11
TRIK
MEMOTRET 1
KATA PENGANTAR Buku 11 kiat jitu fotografer profesional ini dibuat dengan 600an ilustrasi foto dan gambar. Sehingga buku ini mudah dipelajari dan berisi kiat-kiat untuk mencapai gaya. Apakah kita perlu ikut gaya? Apa perbedaan yang paling jelas antara ke 5 gaya foto paling populer sampai saat ini? Bagaimana 11 trik jitu teknik membuat 5 gaya foto ini? Apakah perlu pengembangan tema dengan 5 gaya foto ini? Pertanyaan ini akan dijawab pada buku ini. Pertanyaan pertama apakah kita perlu ikut gaya? Sebenarnya secara tidak sengaja kita juga sudah punya gaya sendiri, selera memotret, intuisi dan cara memotret sendiri. Selalu ada tiga cara kerja, ada fotografer pertama yang merencanakan subjek apa yang akan mereka foto dan bekerja bertahun-tahun dengan subjek tersebut dan fotografer kedua yang memotret tanpa perencanaan biasanya kondisi sehari-hari di jalan, setelah itu fotografer tersebut memberikan tema pada pekerjaannya. Fotografer yang ketiga merupakan gabungan kedua cara tersebut. Semua termasuk masalah pilihan masing-masing dan sebaiknya untuk pemula coba cara fotografer yang ketiga. Sebetulnya jarang atau hampir tidak ada fotografer yang berpikir “saya akan membuat gaya foto naturalisme, realisme, surealisme, abstrak, impresionisme”. Secara sadar maupun tidak sadar kita berganti-ganti teknik saat memotret. Teknik memotret dengan diafragma sekecil-kecilnya biasa dibuat fotografer naturalisme, teknik memotret dengan diafragma bervariasi sering dibuat fotografer realisme, teknik memotret merusak proporsi, kontras tinggi, solarisasi sering digunakan fotografer surealisme, teknik cropping pada fotogafer abstrak, teknik ruang ketajaman sempit dan pencahayaan ganda (multiple exposure) pada fotografer impressionisme. Itu kalau kita lihat secara teknik memotret. Pemilihan subjek yang difoto juga berbeda pemandangan indah dan orang yang cantik dan ganteng biasa difoto oleh fotografer naturalisme dan impressionisme, properti aneh dan fantasi sering difoto oleh fotografer surealisme, orang yang ada masalah sosial, politik dan ekonomi atau penderitaan orang sering difoto oleh fotografer realisme dan segala sesuatu yang bisa di cropping dibuat oleh fotografer abstrak. Bab 1 naturalisme dan bab 2 realisme ditujukan untuk pemula, sedang kan bab 3 surealisme, bab 4 abstrak dan bab 5 impressionisme untuk fotografer yang sudah jam terbang 2 tahun. Maka buku ini sengaja dibuat secara visual sehingga dapat dipahami oleh remaja sekolah menengah. Petunjuk menggunakan buku ini ikuti saja kiat-kiat memotret yang diberikan. Kiat 1 sd 5 pasti digunakan oleh semua gaya. Kiat 6 sd 9 berubah untuk abstrak, surealisme dan impressionisme. Kiat 10 pemotretan candid dan kiat 11 perencanaan pose seperti yang didiskusikan sebagai cara kerja utama fotografer. Kiat 1 sd kiat 11 hampir sama pada naturalisme dan realisme. Semua foto di buku ini bisa dibuat dengan ponsel cerdas yang dilengkapi dengan lensa tambahan kecuali yang menggunakan lampu kilat dan teknik panning pada bab 5. 2
