Kode Etik Jurnalistik Indonesia Pasal 1 Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. Penafsiran: a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers. b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi. c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara. d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain. Pasal 2 Wartawan
Indonesia
menempuh
cara-cara
yang
profesional
dalam
melaksanakan tugas jurnalistik. Penafsiran: Cara-cara yang profesional adalah: a. menunjukkan identitas diri kepada narasumber; b. menghormati hak privasi; c. tidak menyuap; d. menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya; e. rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang; f. menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara;
Universitas Sumatera Utara
g. tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri; h. penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik. Pasal 3 Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. Penafsiran: a. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi itu. b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masingmasing pihak secara proporsional. c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta. d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang. Pasal 4 Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. Penafsiran: a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk. c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan. d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi.
Universitas Sumatera Utara
e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu pengambilan gambar dan suara. Pasal 5 Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. Penafsiran: a. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak. b. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah. Pasal 6 Wartawan Indonesia tidak menyalah-gunakan profesi dan tidak menerima suap. Penafsiran: a. Menyalah-gunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan umum. b. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi. Pasal 7 Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan. Penafsiran: a. Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan keluarganya.
Universitas Sumatera Utara
b. Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai dengan permintaan narasumber. c. Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan narasumbernya. d. “Off the record” adalah segala informasi atau data dari narasumber yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan. Pasal 8 Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa, serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani. Penafsiran: a. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui secara jelas. b. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan. Pasal 9 Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. Penafsiran: a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-hati. b. Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan keluarganya selain yang terkait dengan kepentingan publik. Pasal 10 Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.
Universitas Sumatera Utara
Penafsiran: a. Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada maupun tidak ada teguran dari pihak luar. b. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan substansi pokok. Pasal 11 Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. Penafsiran: a. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya. b. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain. c. Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki.
Universitas Sumatera Utara
Transkrip wawancara Nama wartawan: Ramita Harja
•
Kenapa Anda tertarik terjun ke dunia jurnalistik?. Awalnya memang dari awal sudah tergabung dengan organisasi pers mahasiswa. Niatnya dulu Cuma buat belajar nulis. Tapi terakhir aku ngerasa enjoy jadi ya aku terukan aja buat serius di jurnalistik.
•
Itu tahun berapa mulai masuk pers kampus? Tahun 2004. Saat aku masih semester satu. Lupa aku bulan apa waktu itu.
•
Bagaimana Anda memperoleh pembekalan ilmu-ilmu jurnalistik? Banyak diskusi sama senior. Ada juga pelatihan kelas lokal maupun nasional.yang diisi sama wartawan senior juga. Dan perakteknya langsung, aku terjun wawancara yang waktu itu narasumbernya khalayak-khalayak kampus. Karena ruang lingkupnya masih sebatas di kampus-kampus aja.
•
Bagaimana pengalaman pertama saat meliput berita? Grogi yang pasti. Padahal yang kuliput saat itu Cuma persoalan sampah. Tapi karena harus memikirkan apa yang menarik buat ditulis rada-rada bingung juga waktu itu. Tapi latihan-lat8ihan terus akhirnya terbiasa.
•
Bagaimana membandingkannnya dengan dunia jurnalistik yang Anda geluti sekarang? Teknis liputannya ya sama. Pelajari masalah yang hendak kita liput. Wawancara dan menulis. Tapi sekarang yang aku hadapin orang-orang yang skopnya udah luas. Enggak terbatas isu-isu kampus lagi. Medan bahka kadang yang cakupannya untuk Sumatera Utara juga.
Universitas Sumatera Utara
•
Saat ini tergabung dengan organisasi wartawan? Iya. Saya tergabung di Forum Jurnalis Perempuan Indonesia
•
Sebagai? Kepala Bidang Humas
•
Apa keuntungan gabung dengan organisasi wartawan? Untuk cari link yang utama. Karena kita kerja sebagai wartawan ini link itu harus kita utamakan. Karena kita butuh entah siapa-siapa aja buat dijadikan narasumber. Dan kita juga butuh informasi dari kawan-kawan mempermudah kita mendapatkan narasumber. Selain itu organisasi juga ada agenda diskusidiskusi untuk kembali menyegarkan ilmu kita perihal jurnalistik.
•
Jadi bekerja di Medan Bisnis ini sejak kapan? Tahun 2008. Setelah aku tamat kuliah. Tapi sebelum di sini aku juga pernah gabung di majalah juga. Tapi majalah lifestyle.
