B. KLUSTER DESA PERTANIAN 1. Gambaran Umum Sebagian besar wilayah Kabupaten Ngawi memiliki topografi datar sampai landai, hanya sebagian kecil di lereng Gunung Lawu yang memiliki topografi berbukitbukit dan curam, dengan pembagian luas wilayah kemiringan 0 – 15 % 118.791 Ha (91,67 %), kemiringan 15 – 40 % : 4.307 Ha (3,32 %), kemiringan di atas 40 % : 6.500 Ha ( 5,01 %). Sedangkan luas wilayah keseluruhan 1.295,98 Km2, yang terdiri dari lahan pertanian penduduk seluas 50. 476 ha (38,5%), lahan kering seluas 80,536 ha (61,5%), yang terbagi atas peruntukkan pekarangan seluas 18.337 ha (14%), tegal 13.720 ha (10,47%), hutan Negara 37.433 ha (28,57%), perkebunan 2.275 ha (1,74%), dan peruntukkan lain 4.301 ha (3,28%). Sektor pertanian masih merupakan andalan bagi Kabupaten Ngawi, yang menyerap sekitar 76 % dari total tenaga kerja yang ada. Dari 5 subsektor pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan), subsektor tanaman pangan merupakan penyumbang terbesar terhadap total nilai produksi pertanian. Luas lahan pertanian tahun 2008 mencapai 84,7% dari luas wilayah Kabupaten Ngawi. Hal ini menggambarkan sektor pertanian merupakan sektor andalan bagi penduduk Ngawi. Seperti tahun sebelumnya, produksi padi tahun 2008 mengalami kenaikan dari 638.655 ton
pada
tahun 2007 menjadi 673.869 ton. Diharapkan
kenaikan tersebut terus berlanjut dan predikat Sebagai lumbung padi Jawa Timur dapat dipertahankan. Dari beberapa dokumen yang ada tentang kluster Pertanian, diantaranya dokumen Rencana Tata ruang Wilayah Kabupaten Ngawi 2009, dokumen Ngawi dalam Angka 2009, Dokumen Dinas Pertanian 2009, dan tiga landasan dasar Penelitian ini, tentang penentuan Kluster Wilayah di Kabupaten Ngawi, yaitu berdasar Mata Pencaharian, Topografi dan Sosial Budaya Masyarakat. Maka dapat dirumuskan bahwa Desa yang masuk dalam Kluster Desa Pertanian terdapat 89 Desa Pertanian, yang tersebar di beberapa Kecamatan di Kabupaten Ngawi. Selengkapnya lihat tabel 3.2.1 dibawah ini :
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010 Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Ngawi
24
Tabel 3.2.1 - Data Desa Pertanian Kabupaten Ngawi tahun 2009 No 1
kecamatan Sine
desa/ kelurahan Kauman
No 46
kecamatan Pangkur
desa/ kelurahan Pohkonyal
2
Gendol
47
Sumber
3
Sumberrejo
48
Gandri
4
Kuniran
49
Pleset
5
Ngrambe
6 7
Sidomulyo
50
Waruktengah
Mendiro
51
Ngompro
Manisharjo
52
Talang
53
Tanjungsari
54
Gempol
10
Macanan
55
Ringinanom
11
Brubuh
56
Campurasri
Karang Rejo
57
Dungmiri
13
Simo
58
Brangol
14
Ploso
59
Sidorejo
15
Dadapan
60
Rejomulyo
16
Sidorejo
61
Sidokerto
17
Gayam
62
Legundi
8
Jogorogo
9
12
18
Kendal
Tepas
63
19
Geneng
Sidorejo
64
20
Kasreman
65
21
Klampisan
66
22
Baderan
67
Paras Karangjati
Danguk
Jatipuro Bringin
Mojo Suruh
Padas
Banjaransari Bendo
23
Keniten
68
Tambakromo
24
Kersikan
69
Tungkulrejo
25
Keras Wetan
70
Bintoyo
26
Kersoharjo
71
Munggut
27
Dempel
72
Sukowiyono
28
Klitik
73
Sambiloto
Gerih
74
Keras Kulon
75
Tawun
Kwadungan
76
Karangmalang
32
Purwosari
77
33
Warukkalong
78
Mangunharjo Kandangan
29
Gerih
30 31
Kwadungan
Kasreman
Ngawi
Jatirejo
Ngawi
34
Banget
79
35
Simo
80
36
Mojomanis
81
37
Budug
82
Dawu
38
Sumengko
83
Jambangan
Kartoharjo
