BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Dunia pendidikan merupakan hal yang penting dalam perkembangan zaman
saat ini. Dengan pendidikan, sebuah negara dapat berkembang dan berubah lebih baik.Pendidikan merupakan peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk lebih baik, pendidikan juga adalah salah satu sarana pembentuk karakter bangsa. Dengan pendidikan, individu dapat terasah pola pikirnya sehingga mampu berpikir lebih sistematis dan juga dapat mengasah karakter seorang individu menjadi lebih baik. Pendidikan juga sebagai sarana dalam mempersiapkan bangsanya bersaing secara global. (sumber: Dr. Ir. Bambang Dwi Argo, DEA ; 2010) Persaingan global menjadi tantangan pada dunia pendidikan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang lebih baik. Terdapat dua hal yang berpengaruh pada peningkatan dunia pendidikan yaitu tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Keduanya memiliki kaitan dengan kesejahteraan dan perekonomian suatu negara. Sesuai dengan perkembangan zaman, masyarakat dituntut unuk berpendidikan, berwawasan, berbudi, dan terampil sehingga dapat membawa bangsanya menjadi negara yang maju dan mampu bersaing dengan bangsa lain. Oleh karena itu, pendidikan disebut-sebut sebagai salah satu landasan utama meraih impian tersebut. Generasi berpendidikan turut mempengaruhi angkatan kerja di sebuah negara, termasuk Indonesia. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2013 tercatat 118,2 juta orang, berkurang 3 juta orang dari jumlah angkatan kerja pada Februari 2013. Pada Agustus 2013, penduduk bekerja pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar ke bawah sebanyak 52 juta orang atau 46,95 persen, pada jenjang pendidikan diploma 2,9 juta orang atau 2,64 persen, dan pendidikan universitas 7,6 juta orang atau 6,83 persen. (sumber :Kompas ; 2013).
13
14 Gambar 1.1 Angka Partispasi Murni ( A P M ) Menurut Provinsi Tahun 20032013 2011** Provinsi
SD/ MI/ Paket A
2012
2013
SMP/ SM/SMK SD/ SMP/ SM/SMK SD/ SMP/ Mts/ /MA/ MI/ Mts/ /MA/ MI/ Mts/ Paket B Paket C Paket A Paket B Paket C Paket A Paket B
SM/SMK /MA/ Paket C
DKI Jakarta
89.79
68.85
49.27
90.14
70.40
53.61
95.79
75.56
54.99
Indonesia
91.03
68.12
47.97
92.49
70.84
51.46
95.53
73.72
53.89
Sumber: BPS-RI, Susenas 2003-2013 Berdasarkan angka partisipasi murni dari BPS, terdapat pengingkatan jumlah usia sekolah dalam 3 tahun terakhir dalam masing-masing jenjang pendidikan baik di Jakarta maupun diseluruh Indonesia. Begitu juga dalam angka partisipasi sekolah, juga selalu adanya peningkatan. Gambar 1.2 Angka Partispasi Murni ( A P M ) Menurut Provinsi Tahun 20032013 Angka Partisipasi Sekolah ( A P S ) Menurut Provinsi Tahun 2003-2013 2011**
Provinsi
2012
2013
7-12
13-15 16-18 19-24
7-12
13-15 16-18 19-24
7-12
13-15 16-18 19-24
DKI Jakarta
98.09
92.01
58.56
17.13
98.97
93.79
60.81
17.79
99.35
95.28
65.54
19.45
Indonesia
97.58
87.78
57.85
14.26
97.95
89.66
61.06
15.84
98.36
90.68
63.48
19.97
Sumber: BPS-RI, Susenas 2003-2013