•
Apa alasan memilih Medan Bisnis? Kontennya bagus. Kemudian media ini kan termasuk salah satu media terbesar di medan, segmennya berbeda. Awalnya aku niatnya media yang banyak konten politik hukum gitu, tapi akhirnya ya udah. Mantapin hatikerja di sini. Walau kontennya lebih ke ekonomi saya ikutin aja.
•
Susah kah saat baru mulai liputan atau menulis berita ekonomi? Awalnya iya. Apalagi soal angka-angka yang enggak aku pahami sebelumnya.aku kan dulu basic-nya Sastra Inggris. Jadi belajar secara perlahan juga lah.
•
Sekarang Anda bekerja di desk apa? Keuangan dan Perbangkan
Universitas Sumatera Utara
•
Sebelum-sebelumnya udah di desk apa aja yang sudah pernah? Oh. Udah banyak juga lah kayaknya. Aku pernah ekonomi mikro, ekonomi makro, perdagangan ekspor impor, dan pendidikan.
•
Anda tahu byline? Byline? Narok nama di berita. Tahu lah.
•
Sebelum masuk MedanBisnis apakah Anda sudah tahu media ini merepkan byline? Tahunya pas sudah kerja di sini. Dulu aku enggak memperhatikan media mana yang memakai byline dan mana yang cuma inisial
•
Menurut Anda apa bedanya pakai byline atau tidak? Menggunakan byline, narasumber jadi tahu siapa kita. Misalkan wawancara by phone, dia akan lihat nama pada berita saat terbit, makanya dia akan tahu siapa yang wawancara siapa yang menulis berita, kalau cuma kode mereka akan mempertanyakan ini berita siapa?
•
Berarti ada unsur kedekatan dari yang Anda maksudkan? Ke beberapa. Enggak semua. Rata-rata sama yang sudah jadi langganan yang kita wawancarai. Dia jadi gampang ngecek berita kita yang dimuat.
•
Adakah kemudahan dengan menjalin kedekatan dengan narasumber ini? Pasti lah. Kalau berita yang kita tulis mereka suka, sering tu mereka nelfon. “bagus beritanya Mita”. Tapi giliran mereka ada yang tersinggung di sindirsindir. Bahkan ada juga yang nolak dijumpai lagi.
•
Di tolak narasumber apakah membuat Anda kapok?
Universitas Sumatera Utara
Kalau wartawan harus anti sama kata kapok. Ditugasin wawancarai orang itu kita harus usaha keras untuk itu. Gimana tanggapan narasumber itu. Muka-muka tebal aja lah. •
Kemudian apalagi dampak byline yang Anda rasakan? Apa ya? Sedikit kebanggaan lah. Apalagi saat kita menghasilkan berita halaman satu atau headline. Suatu prestise lah buat kita
•
Anda merasa ada kompetisi untuk menargetkan berita yang Anda tulis sering dipakai jadi headline.?
Headline kan redaktur-redaktur yang mutuskan. Tapi kita para wartawan berusaha juga membuat berita agar bisa dijadiin berita headline. Kalau persaingan nagatif, saling iri gitu enggak ada. •
Terkait
byline
ini
apakah
dipermasalahkan. misalnya
ada
pernah
berita
Anda
yang
ada berita Anda yang agak sensitif bagi
pihak-pihak yang terkait? Ada lah pasti. •
Bisa ceritakan salah satu yang paling Anda ingat? Ada saya pernah nulis berita soal perkebunan sawit mengenai kecelakaan kerja. Liputan ke daerah, pekerja tidak dilengkapi dengan perangkat keselematan kerja, tidak ada perlengkapan kesehatan. Jika kecelakaan mereka hanya berobat ke bidan. Bidan kan bukan spesialis. Ya udah aku liput ke lokasi kejadian, wawancara korban-korban dan gali kronologis kejadian, dan aku konfirmasi ke perusahaan. Mereka minta tulisan ditunda, bahkan tidak usah diterbitkan, terus mereka meminta mengirim tulisan dan mereka edit baru diterbitkan, tapi aku tak hiraukan, karena itu adalah karya aku. Barulah hari kemudian, mereka komplain, mereka memintaku datang. Intinya
Universitas Sumatera Utara
mereka enggak terima. Awalnya dia nelfon, saya minta mereka komplain ke meja redaksi. Tapi say sudah yakin bahwa tulisan saya sudah cover botside. Saya sudah konfirmasi ke perusaahaan itu perihal 10 karyawan yang mengalami kebutaan akibat kecelakaan kerja dan tidak lengkapnya faslilitas kesehatan, mereka justru meminta supaya berita jangan diterbitkan, tulis yang baik-baik saja. Aku tulis sesuai dengan yang sebenarnya lah. •
Anda tidak takut bila mereka mengancam waktu itu? Itu resiko kerja. Tapi saat itu cuma sebatas itu saja.tapi waktu itu kalaupun mereka memejahijaukan beritaku ya aku saat itu sudah siap-siap aja. Tapi waktu itu sampai di situ aja cuman.