Paron
Tempuran
39
Tirak
84
Siringan
40
Jenangan
85
Jeblongan
41
Pojok
86
42
Dinden
87
43
Kebon Kedunggalar
Wonokerto
Kendung
88
Pelang Kidul
44
Widodaren
Sidomakmur
89
Gemarang
45
Mantingan
Kedungharjo
Total desa pertanian = 89 desa Sumber data: Dok. RTRW Kab. Ngawi 2009 &Ngawi dlm Angka 2009 setelah diolah
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010 Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Ngawi
25
Tahun
2004 2005 2006 2007 2008
Tabel 3.2.3 Luas Panen dan Produksi Padi Tahun 2008 menurun/ menurun/ Luas Panen / Produksi / Rata-rata Naik Naik (Ha) Ton Ton/Ha 97,767 5,573,375 57.01 95,426 - 2,341 5,596,359 +22,984 58.65 102,589 +7,163 6,044,440 + 448,081 58.92 104,377 +1,788 6,386,550 +342,110 61.19 105,232 +855 6,738,690 +352,140 64.04
menurun/ Naik
+1.64 +0.27 +2.27 +2.85
Sumber data: Olahan dari Ngawi dalam angka th. 2009
Dari data Tabel 2 diatas, kecenderungan Produksi Padi pada tiap tahunnya mengalami peningkatan. Namun hal ini perlu dicermati pula, kecenderungan kenaikan produksi Padi ini belum diimbangi dengan kenaikan pendapatan petani
karena
tingginya Input yang dikeluarkan petani dan rendahnya Output yang diterima petani. Hal Kedua, Adanya Kebijakan Pemerintah tentang Harga dan distribusi Pupuk yang dirasakan kurang memihak petani, Subsidi harga Pupuk semakin dikurangi serta distribusinya harus melalui Kelompok Tani. Kebijakan ini sebenarnya jika dijalankan dengan benar disertai pengawasan yang ketat dan tegas akan membawa dampak yang bagus, namun yang terjadi justru sebaliknya, dengan adanya kebijakan tersebut para Agen/Pengecer Resmi Pupuk yang ditunjuk dengan seenaknya mempermainkan harga Pupuk. Sehingga menyebabkan ketidakmampuan petani untuk membeli yang pada akhirnya usaha taninya kurang optimal (harga saprodi menjadi mahal dan biaya produksi tinggi). Ketiga tentang Perubahan iklim yang kurang bersahabat, karena Global Warming yang tengah seru diperdebatkan dunia, sudah mulai dirasakan Petani, dimana Perubahan Iklim yang tidak menentu mengakibatkan Pola tanam dan masa tanam tidak teratur. Selain itu Wilayah Pertanian di Kabupaten Ngawi adalah hampir sebagian besar di wilayah Pinggiran Bengawan Solo dan Kali Madiun, Perubahan iklim ini dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ini sering terjadi banjir, yang menyebabkan Gagal Panen. Keempat adalah Lahan Pertanian di Kabupaten Ngawi
sebagian besar adalah
milik Petani kaya dan kondisinya menurun tingkat kesuburan tanahnya. Sehingga Penggunaan Pupuk Kimia memerlukan jumlah yang banyak rata-rata 8 s/d 9 Kwintal
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010 Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Ngawi
26
per Hektar serta Petani miskin hanya mampu menikmati sektor Pertanian sebagai Buruh tani. Kelima adalah Pemberian fasilitas Pertanian dari Pemerintah seperti P2T, Waduk, Bantuan Traktor, rehabilitasi saluran Irigasi dan Akses Jalan ke sawah yang masih kurang, serta belum merata dan tidak terawat, mengakibatkan Produksi Pertanian tidak seimbang antar wilayah. Dan jika hal ini tidak segera mendapat perhatian serius dari Pemerintah, bukan tidak mungkin Hasil Produksi Pertanian di Kabupaten Ngawi akan mengalami Penurunan. Sistim irigasi yang tidak lancar, lahan pertanian yang sudah menurun produktivitasnya dirasakan