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebutuhan akan pendidikan meningkat setiap tahunnya. Dalam hal ini pendidikan dapat dikatakan menjadi kebutuhan primer. Perkembangan dunia pendidikan semakin pesat, begitu juga kebutuhan akan pendidikan sangat tinggi. Ditambah lagi dengan persaingan global yang semakin kuat, menuntut setiap individu berkembang secara karakteristik maupun intelektual. Pendidikan haruslah didapat sejak usia dini (3tahun). Dengan pendidikan, negara dapat menekan kemiskinan dan ketidaksetaraan, dan dapat menaikkan kesejahteraan anak. Berdasarkan ringkasan kajian UNICEF, Oktober 2012, pendidikan sejak usia dini, terbukti mampu meningkatkan pembangunan ekonomi dan sosial sebuah masyarakat. Selain itu, pendidikan sejak usia dini mampu mengembangkan kemampuan anak secara holistik (keterampilan, pengetahuan verbal dan intelektual, sosial, dll). (sumber :Unicef Indonesia ; 2012) Dewasa ini, pendidikan tidak hanya mempelajari atau mengacu pada kurikulum nasional.Sesuai dengan perkembangan zaman, peningkatan kualitas dalam
15 bidang pendidikan semakin dibutuhkan. Terutama dalam menghadapi persaingan kedepannya, diharapkan sumber daya manusia Indonesia memiliki kualitas intelektual dan karakter yang baik. Untuk mempersiapkan persaingan di masa depan, terutama persaingan internasional, Indonesia semakin banyak membuka sekolah nasional bertaraf internasional, maupun sekolah yang menggunakan kurikulum luar negeri (internasional). Institute of International Education, menjelaskan bahwa untuk meningkatkan kebutuhan pendidikan, Indonesia harus memiliki perspektif internasional.Di Indonesia sudah banyak berdiri international school.International school di Indonesia mengacu pada dua kurikulum International yaitu IB (International Baccalaureate) dan Cambridge. (sumber : Alina Mahamel ; 2012 dan http://www.acgedu.com ) Saat ini, bidang industri pendidikan sangat dinamis.Hal ini terlihat dari semakin banyaknya lembaga – lembaga pendidikan yang tumbuh. Kesadaran akan pendidikan menjadi salah satu unsur yang mendorong tumbuh dan berkembangnya lembaga – lembaga pendidikan. Mudahnya perizinan pendirian lembaga pendidikan menjadi faktor investor berlomba-lomba menggerakkan industri di bidang ini.Sehingga pendidikan menjadi bidang yang cukup menguntungkan. Lembaga pendidikan yang memiliki konsep terarah, inovatif, dan memiliki nama baik, selain itu kualitas dan inovasi menjadi kunci daya saing, dan faktor inilah yang membuat masyarakat percaya pada lembaga tersebut. (sumber : http://staff.uny.ac.id) Demikian juga Bina Nusantara, yang juga mengembangkan bisnisnya dalam bidang pendidikan.Saat ini Bina Nusantara memiliki dua sekolah internasional yaitu Serpong dan Simprug.Masing-masing sekolah internasional ini memiliki kurikulum yang berbeda.Bina Nusantara International School Simprug menggunakan kurikulum
IB.
Sedangkan
Bina
Nusantara
International
School
Serpong
menggunakan kurikulum Cambridge. (sumber :http://www.binus-school.net/) Bina Nusantara ingin mengembangkan produknya (Sekolah Internasional), dan mengetahui competitive advantage yang dimiliki. Kompetisi dalam sekolah internasional saat ini semakin menantang, seiring dengan bertambahnya permintaan akan sekolah yang berkualitas baik, yang juga merupakan investasi negara untuk mengembangkan sumberdaya manusia yang mampu bersaing di dunia internasional di masa depan.
