BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Dalam masa era globalisasi seperti saat sekarang ini, dunia bisnis global
semakin berkembang. Berdasarkan data Bank dunia, sekitar seperempat barang dan jasa yang dihasilkan secara global dijual ke luar negeri daripada dijual di dalam negeri, dan persentasenya meningkat dua kali lipat di tahun 1960. Percepatan globalisasi ini dipicu oleh beberapa faktor, yaitu: (1) Inovasi Teknologi ; Munculnya software-software
baru,
internet,
fiber
optics,
wireless,
teknologi
satelit
mempermudah dan mempercepat komunikasi dengan karyawan, rekanan, dan supplier secara mendunia dengan waktu yang tepat. (2) Sistem transportasi; Perkembangan dibidang transportasi mulai dari pengangkutan udara sampai dengan kereta cepat yang memungkinkan barang dan jasa semakin jasa dan dengan biaya murah. (3) Meningkatnya perusahaan-perusahaan transnational; Meningkatnya perusahaan-perusahaan transnational besar dan canggih yang melakukan bisnis antar negara bila dibandingkan dengan perusahaan lokal maupun domestik. (4) Reformasi dibidang sosial dan politik ; Perubahan kritis misalnya meningkatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara pasifik, runtuhnya negara-negara komunis di eropa timur telah membuka daerah baru untuk perdagangan dunia. (Sumber: http://blog.stiemce.ac.id/sriati/2012/05/09/globalisasi-dan-perkembangan-bisnis/) Pada saat sekarang ini, Inovasi Teknologi adalah bagian terpenting dalam menjalankan suatu bisnis dan faktor utama penentu suatu bisnis dapat bertahan (sustainability). Setiap masa akan menemukan ciri khasnya sendiri dalam menjalankan bisnisnya dan tidak dapat diterapkan atau sulit untuk diterapkan pada masa-masa selanjutnya. Perkembangan inilah yang menuntut semua bisnis, terutama dalam bidang industri untuk mengeluarkan senjata masing-masing supaya mampu bersaing di industri berbeda maupun industri sejenis. Salah satu Industri yang saat ini marak dan mengalami perkembangan dalam teknologinya dan juga mengalami peningkatan dalam persaingan bisnis adalah industri di bidang jasa percetakan. Bendahara Asosiasi Pengusaha Mesin Cetak Indonesia (APMCI) Hadiprawiro Bono mengatakan kegiatan bisnis jasa cetak terus
tumbuh. Ini dibarengi bertambahnya pelaku jasa tersebut di tingkat kabupaten bahkan kecamatan di Pulau Jawa maupun luar Jawa. Bisnis jasa cetak, terutama cetak digital, mulai berkembang sejak tahun 2004 dan hingga kini belum jenuh bahkan semakin bertumbuh. Omset produk mesin cetak tahun ini diyakini naik 100 persen. Hal ini didasarkan dari pernyataan Hadiprawiro Bono di sela Festival Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 2013. Merujuk data Kementrian Perindustrian, pasar industri percetakan di dalam negeri terus tumbuh dan menguat. Hingga saat ini terdapat minimal 35 ribu pelaku industri percetakan dengan segmen pasar lebih dari Rp 130 triliun setiap tahun. (sumber: jpnn.com) Industri percetakan dan penerbitan merupakan salah satu industri yang berskala sangat variatif baik dilihat dari sisi ukuran usaha, produk maupun prosesnya. Di Indonesia industri ini sudah bermula sejak awal abad 20, pada saat budaya modern dari Eropa sudah mulai mempengaruhi hajat hidup bumi putera. Pada saat itu produk cetakan selain berupa buku-buku dan media massa juga pamflet-pamflet iklan, bahan kemasan dan lain sebagainya. Produk-produk semacam kecap, rokok, kain sarung, jamu dan sebagainya membutuhkan jasa percetakan untuk membuat bahan pengemas. Saat ini industri tersebut telah berkembang pesat dan populasinya tidak hanya di kota-kota besar saja, tetapi sudah merambah ke desa-desa. Sedangkan skala investasinya dimulai dari angka jutaan rupiah hingga milyaran rupiah. Dilihat dari bentuk usahanya, perusahaan yang bergerak di sektor industri ini