•
Bagaimana dengan kesalahan yang Anda tak sadari. Maksudnya kesalahan berita yang Anda tulis yang luput dari perhatian anda! Ada juga pernah. Sering aku salah ketik kayak nama, jabatan, tanggal. Atau informasiku kurang akurat. Tapi ya itu kesalahan yang wajar aku rasa. Karena kadang terburu-buru karena deadline.
•
Apa yang bisa Anda ambil dari kesalahan-kesalahan yang anda lakukan seperti ini? Pembelajaran lah untuk lebih hati-hati. Akurat ya gitu-gitulah.
•
Apakah ada tanggung jawab moral saat melakukan kesalahan berita terhadap byline nama Anda yang tercantum di berita? Kesalahan di media cetak ya kita enggak bisa berbuat apa-apa. Aku sebagai penulis pasti merasa enggak enak juga terutama sama narasumber. Tapi jika ada narasumber yang memang betul-betul kurang senang, kan bisa komplain langsung ke media. karena kan nanti dibikinkan hak jawab atau ralatnya.
•
Apa saran Anda dengan penerapan byline di MedanBisnis ini?
Universitas Sumatera Utara
Wartawan yang menulis berita harus hati-hati. Harus perhatikan baik-baik berita yang mau diserahkan ke redaktur. Baik itu secara konten atau pun EYD. Akurasi informasi juga penting, tapi itu lebih kepada teknis di lapangan saat liputan buat menggali masalah dengan tajam. •
Menurut Anda, apakah semua media khususnya harian sebaiknya juga menerapkan byline? Kalau itu tergantung kebijakan masing-masing media. tujuan menggunakan byline kan supaya wartawan itu lebih tanggung jawab dan hati-hati menulis berita, karena bila tulisan jelek ya nama wartawan jelek, dan sebalinya. Bila sekedar inisial aku pikir tanggung jawab wartawan itu kecil, karena orang enggak tahu itu tulisan siapa.
Nama wartawan: Khaiunnas
•
Apa yang membuat Anda bisa menggeluti dunia jurnalistik? Pertama karena saya suka baca. Dan membaca menjadikan saya tertarik menulis. Makanya waktu kuliah saya masuk jurusan komunikasi supaya bisa jadi wartawan.
•
Kenapa wartawan? Enggak mau jadi penulis aja? Karena pekerjaan sebagai wartawan ini mudah didapat. Asalkan bisa nulis berita. Kita bisa jadi wartawan.
•
Di mana saja Anda mendapat pembekaan imu jurnalistik?
Universitas Sumatera Utara
Saya kuliah emang jurusan jurnalistik di STIKPE. Di situ lah dapat materimateri di kelas. Setelah tamat saya langsung coba jadi wartawan di harian. Sampai sekarang. •
Pertama bekerja apa media Anda? Koran Sindo. Sindo Biro Medan. dan saya setahun bekerja di sana saya ditempatkan di Pematang Siantar. Di situ lah saya merasakan bekerja jurnalistik secara professional.
•
Pertama kali bekerja apakah Anda mendapatkan semacam training atau pembekalan ilmu jurnalistik lagi? Ada. Tapi lebih ke sharing-sharing sama kawan-kawan dan redaktur yang sudah berpengalaman. Kalau secara intens enggak ada.
•
Berarti langsung terjun ke lapangan. Bagaimana pertama kali melakukan tugas peliputan? Agak grogi juga sih waktu itu. Tengok-tengok kawan-kawan di lapangan aja. Gimana cara mereka menghadapi narasumber. Selain itu saya juga tanyatanya ke mereka soal isu-isu yang hangat diangkat. Biar saya juga dapat mendalami masalah yang akan saya liput.
•
Koran Sindo saat itu apakah sudah menerapkan byline? Sudah. Karena mereka cakupannya sudah nasional, jadi ngikutin aturan media mereka di pusat. Jadi nama saya dicantumkan pada berita yang saya tulis.
•
Adakah pengaruh penerapan byline pada diri Anda melakukan tugas liputan saat itu? Kurang tahu sih saya apa pengaruhnya waktu itu. Karena aturan Koran Sindo memang seperti itu, ya saya harus ikuti.