16 Penelitian mengenai strategi bersaing dunia pendidikan sudah banyak dilakukan.Bahkan penelitian mengenai competitive advantageuntuk pendidikan sudah dilakukan sejak lama. Seperti dalam jurnal yang ditulis oleh Tim Mazzarol dan Geoffrey Norman Soutar (1999) mengenai (Sustainable Competitive advantage For Educational Institutions: A Suggested Model). Jurnal tersebut menjelaskan bahwa pasar untuk pendidikan dapat diukur berdasarkan jumlah siswa yang mendaftar di setiap sekolah.Pada zaman tersebut masih banyak sekolah yang kurang memahami bahwa marketing service menjadi salah satu unsur penting dalam mempertahankan sekolah.Hal yang menjadi unsur penting adalah kualitas layanan, pertemuan layanan dan pengalaman, desain layanan, internal marketing, retensi pelanggan dan hubungan pemasaran.Jurnal ini juga menjelaskan mengenai Lovelock’s framework dalam meneliti karakteristik education service.Framework tersebut terdiri dari : 1. Sifat dari tindakan pelayanan - tindakan pelayanan pendidikan diarahkan pada orang (pikiran mereka ketimbang tubuh mereka), ini terutama "berdasarkan orang" daripada "berbasis peralatan" (Thomas, 1978), dan melibatkan tindakan sebagian besar berwujud (Shostack , 1977). 2. Hubungan dengan pelanggan - pendidikan melibatkan hubungan panjang dan formal dengan klien dan pelayanan terus menerus. Siswa memiliki apa yang Lovelock (1983) acu sebagai "anggota" hubungan dengan penyedia layanan, menawarkan kesempatan untuk mengembangkan loyalitas klien yang kuat dan meningkatkan layanan klien. 3. Tingkat kustomisasi dan penilaian dalam pemberian layanan - beberapa layanan membutuhkan kustomisasi lebih besar dan penilaian pada bagian dari penyedia layanan daripada yang lain. Sejauh mana pelayanan pendidikan yang disesuaikan adalah variabel. Tutorial kecil atau pengawasan individu yang lebih disesuaikan daripada kuliah massa. Dalam kebanyakan kasus, sejauh mana penyedia layanan latihan penilaian dalam memenuhi kebutuhan individu siswa tinggi. Hal ini terutama terjadi dengan staf pengajar. Masalah yang timbul dari hal ini adalah kemungkinan bahwa kualitas dapat dipengaruhi oleh variabilitas pelayanan (Nicholls, 1987). 4. Sifat permintaan relatif untuk memasok - layanan dapat melibatkan permintaan luas (misalnya listrik) atau permintaan yang sempit (misalnya asuransi). Pada saat yang sama, kemampuan untuk mengubah pasokan cepat, untuk memenuhi
17 fluktuasi permintaan, bervariasi. Sementara layanan listrik dapat ditingkatkan cukup cepat untuk memenuhi puncak, jika kapasitas tersedia, akomodasi hotel lebih sulit untuk mengatur. Di bidang pendidikan, permintaan tergantung pada fluktuasi yang relatif sempit dari waktu ke waktu. Namun, pasokan bisa sulit untuk mengelola, dengan keterbatasan pada ketersediaan staf dan tempat di kursus. 5. Metode pelayanan - penyediaan layanan dapat diklasifikasikan ke dalam orangorang yang membutuhkan outlet situs tunggal atau ganda dan sifat interaksi pelanggan dengan layanan. Pelanggan dapat pindah ke penyedia layanan, atau penyedia layanan dapat bergerak untuk menemui mereka. Jasa pendidikan internasional tradisional diperlukan siswa untuk datang ke institusi untuk menyelesaikan program mereka. Namun, hal ini berubah, dengan pembentukan program pengajaran lepas pantai dan pendidikan jarak jauh (Soutar dan Mazzarol, 1995) dan teknologi modern (Hamer, 1993). Selain itu dalam jurnal “Learning Strategic Planning from Australian and New Zealand University Experience” yang ditulis oleh Anfu Zhang (2014), menjelaskan mengenai penelitian yang dilakukan oleh Anfu Zhang mengenai strategi bersaing dalam dunia pendidikan, meskipun dalam kasusnya, Anfu Zhang melakukan penelitian di Universitas di Australia. Akan tetapi ada kesamaan mengenai sasaran inovasi. Misalnya saja sasaran yang ditujukan dalam jurnal tersebut adalah : 1. meningkatkan kekuatan dan kinerja untuk lebih meningkatkan reputasi internasional. 2. mengembangkan "pilihan" program akademik berdasarkan karakter, dengan peningkatan fleksibilitas, selektivitas, yang bertujuan untuk memperkaya pengalaman siswa; 3. merekrut bakat luar biasa untuk meningkatkan proporsi staf berkinerja tinggi; 4. berpartisipasi dalam kegiatan organisasi domestik dan internasional budaya, sosial, ekonomi, dan politik dalam rangka memberikan kontribusi kepada mereka; 5. menciptakan lingkungan international. Sasaran – sasaran inovasi tersebut bisa saja ditujukan untuk dunia sekolah. Jurnal lain yang meneliti mengenai strategi bersaing dalam dunia pendidikan adalah jurnal yang ditulis oleh William Scott (2013) yang berjudul “Developing The