terdiri dari 2 jenis, yakni perusahaan percetakan yang memproduksi barang atas inisiatif sendiri, dan perusahaan yang beroperasi berdasarkan pesanan (job order), termasuk untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dalam satu atap. Sebagian besar perusahaan percetakan beroperasi berdasarkan job-order, mulai dari perusahaan yang hanya mencetak kartu undangan, brosur, leaflet, merek barang, kemasan, bahkan media cetak dan produk-produk penerbitan. Dengan demikian perkembangan industri ini sangat terpengaruh pihak lain sebagai pemberi order, sementara untuk hal-hal tertentu order tersebut bergantung kepada suasana lingkungan, misalnya order akan meningkat pada saat ada kegiatan pemilu, menjelang tahun ajaran baru serta peristiwa-peristiwa lain yang membutuhkan sosialisasi dan komunikasi. Di lihat dari semakin bertumbuhnya industri percetakan ini, maka pasar yang dimiliki oleh industri ini tentunya sangat besar. Permintaan akan produk-produk percetakan juyga semakin tinggi. Untuk itu sangat penting bagi para perusahaan percetakan untuk dapat mengatur sedemikian rupa bisnisnya agar mampu bersaing
dengan perusahaan percetakan lainnya. Semakin ketatnya persaingan, semakin sulit bagi perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya, bahkan semakin sulit pula untuk dapat bertumbuh di industrinya. Persaingan ini dimulai dari munculnya banyak permasalahan-permasalahan baik dari segi keuangan, operasional, maupun strateginya. Sistem operasional suatu perusahaan dapat diukur seberapa efektif dan efisien perusahaan tersebut melalui proses operasinya. Jika biaya dan waktu yang dihasilkan dari proses operasi tersebut semakin tinggi, maka perusahaan tersebut belum mampu dan belum siap untuk bersaing di dalam bisnisnya. Untuk itu perencanaan agregat perlu dilakukan agar di dalam menjalankan prosesnya dapat menghasilkan hasil yang maksimal dengan pengeluaran yang minimal. Di dalam penyusunan dan perancanaan inipun perusahaan masih sering dihadapi oleh beberapa pilihan-pilihan yang seringkali membuat perusahaan sulit untuk mengambil keputusan. Mengembangkan rencana yang dapat memperkecil biaya yang berkaitan dengan prediksi adalah salah satu fungsi utama seorang manajer operasi. Perencanaan agregat (aggregate planning) itu sendiri menurut Heizer dan Render (2010, p148) juga dikenal sebagai penjadwalan agregat (aggregate scheduling) bersesuaian dengan penentuan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah, biasanya antara 3 sampai 18 bulan kedepan. Para manajer operasi berusaha menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur, tingkat subkontrak, dan variable lain yang dapat dikendalikan. Pada umumnya, tujuan perencanaan agregat adalah memenuhi prediksi permintaan dan memperkecil biaya pada periode perencanaan. Bagaimanapun juga terdapat masalah-masalah strategis lain yang mungkin lebih penting daripada biaya rendah. Strategi-strategi ini mungkin untuk mengurangi permasalahan dalam tingkat ketenagakerjaan, menekan tingkat persediaan, atau memberikan tingkat pelayanan yang lebih tinggi. Bagi perusahaan jasa, penjadwalan agregat menghubungkan sasaran dengan jadwal pekerja. Salah satu perusahaan jasa percetakan yang ada di Jakarta adalah perusahaan jasa cetak PT. Winkarya Bersaudara. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 2004 yang berlokasi di Jl. Penjernihan II No. 12 – Jakarta Pusat. PT. Winkarya Bersaudara adalah gabungan tiga Perusahaan kedalam sebuah Perusahaan yang solid. Perusahaan ini bergerak dibidang Printing Communication, Design Grafis, dan Jasa Promosi