BAB 1 FOTO NATURALISME Foto Naturalisme menggambarkan gaya yang merepresentasikan alam termasuk orang de ngan sedikit distorsi ataupun interpretasi. Aliran ini merupakan aliran yang paling banyak peminatnya dibidang fotografi termasuk foto potret di studio-studio foto, foto komersial, foto pengantin, dan foto-foto yang dilombakan di Indonesia dan internasional termasuk dalam aliran Naturalisme. Lomba Salon Foto Indonesia, National Geographic Traveller, Sony Photo Contest, Smithsonian, Garuda Photo Contest. Mengapa demikian? Foto Naturalisme merekam foto seperti aslinya dan sering kali dibuat lebih indah dari aslinya. Seperti pelukis Basuki Abdullah yang melukis wanita cantik, wanita desa yang cantik, pria gagah, sapi yang sedang membajak tanpa adanya kotoran dan semua terlihat sempurna. Foto naturalisme sudah dibuat oleh fotografer Kassian Chepas yang banyak memotret keluarga istana Jogjakarta di zaman penjajahan Belanda. Banyak pengamat foto yang me ngelompokkan Ansel Adams, Edward Weston, Paul Strand dari kelompok F/64 ini sebagai realisme. Tetapi kalau dilihat dari subjek yang difoto yaitu pemandangan, “nude” , arsitektur dan kebanyakan foto mereka tetap lebih naturalis. Hanya Edward Weston yang memotret binatang mati, cerobong asap sehingga sebagian karyanya boleh dibilang realisme. Foto setajam-tajamnya pada naturalisme dan realisme untuk merekam akurasi sedetail-detailnya, hanya perbedaan pada naturalisme tidak mementingkan isu sosial, politik dan budaya, melainkan lebih mementingkan keindahan subjek yang difoto. Fotografer Naturalisme jarang menggunakan teknik cropping dan masih berusaha mengambil gambar sejelas-jelasnya dan setajam mungkin untuk merepresentasikan yang dilihat. Bila kita bandingkan foto nude Edward Weston dengan Bill Brandt. Jelas berbeda? Pada foto Edward Weston tidak ada cropping dan perusakan bentuk. Sedangkan Bill Brandt memotret nude tidak utuh dan menggunakan lensa sudut sangat lebar sehingga distorsi dan teknik ini dipraktekan pada bab 5 Surelisme Secara umum memotret pemandangan dengan atau tanpa adanya orang yang ukurannya kecil dan tidak dikenal disebut juga Fotografi Landscape dan perlu 10 kiat untuk mencapai foto Landscape dengan baik. Foto Landscape saat ini bisa dibuat dengan telepon genggam sekalipun karena kebanyakan foto landscape memang dibuat seluruhnya tajam dan jelas. Sudut pandang para pelukis Landscape selalu sama yaitu pandangan mata yang besarnya sama dengan sudut lensa normal atau 2.5 kali dalam ponsel cerdas. Kalau mau mengganti lensa, coba biasakan memotret dengan sudut lensa yang sama selama 6 bulan sehingga perasaan kita terhadap besar sudut lensa kita akan semakin baik (Kiat 2). Penggunaan photoshop untuk mempercantik foto sebenarnya dibenarkan.pada aliran ini. Pada lukisan Basuki Abdullah hampir tidak ada pohon tumbang, pohon hangus tersambar petir, ada tiang listrik, poster sobek dan sampah. Tentunya pada kenyataannya sulit mendapatkan suatu landscape yang benar-benar sempurna. Pastilah Basuki Abdullah akan melakukan semacam tusiran dan buang yang tidak sempurna. Aliran ini yang paling banyak aturan atau hukumnya dan tidak sebebas aliran lain 1
KONSEP PADA FOTO NATURALISME Konsep yang dikembangkan biasa kita meniru fotografer yang lebih senior. Misal kita pergi ke daearah wisata yang terkenal dan kadang bangun pagi pukul 3 pagi dari kota Denpasar ke Danau Bedugul dan siap memotret pada pukul 6 pagi. Ternyata setelah saya pelajari lagi, fotografer naturalisme seperti Ansel Adams saja memotret kadang siang hari dan mereka memperhatikan arah sinar (kiat 5) dan kualitas sinar (kiat 4) terkadang tidak langsung memotret bila kiat 4 dan 5 bukan seperti yang dia mau capai. Pemotretan hitam-putih pada siang hari dan cuaca cerah akan memperlihatkan tekstur batu dan daun, apabila pada pagi hari pukul 6 akan terlihat gelap. Boleh dicoba memotret hitam putih pk 10 sampai jam 3 sore, waktu yang biasa dihindari foto warna.. Pada saat memotret landscape biasa perlu observasi lokasi seperti