18 Sustainable School: Thinking The Issue Through”. Jurnal ini menjelaskan bagaimana mengembangkan dan juga bagaimana strategi bertahan sekolah.Jurnal ini mengacu pada sekolah di Inggris. Penelitian yang dilakukan William Scott mengacu pada investigasi pemerintahan Inggris pada Departement of Children, School and Families (DCSF) mengenai “How can we know what the development of sustainable schools is contributing to UK sustainable development?”. Hal tersebut mengenai Bagaimana kita bisa tahu apa perkembangan sekolah berkelanjutan memberikan kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan Inggris?. Hal yang diteliti oleh William Scott adalah : 1. Fokus DCSF pada gedung sekolah (termasuk energi, air, perjalanan, lalu lintas, pembelian dan limbah) yang terkait dengan upaya untuk mengurangi
sumber
daya
dan
penggunaan
energi
dan
mengembangkan alternatif. 2. Fokus DCSF selanjutnya pada masalah anak, dan elaborasi hal ini dengan Sustainable Development Commission Inggris: Masalah Masa Depan Setiap Anak. 3. Fokus
pada
dimensi
global,
kewarganegaraan
global
dan
pembelajaran global, dan kesejahteraan, yang menghubungkan ke upaya untuk meningkatkan pemahaman antar-budaya dan, lebih tajam, untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup, dengan link ke pembangunan milenium tujuan PBB. 4. Dukungan sektor amal untuk pendidikan lingkungan yang terkait dengan upaya internasional untuk menghindari perusakan habitat, deforestasi, dan untuk meningkatkan pelayanan, dan keanekaragaman hayati secara lebih umum, dan; 5. Kurikulum fokus pada kewarganegaraan dengan baik di sekolah dan kesempatan masyarakat sekolah untuk berlatih pengembangan (kompetensi tindakan) kemampuan kewarganegaraan. Sedangkan penelitian yang dilakukan di Indonesia sendiri diteliti oleh Universitas Negeri Yogyakarta.Dalam jurnal yang berjudul “Strategi Bersaing dalam Bisnis Pendidikan” menjelaskan menganai persaingan lembaga pendidikan telah berubah dari konteks, substansi, strategi dan polanya menjadi kecenderungan kompetisi dalam bisnis pendidikan. Persaingan tidak lagi menyangkut efisiensi penyelenggaraan pendidikan, tetapi cara pandang yang sesuai, yang dianggap bahwa
19 lembaga pendidikan yang dipilih adalah lembaga pendidikan yang memiliki keunggulan di segala aspek dari input, proses, hingga output. Dalam persaingannya, bisnis di bidang pendidikan juga harus mengutamakan managemen bisnis, yaitu price, prospect, product, profit, priority, place, people, profile, dan promotion. Sehingga pada akhirnya, juga harus mempertimbangkan competitor, competitive advantage, added value, dan diversity. Persaingan lembaga pendidikan semakin ketat. Beberapa factor yang dapat mempengaruhi daya saing lembaga pendidikan adalah : a. Lokasi, lokasi yang mudah dijangkau dan memiliki akses terhadap sektor lain, dapat menjadi faktor keunggulan komparatif dalam bersaing. b. Keunggulan nilai, seperti kelebihan kurikulum yang diterapkan, sumber daya manusia, sarana prasarana, keunggulan kerjasama, system belajar, dan lain-lain c. Kebutuhan masyarakat, faktor kualitas proses pembelajaran dan hasilnya, hingga kepastian
setelah
siswa
menamatkan
pendidikannya,
menjadi
faktor
pertimbangan orang tua menyekolahkan anaknya kesekolah yang berkualitas. Dalam memenangkan persaingan, terdapat enam langkah sistematis dalam menyusun strategi bersaing dalam kompetisi pendidikan : 1. Mengetahui pangsa pasarnya a. Kelompok masyarakat tidak mampu b. Kelompok masyarakat menegah c. Kelompok masyarakat mampu 2. Strategi differensiasi a. Kurikulum dan program pendidikan b. Fasilitas c. Kemudahan akses d. Proses pendidikan e. Layanan f. Paska layanan pendidikan 3. Diversifikasi : spesifikasi dari differensiasi. Faktor mana yang akan dikembangkan. 4. Mengelola inovasi : tindak lanjut dari diversifikasi. Pelaksanaan/tindakan yang dilakukan dalam mengembangkan factor tersebut. 5. Mengelola kultur organisasi : pengelolaan organisasi internal maupun relasi dengan channel atau aliansi.
