BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pada jaman sekarang ini semua teknologi sudah canggih dan mudah untuk
mendapatkan informasi. Apalagi dengan adanya internet dimana semua orang dengan mudah mendapatkan informansi yang diinginkan dimana pun dan kapan pun. Dengan kecanggihan teknologi dijaman ini jangankan informasi berupa suara atau pun tulisan, sekarang informasi bisa dilakukan dengan cara tatap muka sekaligus dengan menggunakan video streaming. Biasanya video digunakan untuk menangkap, merekam, memproses, mentransmisikan dan menata ulang gambar bergerak. Biasanya menggunakan film seluloid, sinyal elektronik, atau media digital. Video juga bisa dikatakan sebagai gabungan gambar-gambar mati yang dibaca berurutan dalam suatu waktu dengan kecepatan tertentu. Gambar-gambar yang digabung tersebut dinamakan frame dan kecepatan pembacaan gambar disebut dengan frame rate, dengan satuan fps (frame per second) (Titik Wahyuni, 2010). Dengan adanya teknologi video tersebut, maka dikembangkan menjadi video streaming untuk meningkatkan kinerja pada bidang telekomunikasi supaya menjadi lebih maju dan lebih mudah untuk bertukar informasi. Jadi dengan video streaming seolah-olah kita saling dekat dan bertatap muka, padahal tempatnya berbeda. Video streaming adalah sebuah teknologi untuk memainkan file video atau audio secara langsung ataupun dengan pre-recorded dari sebuah mesin server (Web Server). Dengan kata lain, file video atau audio yang terletak pada sebuah server dapat secara langsung dijalankan pada komputer klien sesaat setelah ada permintaan dari klien sehingga proses download video atau audio yang menghabiskan waktu cukup lama dapat dihindari. Saat file video atau audio di stream maka akan terbentuk sebuah buffer di computer klien dan data video/audio tersebut akan mulai didownload ke dalam buffer yang telah terbentuk pada mesin klien. Dalam waktu sepersekian detik, buffer telah terisi penuh dan secara otomatis file video/audio akan dijalankan oleh sistem. Sistem akan membaca
1
2
informasi dari buffer sambil tetap melakukan proses download file sehingga proses streaming tetap berlangsung ke mesin klien. Delay waktu sesaat sebelum file video/audio dijalankan berkisar antara 10 – 30 detik. File Video/Audio streaming secara keseluruhan (Aprinal Adila, dkk, 2009).
Gambar 1.1 Skema Video Streaming dari Pengambilan Video sampai ke Klien (Aprinal Adila, dkk, 2009)
Dalam implementasinya, kendala bagi para menikmat video streaming adalah masalah kapasitas saluran pada jaringan server ke klien terutama pada klien yang menggunakan perangkat mobile (bergerak) atau memakai WLAN (Wireless Local Area Network) yang kapasitasnya tidak sama dengan pengguna Kabel LAN (Local Area Network) yang selalu stabil pada tranmisi data dari server ke klien. Dari kendala yang di alami oleh klien penikmat video streaming, maka pada penelitian ini akan di implementasikan suatu teknik untuk mengadaptasi kapasitas jaringan pada perangkat bergerak yaitu dengan menggunakan teknik adaptive bitrate streaming yang dimana teknik tersebut digunakan dalam streaming multimedia melalui transmisi jaringan antara server dan klien. Sementara sebagian besar teknologi video streaming pada umumnya menggunakan protokol streaming seperti RTP (Real-time Transport Protocol) dan RTSP (Real Time Streaming Protocol), tapi pada kenyataannya pada RTP banyak paket yang terbuang pada saat transmisi jaringan antara server ke klien yang menyebabkan pengulangan paket dan berakibatnya delay pada pemutaran video streaming maka dari itu untuk mengoptimalkan transmisi pada jaringan tersebut maka muncullah teknologi
adaptive streaming yang saat ini hampir secara
eksklusif didasarkan pada HTTP dan dirancang untuk bekerja secara efisien melalui jaringan HTTP yang distribusikan besar seperti Internet (Saamer
3
Akhshabi, dkk, 2011). Salah satu standar pertama tentang bagaimana untuk menangani bandwidth yang kondisinya bervariasi dengan streaming HTTP telah diusulkan oleh 3GPP (3rd Generation Partnership Project) sebagai Adaptive HTTP Streaming (AHS) (3GPP TS 26.234, 2010). Ide dasarnya adalah untuk memecah
up file media ke segmen dengan panjang yang sama dan bisa
dikodekan pada resolusi yang berbeda dan bitrate yang berbeda. Segmen akan disimpan pada web server dan dapat diakses melalui HTTP GET yang diminta oleh klien. Akibatnya seluruh sistem logika streaming di kendalikan di sisi klien. Ini berarti bahwa klien sepenuhnya mengendalikan bitrate. Jadi pada teknik adaptive streaming, server sudah menyediakan beberapa segmen yang disiapkan untuk mencocokan dengan kapasitas jaringan klien untuk menstreaming video yang di minta. Media streaming pada dasarnya memiliki beberapa keuntungan dari setiap segmen misalnya: klien mengetahui kebutuhan bandwidth dan kemampuan seperti codec, resolusi, dan bahasa terbaik yang di minta oleh klien. Selain itu, sistem ini skalanya
sangat
baik
karena
konten
dengan
sederhana
didistribusikan
menggunakan CDN (content distribution network). Untuk menggambarkan hubungan antara segmen media yang sesuai dengan bitrate, resolusi, dan waktu, 3GPP
memperkenalkan
Media
Presentation
Description
(MPD).
