masih banyak orang yang seharusnya berhak, justru tidak mendapatkan dana bantuan tersebut. Peranan teknologi informasi dan komputer saat ini menjadi salah satu pendukung pengolahan data agar lebih efektif dan efisien guna membantu permasalahan pemilihan penerima Jamkesmas. Masalah tersebut juga memerlukan Sistem Pendukung keputusan (SPK) untuk mempercepat dan mempermudah membuat suatu keputusan. Penggunaan sistem pendukung keputusan tersebut akan lebih mudah ketika diimplementasikan ke dalam aplikasi berbasis web, selain perangkat komputer dan internet yang sudah banyak dimiliki oleh sebagian besar masyarakat, juga dapat diakses melalui media mobile yang sudah semakin canggih sekarang ini dengan akses internet dan browser mobile dimanapun dan kapanpun.
Pada penelitian ini kriteria yang digunakan sebanyak 14 kriteria menggunakan metode Weighted Product dengan inputan nilai kriteria berupa Quisioner dari
8
pengguna. Sistem pendukung keputusan ini diimplementasikan menggunakan bahasa pemrograman PHP yang terintegrasi dengan database MySQL. Pengujian yang digunakan yaitu pengujian validasi (pengujian black box) dan pengujian akurasi sistem pakar. Hasil pengujian validasi yaitu 100% yang menunjukkan bahwa fungsionalitas sistem dapat berjalan dengan baik sesuai dengan daftar kebutuhan. Hasil pengujian akurasi yaitu 86,6% yang menunjukkan bahwa sistem pendukung keputusan dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan metode Weighted Product. •
ANALISIS
SENSITIVITAS
DARI
METODE
SIMPLE
ADDITIVE
WEIGHTING (SAW) : HASIL DARI SATU PERUBAHAN NILAI BOBOT ATRIBUT PADA POSISI PERANGKINGAN ATRIBUT TERAKHIR. (http://www.qjie.ir/?_action=showPDF&article=28&_ob=195a2285c846b262f048d 6e8144b236a&fileName=full_text.pdf.) Sebagian besar masalah dalam pengambilan data keputusan multi-atribut (MADM) adalah tidak stabil dan berubah-ubah, maka penggunaan analisis sensitivitas setelah pemecahan masalah secara efektif dapat berkontribusi untuk membuat keputusan yang akurat. Makalah ini memberikan metode baru untuk analisis sensitivitas pada masalah MADM sehingga dengan menggunakannya dan mengubah bobot atribut, kita dapat menentukan perubahan dalam hasil akhir dari keputusan. Analisis ini diterapkan untuk teknik SAW, salah satu metode yang paling sering digunakan dalam kasus MADM.
Pengambilan keputusan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Terlepas dari berbagai pengambilan keputusan masalah, kita dapat mengkategorikan mereka ke dalam dua kategori, banyak tujuan pengambilan keputusan masalah yang pengambil keputusan harus merancang pendekatan yang memiliki paling berguna dalam mempertimbangkan sumber daya yang terbatas dan keputusan MADM yang pengambil keputusan harus memilih salah satu alternatif antara alternatif yang tersedia sehingga memiliki yang paling berguna.Tentu, untuk memilih alternatif kita harus memperhatikan beberapa atribut dan sering bertentangan.
9
Umumnya, semua masalah MADM dapat digambarkan sebagai matriks. Setiap baris dari matriks ini adalah ilustrasi dari salah satu alternatif dan setiap kolom adalah ilustrasi dari satu atribut dan unsur-unsurnya adalah efisiensi alternatif terhadap atribut. Atribut yang dipilih untuk keputusan pembuatan saling bertentangan, biasanya. Ini berarti bahwa, perbaikan pada satu atribut dapat menyebabkan deflasi atribut lainnya. Juga, dengan menganggap pentingnya relasi antar atribut, seseorang dapat menetapkan berat bagi mereka. Dengan asumsi vektor untuk bobot atribut dan unsur pengambilan keputusan matriks, masalah MADM dapat diselesaikan dengan teknik yang tersedia dan memilih yang terbaik alternatif atau peringkat mereka.
