BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di tambah laju urbanisasi
yang mencapai 4,4% per tahun membuat kebutuhan perumahan di perkotaan semakin meningkat, sementara itu ketersediaan lahan menjadi semakin langka. Kelangkaan ini menyebabkan semakin mahalnya harga lahan di pusat kota, sehingga mendorong masyarakat berpenghasilan menengah – bawah tinggal di kawasan pinggiran kota yang jauh dari tempat kerja. Sedangkan sebagian masyarakat tinggal di kawasan yang tidak jauh dari pusat aktivitas ekonomi, sehingga menyebabkan ketidakteraturan tata ruang kota dan dapat menumbuhkan kawasan kumuh baru. Pusat kota Bandung yang peruntukan lahannya berpola linear telah terbentuk semenjak awal pertumbuhan pusat kota tersebut (tahun 1856). Selanjutnya pola linear ini berkembang lebih pesat saat terjadi penetrasi lahan di pusat kota dan sekitarnya dalam bentuk kegiatan perdagangan dan atau jasa. Hal ini menyebabkan kawasan hunian berwujud kantong – kantong yang letaknya terjepit di antara fungsi – fungsi produktif (perdagangan / jasa). Kecenderungan pengelolaan lingkungan kota yang hanya menonjolkan kondisi fisik jalur utama kota dibandingkan daerah di belakangnya mengakibatkan perkembangan yang tidak terkendali dan buruknya kondisi infrastruktur mengakibatkan kehidupan masyarakat yang rentan terhadap masalah – masalah kesehatan.. Kawasan Kampung Pangumbahan merupakan salah satu wujud dari kawasan kantung perkotaan. Berada di belakang Jl. Cihampelas yang mempunyai fungsi komersial dan merupakan daerah sekitar sungai Cikapundung dan jalan layang Pasupati yang merupakan landmark baru di kota Bandung, sehingga memerlukan suatu penataan. Pembangunan rumah susun dapat menjadi sebuah solusi dalam mengatasi hal tersebut, dan merupakan salah satu upaya dalam program peremajaan permukiman.
1.2
Pemahaman Judul dan Tema Judul yang diambil
adalah “Rumah Susun Linggawastu”. Judul ini meliputi
pembahasan perancangan rumah susun di suatu kawasan di kampung Pangumbahan, kecamatan Tamansari, kelurahan Bandung Wetan. Pemilihan rumah susun karena efisiensi penggunaan lahan hunian di kawasan tersebut yang sangat padat. Kawasan tersebut merupakan bagian dari program peremajaan pemukiman di daerah Tamansari berdasarkan 1
RTRW kota Bandung tahun 2013. Sehingga diharapkan dengan pembangunan rumah susun Linggawastu ini dapat menjadi solusi dari kawasan permukiman kumuh di kampung Pangumbahan. Rumah susun dibangun di atas tanah yang telah berpenghuni. Sehingga pembangunan rumah susun harus memperhatikan aspek relokasi penghuni pada saat pembangunan. Pembangunan direncanakan dibagi menjadi 2 tahap, pada tahapan pertama penghuni akan di relokasi ke lahan pemilik tanah sampai bangunan selesai untuk ditempati. Sebagai asumsi, pemilik tanah bersedia menampung penghuni yang di relokasi selama dalam tahap pembangunan. Sasaran utama penghuni yang dituju adalah penduduk asal di daerah kampung Pangumbahan dan selebihnya adalah penduduk dari kawasan sekitarnya. Aktivitas ekonomi masyarakat setempat sebagian besar berupa wirausaha. Tingkat pendapatan mereka tidak begitu tinggi yang terfokus pada kehidupan sehari – hari, sehingga lingkungan sekitar mereka menjadi tidak terurus dan menjadi permukiman kumuh. Jadi, maksud utama dari rumah susun ini adalah untuk mengatasi permasalahan kepadatan penduduk yang sangat tinggi dan kondisi lingkungan fisik yang buruk di kawasan tersebut. Kemudian mendukung aktivitas ekonomi di kawasan tersebut agar kualitas ekonomi penghuni dapat meningkat.
1.3
Tujuan Perancangan Kampung merupakan fenomena bermukim yang unik di daerah perkotaan dan
merupakan ciri khas kota di Indonesia. Oleh sebab itu, perancangan rumah susun Kampung Pangumbahan ini bertujuan: Menaikkan intensitas penggunaan lahan di kawasan Linggawastu yang merupakan daerah kantong kota di belakang jalan Cihampelas, dengan usaha pembangunan tanpa menggusur. Meningkatkan produktivitas masyarakat dengan adanya area komersial dalam kawasan rumah susun (mix antara hunian dan komersial). Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan membuat hunian yang berfungsi sebagai tempat usaha bagi warganya. Mempertahankan budaya hidup warga yang menjunjung tinggi rasa kekeluargaan yang merupakan investasi besar dalam mengurangi social cost hidup di perkotaan. Menyediakan ruang terbuka umum publik untuk meningkatkan kualitas lingkungan.