yang dilakukan Ansel Adams atau memotret di tempat yang sama bertahun-tahun. Tapi observasi itu saat ini semakin cepat karena proses gambar sudah bisa dilihat langsung dan tidak seperti 100 th yang lalu. Pemotretan pada tempat yang sama akan melihat kualitas sinar (kiat 4) yang kadang berbeda pada waktu yang berbeda. Sedangkan arah sinar (kiat 5) biasa sama pada waktu yang sama (kiat 3). Pada pemotretan pemandangan faktor awan menjadi penting. Cuaca cerah, berawan, sedikit mendung, dan mendung, maupun hampir hujan akan membuat pola dan bentuk awan yang berbeda-beda (kiat 6) Pada lokasi seperti Danau Bedugul kita membutuhkan paling maksimal 4 tempat berdiri karena panjang jalan yang dilalui tidak lebih dari 200 meter. Saat kita bergerak usahakan garis horison sejajar dengan batas atas dan bawah gambar. Sedangkan lokasi seperti pengalengan kita butuh kendaraan karena lintasan puluhan kilometer. Dalam pemotretan naturalis kadang kita ingin yang berbeda misal memotret di Gunung Rinjani yang memerlukan waktu jalan 4 hari. Kelebihannya Gunung Rinjani terbuka saat mendaki tidak tertutup hutan seperti Gunung Gede-Pangrango, Ciremei dan Salak. Pemotretan di G. Pangrango baru menarik saat di puncak saja, tetapi sepanjang jalan tertutup hutan lebat. Kadang kita menghindari tempat yang sering difoto dan mendapat kesempatan memotret tempat wisata yang baru dipromosikan yaitu Pulau Campang Kemudi. Tempat foto yang relatif kecil hanya batu besar sekitar 10 meter dan hanya butuh 5 titik pemotretan untuk foto naturalisme. Tujuan mencari pohon, bunga, rumput, batu yang mengisi latar depan sebagai kerangka (kiat 8) dan menggunakan sungai atau jalan yang menuntun mata kita ke sesuatu titik hilang (kiat 9) adalah mencapai suatu kedalaman dalam pemotretan. Teknik perspektif sangat diperlukan pada foto arsitektur dan interior, tetapi kurang terlihat pada foto landscape kecuali ada jalan raya atau jalan setapak. Pada foto landscape sebenarnya tetap ada ketepatan waktu pemotretan walaupun relatif lebih lambat dan tidak seperti memotret burung atau olah raga (kiat 10). 2
BAB 2 FOTO REALISME Realisme adalah aliran seni rupa yang menggambarkan keadaan nyata yang benar-benar ada. Paling dekat dengan suatu fakta yang sebenarnya terjadi adalah fotografer yang bergerak di jurnalistik. Hampir tiap hari kita melihat berita foto di media masa termasuk media sosial. Pada foto kejadian yang spontan dan mempunyai nilai berita besar seperti bom teroris, pe nembakan pemimpin negara, tsunami, gunung api meletus sering disebut spot news. Pada buku ini akan menjelaskan konsep yang termasuk populer dalam dekade terakhir ini yaitu street photo dan foto esei. Pemotretan yang saya lakukan pada peristiwa sehari-hari yang kita lihat. Pada contoh yang saya tampilkan foto di pasar Siti Khadijah dan pedagang kaki lima di Kota Bharu, Kelantan. Walaupun foto street itu suatu hal yang biasanya mengandalkan suatu yang kebetulan atau candid tetapi saya yang sudah mengenal tempat yang akan saya foto sehingga lebih mudah. Setahu saya fotografer Candid Henry Cartier-Bresson kebanyakan foto terbaiknya dihasilkan di eropa atau daerah yang dia kenal baik. Tetapi cara motret dia dengan cara berjalan cepat dan terus memotret dan menghilang. Cara memotret seperti ini bagus dilakukan di kota yang padat penduduknya. Pemotretan street photo pertama kali sebaiknya pilih tempat yang banyak aktivitasnya seperti pasar, pedagang kaki lima dan jalan yang sibuk seperti Malioboro, Jogjakarta, jl Braga atau dekat kota Tua