BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Dalam dekade terakhir ini jumlah anak yang terkena autis semakin
meningkat pesat di berbagai belahan dunia. Di Kanada dan Jepang pertambahan ini mencapai 40% sejak 1980. Menurut catatan pada tahun 1987, prevalensi penyandang Autis baru satu orang anak per 5000 kelahiran. Mulai tahun 1990-an terjadi boom Autis. Anak-anak yang mengalami gangguan autistik makin bertambah dari tahun ke tahun. Sepuluh tahun kemudian angka itu berubah menjadi satu anak penyandang Autis per 500 kelahiran. Pada tahun 2000 angkanya sudah bertamba menjadi satu per 250 kelahiran. Di Amerika Serikat misalnya, menurut laporan center for disease control perbandingan itu mencapai satu anak per 150 kelahiran. Diperkirakan angka yang sama terjadi di tempat lain. California sendiri pada tahun 2002 disimpulkan terdapat 9 kasus autistik perharinya. Di Amerika Serikat disebutkan Autis terjadi pada 15.000-60.000 anak di bawah 15 tahun. Kepustakaan lain menyebutkan prevalens autis 10-20 kasus dalam 10.000 orang, bahkan ada yang mengatakan satu di antara 1.000 anak. Di Amerika Serikat saat ini, perbandingan antara anak normal dan Autis adalah 1:150, di Inggris 1:100, sementara Indonesia belum punya data tentang itu, kata ketua Yayasan Autis Indonesia dr. Melly Budiman, SpKJ. Saat diskusi mengenai Autis di harian Kompas, 5 Mei 2008. Perbandingan Antara anak laki-laki dan perempuan yang mengalami gangguan autistik adalah 4:1 dan kecerdasan anakanak Autis sangat bervariasi, dari yang sangat cerdas sampai sangat kurang cerdas. Sementara jumlah anak Indonesia yang menyandang Autis terus bertambah, meskipun penyebabnya masih misterius, tetapi hingga kini kalangan medis di Indonesia tidak punya standar penanganan bakunya. Berdasarkan
1
2
penelitian Safira, hasil penelitian menunjukkan bahawa tingkat prevalensi dari Autis diperkirakan empat sampai lima per 10.000 anak. Beberapa penelitian yang menggunakan definisi luas dari Autis memperkirakan sepuluh sampai sebelas dari 10.000 anak mengalami gangguan Autis. Mengutip sebuah hasil penelitian, Philip seorang yang ikut membidani lahirnya indocare (pusat percontohan khusus Autis di Indonesia) menyatakan, jumlah penderita Autis di Indonesia sekitar 475 ribu anak, artinya 500 anak di Indonesia satu di antaranya adalah penderita Autis. Dari data penyandang Autis diatas menunjukkan begitu pesatnya pertambahan anak yang terlahir dengan sindrom autistik di berbagai macam negara. Dengan semakin cepatnya pertambahan itu pula, tentu diperlukan penanganan yang tepat untuk mengatasi atau membekali para penyandang Autis untuk dapat berbaur dengan masyarakat normal. Salah satu caranya yaitu dengan memberikan suatu terapi yang rutin untuk membantu memberikan stimulus (rangsangan). Rangsangan yang dimaksud yakni ketika penyandang Autis dapat merespon perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal. Tentu saja stimulus ini akan mempengaruhi terjadinya reflek atau (tanggapan). Autis, bukan sekedar kelemahan mental tetapi gangguan perkembangan mental,
sehingga penderita mengalami
kelambanan dalam kemampuan,
perkembangan fisik dan psikisnyapun tidak mengikuti irama dan tempo perkembangan yang normal. Hakekatnya anak penderita Autis juga memerlukan pendidikan sebagaimana anak normal lainnya, karena sebenarnya anak berkelainan itu juga mempunyai potensi untuk dikembangkan, potensi-potensi tersebut akan dapat dikembangkan semaksimal mungkin apabila mendapat penanganan yang tepat. Begitu banyak proses pembelajaran untuk membekali penyandang autis, bentuk terapi yang dilakukan juga beragam. Terapi khusus anak autis pada umumnya lebih banyak ditemukan pada sekolah-sekolah maupun yayasan khusus bagi para penyandang sindrom autistik. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan bagi para orang tua yang memiliki buah hati dengan kebutuhan
3
khusus, untuk dapat memberikan bekal terapi yang bisa dilakukan sendiri dirumah. Penanganan anak Autis harus dilakukan terapi dini dengan melibatkan para ahli dari berbagai multidisiplin dan orang tua. Karenanya faktor waktu adalah penentu bagi penyembuhan kasus Autis, artinya semakin cepat seorang anak terdeteksi terkena penyakit Autis, maka semakin mudah mengatasinya, karena keberhasilan terapi tergantung pada berat ringannya gejala yang ada, umur memulai terapi, intensitas terapi dan dukungan orang tua. Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya lahir dalam keadaan sempurna, maka ketika kenyataan berkata lain (anaknya lahir dalam kondisi Autis) orang tua seharusnya tetap bisa menganggap anak sebagaimana mestinya dia bertanggung jawab bahkan mungkin lebih mendapatkan perhatian, agar penanganan terhadap kelainan yang terjadi pada anak juga tidak mengalami kesalahan. Peranan orang tua anak autis dalam membantu anak untuk mencapai perkembangan dan pertumbuhan optimal sangatlah menentukan, sebab orang tua adalah pembimbing dan penolong yang paling baik dan berdedikasi tinggi.
