BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Media massa, khususnya televisi (TV) telah memasyarakat. Menurut KBBI (2001:919) televisi adalah pesawat sistem penyiaran gambar objek yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran pertunjukan, berita, dan sebagainya. Televisi sebagai pesawat sistem penyiaran gambar bergerak yang disertai bunyi merupakan media komunikasi modern. Televisi disebut sebagai media yang modern karena dirancang dengan menggunakan teknologi modern. Di dalam program acara televisi terdapat proses komunikasi, yakni terdapat proses pesan yang disampaikan dari sumber (TV) kepada penerima serta jalannya pesan melalui media massa (TV) dapat mempengaruhi masyarakat penerimanya (http://alkhawarizmi.or.id/artikel/muhassabah/peran-media-komunikasi-moderntv-sebagai-sarana-untuk-menghancurkan/). Di dalam komunikasi terdapat pesan yang disampaikan dan pesan tersebut merupakan informasi. Inilah yang dimaksud bahwa televisi sebagai media informasi. Televisi sebagai media informasi mempunyai dampak negatif dan dampak positif bagi masyarakat. Dampak negatif dan dampak positif tersebut berkaitan dengan program acara yang dibuat oleh orang-orang yang terlibat dalam pembuatan acara televisi. Dampak negatif yang disebabkan oleh program acara televisi lebih menonjol daripada dampak positifnya. Hal inilah yang menjadi permasalahan, sehingga dibutuhkan solusi yang tepat untuk mengurangi dampak negatif televisi. Permasalahan dan pencarian solusi yang tepat inilah yang menyebabkan penulis tergerak untuk membahas dampak televisi sebagai media informasi. Oleh karena itu, paper ini diberi judul “Dampak Televisi sebagai Media Informasi”.
1
1.2 Perumusan Masalah Ruang lingkup pembahasan dari paper ini adalah dampak televisi sebagai media informasi dan solusi dampak negatif televisi. Berdasarkan ruang lingkup pembahasan inilah penulis merumuskan masalah yang hendak dikaji dalam paper ini. Permasalahan yang hendak dikaji dalam paper ini adalah. 1. Bagaimanakah dampak televisi sebagai media informasi? 2. Bagaiamanakah peran penting pustakawan dalam mengurangi dampak negatif televisi sebagai media informasi?
1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan 1. Mendeskripsikan dampak televisi sebagai media informasi. 2. Mendeskripsikan peran penting pustakawan dalam mengurangi dampak negatif televisi sebagai media informasi.
1.3.2 Manfaat 1. Mengetahui dampak televisi sebagai media informasi. 2. Mengetahui peran penting pustakawan dalam mengurangi dampak negatif televisi sebagai media informasi.
2
BAB 2. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Dampak Televisi sebagai Media Informasi Media massa adalah suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar hiterogen dan anonim melewati media cetak atau media elektronik, sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Tan,1981:73). Hal ini menunjukkan bahwa ada dua jenis media massa, yaitu: cetak (surat kabar dan majalah) dan media elektronik (televisi dan radio). Jadi, televisi termasuk dalam jenis media yang bersifat elektronik. Peran media khususnya televisi dalam kehidupan sosial bukan hanya sarana pelepas ketegangan atau hiburan, tetapi isi dan informasi yang disajikan mempunyai peran yang signifikan dalam proses sosial (http://jurnal.bl.ac.id/wpcontent/uploads/2007/04/blcom-04-vol2-no2-april2007l.pdf). Isi media massa (televisi) merupakan konsumsi otak bagi khalayaknya, sehingga sesuatu yang ada di televisi akan mempengaruhi realitas subjektif pelaku interaksi sosial. Gambaran tentang realitas yang dibentuk oleh isi televisi inilah yang mendasari respon dan sikap khalayak terhadap berbagai objek sosial. Informasi yang salah dari televisi akan memunculkan gambaran yang salah pula terhadap objek sosial itu. Sehingga televisi dituntut menyampaikan informasi secara akurat dan berkualitas. Kualitas informasi inilah yang merupakan tuntutan etis dan moral penyajian. Standard kualitas informasi tersebut dipegang oleh KPI (Komisi Penyiaran Indonesia). KPI adalah sebuah badan independen yang bebas dari intervensi modal maupun kepentingan kekuasaan dan untuk mempertegas bahwa pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik serta bagian dari wujud peran serta masyarakat dalam hal penyiaran, baik sebagai wadah aspirasi maupun mewakili kepentingan masyarakat (www.kpi.co.id). Hal ini menunjukkan bahwa KPI adalah sebuah badan yang mengendalikan program acara siaran yang layak bagi masyarakat. Akan tetapi, standardisasi kelayakan program acara siaran televisi perlu dipertanyakan. Hal ini dikarenakan dampak negatifnya lebih menonjol daripada dampak positifnya.