Jakarta. Awalnya saya pilih pasar Siti Khadijah di Kota Bharu dan termasuk sepi dibandingkan pasar di Jakarta. Pemilihan tempat di pasar kaki lima dan pasar akan membuat kita lebih fokus pada dua subjek utama yaitu pembeli dan penjual saja. Seperti juga foto Landscape yang perlu datang ke tempat yang sama secara berulang kali. Hal ini akan memudahkan kita mengingat dan mempelajari kebiasaan penjual dan pembeli. Pemotretan street memang tidak perlu berkenalan dengan subjeknya tetapi kita perlu kenal kebiasaan orang-orang yang difoto. Paling mudah pilih subjek penjual di luar pasar yang berjualan di sekitar gedung dan menggunakan tembok sebagai latar belakang. Saya tinggal mendekati mereka dan menunggu sampai ekspresi tepat. Latar belakang tembok dan saya tinggal pilih arah sinar yang datang mengenai wajah. Beberapa penjual wanita ini malah berdiri di bawah bayangan gedung sehingga cahaya cenderung rata dan tidak terlihat seperti cahaya Rembrandt. Latar belakang tembok memudahkan saya karena tembok berfungsi sebagai latar belakang yang polos dan tekstur tidak bergitu kasar. Coretan grafiti kadang membantu kita memfokus pada subjek yang difoto. Saya datang 4 kali ke tempat yang sama dan tinggal mengelilingi gedung. Penjual tetap berjualan di tempat yang sama dan arah sinar (kiat 5) tetap sama karena saya datang pada waktu yang sama (kiat 3). Setelah itu saya coba lagi memotret pembeli dan penjual kaki lima di kota Bharu pada siang hari. Kali ini saya tidak melihat subjek langsung dan memegang kamera dari bawah dengan sudut lebar. Foto pada siang hari mendekati jam 12 siang (kiat 3)biasa buruk untuk warna karena cahaya keras, tetapi cukup efektif untuk foto yang menggambarkan kerasnya kehidupan atau macho. 3
Yang paling susah memotret di kaki lima saat bulan puasa. Para penjual makanan buka sore hari dan saya memotret sebulan penuh dari awal buka puasa sampai mendekati lebaran. Cahaya sinar selalu dari belakang saya atau arah sinar 0o begitu kita memotret penjual maka arah sinar 90o. Pada sore hari (kiat 3) saya mencari bayangan yang kuat dari penjual (kiat5) dengan sudut datang sinar 90o maka didapat gambar yang menarik. Setelah itu saya memotret pembeli dan hal ini tersulit karena kita memotret gerak tubuh pembeli dengan pembeli lainnya atau sekedar pengunjung pasar. Jadi boleh dibilang pengunjung lain sebagai pengisi latar belakang. Perlu diperhatikan posisi dari pengunjung lain dan juga warna pakaian yang dipakai. Warna pakaian yang berwarna kuning, oranye dan merah yang digunakan pembeli maupun penjual sebaiknya dijadikan sebagai subjek utama karena akan mengganggu bila yang menggunakan pengunjung yang berperan sebagai latar belakang. Seperti sebelumnya saya mencoba dulu memotret tanpa melihat dengan memegang kamera setinggi pinggang dan menggunakan lensa sudut lebar. Cara memotret dengan kamera di bawah beresiko akan membuat foto menjadi distorsi, sehingga akan bisa terlihat tidak normal proporsinya. Foto yang ditampilkan saya usahakan yang tidak terkena distorsi dan kebanyakan diambil agak sedikit jauh dan tidak close-up. Saya memotret penjual di tempat yang sama hanya beda jalan. Jalan penjual kain lebih sempit dan di atasnya tertutup tenda dan hanya menyisakan sedikit ruang antara tenda. Sinar matahari tertahan tenda dan masuk seperti cahaya rembrandt. Sehingga latar belakang menjadi gelap. Cara ini baik juga dilakukan untuk mengenal situasi dan membiasakan mereka melihat kita. Teknik ini juga saya gunakan untuk memotret seri pembeli yang