Universitas Sumatera Utara
•
Maksudnya pengaruhnya buat Anda dalam melakukan liputan, menulis dan bagaimana dengan pertanggungjawaban anda terhadap beritaberita yang Anda tulis? Kalau
itu,
pakai
byline
atau
tidak
memang
seharusnya
kita
mempertanggungjawabkan berita yang kita tulis kan.? Karena itu juga tugas utama kita sebagai wartawan. •
Anda bekerja di Medan Bisnis sejak kapan? Tahun 2008.
•
Kenapa Anda akhirnya memilih di bekerja di MedanBisnis? Melihat konten yang cukup bagus. Saya menilai media ini sebagai harian dengan konten ekonomi yang paling bagus di medan. tidak kalah dengan harian terkemuka yang lain. Dan beritanya cukup menggairahkan. Selain itu karena saya agak jenuh bekerja di Koran Sindo. Karena banyak meliput berita yang umum dan lebih banyak mengangkat masalah.
•
Kenapa bisa membuat Anda jenuh? Karena wartawan di Siantar enggak terlalu banyak. Gampang ditandai narasumber. Beberapa kali saya pernah diteror akibat pemberitaan. Jadi ketika ada Medan Bisnis buka lamaran saya memilih buat pindah.
•
Bukannya di MedanBisnis juga ada memuat berita umum selain berita ekonomi? Memang iya. Cuma kan beda kadarnya. Medan Bisnis enggak mengutamakan angle permasalahan untuk ditonjolkan. Tapi sebenarnya bekerja sebagai wartawan, mau di mana pun itu sama saja sebetulnya. Bila ada yang kurang senang dengan pemberitaan kita tetap saja kita akan mendapat omelan dari mereka atau pihak-pihak terkait.
Universitas Sumatera Utara
•
Sebelum melamar di Medan Bisnis apakah Anda bahwa media ini juga menerapkan byline? Tahu. Cuma saya tak terlalu memperhatikan itu. Karena tujuan saya memang untuk bekerja. Jadi apakah media yang saya lamar menggunakan byline atau tidak saya ikuti aja gimana aturannya.
•
Saat ini Anda bekerja di desk apa? Kesehatan dan Olahraga. Sebelumnya saua pernah di desk kriminal, otomotif.
•
Tapi jika memilih Anda paling nyaman bekerja untuk desk apa? Yang sekarang ini. olahraga dan kesehatan. Olahraga yang paling saya suka. Karena selain hobi, berita-berita olahraga ini enggak ada delik hukumnya.
•
Bagaimana cara Anda melakukan pendekatan dengan narasumber dalam melipuit berita? Itu susah disimpulkan. Karena narasumber kita itu beda-beda. Beda latar belakang dan kita juga harus melakukan pendekatan yang tidak sama. Kalau saya utamakan menyesuaikan penampilan dengan narasumber. Siapa yang akan saya hadapi. Karena mereka akan menilai kita juga dari penampilan. Selain itu kita pandai-pandai bergaul juga. Gimana pandai-pandainya kita mencocokan diri lah.
•
Pernah Anda melakukan kesalahan fatal dalam melakukan pekerjaan anda meliput berita? Kesalahan pasti lah ada. Kesalahan pengetikan yang paling sering. Salah nama, salah jabatan, info yang kurang lengkap.
•
Kalau kesalahan yang Anda sadari? Maksudnya?
Universitas Sumatera Utara
•
Kesalahan yang Anda ketahui tapi anda diamkan! Itu ada. Salah satunya ada informasi yang seharusnya saya tambah dan gali lebih dalam lagi. Tapi karena enggak cukup waktu saya serahkan saja yang sudah siap. Selain itu ada juga sih info yang saya ambil dari kawan-kawan di lapangan. Barter berita. Seharusnya itu kan enggak boleh.
•
Ketika Anda sedang buntu dalam mencari berita apa yang anda lakukan? Diskusi sama redaktur, sama kawan-kawan. Tapi yang terpenting motivasi diri sendiri saja. Karena diri kita, kita lah yang tahu.
•
Sampai kapan Anda akan berkarir di dunia jurnalistik? Sejauh ini saya nyaman dengan pekerjaan saya sebagai wartawan. Enggak tahu nanti ada berubah pikiran.
•
Apa saran Anda dalam penerapan byline ini untuk media-media cetak di Kota Medan? Itu tergantung kebijakan media sih. Bila media menerapkan kami wartawan harus nurut. Begitu juga media-media lain. Karena masing-masing media punya aturan dan pandangan masing-masing. Kalau saya pribadi lebih baik byline hanya untuk berita-berita yang soft, supaya wartawan yang menulis tidak mendapat ancaman ketika ada beritanya yang menyinggung pihak tertentu. agar lebih aman saja. Tapi, byline ada punya sisi positif. Karena di situ lah wartawan merasa diapresiasi atas kerja kerasnya meliput berita.