3
Kenyataan di lapangan menunjukkan banyak hal negatif yang disebabkan oleh tayangan-tayangan televisi. Seorang remaja putus sekolah berusia 15 tahun yang tinggal di daerah kumuh (Jakarta) memperkosa gadis di bawah umur (tetangganya sendiri). Alasan pemerkosaan tersebut adalah dia sering menonton tayangan televisi yang mengumbar serta mempertontonkan hal-hal yang belum patut ditonton remaja seusia dia yang psikologinya masih labil tanpa ada bimbingan
yang
memadai
dari
orang
(http://pustekkom.depdiknas.go.id/index.php?pilih=hal&id=35).
Rara,
tuanya seorang
anak berusia 5 tahun (Nganjuk) yang lebih suka menirukan adegan orang jahat di sinetron-sinetron dan dia mempraktikkan adegan tersebut pada teman sebayanya. Ada seorang anak berusia 4 tahun, sejak menonton film anak-anak ULTRAMAN, gerakannya menjadi lebih cepat, tangkas, bahkan nyaris tanpa sadar cenderung mau memukul siapa saja yang ada di hadapannya. Padahal awalnya biasa saja, lembut, dan gerakannya teratur. Sesungguhnya dampak negatif televisi tidak hanya pada anak-anak tetapi juga pada orang dewasa. Misalnya pada program acara BUSER atau sejenisnya cenderung menginspirasi orang untuk berbuat jahat dan menirukan adegan yang ditunjukkan pada tayangan tersebut. Pada dasarnya televisi juga mempunyai dampak negatif terhadap otak anak, yakni dapat menghambat perkembangan bicara, menghambat kemampuan membaca verbal maupun memahami dan mengekspresikan lewat tulisan, meningkatkan agresivitas dan kekerasan, dalam usia 3-10 tahun tidak bisa membedakan antara yang nyata dan tidak nyata, lebih cepat matang secara seksual, serta kegemukan. Usia 0-3 tahun adalah usia emas. Pada usia ini otak anak baru berkembang, jika informasi yang diterima overload dapat mengganggu penyambungan
syaraf
otak
secara
permanen
(http://64.203.71.11/ver/keluarga/keluarga/0607/20/122925.htm). Sumber cahaya yang berpendar dari televisi meletakkan belahan otak kiri dan otak kanan ke dalam gelombang alpha yang dapat merusak keseimbangan dan interaksi antara belahan otak kiri dan kanan (http://alkhawarizmi.or.id/artikel/muhassabah/peranmedia-komunikasi-modern-tv-sebagai-sarana-untuk-menghancurkan/).