kondisi tersebut semakin berat, karena
terbatasnya infrastruktur pertanian dimana hanya 39.650 Ha dari 5.063 Ha sawah yang ada terjangkau oleh irigasi teknis yang kondisinya hampir 60 % dalam keadaan rusak serta sumber mata air yang ada sangat tinggi fluktuasi debit airnya pada musim penghujan dengan musim kemarau.( hasil diskusi dengan stake holders), sehingga tidak bisa berfungsi secara optimal. Hal ini berakibat petani harus mengeluarkan dana ekstra untuk pembelian air, guna mengairi sawahnya. Secara rinci infrastruktur pertanian tersebut tergambar dalam tabel berikut: Tabel 3.2.3 Luas Lahan Sawah Menurut Jenis Pengairan (Ha) Setengah Kecamatan Teknik teknis 1 Sine 1 462 382 2 Ngrambe 1 531 3 Jogorogo 2 186 75 4 Kendal 2 326 253 5 Geneng 3 780 6 Gerih 1 796 7 Kwadungan 1 427 8 Pangkur 363 673 9 Karangjati 1 982 189 10 Bringin 680 63 11 Padas 2 558 111 12 Kasreman 218 675 13 Ngawi 2 413 112 14 Paron 5 685 15 Kedunggalar 4 327 411 16 Pitu 84 246 17 Widodaren 4 149 202 18 Mantingan 1 670 608 19 Karanganyar 74 Jumlah 37 180 5 531 Sumber data : Kabupaten Ngawi dalam angka2009
No
Sederhana 314 646 54 43 492 -
Tadah hujan
258 695
Lainnya 198 -
Jumlah 2 158 2 375 2 315 2 643 3 780 1 796 2 177 1 731
241 165 32 28 411
476 575 391 740 220 160 694 55 200 308
25 48 38 124 101
2 647 1 330 2 669 1 309 3 554 5 943 5 063 1 056 4 558 2 478 894
2 438
4 793
534
50 476
12
21
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010 Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Ngawi
27
Tabel 3.2.4 Jumlah Infra struktur Pengairan Untuk Pertanian No 1
Kecamatan Sine
2
Ngrambe
3
Jogorogo
4
Kendal
5
Geneng
6
Gerih
Waduk (buah)
2 -
Bendung Tetap (buah)
Pengamb. Bebas (buah))
22 28 42 36 6 -
3
83 30 19 9 -
7
2
2
30
16
Bagi (buah)
Bagi sadap (buah)
3 1 1 15
Sadap (buah)
45 45 12 33 56
Bagi pelengkap (buah)
4 38 19 42 12 96 84 128
7
Kwadungan
8
Pangkur
9
Karangjati
10
Bringin
11
Padas
12
Kasreman
13
Ngawi
14
Paron
15
Kedunggalar
16
Pitu
-
1
11
1
-
17
Widodaren
1
33 15
-
52 55
18 64
604
505
3 3
5
18
Mantingan
19
Karanganyar
-
-
-
JUMLAH
3
236
170
31 20 96 56 56 46
0
20
Sumber data :Dinas PU Pengairan, Buku Ngawi dalam angka 2009
Tabel 3.2.5 Jumlah Infra struktur Pengairan Untuk Pertanian No
Mata Air (buah) 61 44 3
Bangunan ukur (buah) 94 72 62
Saluran Pembawa Pembuang (M) (M) 7,617 4,000 15,556 11,000 17,688 1,400
Kecamatan 1 Sine 2 Ngrambe 3 Jogorogo 4 Kendal 12 69 24,477 5 Geneng 94 46,062 6 Gerih 7 Kwadungan 5,400 8 Pangkur 17 3,750 9 Karangjati 59 19,383 10 Bringin 1 24 5,735 11 Padas 8 80 30,270 12 Kasreman 13 Ngawi 14 Paron 2 28 47,261 15 Kedunggalar 22 95 32,300 16 Pitu 850 17 Widodaren 27 82 31,240 18 Mantingan 90 21,884 19 Karanganyar JUMLAH 180 866 309,473 Sumber data :Dinas Pu pengairan, Buku Ngawi dalam angka 2009
Jalan Inpeksi 10,800
Tanggul)
1,170
70
1,520 -
850 -
-
11,000 1,000 21,350 2,000 7,270 16,010
1,000 1,000 16,880 10,550 13,100 2,150 57,500
60 1,980 2,110
76,550
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010 Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Ngawi
28
