BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Media massa adalah pemilik peran penting dalam menyampaikan berbagai informasi pada masyarakat. Media komunikasi massa yaitu cetak (koran, majalah, tabloid), elektronik (tv dan radio), dan internet bertanggung jawab penuh terhadap pesan yang diterima oleh masyarakat. Media komunikasi memiliki kekuatan dalam memengaruhi masyarakat. Media massa sebagai sumber informasi utama adalah pembentuk opini publik yang utama. Media massa juga mempunyai beberapa fungsi dasar yaitu untuk pengamatan lingkungan,
korelasi
bagian-bagian
dalam
masyarakat
untuk
merespon
lingkungannya, dan yang terakhir sebagai sarana untuk menyampaikan warisan dari satu generasi ke generasi selanjutnya, seperti yang dikatakan Wright (1959) dikutip dalam Severin dan James (2009). Meskipun demikian, ternyata pada realita saat ini sering terjadi disfungsi yang dilakukan oleh media massa. Misalnya saja, media massa banyak menciptakan kejadian palsu, kemudian menghalangi perubahan sosial yang terjadi, menghalangi perkembangan budaya, meminimalkan kritik masyarakat terhadap kejadian yang terjadi (Severin dan James: 2009). Dalam menyampaikan informasi, seharusnya media massa yang diantaranya adalah media cetak, media elektronik, dan media internet harus tetap menyajikan pesan tersebut berdasarkan fungsi komunikasi massa yang dikemukakan oleh Harold Laswell dalam Suprapto (2009: 144) agar menjadi media yang baik. Fungsi komunikasi massa tersebut antara lain adalah menginformasikan (to inform), mendidik (to educate), dan menghibur (to entertain). Selain itu media massa yang baik juga melakukan pengawasan sosial (social control) kepada perilaku masyarakat dan para penguasa. Setiap perusahaan media pada dasarnya memiliki visi dan misi masingmasing. Dari visi dan misi tersebut maka akan terbentuklah sudut pandang pemberitaan yang akan ditentukan oleh perusahaan media tersebut. Sudut pandang suatu pemberitaan yang beragam dapat membantu untuk mencerdaskan masyarakat. Dalam buku NU Politik: Analisis Wacana 1
Media (2004: 169) dalam acara
2 Istighotsah Kubro II (25 Juli 1999), masing-masing media memiliki ‘sudut padang’ dan penekanan tema-tema pokok yang berbeda. Harian Republika dan Media Indonesia memandang istighotsah sebagai forum politik. Republika paa edisi 26 Juli 1999 menurunkan beria itu dengan judul, “Istighotsah Kubro Warga NU SeJabotabek, Jadi Ajang Kampanye Capres”, sedangkan Media Indonesia pada edisi yang sama menulis judul “Istighotsah Kubro Jadi Forum Politik: Megawati Bicara”. Perkembangan media menjadi lebih ke industri saat ini tidak lepas dari faktor para pemilik kepentingan. Dicontohkan kepada dua perusahaan media yang memiliki kepentingan politik saat ini yaitu metro tv dan tv one yang dikuasai oleh dua aktor politik, Aburizal Bakrie dan Surya Paloh yang sama-sama pernah mendapatkan pendidikan politik di Partai Golkar. Kemudian dikarenakan perbedaan pemikiran yang dirasakan Surya Paloh maka ia berpindah ke partai baru pada saat itu yaitu Nasional Demokrat (NasDem). Kini mereka berdua adalah aktor politik yang aktif dalam membentuk komunikasi positif mengenai partainya masing-masing melalui media yang mereka miliki. Saat ini Aburizal sedang menjadi bahan perbincangan terkait dualisme Partai Golkar. Berita mengenai perpecahan partai Golkar menjadi 2 kubu sedang hangat diperbincangkan masyarakat. Hal ini menjadi kesempatan bagi kaum pewarta untuk meraih informasi sebanyak-banyaknya. Seperti yang diketahui Golkar merupakan salah satu partai yang memiliki sejarah cukup panjang. Partai yang berdiri pada 20 Oktober 1964 ini memiliki tujuan menegakkan Pancasila dan UUD 1945. Mengawali kiprah dengan menghimpun berpuluh-puluh organisasi pemuda, wanita, sarjana, buruh, tani, dan nelayan dalam Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar), Sekber Golkar sukses besar karena menjadi pemenang yang tidak diperhitungkan pada Pemilu 1971 dengan total perolehan suara 62,79%. Sekber Golkar kemudian menjelma menjadi kekuatan politik pada masa Orde Baru. (http://partaigolkar.or.id) Masa kelam partai Golkar terjadi pada tahun 1998 ketika Presiden Soeharto berhasil diturunkan dari jabatannya oleh para mahasiswa. Soeharto pada saat itu merupakan penasehat Golkar, maka Golkar juga dituntut untuk dibubarkan. Akbar Tandjung yang merupakan ketua yang baru diangkat pada masa itu kemudian berusaha sekuat tenaga mempertahankan Golkar. Di bawah kepemimpinannya Golkar merubah statusnya menjadi Partai Golkar. Saat itu Golkar kemudian mengusung citra sebagai Golkar baru. Upaya Akbar mendapatkan hasil, dia berhasil