obesitas. Tentu saja saya ambil candid. dan sengaja menghilangkan identitas orang yang difoto dengan memotret bagian belakang orang tersebut. Pada pemotretan esei penari Makyong dilakukan mulai jam 3 siang hingga 1 pagi dalam dua hari berturut. Saya sudah mengenal penari dan sudah pernah lihat sebelumnya tarian yang serupa. Tari Makyong tradisionil ini sudah hampir punah dan dulunya dilakukan oleh banyak penari terutama sebelum teknologi masuk ke kampung. Pada tarian Mak Yong tradisionil ini dengan cahaya neon di beberapa tempat sehingga arah sinar jatuh jatuh kadang sulit dikontrol saat penari mulai menari. Pemotretan Mak Yong sekilas mirip dengan foto pengantin tradisionil Jawa atau upacara tradisionil lain di Nusantara ini. Ada unsur bunga, dupa, sesaji makanan dan alat musik yang hampir serupa. Maka pemotretan ini bukan hal yang asing bagi saya. Sebelum melakukan pemotretan Mak Yong ini saya sudah baca artikel mengenai Mak Yong ini dan juga sudah melihat Mak Yong yang dikomersialkan di youtube. Pemotretan Naturalisme dan Realisme menggunakan kiat yang hampir sama, berusaha merekam orang sedetail mungkin, menghindari cropping dan distorsi. Yang jelas membedakan sebenarnya subyek yang difoto pada jurnalistik berkaitan dengan isu sosial, politik dan budaya. Sedangkan foto naturalisme lebih banyak berhubungan dengan keindahan dan membuat orang yang difoto lebih cantik atau ganteng dari sebenarnya dan lebih sering digunakan untuk dunia periklanan..
4
BAB 3 SUREALISME Surealisme merupakan aliran dalam seni yang berkembang pada awal abad 20. Seni ini mengekspresikan diri pada imajinasi dalam mimpi dan di luar logika. Pelukis Salvador Dali, pembuat film Jean Cocteau, dan fotografer Bill Brandt, Jerry Uelsmann, Henry Cartier Bresson, Elliot Erwitt, Man Ray dan Phillipe Halsmann yang bekerja sama dengan Salvador Dali bisa dijadikan rujukan. Pemilihan lokasi (kiat 1) lebih bervariasi dibandingkan foto naturalisme. Pada foto surealisme dipilih daerah kuburan yang seram, tempat mainan anak, dan juga di pinggir jalan karena awalnya surealisme juga dikembangkan oleh fotografer street photography (jurnalistik) dan tidak terbatas hanya fotografer di dalam studio. Sedangkan kiat 2 pemilihan alat lebih banyak menggunakan lampu kilat karena untuk meningkatkan kontras pada subjek. Permainan kontras akan mudah saat pengolahan dalam photoshop. Fotografi surealisme bisa dibuat tanpa kamera dengan menggunakan teknik photo montage di komputer atau meletakkan benda di atas scanner. Penggunaan scanner tidak mungkin dengan foto naturalisme dan realisme. Kiat 3 waktu pemotretan biasa pada sore atau malam hari yang tidak ada sinar matahari. Hal ini untuk mencapai latar belakang yang hitam atau gelap sedangkan subjek diberi lampu kilat supaya kontras naik. Kiat 4 kualitas sinar biasa pada cuaca mendung, berawan walaupun bisa juga dibuat pada cuaca cerah. Tidak begitu penting mengikuti aturan harus memotret waktu senja supaya dapat foto matahari terbenam atau waktu terbit matahari seperti foto naturalisme. Pada pemotretan surealisme lebih bebas pillih waktu pemotretan. Kiat 5 arah sinar juga tidak mengikuti hukum profesional fotografer bahwa sudut datang favorit adalah 45o. Pada foto surealisme sering kali menggunakan lampu kilat yang di atas kamera atau sudut datang 0o. Kiat 6 merusak proporsi merupakan kiat pada surealisme yang saya ganti dari kiat memanfaatkan awan pada naturalisme dan realisme. Walaupun faktor awan kadang juga penting pada surealisme. Kiat 7 pilih teknik metamorfosis memotret objek supaya berkesan hal yang mistis. kiat ini menggantikan hukum sepertiga pada naturalisme dan realisme. Hukum sepertiga sangat penting pada landscape yang naturalisme, tetapi kurang penting pada foto jurnalistik terutama foto street photography. Hukum sepertiga masih bisa digunakan pada pemotretan landscape surealisme tetapi bukan faktor terpenting. Teknik metamorfosis yaitu mentransformasikan bentuk benda mati menjadi mahluk lain. Pemilihan subjek menjadi penting untuk kiat 7. 5
