BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk secara umum memiliki korelasi dengan kenaikan jumlah sampah rumah tangga yang dihasilkan, ditambah dengan jumlah sampah yang dihasilkan dari kegiatan lainnya seperti sampah pasar dan pasar dari industri. Pertumbuhan jumlah timbulan yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk tentunya menuntut proses pengelolaan sampah yang baik dan terpadu mulai dari pengelolaan sampah dari sumbernya, ketersediaan sarana prasarana pengangkutan yang memadai, tempat penampungan sampah sementara atau transfer depo sebelum akhirnya sampah tersebut diangkut menuju tempat pemrosesan akhir sampah atau TPA. Sampai saat ini paradigma pengelolaan sampah yang digunakan adalah: kumpul – angkut dan buang, dan andalan utama sebuah kota dalam menyelesaikan masalah sampahnya adalah pemusnahan dengan landfilling pada sebuah TPA (Enri Damanhuri ; Tri Padmi, 2010). Dengan masih adanya pola pandang kumpulangkut-buang pada pengelolaan sampah maka beban maka beban pencemaran akan selalu bertumpuk pada TPA dan pengurangan volume sampah merupakan suatu keharusan untuk menyikapi kondisi tersebut (Permen PU No 21, 2006). Salah upaya pengurangan volume sampah adalah dengan cara pengurangan sampah
dari
sumbernya
sesuai
dengan
Arah
Kebijakan
dan
Strategi
Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (Permen PU, 2006) melalui program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) serta pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
Pelaksanaan program
pengelolaan sampah melalui
poroses
pemberdayaan masyarakat ini melibatkan kesadaran masyarakat di dalam mengelola sampah yang dihasilkan di lingkungan mereka. Provinsi Bali dengan keunikan sosial budaya yang dimilikinya sudah menerapkan pengelolaan sampah berbasis masyarakat di beberapa wilayah. Salah
1
satu kawasan yang sudah menerapkan pola pengelolaan sampah berbasis masyarakat adalah kawasan Desa Adat Seminyak Kuta yang terletak di wilayah Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Kawasan Kelurahan Seminyak merupakan salah daerah tujuan wisata baik domestik maupun mancanegara yang berada di wilayah Kecamatan Kuta dengan penduduknya yang majemuk yang terdiri dari penduduk asli dan penduduk pendatang serta penggunaan lahan yang didominasi untuk akomodasi wisata seperti hotel, villa, bungalow dan restoran. Bentuk pengelolaan sampah secara swadaya yang dilakukan di kawasan Seminyak adalah dengan mendirikan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) yang dikelola oleh lembaga swadaya masyarakat di kawasan kelurahan Seminyak Kuta. Peranan Desa Adat di dalam melakukan pendekatan dan sosialisasi pengelolaan sampah dari sumbernya sangat membantu di dalam keberhasilan program ini. Berdirinya TPST di Kelurahan Seminyak di dasari dengan adanya program dari pemerintah di dalam upaya mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA sehingga keterbatasan lahan TPA yang dimilki dapat dimaksimalkan penggunaannya. Salah satu upaya yang dicanangkan oleh pemerintah adalah pengurangan sampah dari sumbernya, dalam hal ini adalah upaya pengurangan sampah dari rumah tangga. Bergerak dari program pemerintah tersebut, maka Desa Adat Seminyak ikut berperan serta dengan mendirikan jasa penanganan sampah di wilayah kelurahan Seminyak dengan sistem angkut buang yang dilakukan dan dikelola oleh Badan Pengembangan Desa (BAPEDES) Kelurahan Seminyak. Dalam perkembangannya jasa pelayanan pengangkutan persampahan ini mendapat dukungan dari Pemerintah Daerah Kabupayen Badung dan Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dengan memberikan pembinanaan dan bantuan alat seperti alat pengolahan kompos, dan merubah pola angkut buang menjadi angkut, pilah dan olah dengan konsep 3R. Saat ini pihak pengelola TPST Seminyak sudah memiliki kendaraan pengangkut sampah dan 2 buah TPST, dimana 1 TPST memiliki fungsi sebagai tempat penampungan dan pemilahan sampah dan TPST lainnya sebagai tempat pengolahan kompos yang dilengkpai dengan alat pengolah kompos. Pengelolaan
