BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menurut Legono (2013), banjir adalah suatu peristiwa genangan air (baik secara alami ataupun karena aktivitas manusia), yang pada taraf tertentu mengakibatkan hilangnya korban jiwa maupun kerusakan infrastruktur dan atau kerugian lainnya. Banjir sebagai salah satu komponen daya rusak air perlu dikendalikan agar dampak kerugiannya dapat diminimalkan.Usaha pengendalian banjir ini mencakup identifikasi lokasi banjir, perencanaan pengendalian banjir, penyusunan strategi pengendalian banjir, dan pelaksanaan program-program strategi sebagai implementasi dari strategi pengendalian banjir itu sendiri.
Pembangunan infrastruktur SDA di WS Bengawan Solo telah dimulai pada abad ke-18 oleh Pemerintah Kolonial Belanda melalui pembangunan kanal Solo Vallei Werken dan sudetan Bengawan Solo dari Plangwot - Sidayu Lawas, namun terhenti karena alasan biaya. Pada Tahun 1880 guna menghindari sedimentasi di Pelabuhan Tanjung Perak, muara Sungai Bengawan Solo dialihkan dari Selat Madura ke Ujung Pangkah. Bengawan Solo merupakan sungai terbesar di Pulau Jawa dengan panjang sungai sekitar 600 km dan mengalirkan air dari daerah aliran sungai (DAS) seluas ± 16,100 km2, melewati dua wilayah provinsi yaitu Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur dan mulai dari Pegunungan Sewu di sebelah barat-selatan Surakarta, ke laut Jawa di utara Surabaya seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1.
11
2
Gambar 1.1 Daerah aliran Sungai Bengawan Solo DAS Bengawan Solo dengan sungai utama Bengawan Solo, merupakan salah satu DAS kritis di Indonesia (Keputusan Menhutbun No. 284/Kpts-II/ 1999). Hampir setiap tahun fenomena banjir selalu terjadi di DAS Bengawan Solo. Selain dipicu oleh curah hujan lokal yang tinggi, banjir di DAS Bengawan Solo biasanya juga terjadi karena debit air yang besar di hulu sungai sehingga luapan air akan terjadi di hilir sungai. Kondisi banjir seperti ini seringkali disebut banjir kiriman. Fenomena banjir kiriman ini bisa jadi merupakan dampak negatif yang terjadi di bagian hilir DAS akibat buruknya pengelolaan di daerah hulu, karena dalam suatu DAS terdapat hubungan sebab akibat antara bagian hulu dan hilir DAS. Hampir setiap tahun kejadian banjir selalu terjadi di DAS Bengawan Solo. Banjir terparah terjadi di daerah Hilir Bengawan Solo, hal ini terjadi karena daerah Hilir menampung debit banjir yang berasal dari daerah hulu dan kemiringan alur yang rendah. Pemerintah telah berupaya untuk menanggulangi banjir di Bengawan Solo Hilir. Untuk mengendalikan banjir dan mendukung pengembangan wilayah, Master Plan WS Bengawan Solo (1974), Pada Bengawan Solo Hilir antara lain
3
merekomendasikan
pembangunan
Bendung
Gerak
Babat,
Pembangunan
Floodway, Pembangunan Waduk Jabung sebagai kolam retensi dan Peningkatan kapasitas alur. Kejadian banjir di Bengawan Solo Hilir dapat dilihat di Gambar 1.2.
Banjir Februari 2007 :
Kondisi S. Bengawan Solo pada saat banjir
Banjir Februari 2007 :
Kondisi TMA S. Bengawan Solo pada saat banjir
Banjir Februari 2007 : Permukiman penduduk yangtergenang akibat banjir Sungai Bengawan Solo
Banjir Februari 2007 :
Persawahan yang tergenang akibat banjir Sungai. Bengawan Solo
Gambar 1.2 Banjir di Bengawan Solo Hilir
4
5 1.2
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah melakukan kajian terhadap sistem pengendalian banjir Floodway Sedayu Lawas dan Waduk Jabung Ring dalam upaya pengendalian banjir dan usaha peningkatannya.
1.3
Ruang Lingkup
Lingkup kajian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini dilakukan di wilayah Bengawan Solo Hilir dimulai dari bendung gerak Babat sampai ke muara Bengawan Solo di Tanjung Kepala dan Floodway yang bermuara di Sedayu Lawas. 2. Pemodelan aliran dilakukan dengan dua skenario. Skenario pertama memodelkan aliran dengan kondisi eksisting, tanpa ada Waduk Jabung. Skenario kedua memodelkan aliran dengan Waduk Jabung. Skenario ketiga dengan memodelkan aliran dengan adanya Waduk Jabung dan peningkatan kapasitas Floodway. Skenario keempat dengan peningkatan efektivitas Waduk Jabung. 3. Uji Pemodelan hujan-aliran dilakukan dengan memakai alat bantu perangkat lunak (software) HEC-HMS edisi 4.0. 4. Uji Pemodelan aliran air dilakukan dengan memakai alat bantu perangkat lunak (software) HEC-RAS edisi 4.0. 5. Analsis kinerja ditinjau dari penurunan debit puncak banjir dan penurunan muka air banjir dari empat skenario yang dilakukan
1.4
Deskripsi Wilayah Penelitian
Secara geografis Waduk Jabung dan Floodway Sedayu Lawas terletak antara 6º 51’ 54’’ sampai dengan 7º23’6’’ lintang selatan dan antara 112º 4’41’’ sampai dengan 112º 33’12’’ bujur timur. Kondisi topografi lokasi penelitian dapat ditinjau dari ketinggian wilayah di atas permukaan laut dan kelerengan lahan, yang mana terdiri dari daratan rendah dan bonorowo dengan tingkat ketinggian 0-25 meter seluas 50,17%, sedangkan ketinggian 25-100 meter seluas 45,68%, selebihnya 4,15% berketinggian di atas 100 meter di atas permukaan air laut. Jika dilihat dari tingkat kemiringan tanahnya, lokasi penelitian merupakan wilayah yang relatif datar, karena hampir 72,5% lahannya adalah datar dengan tingkat kemiringan 0-2%, sedangkan hanya sebagian kecil dari wilayahnya adalah sangat
6 curam, atau kurang dari 1% (0,16%) yang mempunyai tingkat kemiringan lahan 40% lebih. Lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.3.
Sumber : Pola Pengembangan Air Wilayah Sungai Bengawan Solo
Gambar 1.3 Lokasi Kajian
Sumber : Nippon Koei, LSRIP Phase I
Gambar 1.4 Skema Infrastruktur Pengendalian Banjir DAS Bengawan Solo Hilir