Dalam kondisi yang seperti terurai tersebut diatas, rata-rata pemilikan lahan per KK sekitar 0,51 Ha (sawah dan lahan lain), khusus untuk sawah baik yang telah menggunakan irigasi teknis maupun yang sawah tadah hujan, kepemilikan per KK petani rata-rata hanya 0,20 Ha. (Lihat tabel 3.2.6). Tabel 3.2.6 Rata-rata kepemilikan Lahan Pertanian /KK SawahTa dah Hujan (Ha) Sine 12,595 2158 Ngrambe 12,687 2375 Jogorogo 12,466 2315 Kendal 15,178 2643 Geneng 16,670 3780 21 Gerih 11,119 1796 Kwadungan 8,813 2177 258 Pangkur 10,358 1731 695 Karangjati 15,985 2647 476 Bringin 9,891 1330 575 Padas 11,302 2669 Kasreman 7,712 1309 391 Ngawi 23,901 3554 740 Paron 28,208 5943 220 Kedunggalar 21,110 5063 160 Pitu 8,787 1056 694 Widodaren 20,010 4558 55 Mantingan 11,982 2478 200 Karanganyar 9,110 894 308 JUMLAH 267,884 50,476 4,793 Sumber data :Ngawi dalam angka 2009 setelah diolah Kecamatan
KK Petani
Sawah Irigasi
Tegal (Ha) 804 311 303 1029 439 590 312 360 882 797 235 796 1336 1474 1126 368 582 409 1567 13,720
Pekaranga n (Ha)
Lain-Lain
Total Lahan Sawah
1472 3,588.00 2158 854 2,209.00 2375 1354 2,612.00 2315 1537 3,247.00 2643 947 65.00 3801 434 632.00 1796 456 -173.00 2435 766 -611.00 2426 798 1,864.00 3123 607 2,953.00 1905 591 1,527.00 2669 653 0.00 1700 1315 111.00 4294 1432 1,045.00 6163 1371 5,245.00 5223 370 3,113.00 1750 1432 2,599.00 4613 1061 2,073.00 2678 766 10,294.00 1202 18,216 42,393 55,269 Rata-rata kepemilikan per KK =
Lahan/ KK (Ha)
lahan sawah / KK (Ha)
0.64 0.45 0.53 0.56 0.32 0.31 0.34 0.28 0.42 0.63 0.44 0.41 0.30 0.36 0.61 0.64 0.46 0.52 1.52 9.74 0.51
0.17 0.19 0.19 0.17 0.23 0.16 0.28 0.23 0.20 0.19 0.24 0.22 0.18 0.22 0.25 0.20 0.23 0.22 0.13 3.89 0.20
Dengan kepemilikan lahan seluas 0,20 ha tersebut, maka akan nampak bahwa setiap petani dengan luasan lahan 0,20 Ha rata-rata hanya memperoleh hasil padi sekitar 14,25 Kw (Produksi tahun 2009). Kalau diasumsikan harga jual padi per Kg Rp. 2.500. maka setiap petani akan memperoleh hasil Rp. 3,561,474.08 dalam satu tahun, dikurangi biaya produksi per 0,20 Ha Rp. 1.000.000 ( asumsi biaya produksi Rp. 5.000.000/Ha) maka pendapatan bersih sebesar Rp 2,561,474.08/tahun atau Rp. 213,456 /perkapita per bulan. Sementara BPS Jawa Timur mengeluarkan produk Distribusi pengeluaran per kapita per bulan penduduk Jawa Timur rata- rata sebesar Rp. 266.149,00. Dari analisis data tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa para petani/buruh tani memperoleh pendapatan tambahan dari sektor usaha lain berkisar antara Rp. 52.693/ per kapita per bulan.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010 Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Ngawi
29
Gambaran data statistik tersebut di atas, sesuai dengan hasil asesment dari tim Penyusun SPKD, yang berupa isu kluster yang dirasakan oleh para petani sebagai berikut: 2. Isu Kluster a. Pendidikan: 1) Rendahnya pendidikan masyarakat miskin di sebabkan tidak adanya biaya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi 2) Banyaknya lulusan Sekolah formal yang tidak memperoleh pekerjaan sementara mereka tidak siap bekerja di bidang pertanian 3) Sempitnya lapangan kerja diluar bidang pertanian dan tingginya kompetisi pencari kerja.