4
Menonton televisi dapat menyebabkan kecanduan sehingga banyak orang cenderung bermalas-malasan. Tayangan televisi juga dapat mendoktrin pemikiran penonton. Misalnya: doktrin produk perusahaan yang membuat orang cenderung konsumerisme dan doktrin gaul di kalangan remaja yang membuat remaja cenderung menirukan gaul ala televisi (berkaitan dengan bahasa, cara berpakaian, dan bersikap) yang negatif. Tidak adil jika televisi dilihat dari dampak negatifnya saja. Dampak positif televisi adalah televisi merupakan media pembelajaran yang cukup efektif. Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya dampak negatif televisi dapat dikurangi oleh dampak positif televisi dengan cara membuat program acara siaran yang mendidik bagi masyarakat. Adin (Surabaya), seorang anak berusia 5 tahun selalu berpikir kreatif dan cekatan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi karena selalu menonton Si Bolang (Bocah Petualang). Minardi (Jember), seorang guru Sekolah Dasar yang selalu medapat ide kreatif dari televisi untuk mengembangkan masyarakat di RT-nya. Avi (Lumajang), seorang anak berusia 5 tahun yang dapat berpikir kreatif karena selalu menonton Dora.
2.2 Peran Penting Pustakawan dalam Mengurangi Dampak Negatif Televisi sebagai Media Informasi Memanfaatkan
dengan
maksimal
fungsi
televisi
sebagai
media
pembelajaran yang cukup efektif merupakan solusi yang tepat untuk mengurangi dampak negatif bagi masyarakat yang disebabkan tayangan-tayangan televisi. Hal ini berkaitan dengan wewenang serta tugas dan kewajiban KPI. Wewenang KPI, antara lain: menetapkan standard program siaran; menyusun peraturan dan menetapkan
pedoman
perilaku
penyiaran
(diusulkan
oleh
asosiasi/masyarakat penyiaran kepada KPI); mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta standard program siaran; memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta standard program siaran; dan melakukan koordinasi dan/atau kerjasama dengan pemerintah, lembaga penyiaran, dan masyarakat.
5
Tugas dan kewajian KPI, antara lain: menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan benar sesuai dengan hak asasi manusia; ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran; ikut membangun iklim persaingan yang sehat antarlembaga penyiaran dan industri terkait; memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan seimbang: menampung, meneliti, dan menindaklanjuti aduan, sanggahan, serta kritik dan apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan penyiaran; serta menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang menjamin profesionalitas di bidang penyiaran (www. KPI. co.id). Jadi, KPI adalah harapan satu-satunya suatu badan independen penyiaran tertinggi yang dapat menghendel program acara di televisi. Akan tetapi kenyataan di lapangan, banyak tayangan televisi yang tidak menididik sehingga menyebabkan dampak negatif yang cukup besar. Di sinilah pustakawan sangat dibutuhkan. Pustakawan adalah orang yang bergerak di bidang perputakaan. Jadi, salah satu tugas pustakawan adalah memanaj informasi yang beredar di masyarakat agar tidak terjadi adanya informasi yang overload. Televisi adalah gudang informasi yang sangat cepat diserap oleh masyarakat. Oleh karena itu, pustakawan sangat perlu memperhatikan informasi yang disajikan televisi melalui tayangan-tayangan televisi yang dapat memberikan manfaat atau tidak bagi masyarakat. Di sinilah peran pustakawan untuk menghendel informasi yang ada di televisi agar tidak overload. Selama ini KPI bergerak sendiri dengan bawahannya yaitu KPID (Komisi Penyiaran Indonesia Daerah) sehingga pekerjaan yang dihasilkan kurang maksimal. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih banyaknya tayangan televisi yang kurang atau bahkan tidak mendidik sama sekali. Peran pustakawan di sini sangat penting sebagai pendamping KPI untuk diajak bertukar pendapat tentang tayangan-tayanan televisi yang bermanfaat atau tidak bagi masyarakat. Misalnya dengan membuat program acara reading promotion (promosi membaca) (http://pustekkom.depdiknas.go.id/index.php?pilih=hal&id=35).
Tujuan
dari
reading promotion adalah meningkatkan minat baca masyarakat dengan target masyarakat
mampu
memahami
ilmu 6
pengetahuan
dan
berusaha
mempraktikkannya. Untuk memahami ilmu pengetahuan tidak lagi terbatas pada buku tetapi segala media yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, baik media elektronik maupun media cetak. Media massa sebagai media pembelajaran yang cukup efektif dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran IPS (Ilmu Pengtahuan Sosial) persekolahan
(http://re-searchengines.com/mangkoes6-04-2.html).
Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) disebut juga sebagai synthetic science, karena konsep, generalisasi, dan temuan-temuan penelitian ditentukan atau diobservasi setelah fakta terjadi (Welton dan Mallan, 1988:66-67). Informasi faktual tentang kehidupan sosial atau masalah-masalah kontemporer yang terjadi di masyarakat dapat ditemukan dalam liputan (exposure) media massa (Wronski dalam Deighton, 1971:430434), karena media massa diyakini dapat menggambarkan realitas sosial dalam berbagai aspek kehidupan. Walaupun informasi atau pesan terdapat di televisi telah melalui suatu saringan (filter) dan seleksi dari pengelola media itu untuk berbagai kepentingannya, misalnya: untuk kepentingan bisnis atau ekonomi, kekuasaan atau politik, pembentukan opini publik, hiburan, hingga pendidikan. Splaine (dalam Shaver, 1991 : 300-309) menyebutkan bahwa media massa sangat berpengaruh di dalam pendidikan IPS. Hal ini didasarkan pada berbagai temuan penelitian yang menyiratkan, antara lain: a) media massa, khususnya televisi, telah begitu memasyarakat;. b) media massa berpengaruh terhadap proses sosialisasi; c) orang-orang lebih mengandalkan informasi yang berasal dari media massa daripada dari orang lain; d) para guru IPS perlu memberdayakan media massa sebagai sumber pembelajarannya; dan e) para orang tua dan pendidik, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, dapat meminimalisasikan pengaruh negatif media massa dan mengoptimalkan dampak positifnya (http://re-searchengines.com/mangkoes604-2.html).
7
Jadi, siswa tidak menyerap mentah-mentah informasi yang disajikan televisi tetapi menganalisis informasi tersebut karena di dalam informasi tersebut terdapat realitas sosial. Hal ini membutuhkan bimbingan dari guru IPS, pustakawan, dan orang tua. Sehingga image televisi yang selama ini dianggap buruk berubah menjadi baik karena mempunyai manfaat yang cukup besar bagi masyarakat.
8
BAB 3. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan Televisi sebagai media informasi mempunyai dampak negatif dan dampak positif. Dampak positif televisi dapat menjadi solusi dari dampak negatif televisi. Dampak negatif tersebut adalah televisi merupakan media pembelajaran yang cukup efektif. Media pembelajaran berkaitan dengan sarana yang digunakan untuk penyampaian ilmu yang harus dipelajari. Perpustakaan merupakan penyimpan khazanah hasil pikiran manusia dan pustakawan bertugas memberdayakannya (Basuki, 1991:2). Hal ini menunjukkan bahwa pustakawan mempunyai peran penting dalam memberdayakan khazanah hasil pikiran manusia (ilmu). Peran penting pustakawan jika dikaitkan dengan dampak positif televisi adalah bahwa pustakawan dapat bekerja sama dengan KPI dalam menentukan program acara televisi. Penentuan program acara televisi tersebut dengan memanfaatkan dampak positif televisi. Televisi sebagai media pembelajaran yang cukup efektif dapat dimanfaatkan oleh pustakawan untuk membuat program acara reading promotion (promosi membaca). Tujuannya adalah meningkatkan minat baca masyarakat sehingga masyarakat dapat memahami ilmu pengetahuan dan berusaha mempraktekannya.
3.2 Saran 1. Menerapkan pola menonton televisi secara sehat. 2. Menanggapi perkembangan teknologi secara umum dengan bijak. 3. Pustakawan berusaha mengurangi dampak negatif televisi dengan cara menawarkan diri kepada KPI untuk ikut menentukan program siaran televisi, salah satunya adalah reading promotion. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan minat baca masyarakat, yakni membaca ilmu pengetahuan. Maksud dari membaca ilmu pengetahuan di sini adalah memahami ilmu pengetahuan.
9