Pada dasarnya tidak seorang pun yang ingin terlahirkan ke dunia dengan fisik maupun mental yang kurang sempurna. Demikian pula dengan anak-anak penderita Autis di Lembaga bimbingan belajar anak Autis “Bina Anggita” yang beralamat di Jalan Garuda, Banguntapan Bantul, Yogyakarta.
Lembaga bimbingan belajar anak Autis tersebut merupakan suatu media tempat belajar untuk membekali anak-anak dengan kebutuhan khusus. Proses belajar yang dilakukan beragam, disana anak-anak dengan kebutuhan khusus diajarkan berbagai macam ketrampilan dan terapi guna melatih perkembangan kerja otak dan berinteraksi dengan dunia luar. Terapi itu antara lain berupa, kegiatan sederhana melipat kertas, memahami pola gambar, dan dalam bentuk lagu atau nyanyian. Anak-anak di lembaga bimbingan belajar Bina Anggita juga diajari bagaimana cara membaca dan menulis, membuat kerajinan tangan dan berlatih gamelan. Bahkan anak-anak tersebut meskipun dalam keterbatasan mereka masih bisa berprestasi dengan kemampuan dan kelebihan mereka dalam
4
berbagai macam lomba. Seperti misalnya lembaga ini pernah tercatat dalam rekor Muri karena prestasinya untuk alat musik gamelan dengan peserta anak Autis terbanyak. Seiring berkembangnya teknologi yang semakin pesat, amat disayangkan lembaga bimbingan belajar yang mampu menghasilkan anak-anak berkebutuhan khusus dengan berbagai prestasi dalam kejuaraan-kejuaraan ini, belum memiliki wadah atau ruang khusus untuk terapi dengan media sistem elektronik. Hal ini mungkin akan sangat membantu proses terapi, karena akan menarik perhatian anak autis dengan sesuatu yang baru. Media ini berupa snoezelen room therapy, merupakan suatu ruangan yang dirancang khusus dengan berbagai macam komponen berupa rangkaian lampu elektronis dengan masing-masing fungsi. Komponen dari ruangan ini sendiri dimaksudkan untuk memaksimalkan aktivitas yang mempengaruhi sistem syaraf pusat melalui pemberian rangsangan yang cukup pada penglihatan, pendengaran dan sentuhan dengan maksud untuk memperoleh relaksasi dan respon aktif pada anak Autis dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup. Kurangnya informasi dan pengetahuan tentang cara pembuatan media terapi tersebutlah, yang mengakibatkan masih jarangnya lembaga-lembaga khusus anak Autis yang menggunakan snoezelen room therapy untuk media terapinya. Atas dasar permasalahan tersebut, dilakukan pembuatan alat untuk membantu terapi anak autis. Sehingga lembaga-lembaga bimbingan belajar anak autis maupun para orang tua bisa lebih mudah memberikan bekal terapi untuk buah hati mereka. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dalam
perumusan masalah ini dapat dijelaskan tentang bagaimana suatu sistem rangkaian lampu elektronis yang digunakan sebagai media terapi anak Autis. Media ini digunakan untuk memberikan rasa relaks dan menimbulkan rasa bahagia pada
5
anak autis. Dari beberapa masalah yang diuraikan diatas maka perlu dibuat snoezelen room therapy guna memudahkan proses terapi. 1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dibuat alat ini adalah sebagai berikut : 1. Dengan
dibuatnya
alat
ini
diharapkan
anak
bisa
merasa
senang/menyenangkan diri. 2. Ketika telah menggunakan alat ini anak akan mengalami relaksasi secara fisik dan mental. 3. Alat ini diharapkan akan meningkatkan kesadaran dan perhatian para orang tua yang memiliki buah hati dengan kebutuhan khusus. 4. Untuk perkembangannya anak diharapkan akan menunjukkan inisiatif untuk beraktivitas. 5. Membuat hubungan anak dengan terapis menjadi lebih baik dan akrab. 6. Anak menjadi lebih percaya diri dan kemampuan anak lebih berkembang. 1.4
Batasan Masalah Batasan masalah yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah : 1. Alat yang dibuat bukan prototype. 2. Terdiri dari tiga alat yang berbeda yang masing-masing berupa rangkaian LED dengan sistem pengontrol berbeda. 3. Pada alat pertama digunakan limit switch sebagai on/off. 4. Pada alat kedua menggunakan rangkaian relay 12V untuk pengontrol nyala LED. 5. Pada alat ketiga menggunakan rangkaian Audio VU Meter untuk mengontrol nyala LED.