b. Pertanian/Mata Pencaharian: 1) Hasil Pertanian rendah karena menurunnya kesuburan tanah 2) Mahalnya biaya produksi pertanian. 3) Sistem pengairan yang ada belum memadai dan menurunnya debit Sumber mata air maupun cadangan air Tanah 4) Sering terjadinya bencana alam (Kekeringan, Banjir )yang mengakibatkan gagal panen. c. Ekonomi: Rendahnya Pendapatan masyarakat miskin di sebabkan oleh: 1) Sempitnya lapangan pekerjaan 2) Tidak memiliki pekerjaan tetap dan ketrampilan 3) Tidak adanya modal utnuk usaha, dan ketrampilan berwirausaha d. Infrastruktur:
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010 Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Ngawi
30
Terbatasnya
sarana dan prasarana air bersih.
masyarakat desa mengakibatkan
sebagian masyarakat miskin masih menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari hari. e. Kesehatan: Rendahnya tingkat kesehatan masyarakat miskin di sebabkan oleh kurangnya kepedulian menjaga kesehatan. f. Sosial: 1) Sebagian masyarakat miskin gemar berjudi sebagai ajang mencari hiburan 2) Sifat malas yang ada disebagaian masyarakat miskin timbul sebagai akibat dari sikap pesimis terhadap sulitnya mencari lapangan pekerjaan. Selain permasalahan biaya produksi pertanian yang tinggi dan rendahnya harga jual hasil produksi pertanian khususnya padi, maka permasalahan lain yang muncul adalah semakin menyempitnya lahan pertanian yang dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan selama 5 tahun terakhir. Dengan asumsi pemilikan lahan per KK 0,20 Ha , maka selama 5 tahun 696 petani kehilangan pekerjaan kepemilikan sawahnya. Dan hal ini memunculkan pengangguran baru atau buruh tani baru karena tidak memiliki sawah, sebagai lahan kerjanya. Berdasarkan data-data statistik dan isu kluster serta analisis tersebut di atas, di tarik permasalahan mendasar Kluster Desa pertanian di Kabupaten Ngawi yang menyebabkan kemiskinan adalah sebagai berikut : 3. Masalah Mendasar a) Rendahnya pendidikan masyarakat miskin di sebabkan oleh ketidakmampuan masyarakat desa pertanian dalam mengakses pendidikan
sekolah menengah
karena pendapatan yang rendah dan mahalnya biaya pendidikan b) Masyarakat miskin desa pertanian membutuhkan keterampilan sedangkan pendidikan belum mempu menjawab kebutuhan tersebut c) Kemampuan petani dalam mengelola usahataninya utamanya mengendalikan hama penyakit tanaman masih sangat rendah sehingga hasil produksi pertanian menurun
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010 Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Ngawi
31
d) Biaya produsi pertanian tinggi yang di sebabkan oleh mahalnya harga pupuk. e) Masyarakat desa pertanian yang memakai sistem pengiran sumur bor kondisi permukaan air tanah semakin dalam, bagi daerah yang sudah ada saluran irigasi kondisinya sudah rusak dan bagi daerah pertanian yang tidak bisa keduanya masih mengandalkan air hujan f) Puting beliung, Kekeringan dan banjir mengakibatkan kualitas hasil pertanian menurun. g) Terbatasnya lapangan pekerjaan disebabkan karena rendahnya akses masyarakat terhadap lembaga keuangan baik formal maupun non formal sehingga tidak mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru h) Keterbatasan sarana prasarana air bersih