20 6. Mengelola perubahan (Sumber :http://staff.uny.ac.id) Bina Nusantara International School, juga menerapkan strategi bersaing yang digunakan untuk mampu mengungguli kompetitornya. Dalam analisa ini akan dipelajari mengenai Bina Nusantara International School Serpong, yang memiliki lingkup persaingan yang ketat. Wilayah Serpong dan sekitarnya diketahui memiliki banyak sekali lembaga pendidikan, baik dari sekolah negeri, sekolah swasta nasional, hingga sekolah international. Dalam dinas pendidikan kota Tangerang Selatan tercatat 398 TK, 328 SD, 151 SMP, dan 63 SMA (sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan). Masing-masing sekolah tersebut memilki perbedaan dalam strategi bersaingnya.Selain dari kurikulum (Internasional dan Nasional), ada juga daru sekolah-sekolah tersebut yang menekankan pada agama. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat menjadi value added daya saing sekolah-sekolah tersebut. Dan hal itu ada kemungkinan menjadi ancaman bagi Bina Nusantara International School Serpong. Dalam persaingan bidang pendidikan, Bina Nusantara International School Serpong memiliki beberapa kompetitor potensial atau kompetitor utama yang memiliki pola strategi hampir sama dengannya. Sekolah-sekolah tersebut menargetkan segmen yang sama dan memiliki diferensiasi dan penekanan pada aspek yang mampu mengancam Bina Nusantara International School, selain itu masyarakat sekitar juga cenderung memiliki cara pandang kualitas sekolah yang menekankan agama atau kultur mandarin, dengan standar kualitas internasional. Dengan masyarakat yang memiliki sudut pandang ini dan memiliki kompetitor tersebut, maka Bina Nusantara International School Serpong harus mampu lebih meningkatkan dan menekankan competitive advantage-nya. Dalam bersaing di industrinya, Bina Nusantara International School juga harus terus mempersiapkan dengan matang strategi-strategi marketingnya, salah satunya competitive advantage yang dimilikinya.Competitive advantage ini berguna dalam menghadapi perilaku pasar, dan lingkungan persaingan yang terus berubah.Untuk mempersiapkan setiap ancaman dan peluang, para marketer harus membuat strategi marketing.Dalam hal ini strategi marketing yang dibutuhkan adalah Competitive advantage. Dengan demikian, marketer harus mampu melihat bagaimana pergerakan kompetitor di suatu daerah, bagaimana perilaku konsumen di daerah tersebut, apa yang mampu menjadi peluang bagi perusahaan, apa yang dapat mengancam perusahaan, apa yang dimiliki perusahaan yang dapat di kembangkan,
21 dan apa yang tidak dimiliki perusahaan. Selain itu dengan competitive advantage, perusahaan mampu membuat strategi marketing dengan terstruktur.Sehingga mampu membuat keputusan marketing dengan baik. Apakah akan berkompetisi dengan Cost Leadership, atau differensiasi, atau strategi, atau dengan sumber daya, dan lain-lain. (sumber: IBM ; 2012) Untuk mengetahui competitive advantage atau apa yang dapat dikembangkan dari
Bina
Nusantara
International
School Serpong
yang
dapat
menjadi