Kiat 8 Paduan ganjil merupakan konsep yang penting pada surealisme. Paduan sesuatu yang seharusnya tidak ada di situ. Misal kita memotret maneken yang dibuang orang di taman atau memotret sampah di pantai. Pemotretan paduan ganjil paling sering ditemui pada pemotretan street photography. Bagi street photography, kerangka bisa juga subjek seperti maneken (mannequin) dan berhubungan dengan subjek utama pada foto. Pada pemotretan landscape surealime, latar depan menjadi penting untuk menjadi bagian utama yang dilihat sedangkan pada landscape naturalisme hanya sebagai kerangka untuk memfokuskan pada bagian tengah. . Kiat 9 Mahluk hidup atau benda itu tidak semestinya ada di situ. Pada foto papan pe ngumuman itu sengaja dibuat putih dengan lampu kilat. Seharusnya memang papan itu ada disitu tetapi hilangnya tulisan membuat benda itu semestinya tidak disitu. Sedangkan sapu tangan itu saya lempar dan difoto, sapu tangan itu jadi seperti burung yang terbang berwarna putih. Sesuatu hal yang diluar rasio normal dan merupakan ciri dari foto surealisme. Berbeda dengan foto jurnalistik yang rasionil dan harus jujur seperti apa adanya. Kiat 10 menunggu momen yang tepat masih sama dengan kiat pada naturalisme dan realisme Kiat 11 pengaturan pose juga sama. Kalau saya mengatur pose topeng, sapu tangan dilempar, ada juga fotografer Philipe Halsmann yang menggunakan wanita nude dipose dan kerja sama dengan pelukis Salvador Dali. Pada pemotretan daun kering yang dilempar itu juga untuk membuat tema foto kekeringan. Sedangkan foto barang-barang yang dilempar itu bermula dengan melihat sampah di pantai Sabak, Kelantan. Masalah sampah memang cukup parah di Indonesia sampai Gunung Rinjani banyak sampah. Pertama saya memotret sampah yang tergeletak di pasir. Saya pilih botol minuman keras dan membandingkan dengan pohon kelapa seperti juga contoh sebelumnya antara mainan mobil-mobilan dengan pohon kelapa. Setelah itu botol-botol dipegang dan mencari latar belakang sinar matahari pagi atau sore. Kemudian menemukan sampah ukuran lebih besar di pantai yang terbawa dari sungai. Sampah itu difoto kurang menarik bentuknya setelah dilempar bentuk-bentuknya berubah. Jadi seperti konsep metamorfosis. Tentu saja melemparnya berkali-kali terutama ban bekas dan untungnya bukan kasur. Cobalah memotret dengan tema untuk teknik foto surealisme dan tidak terbatas pada masalah lingkungan, bisa juga masalah sosial dan tidak harus tema seperti film horor atau harus fantasy. Pada surealisme kita mencoba teknik-teknik foto yang dijauhi oleh aliran naturalisme dan realisme. Perusakan bentuk sudah ada pada surealisme terutama penggunaan lensa sudut lebar dengan sengaja dimiringkan ke depan (tilt) sehingga bentuk latar depan menjadi besar dan latar menjauh. Posisi tilt tidak diperbolehkan dalam foto naturalisme karena merusak bentuk dan distorsi. Foto surealisme saat ini juga banyak sekali digunakan di periklanan. Poster -poster film horor, film fantasi banyak menggunakan aliran surealisme. Bahkan festival foto banyak menerima gaya ini terutama untuk yang candid. 6