MPD
menjelaskan informasi segmen (waktu, URL , karakteristik media seperti resolusi video dan bit rate ). MPD biasanya objek pertama yang akan di-download untuk sebuah sesi dynamic HTTP streaming dan menyediakan sarana untuk analisis sesi. Dengan informasi yang diberikan melalui MPD, klien mampu untuk memulai sesi dan beradaptasi secara dynamic dengan bandwidth yang berfluktuas. Selain solusi standar, banyak solusi proprietary telah digunakan oleh industri, misalnya, Microsoft Halus Streaming , Adobe HTTP Dinamis Streaming dan Apple HTTP Streaming Live, tetapi menariknya semua dari mereka menggunakan semacam MPD dan itu hamper sama arsitektur , di mana logika terletak di sisi klien dan media akan dipotong menjadi segmen dan dikodekan pada bitrate atau resolusi yang berbeda. Akhirnya, ISO / IEC MPEG memulai pekerjaan baru yang disebut sebagai Dynamic Adaptive Streaming over HTTP (DASH) yang bertujuan untuk
4
menggabungkan fitur dari sistem yang disebutkan di atas dalam satu standar (T.Stockhammer, 2011). Sistem streaming untuk HTTP tersebut dirancang untuk menangani berbagai
kondisi bandwidth, khususnya dalam
lingkungan bergerak karena
faktanya di suatu kondisi bisa berubah secara dramatis dari waktu ke waktu. DASH juga dikenal sebagai MPEG-DASH yang merupakan adaptive bit-rate berbasis HTTP Streaming sebagai solusi pertama yang merupakan standar internasional (ISO / IEC DIS 23.009-1, 2012). Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini dimaksudkan untuk mengevaluasi aplikasi DASH pada layanan streaming di Universitas Udayana. Sebuah test bed akan di pasang pada DASH untuk mengamati pergerakan switching sebagai pengatur segmen rendah dan tingginya bit rate yang dibutuhkan oleh klien. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
diatas,
maka
dapat
dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut: 1. Bagaimanakah merealisasikan DASH pada pemutaran video streaming 2. Membandingkan server streaming DASH dengan server streaming tradisional pada kondisi jaringan bandwidth yang beragam. 3. Parameter meter evoluasi dengan yang di hitung ada 3, yaitu: PSNR (Peak signal-to-noise ratio), QoS (Quality of Service) dan MOS (Mean Opinion Score). 1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulis dalam melakukan penulisan Skripsi ini adalah
untuk merealisasikan DASH untuk layanan aplikasi video streaming di jaringan WLAN. 1.4
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan metode video
streaming yang mampu mengadaptasi kapasitas jaringan yang mengalami kondisi
5
bandwidth yang tidak stabil untuk memberikan kenyamanan menonton video streaming. 1.5
Batasan Masalah Untuk menghindari pembahasan menjadi terlalu luas, maka penulis perlu
memberikan beberapa batasan masalah. Adapun batasan masalah dari penulisan Skripsi ini yaitu : 1. Layanan direalisasikan dengan menggunakan test bed, tidak memperhitungkan propagasi. 2. Video standarisasi menggunakan MPEG dan media player bitdash pada implementasi DASH. 3. Parameter Evaluasi DASH bisa di analisis dengan perbandingan , PSNR, QoS dan MOS pada server streaming tradisional saat ini. 1.6
Sistematika Penulisan Penulisan Skripsi ini disajikan dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN Pada Bab ini, dijelaskan secara singkat tentang gambaran umum mengenai pokok-pokok pembahasan dan gambaran tentang penyajian, yang terdiri dari atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab ini berisi tentang pemaparan dan kajian kepustakaan yang berisikan uraian tentang teori dasar yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas, yaitu konsep, algoritma dan sistem video streaming, sistem Adaptive Streaming, Dynamic Adaptive Streaming over HTTP (DASH), Bandwith Shaping, bitdash, serta teori-teori lain yang dapat menunjang dan mendukung penelitian skripsi ini.
6
BAB III
METODE PENELITIAN Dalam Bab ini, dijelaskan mengenai tempat dan waktu penelitian, sumber data, jenis data, alur analisis data, diagram alur analisis dan desain dari model streaming video menggunakan DASH.