2
1.4
Permasalahan Perancangan Tantangan terbesar dalam sebuah desain rumah susun adalah bagaimana
menyatukan unit – unit hunian menjadi suatu kesatuan melalui sirkulasi dan struktur yang tepat. Ruang – ruang sirkulasi yang berhasil tidak hanya menjadi penghubung antara unit – unit hunian, tetapi juga berfungsi sebagai pusat aktivitas masyarakatnya tanpa mengurangi kenyamanan hidup penghuni. Tantangan ini masih dibatasi lagi dengan tantangan lain, yaitu efisiensi di segala bidang agar dapat menekan harga rusun tersebut. Selain itu, kecenderungan manusia untuk memperlihatkan identitasnya melalui tempat tinggalnya menjadi masalah tersendiri dalam kasus hunian massal dan sewa. Pada kasus hunian sewa, manusia cenderung terasing dengan tempat tinggalnya sendiri karena tidak adanya otoritas penuh dalam mengatur tempat tinggalnya. Kondisi ini mengakibatkan kurangnya rasa memiliki yang cenderung tidak memotivasi penghuni untuk memelihara huniannya. Berkaitan dengan pembangunan di atas tanah yang telah berpenghuni, hal yang menjadi tantangan dalam perancangan adalah bagaimana mewujudkan pembangunan tanpa menggusur dan pembangunan secara bertahap.
1.4.1 Asumsi – Asumsi Proyek ini merupakan proyek semi fiktif, kerja sama antara pemerintah daerah setempat (sesuai dengan RTRW kota Bandung tahun 2013 mengenai pembangunan hunian vertikal di kawasan Tamansari) dan gabungan para pemilik tanah (social landlords) yang bersedia menggunakan lahan mereka untuk dibangun rumah susun semi apartemen bagi golongan masyarakat menengah dan atas baik di kawasan tersebut ataupun daerah sekitarnya. Para pemilik tanah bersedia untuk menyediakan lahan untuk relokasi sementara penghuni ketika rumah susun pemerintah dibangun, baru kemudian rumah susun semi apartemen dibangun. Para pemilik tanah hanya menyediakan lahan mereka untuk dibangun rumah susun dengan asumsi pembiayaan pembangunan dari pemerintah setempat, sehingga setelah beberapa tahun, bangunan tersebut menjadi milik para tuan tanah. Di samping itu, para tuan tanah menghibahkan sebagian tanahnya untuk keperluan infrastruktur dan fasilitas sosial di kawasan tersebut. Untuk mengefektifkan penggunaan lahan, maka digunakan teknik land sharing untuk meningkatkan kualitas lahan. Di atas lahan akan dibangun rumah susun dengan sistem kepemilikan sewa dan milik. Sewa bagi penduduk sekitar yang telah menyewa 3
lahan kepada tuan tanah sebelumnya dan penyewa baru di luar kampung Pangumbahan (dengan suatu sistem sewa tertentu di mana terdapat perbedaan harga sewa antara penduduk dan pendatang). Dan milik bagi para tuan tanah pemilik lahan tersebut. Sehingga diharapkan dengan metode seperti itu dapat meningkatkan kesejahteraan baik secara ekonomi maupun sosial antara penduduk Kampung Pangumbahan.
1.5
Metode Pengumpulan Data
Data primer diperoleh dari: Melakukan pengamatan langsung baik dari segi fisik maupun perilaku masyarakat sekitar kawasan Melalukan wawancara dengan penduduk setempat untuk memperoleh data secara kualitatif. Data sekunder diperoleh dari: Melakukan wawancara dengan pihak pemerintah daerah setempat untuk mendapatkan data – data penunjang teknis lainnya. Studi literatur kasus sejenis baik dari pustaka maupun internet.
1.6
Sistematika Laporan
Bab I Pendahuluan Pendahuluan merupakan uraian tentang latar belakang, pemahaman judul dan tema, tujuan perancangan, permasalahan perancangan, pendekatan perancangan, dan sistematika laporan Bab II Data Awal Proyek Data awal proyek terdiri atas uraian umum mengenai lokasi proyek, peraturan dan standar yang digunakan, pemahaman tipologi bangunan, tinjauan teori yang berhubungan, dan kriteria perancangan. Bab III Analisa Analisa berisi analisa mengenai tapak, analisa kegiatan / fungsional, analisa pemakai, analisa ruang dan bentuk, analisa struktur dan utilitas bangunan, dan kebutuhan ruang.
4
Bab IV Konsep Merupakan konsep perancangan yang berisi mengenai uraian ide awal / conceptual ideas; konsep tapak yang meliputi pengelompokan fungsi, pencapaian, sirkulasi luar bangunan, penataan massa, dan pembentukan ruang luar; konsep bangunan yang meliputi selubung bangunan, material, penampilan bangunan, pola ruang, ruang dalam, dan arsitektur tropis; konsep struktur yang meliputi sistem struktur, struktur versus arsitektur, detail konstruksi, dan cara membangun; dan konsep utilitas yang meliputi drainase tapak, penyaluran air hujan, ventilasi / pengondisian udara, akustik, elektrikal, dan pemipaan. Bab V Hasil Rancangan Merupakan penjelasan penerapan konsep pada desain dan hal – hal yang menentukan hasil rancangan.
5