keunggulannya, harus dianalisa dari sisi kompetitor dan konsumennya. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, bahwa kompetitor Bina Nusantara International School Serpong memiliki diferensiasi dan penekanan pada keunggulannya yang berbedabeda. Begitu juga kebutuhan masyarakat dan cara pandang masyarakat sekitar terhadap pendidikan. Dalam hal ini masyarakat juga merupakan konsumen.Baik konsumen dari Bina Nusantara International School sendiri maupun konsumen dari kompetitor.Apa yang dibutuhkan masyarakat/konsumen dan apa yang ditawarkan Bina Nusantara International School Serpong dan kompetitornya. Analisa konsumen tersebut berdasarkan analisa consumer behavior mengenai keputusan pembelian. Akan diteliti mengenai bagaimana konsumen dari masing-masing sekolah melakukan keputusan pembelian, apa saja yang dipertimbangkan, dan bagaimana mereka mencari informasi hingga mendapatkan keputusan memilih sekolah, bahkan terlebih lagi apakah mereka puas mengenai sekolah tersebut. Competitive advantage memberikan pengaruh pada keputusan pembelian dan sebaliknya, keputusan pembelian juga mampu meningkatkan competitive advantage. Seperti di jelaskan dalam jurnal Defining Customer Value AsThe Driver of Competitive Advantageyang ditulis oleh H. Kurt Christensen (2010) bahwa pelanggan melakukan keputusan pembelian karena produk yang dibelinya memberikan value yang sesuai dengan kebutuhannya dan dapat dikatakan produk tersebut memiliki competitive advantage. Dan selanjutnya akan dijelaskan di bab 2. Keputusan pembelian akan diteliti mengenai
lima
tahap
keputusan
pembelian.
Setiap
faktor
–faktor
yang
mempengaruhi keputusan pembelian, dapat menjadi competitive advantage.Hal tersebut diteliti dari bagaimana memahami kebutuhan konsumen, bagaimana konsumen mencari informasi, dan informasi apa yang menjadi pengaruh paling tinggi dalam pengambilan keputusan. Tahap-tahap ini dan faktor-faktor tersebut dipelajari juga berdasarkan teori dari jurnal “The Study of The Relationship Between Consumer Involvement and Purchase Decision (Case Study : Cell Phone)” yang
22 ditulis oleh Neshat Choubtarash et. al. (2013) dan jurnal yang ditulis oleh Ram Komal Prasad dan Manoj K. Jha (2014) mengenai Consumer Buying Decision Models : A Descriptive Study. Keputusan pembelian ini akan dipelajari pada konsumen (siswa SMA). Meskipun orang tua yang melakukan pembayaran pada sekolah, akan tetapi konsumen sekolah tersebut yang sebenarnya adalah siswa itu sendiri. Selain itu sudah dilakukan penelitian sebelumnya mengenai keterlibatan dan pengaruh anak dalam keputusan pembelian. Hal ini juga diperkuat dari penelitian-penelitan jurnal yang mejelaskan bahwa anak-anak usia 15 tahun keatas sudah mampu dilibatkan dalam diskuksi untuk melakukan keputusan pembelian. Dan tidak jarang mereka akan memberikan pengaruh. Jurnal yang membahas hal ini ditulis oleh Hosein Ganjina et.al. (2013) yang berjudul (Children’s Infuence In Family Purchasing Decision Making). Keputusan pembelian ini diperkuat juga dengan teori mengenai generasi, yang membagikan generasi menjadi empat, yaitu Traditionalist, Baby Boomer, X Generation, dan Y Generation.Dimana generasi Y yang lahir tahun 19812001 adalah generasi yang lahir dizaman high technology.Sehingga generasi ini sangat dekat dengan tekhnologi dan informasi.Mereka mudah mendapatkan informasi, sehingga mereka mampu memberikan pendapat mereka berdasarkan pengetahuan mereka dari informasi – informasi tersebut dan pendapat mereka tersebut juga dapat mempengaruhi keputusan pembelian orang tua mereka dalam memilih sekolah. 1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dideskripsikan di atas, maka rumusan
masalah untuk penelitian ini adalah: “Analisis Perbandingan Purchase Decision Antara Binus International School Serpong
dengan
Tiga
Potensial
Kompetitornya
untuk
Meningkatkan
Competitive Advantage” 1.3.