Universitas Sumatera Utara
Nama Wartawan: Ledi Hariana Munte •
Kenapa Anda punya ketertarikan terhadap dunia jurnalistik? Saya dulu memang kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Tapi enggaj jurnalistik, karena waktu itu saya hanya belajar ilmu komunikasi secara umum. Dan selama kuliah belum ada kepikiran jadi wartawan. Walau saya ada mata kuliah jurnalistik tapi saya jalani santai aja. Tamat kuliah tahun 2004 waktu ada media cetak yang buka lowongan saya coba. Ternyata saya diterima. Di situlah mulanya saya terjun dn mengenal dunia jurnalistik.
•
Apakah Anda tidak kaget karena dasar-dasar jurnalistik enggak Anda pahami? Kaget pasti. Tapi saya harus bisa adaptasi. Karena sudah masuk dunia kerja saya juga dituntut buat profesional.
•
Bagaimana adaptasi yang Anda lakukan? Belajar sambil berjalan. Di awal-awal saya memang belum dilepas sendirian liputan. ada wartawan yang sudah berpengalaman yang damping dan mengajarkan teknik-teknik tertentu buat liputan. bagaimana mendalami masalah yang mau diangkat. Bagaimana melobi narasumber. Yang seperti itu lah.
•
Di awal, meliput berita seperti apa yang ditugaskan sama Anda?
Universitas Sumatera Utara
Wah. Baru pertama kerja saya sudah ditugaskan di berita kriminal. Saya sering nongkrong di kantor polisi waktu itu. •
Anda pertama bekerja sebagai wartawan di media apa? Harian Mediator. Sekarang media tersebut sudah enggak ada lagi.
•
Jadi sebelum di MedanBisnis anda sudah pernah bekerja di media apa saja? Selain Mediator, saya ke Harian Portibi, Andalas, Harian Global yang di tahun terakhir ganti nama jadi jurnal Medan. dan sebelas bulan terakhir ini saya baru bekerja di Medan Bisnis.
•
Anda tahun apa itu byline? Pencantuman nama kan? Saya tahu itu namanya byname. Iya tahu.
•
Dari media-media tempat Anda pernah bekerja, media apa yang menerapkan byline? Harian Global yang waktu itu sempat transisi ke Harian Jurnal Medan sebelum media tersebut tutup.
•
Jadi apa beda yang Anda rasakan media yang menggunakan byline dengan yang tidak menggunakan byline? Saya rasa nggak ada bedanya. Tapi khusus untuk berita umum, sebaiknya berita-berita kasus sebaiknya tidak usah menggunakan byline. Biar lebih savety buat si wartawannya.
•
Savety maksudnya? Karena berita kasus kan kita mengungkap permasalahan orang-orang. Belum tentusemua orang senang masalahnya dipublish. Jadi si wartawan yang menulis ada kemungkinan mendapat dampak buruk seperti teror dan segala
Universitas Sumatera Utara
macamnya. Kecuali kalau berita-berita soft sebaiknya mengguakan byline. Karena di situ sifatnya lebih menghibur, inspiratif. Apalagi berita-berita ekonomi yang memang bertujuan untuk menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Jadi saya nyaman-nyaman saja dengan penerapan byline di media ini. •
Jadi sewaktu Anda di HarianGlobal yang juga menerapkan byline dan kontennta lebih ke berita umum itu bagaimana dulu kalau anda ada menulis berita-berita kasus? Tetap menulis sebagaimana mestinya. Ya, lebih hati-hati aja. Kita harus siapsiap kalau ada yang protes. Tapi yang membahayakan saya belum ada sih
•
Sekarang di Medan Bisnis Anda fokus di desk apa? Ekonomi mikro khusus UKM.
•
Jadi Anda tidak pernah menulis berita umum di MedanBisnis ini? Ada. Tapi itu enggak wajib buat saya. Karena ada yang fokus di desk kayak di hukum, kriminal, politik. Tapi saya kalau ada dapat informasi dari jaringan saya untuk menulis berita di luar desk saya, saya juga tulis. Karena itu menjadi nilai tambah buat saya. Apalagi berita yang bagus buat dijadukan headline. Sesuai dengan momentum lah. Sebagai wartawan yang profesional saya harus bisa memberitakan masalah apapun. Asalkan ada manfaatnya buat pembaca.