mengakibatkan sebagian masyarakat miskin masih menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari hari i) Masyarakat miskin kurang peduli terhadap kesehatan yang disebabkan rendahnya SDM dan mahalnya biaya pengobatan. j) Kegemaran berjudi sebagian masyarakat miskin menyebabkan tergangunya perekonomian keluarga. k) Akibat dari sifat malas sebagian masyarakat miskin tersebut, mereka menjadi enggan untuk berusaha meningkatkan perekonomian keluarga. Dalam upaya menyelesaikan semua permasalahan mendasar tersebut diatas, dengan asumsi apabila permasalahan mendasar teratasi maka bidang pertanian akan menjadi bidang yang cukup ekonomis untuk digeluti yang pada gilirannya akan mengurangi faktor penyebab kemiskinan di Kabupaten Ngawi, maka dipilih strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut, sebagai berikut :
4. Strategi Terpilih a. Mengembangkan penyuluhan-penyuluhan serta pendampingan tentang pentingnya sekolah, dan
merumuskan pola pendidikan yang meningkatkan SDM dan skil
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010 Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Ngawi
32
masyarakat usia kerja dengan strategi pendidikan berbasis pemberdayaan potensi lokal. b. Meningkatkan kapasitas petani dalam mengendalikan hama dengan cara mamberikan penyuluhan, pendampingan pola tanam yang tepat dan pemanfaatan potensi alam penyeimbang Agro Ekosistem. c. Menekan biaya produksi pertanian dengan mengembangkan pertanian input rendah dengan cara melibatkan masyarakat petani dalam perencanaan dan pelaksanan serta pelembagaan penggunaan sarana produksi pertanian berbasis teknologi semi organik dan organik dengan memanfaatkan potensi lokal secara mandiri d. Membangun dan memperbaiki sistem pengairan serta merehabilitasi sumber-sumber air yang rusak dengan cara membangun kemitraan dengan masyarakat dalam pemeliharaan dan pengelolaannya serta memasyarakatkan gerakan Sumur Resapan. e. Mengurangi petensi resiko bencana alam dengan cara menggalakkan aksi pelestarian hutan dan pelestarian lingkungan Hidup. f. Memperluas program-program pemberdayaan UMKM dengan cara membentuk, membina kelompok-kelompok usaha masyarakat dengan memberikan modal usaha tanpa bunga atau bunga rendah (ketrampilan dan finansial) g. Memperluas sarana dan prasarana air bersih dan memanfaatkan sumber-sumber mata air yang ada sehingga masyarakat miskin mampu menikmati air bersih dengan cukup. Meningkatkan kesadaran masyarakat miskin akan pentingnya kesehatan dengan cara memberikan penyuluhan-penyuluhan, serta membebaskan masyarakat miskin dari semua biaya pengobatan. h. Meningkatkan kesadaran masyarakat miskin tentang dampak negatif judi dan sikap malas dengan cara memberikan pembinaan mental dan pelatiahan keterampilan dan peluang usaha. i. Memperbaiki cadangan sumber daya air baku di Kabupaten Ngawi dengan cara: reboisasi/ penghijauan, rehabilitasi dan konservasi secara partisipatif terutama di daerah tangkapan air, dan
pengaturan pengelolaan sumber daya air baku,
pembuatan sumur resapan. j. Memperbaiki pola tanam antara dinas pertanian, pengairan dan petani.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010 Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Ngawi