3 mempertahankan Golkar dari serangan eksternal dan krisis citra yang dibentuk oleh masyarakat. Babak baru permasalahan Partai Golkar terjadi pada awal 2015. Perpecahan menjadi dua kubu antara Kubu Aburizal Bakrie dan kubu Agung Laksono menjadi konflik lainnya. Dalam hal ini, berbagai pihak turut aktif membantu pihak mana yang pantas dan sah untuk memimpin Golkar. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yassona Laoly dengan kuasanya akhirnya menyatakan bahwa Golkar pihak Agung Laksono merupakan pihak yang sah sebagai Partai Golkar. Hal ini membuat kericuhan semakin rumit. Pendukung dari tiap pihak satu persatu muncul menemui media dan mengklarifikasi apa yang terjadi. Berbagai kelemahan di atas memberi kita pengertian bahwa cara subjektivitas normatif, yang membangun pandangan berdasarkan asumsi-asumsi ideologis, sangat potensial untuk gagal melihat realitas yang sesungguhnya atau justru menutup mata terhadap realitas dan perubahan yang berlangsung dalam realitas tersebut. Karena itu yang diperlukan kemudian adalah, selain kritik ideologi, cermin yang merefleksikan realitas yang sesungguhnya (realitas objektif). Pada titik inilah, penelaahan teks media seperti analisis framing menjadi relevan (Sobur, 2012: 159). Salah satu efek framing yang paling mendasar adalah realitas sosial yang kompleks, penuh dimensi, dan tidak beraturan disajikan dalam berita sebagai sesuatu yang sederhana, beraturan, dan memenuhi logika tertentu. Framing menyediakan alat bagaimana peristiwa dibentuk dan dikemas dalam kategori yang dikenal khalayak. Karena itu, framing menolong khalayak untu memproses informasi ke dalam kategori yang dikenal, kata-kata kunci dan citra tertentu (Eriyanto, 2011: 166). Pada kasus seperti ini, partai Golkar yang notabene adalah partai yang memiliki nama besar dalam sejarah politik di Indonesia dipimpin oleh seorang pemilik media besar di Indonesia. Hal ini membuat adanya suatu kepentingan politik. Penulis akan menganalisa media online seperti Viva.co.id dan metrotvnews.com tentang sudut pandang yang mereka ambil dalam mengkaji informasi mengenai kisruh Partai Golkar dengan judul “Pembingkaian Berita Media Online (Analisis Framing Berita Viva.co.id dan Metrotvnews.com Mengenai Kisruh Golkar)”.
4 1.2 Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang yang ada di atas maka fokus dari penelitian ini adalah untuk menganalisa sudut pandang pemberitaan yang dilakukan pada media online Viva.co.id dan Metrotvnews.com mengenai kisruh kepengurusan Partai Golkar.
1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat, pertanyaan pada penelitian ini adalah:
-
Bagaimana bingkai berita yang dilakukan viva.co.id dalam wacana kasus kisruh kepengurusan Partai Golkar periode 20 Maret-13 Mei?
-
Bagaimana bingkai berita yang dilakukan metrotvnews.com dalam wacana kasus kisruh kepengurusan Partai Golkar periode 20 Maret-13 Mei?
1.4 Tujuan dan Manfaat 1.4.1 Tujuan
Penelitian ini bertujuan antara lain untuk:
1. Untuk mengetahui bingkai berita yang dilakukan viva.co.id dalam wacana kasus kisruh kepengurusan Partai Golkar periode 20 Maret-13 Mei. 2. Untuk mengetahui bingkai berita yang dilakukan metrotvnews.com dalam wacana kasus kisruh kepengurusan Partai Golkar periode 20 Maret-13 Mei.
1.4.2 Manfaat
1. Manfaat akademis dari penelitian ini adalah sebagai sumber pengetahuan mengenai pembingkaian terhadap berita ‘Kisruh Partai Golkar’. 2. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah penggambaran cara pembingkaian berita yang dilakukan media dalam memberitakan sebuah peristiwa. Hasil penelitian diharapkan dapat membawa pencerahan pada media dalam
5 menjaga objektivitas pemberitaan dan posisi netral dalam menyampaikan berita. 3. Manfaat sosial dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan kepada masyarakat tentang konstruksi realitas sosial yang dilakukan oleh media massa, agar masyarakat tidak begitu saja mengkonsumsi berita tetapi juga memiliki kemampuan penilaian kritis untuk memilah dan memilih berita yang disampaikan oleh media.
1.5 Sistematika Penulisan
Bab I
PENDAHULUAN Pada bab I, peneliti membahas latar belakang, fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan pada judul “Pembingkaian Berita Media Online (Analisis Framing Berita Viva.co.id dan Metrotvnews.com Mengenai Kisruh Kepengurusan Partai Golkar )”.
Bab II
KAJIAN PUSTAKA Pada bab II, peneliti membahas mengenai teori-teori umum, teoriteori khusus yang berkaitan dengan judul skripsi “Pembingkaian Berita Media Online (Analisis Framing Berita Kompas.com dan Detik.com Mengenai Kisruh Kepengurusan Partai Golkar )”.
Bab III
METODOLOGI PENELITIAN Pada bab III, peneliti membahas tentang metode penelitian yaitu kualitatif.
Bab IV
HASIL PENELITIAN Pada bab IV, berisikan profil perusahaan dan latar belakang media yang akan diangkat menjadi pembahasan dalam penelitian.
6 Bab V
PENUTUP Pada bab V, peneliti memberikan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan dari bab I-bab IV serta saran yang berkaitan dengan hasil penelitian yang telah
diteliti dan kemudian didapat oleh penulis.
7