•
Jadi apa saran Anda untuk penerapan byline ini? Sama seperti yang saya bilang tadi. Byline itu sebaiknya hanya untuk beritaberita yang soft saja. Karena untuk menjamin keselamatan wartawan juga dalam melakukan pekerjaan. Tapi kembali lagi ke media masing-masing. Kalau media menerapkan, wartawan harus bersedia byline-nya dicantumkan. Dalam artian wartawan harus benar-benar hati-hati.
Universitas Sumatera Utara
•
Bekerja di Harian Mediator, Portibi, Harian Global, dansekarang Medan Bisnis, di mana yang Anda merasa enjoy dalam bekerja sebagai wartawan? Di sini, Medan Bisnis. Karena di sini lebih fokus. Memang lebih ke ekonomi. Selama 11 bulan di sini saya cukup nyaman.
•
Berapa lama lagi Anda akan menjadi wartawan? Wah kalau itu saya enggak tahu. Sejauh ini dunia wartawan masih enjoy buat saya. Saya suka kerja di lapangan.
Nama wartawan: Chairul Anwar •
Sejak kapan Anda bekerja sebagai wartawan? Sudah lama. Sejak tahun 1993 sampai sekarang.
•
Apa pendidikan terakhir Anda sebelum menjadi wartawan? Saya
tamatan
Ilmu
komunikasi
Sekolah
Tinggi
ilmu
Komunikasi
Pembangunan (STIKPE). Jurusan jurnalistik. Sesuai dengan pendidikan saya makanya saya bekerja sebagai wartawan •
Kenapa awalnya Anda tertarik dengan dunia jurnalistik? Dulu saya lihat orang-orang yang menggeluti profesi wartawan ini masih sedikit dari kalangan yang latar belakang pendidikannya jurnalistik, maksud jarang wartawan yang punya ijazah jurnalistik.
•
Anda sejak kapan bekerja sebagai wartawan MedanBisnis?
Universitas Sumatera Utara
Saya masih berstatus karyawan percobaan. Ini baru jalan untuk masa tiga bulan, setengah dari masa percobaan di sini yaitu selama enam bulan. •
Sebelum di MedanBisnis Anda pernah bekerja di media apa? Sudah banyak. Media-media yang cukup besar seperti Medan Pos, Harian Global dan media-media kecil juga. Tapi saya lama bekerja di Medan Post hampir 13 tahun saya bekerja di sana dulu.
•
Anda tahu dengan istilah byline? Tahu. Saya bekerja di Harian Global di situ sudah menerapkan byline. Setahu saya itu media lokal pertama Medan yang menerapkan byline. Sayangnya media tersebut sudah enggak ada lagi.
•
Sekarang di MedanBisnis nama anda sudah dipakai di byline berita Anda? Jelas belum. Karena itu diterapkan buat wartawan yang sudah berstatus karyawan tetap. Atau bagi yang sudah melewati masa percobaan selama enam bulan.
•
Apakah Anda tidak merasa risih berita yang Anda tulis tidak dicantumkan byline, sementara yang lain dicantumkan? Kenapa harus risih, kan saya juga harus mentaati aturan di media ini. Walau saya sudah lama menggeluti profesi wartawan, tetap saja saya di sini berstatus sebagai anak baru. Sebagai wartawan Medan Bisnis saya wartawan baru. Kalaupun tidak dinaungi media apapun, saya sudah berstatus wartawan PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) sejak tahun 1997
•
Jadi hingga saat ini Anda masih berstatus anggota PWI? Iya.
Universitas Sumatera Utara
•
Sebagai? Wakil kepala Seksi Bidang Pariwisata
•
Menurut
Anda
apa
keuntungan
bergabung
dengan
organisasi
kewartawanan seperti PWI? Banyak manfaat. Seperti membina wartawan yang bersangkutan dalam bekerja jurnalistik, mencerdaskan anggotanya. Seperti belajar tingkat dasar. Saya di PWI sudah tingkat madia. Dan yang terpenting bergabung dengan organisasi wartawan juga bertujuan untuk meluaskan jaringan. Termasuk juga berguna untuk melindungi hak-hak wartawan. •
Apakah PWI pernah membahas mengenai penerapan byline? Ada. Cuma pembahasan yang enggak spesifik. Paling Cuma di bahas di diskusi-diskusi ringan.
•
Kalau menurut Anda bagaimana dengan penerapan byline di media cetak khususnya harian? Saat ini bagi saya itu sebuah acuan. Sekarang kan berita saya yang dimuat Cuma diberi label CW (calon wartawan). Jadi saya termotivasi untuk segera menyelesaikan masa percobaan agar nama saya juga dicantumkan di beritaberita hasil karya saya.