33
k. Mencegah perubahan fungsi lahan pertanian produktif menjadi fungsi-fungsi yang lain dengan cara menyusun RTR secara transparan dan partisipatif sesuai dengan pengembangan pertanian & penegakan perda tersebut. l. Melakukan diversifikasi usaha berbasis pertanian dengan cara penganekaragaman tanaman, beternak, memproduksi saprotan dengan memperhatikan kebutuhan, potensi spesifik lokal. m. Memberikan kewenangan kepada masyarakat untuk pengelolaan sistim irigasi bersama dengan DPU pengairan secara transparan dan partisipatip. n. Membangun dan memelihara jaringan irigasi yang berbasis masyarakat dengan cara memberikan kewenangan kontrol pada jaringan primer dan sekunder dan kewenangan mengelola jaringan tersier dan kuarter. Dengan Strategi tersebut di atas, maka akan tercapai tujuan-tujuan sebagai berikut: 5. Tujuan a. Terwujudnya pertanian input rendah/ yang berkelanjutan. b. Menciptakan citra produksi pertanian organik Ngawi. c. Meningkatkan dan melestarikan cadangan sumber air baku. d. Mengatur penggunaan air baku untuk air bersih irigasi dan industri. e. Meningkatkan mekanisme kontrol sosial dalam perubahan fungsi lahan. f. Meningkatnya pendapatan masyarakat miskin baik laki-laki maupun perempuan. g. Mengembangkan usaha baru yang berbasis pertanian. h. Distribusi air merata sesuai dengan kebutuhan lahan pertanian. i. Petani pengguna air (HIPPA) mampu mengelola jaringan irigasi. j. Produksi Pertanian meningkat dan akses pemasran mudah
Tujuan-tujuan dari strategi terpilih akan tercapai kalau memenuhi indikatorindikator sebagai berikut: 6. Indikator a) Meningkatnya angka partisipasi sekolah masyarakat dalam lima tahun lebih dari 40%
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010 Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Ngawi
34
b) 95% anak usia sekolah dari keluarga miskin dapat mengakses pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya c) Meningkatnya kwalitas pendidikan/sekolah yang mampu menjawab kebutuhan pasar kerja d) Meningkatnya pemanfaatan potensi lokal , lestarinya predator hama dan pola tanam pertanian yang tepat dan seimbangnya Agro Ekosistem. e) Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam penggunakan pupuk organik. f) Tersedianya sarana produksi pertanian yang mudah dan murah. g) Tersedia dan berfungsinya saluran irigasi pertanian
serta
terawatnya sumber-
sumber mata air dan meningkatnya permukaan air tanah. h) Meningkatnya kepedulian masyarakat akan kelestarian hutan dan lingkungan. Tumbuhnya kelompok-kelompok usaha mandiri yang dikelola oleh masyarakat. i) Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana air bersih bagi masyarakat miskin. j) Menurunya angka kesakitan dan meningkatnya pemanfaatkan fasilitas kesehatan oleh masyarakat miskin. k) Menurunnya angka paktek perjuadian kelompok masyarakat miskin l) Meningkatnya produktifitas kerja kelompok masyarakat miskin. Untuk mencapai indikator-indikator tersebut diatas, akan dijabarkan kedalam bentuk program dan kegiatan seperti tabel berikut: (LAMPIRAN MATRIK SPKD PERTANIAN)
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010 Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Ngawi
35