BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang Tahun 2008, tepatnya pada tanggal 15 September 2008 menjadi catatan
kelam sejarah perekonomian Amerika Serikat, kebangkrutan Leman Brothers yang merupakan salah satu perusahaan investasi atau bank keuangan senior dan terbesar ke 4 di Amerika Serikat menjadi awal dari drama krisis keuangan di negara yang mengagung-agungkan sistem kapitalis tanpa batas. Siapa yang menyangka suatu negara yang merupakan tembok kapitalis dunia akan runtuh. Celakanya apa yang terjadi di Amerika Serikat dengan cepat menyebar dan menjalar keseluruh dunia. Hanya beberapa saat setelah informasi runtuhnya pusat keuangan dunia di Amerika Serikat, transaksi bursa saham diberbagai belahan dunia seperti Hongkong, China, Australia, Singapura, Korea Selatan, dan negara lainnya mengalami penurunan drastis, bahkan Bursa Saham Indonesia (BEI) harus ditutup selama beberapa hari, pemerintah Indonesia pun terlihat panik dalam menyikapi permasalahan ini, peristiwa ini menandai fase awal dirasakannya dampak krisis ekonomi global yang pada mulanya terjadi di Amerika ini dapat dirasakan oleh negara Indonesia. (Rai, 2011:1) Dilihat dari faktor penyebabnya, krisis ekonomi global pada saat ini berbeda dengan krisis ekonomi yang melanda Indonesia lebih kurang satu dasawarsa lalu, yang mana pada saat itu krisis ekonomi yang melanda Indonesia lebih disebabkan oleh ketidakmampuan Indonesia menyediakan alat pembayaran luar negeri, dan tidak kokohnya struktur perekonomian Indonesia, tetapi krisis keuangan global pada tahun 2008 ini berasal dari faktor-faktor yang terjadi diluar negeri. Tetapi kalau kita tidak hati-hati dan waspada dalam menyikapi permasalahan ini, tidak mustahil dampak krisis keuangan global pada tahun 2008 ini akan sama atau bahkan lebih buruk jika dibandingkan dengan dampak dari krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998. Kekhawatiran atas dampak negatif perlemahan ekonomi global terhadap perekonomian di negara-negara emerging markets dan fenomena flight to equality
1
2
dari investor global di tengah krisis keuangan dunia dewasa ini, telah memberikan tekanan pada mata uang seluruh dunia, termasuk Indonesia dan mengeringkan likuiditas dolar Amerika Serikat di pasar domestik banyak negara. Hal ini menyebabkan pasar valas di negara-negara maju maupun berkembang cenderung bergejolak di tengah ketidakpastian yang meningkat. (Rai, 2011:2) Perkembangan industri keuangan syariah secara formal telah dimulai sebelum dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan operasional perbankan di Indonesia. Perbankan syariah di Indonesia, pertama kali beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992, sejak berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) atau 4 tahun setelah Pakto 88. Pada awal dioperasikannya, keberadaan bank syariah ini tidak memiliki landasan hukum tetap, baik mengenai operasionalnya maupun jenis-jenis usaha ataupun produk yang ditawarkan. (Rindawati, 2007:2) Hunger dan Wheelen (2003:6) berpendapat bahwa kinerja perusahaan merupakan hasil akhir dari kegiatan perusahaan. Berdasarkan pandangan kinerja tersebut, berarti berhasil dan tidaknya manajemen dalam mengelola perusahaan tentunya ukurannya adalah ukuran yang dapat dinilai dengan angka yang apat diperbandingkan. Untuk memperoleh nilai-nilai tersebut, sumbernya adalah laporan keuangan sebagai hasil dari proses akuntansi. Laporan keuangan tersebut dijadikan oleh manajemen sebagai alat pertanggungjawaban manajemen kepada stakeholder dan dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk pengambilan keputusan dan pembuatan perencanaan. (SFAC No. 1, 1978) Perkembangan perbankan syariah di Indonesia semakin pesat pasca disahkannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Volume usaha perbankan syariah dalam kurun waktu satu tahun terakhir, khusunya Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS), mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Total aset per Oktober 2011 telah mencapai Rp 127,19 triliun atau meningkat sebesar 48,10% dan merupakan pertumbuhan tertinggi sepanjang 3 tahun terakhir dan ditambah aset BPRS sebesar Rp 3,35 triliun, menjadikan total aset perbankan syariah per Oktober 2011 telah mencapai Rp 130,5 triliun. Tingginya pertumbuhan aset tersebut tidak lepas dari tingginya
3
pertumbuhan dana pihak ketiga pada sisi pasiva dan pertumbuhan penyaluran dana pada sisi aktiva. (Falikhatun dan Yasmin, 2012)
Tabel 1.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Penyaluran Dana BUS dan UUS (Rp Triliun)
Okt-10
Okt-11
Aset
85,55
DPK Penyaluran Dana
Growth Nominal
(%)
127,19
41,34
48,1
66,48
101,57
35,09
52,79
83,81
122,73
38,92
46,43
(Sumber: Outlook Perbankan Syariah 2012)
