BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Perkembangan
teknologi
membawa
dampak
yang
signifikan
pada
pertumbuhan pengguna internet di negara-negara berkembang. Salah satu negara berkembang yang menunjukkan pertumbuhan signifikan pengguna internet adalah Indonesia. Seperti yang dilansir surat kabar harian online kompas.com Indonesia memiliki jumlah pengguna internet aktif sebanyak 63 juta jiwa pada tahun 2012 (Kompas.com, 2013). Penelitian yang dilakukan MarkPlus Insight terhadap responden pengguna internet di Indonesia yang terdiri dari siswa SMA, mahasiswa dan karyawan baru yang berjumlah 1500 orang yang tersebar di 8 kota besar di Indonesia dengan rentang umur antara 15-64 tahun menyimpulkan bahwa 1 dari 3 anggota keluarga adalah pengguna internet, selanjutnya 8 dari 10 orang mengakses internet melalui komputer, handphone, dan smartphone (the-marketeers.com, 2010). Para pengguna biasa menggunakan internet untuk mencari informasi, email, media sosial, bermain game, menonton dan lain-lain. Dari hasil penelitian majalah online The Marketeers.com pada responden berdasarkan akun online yang dimiliki sebanyak 9 dari 10 pengguna internet memiliki akun Facebook dan 1 dari 5 pengguna
internet
memiliki
akun
Twitter
dengan
penggunaan
rata-rata
menghabiskan waktu antara 3-5 jam dalam sehari (the-marketeers.com, 2010). Media sosial Facebook diminati sebagian besar penduduk Indonesia terutama pada dewasa muda (tekno.kompas.com, 2012 & shnews.co, 2012). Kosekuensi
dari
perkembangan
teknologi
informasi
sekarang
ini
menimbulkan beberapa keuntungan dan kerugian salah satunya meningkatnya tingkat kejahatan yang terkait dengan media sosial. Sebagai bentuk banyaknya tindak kejahatan terkait media sosial Facebook ini, kita dapat melihat beberapa laporan yang diungkapkan oleh media Inggris Daily Mail mengungkapkan setiap 40 menit terjadi kejahatan di jejaring sosial Facebook. Berdasarkan laporan kepolisian Inggris, kejahatan akibat Facebook mencapai 12.300 kasus. Adapun, kejahatan yang diakibatkan Facebook diantaranya pemerkosaan, pelecehan seksual, penculikan, intimidasi, penipuan, serta pengancaman (Indonesia Today, 2012). Jumlah tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun peningkatan tersebut dari 22 persen di tahun 1
2
2009 menjadi 117 persen sampai akhir 2012 lalu (Merdeka, 2013). Para kriminolog menyebutkan bahwa dengan menggunakan layanan yang diberikan Facebook atau Twitter, para pelaku merasa percaya diri dan berani karena sang korban tidak mengetahui motif sekaligus kepribadiannya pelaku sesungguhnya (Susanto, 2013). Professor Andy Phippen dari Plymouth University mengatakan berdasarkan data statistik bahwa hampir 40 persen korban adalah pelajar dan mereka semua menjadi korban
karena
tertipu
oleh
sang
pelaku
yang
menggunakan
layanan
Facebook (Susanto, 2013). Dari beberapa laporan diatas tentunya membuat sebagian orang merasa gusar ketika dirinya atau kerabat terutama pada dewasa muda yang rawan mengalami tindak kriminal. Kerentanan pada dewasa muda yang dikarenakan pada umur tersebut sedang gencar - gencarnya pencarian jati diri seperti yang dikemukakan oleh Erikson dalam Feist dan Feist (2010) mengatakan pada usia 19 30 tahun dimana pada masa tersebut mengalami konflik antara keintiman dan keterasingan. Ketertarikan dewasa muda pada Facebook dikarenakan mereka bisa tetap exist yang meliputi saling berbagi berita, foto, berkomentar, update status, game dan masih banyak lagi sementara di media