Indentifikasi Masalah 1. Bagaimana keputusan pembelian Binus International School Serpong? 2. Bagaimana keputusan pembelian di tiga kompetitor potensial Binus International School Serpong? 3. Bagaimana perbandingan perilaku antara konsumen Binus International School Serpong dan kompetitor?
23 4. Apakah
hasil
perbandingan
tersebut
dapat
dijadikan
factor
pertimbangandalam penentuan strategi competitive advantage? 1.4.
Batasan Lingkup Masalah Analisa ini dibatasi dalam lingkup Bina Nusantara International School Serpong. Yang akan dianalisa adalah sekolah – sekolah di daerah serpong yang merupakan potensial kompetitor dari Bina Nusantara International School Serpong. Jumlah sekolah yang di analisa berdasarkan perijinan dan kebijakan dari pihak sekolah tersebut.Hal ini dikarenakan menyesuaikan kegiatan sekolah dan juga jumlah siswa di setiap sekolah sekolah, yang dimana siswa tersebut merupakan responden penelitian ini.
1.5.
Tujuan Penelitian 1. Mengetahui keputusan pembelian Binus International School Serpong 2. Mengetahui
keputusan
pembeliancompetitor
potensial
Binus
International School Serpong 3. Mengetahui perbandingan perilaku antara konsumen Binus International School Serpong dan competitor 4. Menentukan alternative factor competitive advantage dari hasil perbandingan tersebut 1.6.
Manfaat Penelitian
1.6.1. Bagi Perusahaan Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk membuat strategi marketing dalam competitive advantage perusahaan. Selain itu menjadi referensi langkah dasar dalam pengambilan keputusan strategi.Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam perluasan produk perusahaan, ataupun dalam melakukan strategi marketing lainnya. 1.6.2. Bagi Pembaca penelitian ini diharapkan memberikan wawasan yang lebih lagi bagi para pembaca. Terutama mengenai consumer behavior dan competitor analysis. 1.6.3. Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat dalam perluasan wawasan mengenai competitive
advantage,
dan
mengenai
persaingan
bisnis
di
industripendidikan.Juga menambah pengetahuan mengenai perilaku pasar di suatu daerah.
24 1.7.
State of Art a. Consumer Buying Decision Models : A Descriptive Study Ditulis oleh : Ram Komal Prassad dan Manoj K.Jha (2014) Dalam jurnal ini, Ram Komal Prassad dan Manoj K.Jha menjelaskan mengenai model keputusan pembelian konsumen yang di ambil dari beberapa teori.Model setiap teori berbeda-beda. Model keputusan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah model Engel – Kollat Blackwell b. Can Competitive advantage be Predicted? Ditulis oleh : Andreas Hinterhuber (2013) Dalam jurnal ini, dituliskan bahwa keunggulan kompetitif ada jika sumber daya dan kemampuan memenuhi kebutuhan pelanggan yang belum terpenuhi di segmen pasar yang cukup besar untuk menutupi biaya tetap organisasi. c. Developing The Sustainable School: Thinking the Issue Through Ditulis oleh : William Scott (2013) Jurnal ini menjelaskan bagaimana mengembangkan dan juga bagaimana strategi bertahan sekolah yang mengacu pada investigasi pemerintahan Inggris pada Departement of Children, School and Families (DCSF) mengenai “How can we know what the development of sustainable schools is contributing to UK sustainable development?” d. Children Influence in Family Purchasing Decision Making Ditulis oleh : Hossein Ganjinia, Shahram Gilaninia, Eslam Maleknejad (2013) Dalam jurnal ini dijelaskan mengenai bagaimana pengaru anak dalam keputusan
pembelian/pembayaran
orang
tua.Kebebasan
anak
berpendapat, keterlibatan diskusi mengenai suatu pembelian/pembayaran memberikan kesempatan anak sehingga mampu memberikan pengaruh terhadap keputusan pembelian orang tuanya. Dan biasanyaterjadi pada anak usia 15 tahun keatas.