Presently, Malaysia's Islamic banking assets reached USD65.6 billion with an average growth rate of 18 -20% annually. As at end-2009, the Islamic financial sector was represented by 17 Islamic banks, 22 commercial banking institutions, an Islamic money market, 8 takaful companies and a broad range of financial products. (Rosnia, 2010) Melalui program penggabungan yang diterima oleh Bank Negara Malaysia selepas krisis ekonomi pada 1997, kini industri perbankan terdiri daripada 23 bank perdagangan yang mana 9 buah bank yang merupakan pemilikan tempatan manakala 13 buah lagi adalah pemilikan asing. Sistem perbankan Islam di Malaysia kini terdiri daripada 17 bank Islam yang mana 11 daripadanya merupakan pemilikan tempatan dan 6 buah lagi merupakan pemilikan asing (Nur, 2013). Bank Muamalat Indonesia tak cuma mampu mencetak kinerja positif di Tanah Air. Bank syariah pertama di Indonesia itu juga mencatat pertumbuhan gemilang di Malaysia. Direktur Utama Bank Muamalat Arviyan Arifin, mengatakan kantor Bank Muamalat di Malaysia tumbuh cukup agresif. Hingga kuartal III 2013, aset kantor cabang yang berada di Kuala Lumpur itu mencapai
4
Rp 1,29 triliun. Jumlah tersebut melesat 37,8% ketimbang jumlah aset pada kuartal III 2012 sebesar Rp 936 miliar. Kenaikan aset ini menjadi bukti keberhasilan Bank Muamalat meningkatkan bisnis di pasar regional dan internasional. Arviyan mengatakan, kantor cabang Bank Muamalat di Malaysia telah resmi beroperasi sejak tahun 2009 lalu. Kantor cabang tersebut tak cuma menawarkan fasilitas pengiriman uang atau remitansi sebagaimana kantor cabang bank nasional lain di Malaysia. (Kontan, 2013) Standar penilaian kinerja bank telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 yaitu alat ukur yang digunakan untuk menentukan kondisi suatu bank dikenal dengan analisis CAMELS. Kasmir (2012:46) mengemukakan bahwa alat ukur utama yang digunakan untuk menentukan kondisi suatu bank dikenal dengan nama analisis CAMELS. Analisis ini terdiri dari Capital, Assset quality, Management, Earning, Liquidity, Sensitivity. Penilaian kinerja pada bank dapat dilakukan dengan menghitug rasio-rasio keuangan yang ada pada laporan keuangan bank, dalam hal ini penulis menggunakan metode CAMELS (Capital, Assset, Management, Earning ability, Liquidity, Sensitivity) sesuai dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/11/KEP/DIR/ Tanggal 30 April 1997 dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/227/KEP/DIR Tanggal 19 Maret 1998 perihal Tingkat Kesehatan Bank Umum. Christopoulos, Mylonakis & Diktapanidis(dalam Rozzani dan Rahman, 2013) menyebutkan bahwa it is able to measure and develop these ratings separately by relying to the accounting ratio that would measure for bank’s finan cial health, according to the measurements of capital adequacy, asset
quality, management quality or efficiency, earnings, liquidity, and
sensitivity to market risk. Aspek pertama yang dinilai adalah aspek permodalan (Capital) digunakan CAR (Capital Adequacy Ratio). Menurut Kasmir (2008:50) yang dinilai adalah permodalan yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang
5
telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Perbandingan rasio tersebut adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) dan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia tentang jumlah minimal CAR yaitu 8%. Aspek berikutnya adalah mengukur kualitas aset bank. Menurut Kasmir (2008:50), kualitas aset digunakan untuk menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank. Penilaian aset harus sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang didasarkan pada dua rasio yaitu Rasio Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan (APYD) terhadap aktiva produktif (AP) dan Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk oleh bank terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk oleh bank. Aspek Earning adalah aspek yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan. Aspek ini juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Rasio yang digunakan adalah Return on Total Asset (ROA). Aspek berikutnya yang diteliti adalah penilaian terhadap Likuiditas bank. Suatu bank dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan mampu membayar semua utangnya terutama utang jagka pendek. Rasio yang digunakan untuk mengukur aspek likuiditas adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Kualitas manajemen adalah komponen berikutnya dari analisis CAMELS. Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusia dalam bekerja, maupun dari segi pendidikan dan pengalaman karyawan. Sedangkan aspek terakhir yaitu aspek Sensitivitas mulai diberlakukan oleh Bank Indonesia sejak Mei 2004. Dalam memberikan kreditnya perbankan harus memperhatikan dua unsur, yaitu tingkat perolehan laba yang harus dicapai dan tingkat resiko yang dihadapi. Kedua aspek terakhir yaitu Manajemen dan Sensitivitas tidak menjadi variabel penelitian karena aspek manajemen merupakan kualitatif yang harus diteliti langsung ke lapangan sedangkan untuk aspek sensitivitas yang menggunakan ukuran ekses modal dibagi dengan potential loss suku bunga tidak dimasukkan mengingat ketersediaan data. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti yaitu Fitria Utaminingsih