sosial lain berbeda pemanfaatannya dan kelengkapannya sehingga para pengguna sulit berpindah ke - media sosial lain. Sementara sebuah berita dari surat kabar yang dilansir The Financial Times, Sabtu 15 Mei 2010, mengungkapkan jumlah pengguna Facebook yang memilih menutup akun mereka makin bertambah. Fenomena ini terjadi setelah munculnya kontroversi atas lalainya pengelola Facebook dalam melindungi ruang pribadi (privasi) pemilik akun sehingga kegiatan yang dilakukan di akunnya dapat diintip orang lain. Salah satu pendiri halaman website gadget terkemuka gdgt.com yang diliput oleh stasiun televisi ABC News mengaku sudah tidak mau lagi berurusan dengan Facebook dikarenakan sudah tidak tahan menghabiskan banyak waktu hanya untuk mengatur akunnya agar tidak diintip atau disalin oleh sesama pengguna Facebook yang tidak dikenal. Dengan terus-menerus memantau pengaturan tampilan pribadi yang sangat rumit dan tidak pernah bisa yakin dapat mengendalikan semuanya (The Financial Times, 2010). Kasus lainnya yang menimpa Andrew Brown dalam blog yang di tampilkan The Guardian mengutarakan kekecewaannya kepada Facebook dengan mengatakan “Bila anda peduli dengan privasi anda maupun teman-teman, jangan lagi pakai Facebook karena, kita dianggap sebagai produk bukan konsumennya.” Kejadian ini membuat Facebook memeriksa kembali tingkat
3
privasi jejaringnya dan menemukan bahwa suatu bug yang membuat seorang pengguna dapat mengintip isi percakapan teman-temannya dengan orang lain secara pribadi. Dengan kejadian tersebut banyak pengguna menghapus akunnya dengan jumlah
pasti
tidak
diketahui
dikarenakan
pengelola
Facebook
menolak
mengungkapkan berapa banyak pengguna yang menghapus akun mereka. Facebook justru hanya mengungkapkan bahwa pengguna aktif Facebook meningkat 10 juta menjadi lebih dari 400 juta orang (The Guardian, 2010). Keberanian Facebook menyatakan terjadi peningkatan pengguna Facebook Salah satu alasan dikarenakan kalangan dewasa muda dikarenakan anak muda jaman sekarang lekat dengan kemajuan teknologi dimana seseorang pasti memiliki gadget yang membuatnya selalu terhubung dengan dunia maya (Wallbridge, 2009). Dari fenomena-fenomena diatas dalam membentuk persepsi rasa aman diharuskan terpenuhinya kebutuhan rasa aman. Adapun persepsi yang berkaitan erat dengan perasaan aman pada seseorang; Persepsi berasal dari serapan bahasa Inggris yaitu perception yang diartikan menerima atau mengambil (Sobur, 2003:445). Sedangkan menurut kamus lengkap psikologi, persepsi adalah Proses mengetahui, mengenal objek melalui bantuan indera (Chaplin, 2006:358). Persepsi dalam pengertian psikologi menurut Sarwono (2009) adalah proses pencarian informasi untuk dipahami melalui kesadaran, penginderaan dan dilanjutkan dengan proses kognisi. Persepsi adalah padangan seseorang yang berasal dari masukan informasi dari ke-semua indra yang diproses menjadi informasi yang dapat di pahami secara mendalam pada suatu objek ataupun subjek mati maupun hidup. Sedangkan kebutuhan rasa aman harus dilihat dalam arti luas, tidak sebatas pada keamanan fisik, melainkan juga keamanan yang menyangkut psikologisnya yang didalamnya berhubungan dengan jaminan keamanan, stabilitas sistem yang menghindarkan manusia dari rasa cemas, khawatir dan berbagai hal lainnya Kretch dkk (dalam Krochin, 1976). Beberapa faktor yang dapat membuat seseorang merasa aman adalah faktor lingkungan dan faktor hubungan individu dengan orang lain yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Faktor lingkungan disini berperan sangat besar dimana tiap individu sepanjang hidupnya berinteraksi dengan orang lain dan juga dipengaruhi adat istiadat, kebiasaan, dan peran – perannya didalam masyarakat. Faktor hubungan individu dengan orang lain sebagai mahluk sosial. Manusia dalam kesehariannya dihadapkan pada membinaan hubungan hingga akhir hidupnya