Dalam teknik klasik MADM, sering, diasumsikan bahwa semua data yang digunakan (seperti bobot atribut, efisiensi alternatif terhadap atribut, ...) adalah deterministik maka skor akhir atau kegunaan alternatif diperoleh dengan memecahkan MADM, padahal dalam kenyataannya, data keputusan membuat masalah berubah. Sehingga, setelah memecahkan pengambilan keputusan masalah, biasanya analisis sensitivitas harus dilakukan untuk mereka.
Para penelitian telah dilakukan pada analisis sensitivitas untuk Masalah MADM, sering terfokus pada penentuan atribut yang paling sensitif dalam model. Atribut ini adalah salah satunya. Perubahan bobot relatif terhadap orang lain, memimpin untuk merubah dalam peringkat alternatif. Juga, mereka menemukan nilai perubahan dalam berat satu atribut yang mengarah untuk mengubah dalam peringkat alternatif. Studistudi ini sering berfokus pada sensitivitas atribut.
Jenis lain dari analisis sensitivitas yang tidak ditunjukan pada studi sebelumnya, adalah menghitung perubahan skor akhir alternatif dalam perubahan dalam bobot atribut tertentu. Dalam analisis sensitivitas ini, untuk perubahan yang diberikan dalam bobot satu atribut, perubahan dalam skor alternatif dihitung.
Jenis analisis sensitivitas dapat diterapkan dalam software MADM terkait untuk memecahkan pengambilan keputusan masalah sehingga dengan menambahkannya ke software ini dan dengan memanfaatkan kemampuan grafis komputer, seseorang dapat mengubah bobot satu atribut sewenang-wenang dan mengamati efeknya pada skor akhir dan peringkat alternatif, secara langsung.
10
•
POLIMER PATI TAPIOKA SEBAGAI TEROBOSAN BARU EDIBLE
PACKAGING MAKANAN YANG HIGIENIS DAN RAMAH LINGKUNGAN (http://kemahasiswaan.um.ac.id/wp-content/uploads/2010/02/NAREN-KOLOMPolimer.doc) Perkembangan teknologi mempengaruhi variasi bentuk dan teknologi pengemasan sebagai salah satu cara melindungi dan memperpanjang umur simpan hasil pertanian. Kini, penggunaan plastik sebagai bahan kemasan meningkat. Faktanya, kemasan sintetik ini justru dapat merusak kesehatan dan lingkungan. Karena itu, digunakanlah edible packaging sebagai kemasan alternatif.
Edible packaging dibuat dari komponen berbahan dasar polisakarida pati sehingga pemanfaatan pati tapioka berpotensi menurunkan biaya produksi. Umumnya, pembuatan edible packaging melalui proses pelarutan, pemanasan, pencetakan, pendinginan, pengeringan dan penyimpanan. Potensi edible packaging sebagai kemasan primer, barrier, pengikat, dan pelapis diharapkan dapat mendorong penemuan bahan dasar lain untuk meningkatkan kualitas edible packaging sekaligus mengurangi masalah lingkungan. •
APLIKASI PATI SINGKONG SEBAGAI BAHAN BAKU EDIBLE
COATING
UNTUK
MEMPERPANJANG
UMUR
SIMPAN
PISANG
CAVENDISH (MUSA CAVENDISHII). (http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/47334) Permintaan buah-buahan baik di dalam maupun di luar negeri cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Salah satu kendala utama dalam ekspor buah-buahan adalah produktivitas tanaman dan kualitas yang rendah. Negara pengimpor menuntut adanya buah-buahan yang segar dan bermutu tinggi baik untuk konsumsi segar maupun industri pengolahan. Kualitas yang diharapkan yaitu penampakan yang baik, relatif tahan lama, dan tidak cepat busuk atau rusak selama penyimpanan. Masalah mutu dan kualitas buah-buahan perlu menjadi perhatian mengingat sifat komoditas buahbuahan yang mudah rusak dan mudah busuk. Penanganan pasca panen yang baik termasuk salah satu usaha untuk dapat memperpanjang umur simpan dan kesegaran buah-buahan tersebut.
11
Buah-buahan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas karena faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas tersebut dapat dipercepat dengan adanya oksigen, air, cahaya, dan temperatur. Salah satu cara untuk mencegah atau memperlambat fenomena tersebut adalah dengan pengemasan yang tepat (Komolprasert, 2006 dalam Hui, 2006).