Bab 4 Abstrak Fotografi abstrak sering disebut pemotretan tanpa objek atau mengeluarkan gambar tanpa ada hubungan langsung dengan dunia. Intinya pemotretan abstrak biasanya tidak menceritakan masalah sosial seperti foto realisme atau bercerita masalah mimpi seperti surealisme. Kebanyakan foto abstrak secara teknis adalah memotret sesuatu dengan mengurangi bentuk semakin tidak lengkap dan bisa di cropping terus sampai bentuknya tidak dikenali. Seperti daun pisang yang dicropping, bila kita cropping sampai sekecilnya bisa tinggal tekstur daun pisang saja dan tidak kita kenali lagi. Sebagai rujukan yang bagus Ralph Gibson karena mengcropping orang dan dengan menaikan kontras menghilangkan warna abu-abunya. Yang satu lagi Franco Fontana yang memotret dengan lensa tele pemandangan dengan panjang lensa minimal 300 mm. Saya pernah coba dengan cara yang sama tetapi kesulitan jarak tembak dan kebanyakan hutan di jawa dan sumatra lebat. Lensa 200 mm masih mungkin digunakan untuk membuat suatu jajaran rumah di pengalengan terlihat datar. Kiat 1 sampai dengan kiat 5 sama seperti foto naturalisme. Hanya pada kiat 2 yaitu alat lebih variasi bisa digunakan segala macam ukuran panjang lensa. Lensa tele jmembuat kesan datar dan cenderung membuat abstrak karena sifatnya sebenarnya seperti mengcropping suatu gambar. Begitu pula dengan lensa macro akan mudah untuk cropping jarak dekat. Kiat 6 Cropping akan mengurangi bentuk apapun dan teknik ini paling efektif untuk membuat abstrak. Bila kita bayangkan muka kita yang dicropping maka kita mulai cropping bagian rambut, terus dagu, dan bisa hanya terlihat mata saja akhirnya atau bibir saja. Cropping dengan menggunakan lensa tele pendek akan memudahkan kita meng crop mahluk hidup yang besar seperti gajah, harimau, zebra termasuk binatang yang menarik bentuknya bila di cropping. Kiat 7 Memotret dari atas akan membuat terlihat abstrak. Seperti sering kita lihat foto dari udara atau lihat rumah-rumah di google earth. Bentuknya hanya terlihat kotak-kotak saja dan sawah akan terlihat petak-petak saja seperti lukisan abstrak. Pemotretan dari atas menghilangkan garis horison. Garis horison pada hukum sepertiga boleh ada atau tidak ada tergantung pada subjek yang difoto. Berbeda dengan naturalisme dan realisme, posisi garis horison hampir selalu ada walaupun kadang-kadang hanya imajiner. Kiat 8 saya coba mengembangkan sendiri teknik memotret dari bawah dan saya pilih pohon yang ukurannya besar setelah saya coba beberapa kali pada pohon yang ukuran kecil. Pohon besar di kota biasa jarang didapat. Maka kita masih bisa mengembangkan suatu pesan tentang keberadaan pohon besar yang penting dalam suatu kota. Tentunya kita jadi ingat akan banyaknya pohon besar di kebun raya Bogor. Garis horison juga hilang. Kiat 9 yaitu perspektif tidak terlalu penting tergantung subjeknya. Pemberian efek dimensi bisa hanya masalah kontras gelap dan terang atau kontras warna. Kiat 10 juga kurang bergitu berguna karena memotret dalam kondisi yang tidak menunggu sesuatu untuk difoto Kiat 11. Pemilihan lokasi dan pengaturan subjek untuk di cropping mungkin saja dilakukan di dalam studio. 7