serta Finishing. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang fokus pada pengerjaan percetakan dan materi desain yang terintegrasi pada kebutuhan industri, perkantoran, dan promosi komunikasi. Berdasarkan wawancara awal yang dilakukan, Perusahaan ini kerap kali mengalami kendala dalam kapasitas seperti pengadaan sumber daya manusianya yang dibarengi dengan peningkatan intensitas kerja produksi. Hal semacam ini kemungkinan disebabkan karena melonjaknya permintaan jasa cetak musiman seperti pada bulan-bulan Hari Raya Besar seperti Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Natal, dan Hari Raya Imlek yang menyebabkan peningkatan permintaan dibanding bulan-bulan
biasanya
yang
kapasitasnya
melampaui
kemampuan
produksi
perusahaan ini. Namun lonjakan permintaan ini tidak mampu perusahaan atasi dalam memenuhi kapasitas permintaannya. Penyebabnya dikarenakan kapasitas sumber daya manusia yang terbatas, mesin yang terbatas dan juga perencanaan kerja yang belum terstruktur dan belum bisa dijadwalkan dan diprediksi, sehingga perusahaan terpaksa dihadapkan pada alternatif-alternatif lain. Dengan adanya permasalahan yang dihadapi tersebut, perusahaan memaksakan jam kerja reguler yang membuat keuntungan yang di dapatkan perusahaan rendah yang dikarenakan biaya produksinya yang tinggi.
Tabel 1.1 Profit PT.Winkarya Bersaudara (Dalam kisaran) Bulan
Profit
November 2013
594.092.590
Desember 2013
601.043.120
Januari 2014
590.100.450
Februari 2014
550.123.900
Sumber: Data Sekunder PT. Winkarya Bersaudara
Dari tabel di atas terlihat bahwa profit yang bisa didapatkan perusahaan dengan waktu kerja regular selama 4 bulan terakhir sangat minimal dikarenakan biaya produksi yang dikeluarkan sangat besar dan juga dengan profit yang minimal itu masih belum bisa memenuhi permintaan yang berlebih.
Selain itu, bukti lain yang mendukung permasalahan perusahaan dimana komplain dari konsumen pada 4 bulan terakhir juga terus meningkat dimana komplain tersebut mayoritas terjadi karena lambatnya produksi yang dilakukan PT. Winkarya Bersaudara diakibatkan perusahaan masih menggunakan jam kerja reguler.
Tabel 1.2 Komplain Konsumen PT. Winkarya Bersaudara Bulan
Jumlah Komplain
November 2013
5
Desember 2013
7
Januari 2014
3
Februari 2014
8
Sumber: Data Sekunder PT. Winkarya Bersaudara
Dari tabel di atas terlihat bahwa tingkat komplain terhadap PT. Winkarya Bersaudara relatif tinggi dari 20 pelanggannya untuk tiap bulannya. Berikut juga dipaparkan grafik permintaan yang didapatkan dari perusahaan:
30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0
Gambar 1.1 Grafik Peramalan Permintaan tahun 2014 Sumber: Data Sekunder PT. Winkarya Bersaudara
Dari permasalahan yang ada, perusahaan memerlukan solusi untuk dapat menentukan alternatif-alternatif yang dapat dilakukan oleh perusahaan, dan mengambil keputusan untuk memilih alternatif mana yang harus dipilih oleh perusahaan untuk memenuhi permintaan produksi di luar batas kemampuan reguler
perusahaan sehingga membuat perusahaan mendapatkan profit yang rendah karena biaya produksi yang tinggi dan kerap kali mendapatkan komplain karena pemesanan tidak dapat dipenuhi secara efektif. Menutur penelitian yang dijalankan oleh Sukendar dan Kristomi(2008) dijelaskan bahwa pada dasarnya untuk menyelesaikan permasalahan mengenai biaya dan alternatif produksi untuk pemenuhan permintaan yang berlebih saat musim puncak dan permintaan yang fluktuatif, terdapat dua alternatif yaitu sub-contract dan overtime, dimana dalam pengolahan dan perhitungannhya, dapat menggunakan metode perencanaan agregat. Dari uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini akan dilanjutkan guna menerapkan perencanaan agregat pada PT. Winkarya Bersaudara agar dapat memenuhi kebutuhan yang berlebih dengan waktu dan biaya seefektif dan seefisien mungkin dan selanjutnya penelitian ini akan diberi judul “Analisis Perencanaan Agregat Untuk Meminimalisasi Biaya Produksi (Studi: PT. Winkarya Bersaudara)”
1.2.
Formulasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka formulasi masalah yang
akan diteliti yaitu : 1. Strategi apa saja yang dapat diterapkan dalam perencanaan agregat pada PT.Winkarya Bersaudara? 2. Bagaimana perhitungan perencanaan agregat pada PT. Winkarya Bersaudara? 3. Rekomendasi alternatif strategi apakah yang paling tepat untuk diterapkan pada PT. Winkarya Bersaudara untuk meminimalisasi biaya produksi?
1.3.
Ruang Lingkup Ruang lingkup dari pembahasan penelitian ini adalah analisis mengenai satu
perusahaan yang bergerak dalam bidang industri jasa percetakan. Penelitian yang akan dilakukan dalam perusahaan ini mengenai sistem pengoperasiannya. Bagaimana perencanaan agretagat yang diterapkan perusahaan dan bagaimana agar penulis dapat merancang perencanaan agregat pada perusahaan tersebut agar optimal. Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengolahan data yang berupa data jumlah permintaan per bulan selama periode 1 tahun, data biaya total produksi, data biaya total subkontrak, data seluruh sumber daya perusahaan, dan data perencanaan kerja. Sampel data yang digunakan adalah data permintaan satu jenis produk yang jumlah
permintaan dalam bulan-bulan tertentu mengalami kenaikan permintaan. Alat yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini adalah aplikasi POM-QM for Windows. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Strategi yang digunakan adalah Average GROSS Demand dan Chase CURRENT Demand dengan pendekatan Subkontrak dan Lembur(Overtime).
1.4.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menentukan strategi perencanaan agregat apa saja yang dapat diterapkan pada PT. Winkarya Bersudara untuk meminimalisasi biaya. 2. Melakukan perhitungan perencanaan agregat pada PT. Winkarya Bersaudara. 3. Menentukan alternative strategi yang paling tepat untuk diterapkan pada PT. Winkarya Bersaudara untuk meminimalisasi biaya produksi.
1.5.
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut : 1. Pihak PT. Winkarya Bersaudara •
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran untuk perusahaan dalam menentukan pilihan alternatif yang seharusnya diambil agar mendapatkan perencanaan agregat yang optimal.
2. Bagi Penulis •
Penulis dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan yang telah dipelajari selama mengikuti perkuliahan.
•
Penulis mampu mengembangkan kemampuan
dalam menganalisa
kejadian dalam kehidupan ekonomi yang sebenarnya.
1.6.
State of The Art Penulisan ini dilakukan dengan acuan penelitian terdahulu, antara lain:
Tabel 1.3 State of The Art Penelitian I Nama, Tahun
Penelitian II
Irwan Sukendar dan Riki
Itsna Aulia Octavianti,
Kristomi, 2008
Nasir Widha Setyanto, dan Ceria Farela Mada Tantrika
Judul Penelitian
Metoda Agregat Planning
Perencanaan Produksi
Heuristik sebagai
Agregat Produk Tembakau
Perencanaan dan
Rajang P01 dan P02 di PT.
Pengendalian Jumlah
X
Produksi untuk Meminimalisasi Biaya Metode Hasil Penelitian
Perencanaan Agregat
Perencanaan Agregat
Metode Heuristik
Metode Campuran
merupakan metode yang
merupakan beberapa
tepat untuk menyelesaikan
kombinasi diantara pilihan
masalah biaya produksi.
kapasitas dan pilihan permintaan.
Sumber: Penelitian terdahulu