6
(2008), Mas Agung M Noor (2009), serta Rehana Kouser dan Irum Saba (2012), kedua aspek ini tidk diteliti dalam penelitiannya. Penulis juga hanya menguji perbedaan secara parsial (masing-masing aspek) saja, dan tidak menguji kinerja secara keseluruhan (simultan) sejalan dengan penelitian ketiga peneliti tersebut. Bank Muamalat Indonesia (BMI) didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 november 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian BMI juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp. 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian perseroan. Selanjutnya, pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, BMI berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai Bank Syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan. Bank Muamalat merupakan salah satu dari dua lembaga keuangan Islam penuh independen. Bank ini didirikan pada tanggal 1 Oktober 1999 dari divisi perbankan Islam dari mantan Bank Bumiputra Malaysia, Bank of Commerce (Malaysia) dan BBMB Kewangan. Para pemegang saham terdiri dari DRB HICOM, dengan 70% saham di bank sementara Khazanah Nasional memiliki sisanya. Dari paparan latarbelakang diatas bahwa Bank Muamalat Indonesia berdiri pada tanggal 1 November 1991 dan Bank Muamalat Malaysia Berhad berdiri pada tanggal 1 Oktober 1999 yang dimana antara penduduk Indonesia dan Malaysia mayoritas Islam, murni bank syariah, tidak memakai bunga dan merupakan pelopor perbankan syariah murni dan satu-satunya bank syariah yang membuka cabang di luar negeri yaitu Kuala Lumpur, Malaysia.
7
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Muamalat Malaysia Berhad Periode 2008-2012 Dengan Menggunakan Metode CAMELS”.
1.2
Rumusan Masalah Kinerja keuangan dan ditentukan dengan menggunakan pendekatan
CAMELS (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity, Sensitivity to Market Risk) dan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perkembangan kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia (BMI) selama periode 2008-2012. 2. Bagaimana perkembangan kinerja keuangan Bank Muamalat Malaysia Berhad (BMMB) selama periode 2008-2012. 3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan Bank Muamalat Malaysia Berhad (BMMB).
1.3
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Perkembangan kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia (BMI) selama periode 2008-2012. 2. Perkembangan kinerja keuangan Bank Muamalat Malaysia Berhad (BMMB) selama periode 2008-2012. 3. Perbandingan kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan Bank Muamalat Malaysia Berhad (BMMB).
1.4
Kegunaan Penelitian Analisis dan hasil yang terdapat dalam penelitian ini diharapkan berguna
bagi: 1. Bagi penulis, dengan melakukan penelitian ini penulis memperoleh pengalaman dan ilmu pengetahuan baru mengenai bank syariah.
8
2. Bank syariah, dapat dijadikan sebagai bahan masukan/catatan dalam mempertahankan
dan
meningkatkan
kinerjanya,
sekaligus
memperbaiki apabila ada kelemahan dan kekurangan dalam kinerja keuangan perusahaan. 3. Pihak
lainnya,
diharapkan
dapat
memberikan
wawasan
dan
pengetahuan mengenai bagaimana metodologi penilaian tingkat kinerja bank menggunakan metode CAMELS.
1.5
Metode Penelitian Menurut buku yang berjudul Metode Penelititan Sosial, disebutkan bahwa: “Komparatif deskriptif juga dapat digunakan untuk membandingkan variabel yang berbeda untuk sampel yang sama. Uji statistik yang digunakan untuk membandingkan variabel yang berbeda untuk sampel yang sama adalah uji t untuk dua sampel yang berpasangan (paired sample test).” Ulber Silalahi (2009:36). Penelitian ini termasuk kedalam penelitian komparatif deskriptif. Menurut
Ulber Silalahi (2009:35) penelitian komparatif deskriptif membandingkan variabel yang sama untuk sampel yang berbeda. Uji statistik yang digunakan untuk membandingkan variabel yang sama untuk sampel yang berbeda adalah uji dua sampel independen/bebas (independent sample test). Metode penelitian adalah bersifat ex post facto. Artinya, data dikumpulkan setelah semua kejadian telah selesai berlangsung. Penelitian ini dapat melihat sebab akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab-akibat dari datadata yang tersedia.
1.6
Lokasi dan Waktu penelitian Untuk memperoleh data yang dibutuhkan guna penyusunan skripsi ini
peneliti mengambil objek penelitian pada situs website. Waktu penelitian dimulai pada bulan Oktober 2013 sampai selesai.
9