4
dimana hubungan individu dengan orang lain akan dapat memberikan dampak terhadap kebutuhan psikologis baik secara positif maupun negatif (Kretch dkk dalam Krochin, 1976). Dapat disimpulkan bahwa aspek dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman bagi manusia yaitu meliputi aspek privasi dan respek, cinta dan penerimaan sosial. Yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Privasi adalah sebuah kontrol seleksi untuk berhubungan dengan diri atau kelompoknya. Kontrol selektif ini merupakan suatu proses dinamis yang aktif dan dinamis dimana privasi dapat berubah setiap saat sesuai dengan kondisi yang terjadi (Altman, 1975). Selanjutnya, Respek, cinta dan penerimaan sosial adalah kehangatan yang dirasakan individu dimana individu akan merasa terlibat dan memiliki sehingga merasa bahwa dirinya bagian dari lingkungannya (Maslow, 1970 dan Sullivan, 1956). Dapat disimpulkan persepsi rasa aman pada para pengguna Facebook ini dapat diartikan sebagai perasaan yang dihasilkan dari pengolahan informasi yang berasal dari indra yang membuat seseorang merasa tenang dan merasa terlindungi yang menyangkut privasi, kemudahan dalam mengatur keamanan akunnya dan data pribadi tidak mudah dilihat dan disadap. Dari penjelasan di atas maka dilanjutkan penentuan sampel dimana sampel peneliti diambil berasal dari populasi mahasiswa dan mahasiswi Binus. Pengambilan sampel yang berasal dari mahasiswa dan mahasiswi Binus disini dikarenakan Binus University lekat dengan kemajuan teknologi informasi dimana setiap mahasiswa/inya di haruskan mengerti dengan pemanfaatannya. Salah satunya adanya pelajaran membuat website pada mahasiswa Jurusan Psikologi. Selain itu, tiap-tiap pembelajaran dan aktivitasnya dimana mahasiswa/i di haruskan berperan aktif dalam website Binusmaya atau sekadar melihat informasi perkuliahan lewat media sosial Facebook sehingga mau tidak mau mahasiswa harus mengerti teknologi informasi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan persepsi rasa aman pengguna dijejaring media sosial Facebook dalam hal ini responden yang akan diteliti adalah mahasiswa Bina Nusantara University dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif.
5
1.2
Rumusan Masalah Fenomena – fenomena dimana angka kejahatan yang melibatkan pengguna
Facebook meningkat akan tetapi berbanding terbalik dengan pengguna baru yang terus bertambah terutama pada dewasa muda maka rumusan masalah penelitian peneliti ingin melihat gambaran persepsi rasa aman dalam menggunakan media sosial Facebook pada mahasiswa Binus. Maka pertanyaan penelitiannya adalah apakah mahasiswa pengguna Facebook di Universitas Bina nusantara merasa aman saat menggunakan Facebook?
1.3
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui sejauh mana persepsi rasa aman pengguna media sosial
Facebook pada mahasiswa di Universitas Bina Nusantara. 1.4
Manfaat Penelitian Diharapkan dalam penelitian ini dapat menghasilkan sebuah hasil penelitian
yang menggambarkan persepsi rasa aman pengguna media sosial Facebook sehingga menjadi acuan dan berguna bagi peneliti, akademisi, pemerintah, dan masyarakat.