•
Kalau Anda melihat byline secara umum? Kalau saya tidak masalah. Ketika bekerja di Harian Global saya enjoy-enjoy saja mengerjakan tugas. Asalkan berita kita benar enggak ada yang mesti ditakutkan untuk orang lain mengetahui kita lah penulis berita yang mereka baca.
•
Apa dampak penerapan byline ini menurut Anda? Biasanya media-media yang menerapkan byline ini media yang ingin wartawannya bertanggung jawab penuh dengan berita yang mereka tulis.
Universitas Sumatera Utara
Pihak owner kan banyak yang enggak mau terjebak dalam masalah yang panjang akibat dari pemberitaan. Jadi mereka ingin wartawan yang menulis lah yang bertanggung jawab. Tapi ada bagusnya juga buat si wartawan agar mereka tidak asal-asalan dalam bekerja.
•
Bagaimana Anda melihat penerapan bylinei di Medan Bisnis? Di sini kan lebih dominan berita-berita ekonomi yang tulisannya lebih bersifat menggairahkan. Tapi yang namanya pekerjaan jurnalistik, yang ditulis itu harus fakta. Jadi walaupun media ekonomi, cara kita bekerja tidak ada bedanya. Kita menuliskan kebenaran. Tanggung jawab kita pun terhadap berita juga sama dengan berita-berita yang lain. Bila berita kita terkena delik pers, kita yang mesti mempertanggungjawabkan.
•
Jadi apa saran Anda mengenai penerapan byline ini? Menurut saya sebaiknya byline ini diterapkan semua media. karena zaman sudah semakin canggih. Wartawan televisi saja kita lihat transparansinya. Sudah lah namanya tercantum, wajahnya juga bisa kita lihat dengan jelas. Jadi kita wartawan media cetak kenapa takut dengan transparansi siapa kita. Enggak ada masalah bagi saya dengan penerapan byline. Apalagi sekarang orang sudah mulai menggalakkan UU transparansi publik yang semakin mengapresiasi keberadaan wartawan sebagai penyampai informasi publik.
Universitas Sumatera Utara
Transkrip wawancara Narasumber: Bersihar Lubis, Pemimpin Redaksi Harian MedanBisnis •
Sejak kapan MedanBisnis mulai menerapkan byline? Itu sejak media ini berdiri pada awal tahun 2000-an. Jauh sebelum saya menjadi pemimpin redaksi di sini.
•
Apa tujuan byline diterapkan di media ini? Agar wartawan lebih transparan dan lebih bertanggung jawab. Terhadap apa yang ia tulis karena namanya tercantum. Kalau tidak bermutu kan dia bisa malu jadi dia mempertanggungjawabkan berita itu. Dari awal media ini memang sudah memuat konten ekonomi lebih banyak. Jadi berita yang kami muat juga lebih kepada menggairahkan pertumbuhan perekonomian Medan dan Sumatera Utara.
•
Sejauh ini dampak yang Anda lihat bagaimana dari penerapan byline di media ini? Dampak yang signifikan enggak begitu terlihat, karena pencantuman nama ini saya lihat lebih kepada apresiasi terhadap wartawan yang susah payah melkiput berita di lapangan. Pastinya ada kebangaan bagi wartawan dengan namanya tercantum di berita yang kita muat.
Universitas Sumatera Utara
•
Apakah byline mempermudah media Anda untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja wartawan? Evaluasi adalah menjadi hal yang wajib bagi media kami. Bahkan semua media juga melakukan hal yang sama saya rasa.
•
Jadi bagaimana mekanisme evaluasi reporter di MedanBisnis? Evaluasi reporter ada perbulan. Melihat jumlah berita, mutu berita, akurasi, kehadiran di rapat, usulan-usulan di rapat. Ada banyak parameternya. Nanti diakumulasi, dibikin skors nanti ada nilai ABCD. Apakah buruk, cukup, sedang, hingga istimewa.
•
Dari hasil evaluasi apakah ada punish dan reward terhadap wartawan? Ada. Yang punya rapos bagus kami akan pertimbangkan untuk kenaikan gaji. Atau bahkan buat promosi jabatan. Buat yang punya rapor jelek akan kami tangani untuk dicarikan solusi bagaimana cara supaya kinerjanya meningkat.
•
Apakah ada hubungan penerapan byline dengan media dalam mempromosikan wartawannya kepada publik? Bisa jadi seperti itu. Jadi wartawan kami mempunyai perbedaan dibanding wartawan lain. Wartawan Medan Bisnis akan mudah dikenali orang karena nama mereka langsung dicantumkan diberita yang dibaca masyarakat setiap hari. Kalau hanya menggunakan inisial orang enggak tahu dan menganggap wartawan kami sama saja dengan wartawan media lain.