1.5
Meteode Penelitian Metode yang dilakukan dalam penelitiandan penulisan tugas akhir ini
adalah sebagai berikut :
6
1. Studi Literatur Mempelajari dan mengambil data-data dari pengetahuan pustaka, pengetahuan kuliah, serta mengkaji referensi berupa buku, majalah, jurnal, artikel-artikel dari internet yang kemudian dianalisis dan ditulis secara sistematis menjadi sebuah bahan penelitian. 2. Konsultasi dan Diskusi Melakukan konsultasi dengan Dosen Pembimbing serta berdiskusi dengan orang yang mengerti bidang elektronika, jaringan komunikasi, dan pemrograman untuk mendapatkan saran serta masukan yang bermanfaat dalam tugas akhir ini. 3. Pengumpulan bahan Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan tugas akhir ini diantaranya adalah LED super bright, limit switch, relay, audio VU metter dan sensor suara mic condenser. 4. Perancangan Sistem
Membuat rangkaian LED yang kemudian dihubungkan pada limit switch sebagai kendali on/off nya.
Membuat rangkaian LED dan rangkaian relay 12V sebagai pengontrol LED agar dapat menyala secara bergantian.
Membuat rangkaian sensor mic condenser agar dapat menghasilkan output tegangan untuk mengatur nyala LED.
5. Implementasian dan Pengujian
Menyusun
rangkaian
mekanik
LED dan limit
switch serta
menghubungkannya dengan adaptor kemudian disusun dengan dispay dan pijakan.
Menguji rangkaian pertama ketika pijakan yang terdiri dari imit switch diinjak maka display lampu akan menyala.
7
Menyusun rangkaian kedua yakni rangkain mekanik LED dan rangkaian relay 12V. Display berupa balok kaca dengan gelembung air didalamnya dan juga digunakan push button sebagai kendali on/off nya.
Menguji rangkaian kedua ketika keadaan standby maka LED warna merah yang menyala. Ada tiga buah push button dengan warna yang berbeda, yaitu hijau, biru, dan kuning. Ketika salah satu push buton ditekan maka lampu akan menyala sesuai dengan warna push button yang ditekan dan lampu standby akan mati.
Menyusun rangkaian ketiga yaitu rangkaian mekanik LED dan sensor suara mic condenser yang outputnya digunakan untuk mengontrol tegangan yang masuk untuk menyalakan LED. ketika semakin tinggi suara yang masuk maka akan semkin tinggi pula nyala LED yang disusun dengan beberapa tingkat.
6. Menganalisa data hasil pengujian alat Data didapat dari pengecekan alat dengan mengambil data sesuai data sesungguhnya sehingga data dapat dianalisa dengan benar. 7. Pembahasan Pembahasan dilakukan dengan membahas hasil penelitian yang didapat dari pengujian yang telah dilakukan sebelumnya.
1.6
Sistematika Penulisan Laporan penelitian tugas akhir ini disusun dengan sistematika sebagai
berikut :
BAB I : PENDAHULUAN Meliputi latar belakang dan permasalahan, rumusan masalah, tujuan
penelitian, batasan masalah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
8
BAB II : LANDASAN TEORI Memuat tentang landasan teori setiap komponen yang menunjang
dalam pembuatan dan pembahasan tugas akhir. Meliputi tentang informasi-informasi tentang hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya untuk menjadikan acuan dan dasar penelitian ini. Dan memuat tentang landasan teori setiap komponen perangkat hardware dan software dalam pembuatan sistem ini
BAB III : METEDOLOGI PENELITIAN Meliputi metode, bahan alat, perancangan dan pengambilan data
penelitian. Dan memuat uraian tentang implementasi sistem secara detail sesuai dengan rancangan dan berdasarkan komponen yang dipakai serta penjelasan ilmiah, yang secara logis dapat menerangkan alasan diperolehnya hasil data dari penelitian.
BAB IV : HASIL DAN ANALISA Meliputi hasil penelitian dan pembahasan. Membahas tentang hasil
pengujian dan penelitian sistem yang dilakukan meliputi cara kerja sistem secara keseluruhan dan menganalisis hasil yang didapat dari hasil uji coba sistem.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Meliputi kesimpulan dan saran. Berisi kesimpulan yang memuat
uraian singkat tentang hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian, serta saran untuk penelitian yang lebih lanjut.