Neraca perdagangan hortikultura pernah mengalami surplus yang sangat tinggi pada tahun 1999, yaitu mencapai US Dollar 215 juta (Departemen Pertanian, 2005). Setelah itu nilai neraca perdagangan terus mengalami penurunan, hingga menjadi negatif. Buah-buahan yang memberikan nilai ekspor tertinggi antara lain nenas dan pisang, setelah manggis yang menempati posisi pertama. Data pada tahun 2006 menunjukkan bahwa produksi nenas dan pisang menunjukkan peningkatan selama dasawarsa terakhir.
Pisang merupakan salah satu tanaman yang mempunyai prospek cerah di masa datang karena di seluruh dunia hampir setiap orang gemar mengkonsumsi buah pisang. Selain itu tanaman pisang sangat mudah dibudidayakan dan cepat menghasilkan sehingga lebih disukai petani untuk dibudidayakan. Banyak jenis tanaman pisang komersial yang telah dibudidayakan di Indonesia, salah satunya adalah Pisang Cavendish.
Pisang Cavendish (Musa Cavendishii.) merupakan komoditas buah tropis yang sangat popular di dunia. Hal ini dikarenakan rasanya lezat, gizinya tinggi, dan memiliki banyak manfaat. Pisang Cavendish di Indonesia lebih dikenal dengan pisang Ambon Putih. Varietas yang dikembangkan di SEAMEO BIOTROP adalah jenis pisang Cavendish Grand Naim yang banyak dijual di supermarket sebagai pisang meja yaitu pisang yang dihidangkan langsung untuk dikonsumsi. Pisang Cavendish dijadikan sebagai konsumsi pabrik tepung pisang sebagai bahan makanan bayi, buah meja, sale pisang, pure pisang dan tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka.
Terdapat banyak metode yang dapat dilakukan untuk memperpanjang masa simpan komoditas buah-buahan, salah satunya dengan pengaplikasian edible coating. Edible coating adalah salah satu lapisan tipis yang rata, dibuat dari bahan yang dapat
12
dikonsumsi, biodegradable, dan dapat berfungsi sebagai barrier agar tidak kehilangan kelembaban, bersifat permeabel terhadap gas-gas tertentu, serta mampu mengontrol migrasi komponen-komponen larut air yang dapat menyebabkan perubahan pigmen dan nutrisi buah-buahan. Metode edible coating dapat memperpanjang umur simpan dan mempertahankan mutu produk yang di coating. Pisang cavendish mudah mengalami penurunan kualitas atau mengalami kerusakan untuk itu diperlukan edible coating untuk melapisi pisang cavendish sehingga dapat mempertahankan kualitas pisang cavendih dan umur simpan pisang cavendish menjadi lebih lama sehingga pisang cavendish mempunyai kualitas yang baik dan umur simpan yang baik sampai pada konsumen. Berdasarkan beberapa penelitian pendahuluan sebelumnya, peneliti berusaha membuat sistem pengambilan keputusan untuk memilih jenis pati singkong yang menghasilkan pati singkong terbanyak yang akan digunakan untuk bahan baku edible film menggunakan metode Multi Attribute Decision Making yaitu metode simple additive weighting dan weighted product dan menggunakan bahasa pemrograman PHP. Dimana dalam pemilihan jenis singkong tersebut ada faktor-faktor tertentu yang menentukan seperti usia panen, hasil panen dan kadar pati itu sendiri yang terkandung di dalam ubikayu atau singkongnya.
1.7. Sistematika Penulisan Sistematika dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB 1. Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang masalah, ruang lingkup, tujuan dan manfaat, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB 2. Landasan Teori Bab ini menguraikan teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi. Bab ini berisi pemahaman tentang jenis tanaman yang akan dijadikan bahan penelitian, pati, edible film, teori mengenai metode Weighted Product, metode Simple additive weighting, serta perancangan program waterfall dan eight golden rules.
13
BAB 3. Analisis dan Perancangan Bab ini mengurai tentang permasalahan yang ada, usulan pemecahan masalah, perancangan layar program, beberapa diagram Unified Modelling Language, serta contoh kasus yang ada.
BAB 4. Hasil dan Pembahasan Bab ini berisi program yang telah dibuat, cara penggunaan serta perbandingan hasil yang didapat.
BAB 5. Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari program yang telah dibuat.