•
Byline digunakan untuk semua wartawan di MedanBisnis? Untuk karyawan tetap saja. Kalau belum berstatus karyawan tetap kita ada kode CK untuk calon koresponden, CW untuk calon wartawan. Nanti bila
Universitas Sumatera Utara
sudah melampaui beberapa tahap penilaian ia menjadi karyawan namanya akan dicantumkan. Masa percobaan di sini lamanya ada enam bulan. •
Apa saja syarat seseorang diterima bekerja di Medan Bisnis? Syarat utama adalah sarjana. Kemudian dapat berkomunikasi dengan baik dengan banyak orang. Menguasai bahasa Inggris. Dan yang terpenting itu bergaul. Kalau orang mudah bergaul ia akan gampang dalam berkomunikasi dalam menggali informasi. Selain itu ia harus siap mental bekerja di bawah tekanan.
•
Apa saja yang dilakukan media ini untuk menjamin integritas wartawannya? Setelah direkrut mereka akan dibimbing dalam pengetahuan terhadap jurnalistik. Sekali sebulan, ada pembekalan dari pemred, redaktur dan juga mendatangkan orang dari luar sesekali. Ada yang langsung kami beri pemahaman bagi yang kualitasnya masih belum sesuai dengan yang diharapkan.
•
Melihat penefrapan byline di media Anda, apa saran anda terhadap penerapan byline ini bagi media lain? Saya kira terserah aja. Ada juga yang penganggap pekerjaan wartawan itu berbahaya, penuh beresiko, jadi namanya disembunyikan, tapi karena kami koran ekonomi yang lebih menggairahkan pertumbuhan ekonomi, jadi kita merasa tidak beresiko tinggi, maka kami cantumkan nama untuk mempromosikan wartawan agar ia juga punya semangat lebih dalam bekerja.
•
Kalau Anda melihat byline di media yang juga sudah menerapkan bagaimana? Dulu media ini melihat koran-koran di Jakarta sudah menggunaan byline seperti Tempo, Gatra, Forum, Republika dan beberapa media nasional
Universitas Sumatera Utara
umumnya mencantumkan. Dan itu tidak hanya pemberitaan masalah ekonomi. Soal politik, hukum dan kriminal juga. Jadi sudah banyak yang mulai berpikir pekerjaan wartawan yang penuh resiko sudah terpinggirkan karena masyarakat sendiri sudah semakin maju, pintar yang juga sudah menghargai profesi wartawan. Kalau ada sesuatu yang lebih berkenan ya silahkan komplain, kirim hak jawab, surat pembaca kepada media terkait.
Universitas Sumatera Utara
BIODATA PENULIS Data Pribadi Nama
: Febrian
Jenis kelamin
: Laki-laki
Tempat, tanggal lahir : Batusangkar, 10 Februari 1991 Agama
: Islam
Alamat lengkap
: Jalan Teratai No. 5B Medan Selayang, Medan
Telepon
: 085274622252/085763202044
E-mail
:
[email protected]
Pendidikan Formal 2009-2013
: S1 Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
2006-2009
: SMA N 1 Batusangkar Sumatera Barat
2003-2006
: SMP N 1 Batusangkar Sumatera Barat
1997-2003
: SD 03 Sungayang Sumatera Barat
Pendidikan Non Formal • • • •
Kursus menulis narasi diselenggarakan oleh Eka Tjipta Foundation bersama Andreas Harsono. Padang Halaban, Sumatera Utara, 2010 Pelatihan Jurnalistik ‘Menulis untuk Kesederajatan ’ yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Lentera Timur tahun 2011 Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut se-Indonesia ‘Jurnalisme Budaya’. Bukittinggi, 2011 Pelatihan ‘Jurnalisme Investigasi’ yang diselenggarakan oleh Forum Jurnalis Perempuan Indonesia, Medan, 2012
Universitas Sumatera Utara
Pengalaman 2011
: Kepala Bidang Perguruan Tinggi dan Kepemudaan Ikatan Mahasiswa Imam Bonjol USU
2011
: Redaktur Pers Mahasiswa Suara USU
2012
: Redaktur Pelaksana Pers Mahasiswa Suara USU
2012 (Juli)
: Magang sebagai jurnalis di Majalah Berita Mingguan Gatra, Jakarta
2013 (April-Juli) : Bekerja sebagai reporter di Tabloid Aplaus The Lifestyle, Medan
Universitas Sumatera Utara