2
prasarana dan sarana persampahan TPST tersebut di kelola langsung oleh pihak desa Seminyak melalui Lembaga Pengelola Sampah Terpadu Desa Adat Seminyak. Program pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan pola 3R di kelurahan seminyak sudah di mulai pada tahun 2003 melalui program Community Based Development (CBD) yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Bali dengan membentuk sebuah tim yang diputuskan melalui musyawarah desa dengan nama Tim Penggerak Masyarakat (TPM) sebagai penanggung jawab pengelolaan sampah dan organisasi induk pengelolaan sampah secara swadaya di wilayah Seminyak. Disamping membentuk tim dibentuk juga Kelompok Swadaya Masyarakat yang berhubungan langsung dengan masyarakat melalui penyuluhan kepada PKK serta menggerakkan masyarakat swadaya dan sukarela untuk lebih peduli terhadap permasalahan sampah di lingkungan sekitarnya (Dian Saptarini, 2011). TPST Seminyak Kuta mengelola sampah yang berasal dari lingkungan masyarakat di lingkungan desa adat Seminyak Kuta, kawasan hotel dan restoran di daerah Seminyak serta sampah yang ada di seputaran kawasan pantai Seminyak Kuta. Namun untuk menunjang keberlanjutan dari upaya pengelolaan sampah di TPST Seminyak Kuta ke depannya perlu adanya perhatian yang menyeluruh dari berbagai pihak yang terlibat dalam pengelolaan sampah tersebut baik itu dari aspek manajemen pengelolaan sampah di TPST melalui aset yang dimiliki, serta aspek ekonomis yang bisa diperoleh dari pengelolaan sampah yang dilakukan pada TPST Seminyak.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas,maka dapat di rumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana
pengelolaan
sampah
dapat
di
optimalkan
pengelolaan aset yang ada di TPST Seminyak Kuta?
3
melalui
2. Bagaimana potensi ekonomi yang dapat diperoleh oleh pengelola TPST dengan melakukan pengelolaan sampah secara swadaya di kawasan Seminyak Kuta?
1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengoptimalkan
pengelolaan
sampah
melalui
optimalisasi
aset
pengolahan sampah pada TPST di kelurahan Seminyak Kuta 2. Mengkaji potensi ekonomi sampah daur ulang yang bisa diperoleh pengelola TPST Seminyak Kuta dalam pengelolaan sampah secara swadaya
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Sebagai masukan dan pertimbangan di dalam menyusun program perencaanan pengelolaan persampahan bagi pemerintah daerah dengan memperhatikan aspek budaya lokal yang dimiliki 2. Sebagai gambaran potensi sosial ekonomi yang dapat di peroleh dalam pengembangan pengeolaan persampahan berbasis masyarakat
1.5. Batasan Penelitian Untuk menghindari penelitian yang terlalu luas serta dapat memberikan arah yang baik dan memudahkan dalam menyelesaikan suatu masalah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka perlu dilakukan pembatasan dalam penelitian. Batasan penelitian ini adalah : 1. Penelitian dilakukan dan di fokuskan di TPST Seminyak Kuta 2. Kajian yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi : a. Aspek teknis, yaitu dengan membahas optimalisasi pengelolaan aset pada TPST sehingga diketahui potensi optimal aset yang dimiliki dalam mengelola sampah di kelurahan Seminyak
4
b. Aspek ekonomi, yaitu membahas nilai ekonomis yang bisa diperoleh oleh pengelola TPST dalam pengelolaan sampah secara swadaya c. Aspel kelayakan investasi, yaitu membahas layak tidaknya rencana investasi yang dilakukan pada TPST Seminyak, Kuta, Kabupaten Badung.
5
Halaman ini sengaja dikosongkan
6