Bab 5 FOTO IMPRESIONISME Impresionisme merupakan aliran seni dari Perancis th 1860 yang lebih mementingkan impresi visual dari suatu momen terutama dari efek perubahan cahaya dan warna, tetapi tidak begitu mementingkan akurasi suatu keadaan. Teknik ini terlihat dari cara kerja pelukis Cloude Monet yang melukis 250 bunga lili air dari segala macam kualitas sinar dan arah sinar selama tiga puluh tahun di akhir kehidupannya. Sedangkan fotografer Ernst Haas yang mempunyai kebiasaan memotret bunga-bunga sehabis hujan dan menggunakan teknik pencahayaan berganda (multiple exposed ) dengan cara menggabung satu foto kurang cahaya dan satu foto kelebihan cahaya. Ernst Haas juga yang mengembangkan teknik panning dan memotret panning tidak hanya mengarahkan kamera searah gerakan orang atau binatang yang lari, tetapi bisa menggerakan dengan gerakan yang lebih bebas bisa turun naik kamera saat panning atau dari atas ke bawah. Kiat 1 Pilih lokasi yang banyak bunga atau pemandangan yang kurang lebih sama dengan naturalisme pada Bab 1. Kiart 2. Lensa yang bisa diatur dengan bukaan diafragma besar atau ruang ketajaman sempit dan kamera DSLR untuk panning. Saat buku ini dibuat panning agak sulit dengan kamera telepon genggam karena kecepatan cenderung tinggi walaupun sore hari. Kiat 3. Waktu pemotretan menghindari waktu siang hari karena warna kurang saturasinya. Kiat 4. Kualitas sinar biasa cuaca mendung, sehabis hujan dan bisa dibuat juga setelah matahari terbenam. Kiat 5. Arah sinar 135o dan 180o dan usahakan latar belakang ada gelapnya dan subjek juga bisa sillhouette. Kiat 6 Ruang ketajaman sempit mengurangi akurasi pada latar depan dan belakang Kiat 7. Teknik panning akan membuat subjek terlihat jelas tetapi latar belakang menjadi kabur dan berkesan gerak. Hal ini juga mengurangi akurasi. Kiat 8. Gabung dua foto atau lebih akan membuat kesan bergerak dan kadang detail sub jek menjadi tidak jelas karena gambar menumpuk. Teknik ini sengaja dibuat untuk mengurangi akurasi gambar. Kiat 9. Perspektif digunakan bila foto landscape, tetapi kurang berguna untuk foto close- up Kiat 10.Ketepatan momen memotret digunakan saat panning Kiat 11.Saya mengatur pose benda yang dipegang pada saat pembuatan tema kebakaran hutan. Bila kita bandingkan paling mirip memang dengan naturalisme karena keluarnya aliran ini setelah naturalisme. Sedangkan dengan surealisme dan abstrak, aliran impresionist lebih tua. Cloude Monet tidak melakukan cropping sedangkan Edgar Degas banyak menggunakan ketepatan momen karena dia melukis sekaligus juga memotret. Edgar Degas dan Lautrec yang mempengaruhi fotografer jurnalistik abad 20 karena gaya liputan kehidupan malam di Paris dan gaya “decisive moments” dari penari-penari balet yang dilukis Edgar Degas. Pada foto imresionisme ini bisa digabungkan cropping, ruang ketajaman sempit, decisive moments dan panning. 8
BIODATA Iwan Zahar praktisi foto yang sudah menulis 20 esei fotografi di Kompas th 1996 sd 1999, Pikiran Rakyat, fotomedia, majalah Asri, dua buku Belajar Matematikaku dan Catatan Harian: Kiat Jitu Menembus New York. Presentasi di 18 konferensi Internasional, menulis di peer review journal dan scopus. Pernah menjadi pengajar di Trisakti,IKJ, Univ Bunda Mulia, Universitas Tarumanegara dan sekarang menjadi dosen senior di University Malaysia Kelantan, Malaysia. Pernah memberikan workshop di Universitas Pancasila, Universitas Dharma Persada, UNILA, UMK Jeli , Darwis Triadi School dan Dinas Pariwisata Riau. Juri lomba foto Honda, juri lomba di Museum Kelantan dan berbagai lomba lainnya. Pernah menang lomba PX3 (The Prix de la Photographie Paris), Forum Photographer magazine, dsb. Tulisan lain dapat diunduh pada https://universitimalaysiakelantan.academia.edu/IwanZahar https://iwanzahar.wordpress.com/ https://www.facebook.com/iwan.zahar.5
9