I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia kini memiliki 8,9 juta hektar perkebunan kelapa sawit, dari luas tanaman tersebut rakyat memiliki 3,7 juta hektar, BUMN 616.575 hektar dan perkebunan swasta sebesar 4,5 juta hektar. Sedangkan kebutuhan pupuk untuk perkebunan kelapa sawit adalah rata – rata sebesar 750 kg/ha/tahun. Berarti Indonesia membutuhkan pupuk sebesar 6,7 juta ton/tahun untuk memenuhi kebutuhan perkebunan kelapa sawit (Departemen Pertanian RI, 2008). Sedangkan data agro Indonesia menunjukkan kapasitas industri pupuk nasional mencapai 8,0 juta ton. Namun realisasi produksi hanya 5,9 juta ton. Tidak terpenuhinya kapasitas produksi tersebut karena industri pupuk kesulitan mendapatkan pasokan gas (Agroindonesia, 2009). Pemakaian pupuk kimia seperti urea, KCL, TSP dan ZA secara terus menerus juga mengakibatkan menurunnya kandungan bahan organik dalam tanah. Data yang pernah dilaporkan bahwa tanah di pulau jawa umumnya mengandung bahan organik di bawah 2%. Sementara dari pusat penelitian tanah dan agroklimatologi menunjukan 95% lahan pertanian di Indonesia mengandung bahan organik kurang dari 1%. Pada hal batas minimum kandungan bahan organik yang dianggap layak untuk lahan pertanian antara 4% - 5% (Musnamar, 2003). Kebutuhan pupuk organik yang sangat besar untuk memperbaiki kerusakan lahan pertanian di Indonesia tidak seimbang dengan jumlah industri pupuk organik yang berkembang di Indonesia. Hal ini disebabkan pupuk organik hanya diproduksi secara parsial dengan skala industri rumah tangga (home
Universitas Sumatera Utara
industry) sehingga jumlah produksi yang dihasilkan relatif kecil dan tidak berkelanjutan (Harian Pikiran Rakyat, 2009). Untuk mengetahui jumlah produsen pupuk organik yang beroperasi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1 yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Jumlah Produsen Pupuk Organik Indonesia Produsen organik
Industri pupuk organik PT. Pupuk (BUMN) Total
Jumlah Perusahaan
Total produksi (Ton/Tahun)
44 5 49
440.000 370.000 810.000
Sumber: Harian Pikiran Rakyat, 2009 Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa jumlah total produsen pupuk organik di Indonesia sebanyak 49 perusahaan. Industri pupuk organik yang dikelola pihak swasta atau home industry sebanyak 44 perusahaan dengan total produksi sebesar 440.000
ton/tahun
dan industri pupuk yang
dikelola BUMN sebanyak 5 perusahaan antara lain PT. Pupuk Sriwijaya, PT pupuk Kujang Cikampak, PT Pupuk Petrokimia Gersik, PT Pupuk Kalimantan Timur dan PT Pupuk Iskandar Muda dengan total produksi sebesar 370.000 ton/tahun.
Bila dibandingkan dengan luas tanam yang ada di Indonesia maka produksi pupuk organik tidak akan mampu memenuhi kebutuhan pupuk organik di Indonesia yang luas lahan pertaniannya dapat di lihat pada Tabel 2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Luas Lahan Pertanian di Indonesia Produsen organik
Jumlah (Ha)
Tanaman Pangan
12.900.000
Perkebunan
11.800.000
Ladang/Huma
5.300.000
Total
30.000.000
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, (2009)
Luas tanaman pangan di Indonesia sebesar 12,9 juta Ha dan luas perkebunan yang ada di Indonesia sebesar 11,8 juta Ha sedangkan luas ladang/huma sebesar 5,3 juta Ha. Jadi total luas lahan pertanian yang ada di Indonesia sebesar 30 juta Ha. Dari kedua tabel tersebut dapat kita lihat bahwa dengan produksi pupuk organik sebesar 810.000 ton/ha tidak akan mampu memenuhi kebutuhan pupuk organik di Indonesia yang luas lahan pertaniannya mencapai 30 juta Ha dimana kebutuhan pupuk organik rata – rata 2 ton per hektar per tahun. Produksi pupuk anorganik dan organik oleh industri pupuk yang ada di Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan pupuk perusahaan kelapa sawit. Sehingga salah satu alternatif yang diambil perusahaan perkebunan kelapa sawit adalah dengan memanfaatkan limbah padat dari hasil pengolahan buah sawit yaitu tandan kosong kelapa sawit untuk memenuhi kebutuhan tersebut. TKKS merupakan salah satu jenis limbah padat yang paling banyak dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit adalah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yaitu sekitar 22 – 23% dari total tandan buah segar (TBS) yang diolah.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik ingin meneliti berapa besar permintaan kompos tandan kosong kelapa sawit dan bagaimana pengaruh harga kompos tandan kosong kelapa sawit, harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS, harga TBS serta luas lahan terhadap permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit. 1.2. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah 1. Berapa besar permintaan kompos dari
tandan kosong kelapa sawit oleh
perkebunan kelapa sawit di daerah penelitian ? 2. Bagaimana pengaruh harga kompos dari tandan kosong kelapa sawit, harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS, harga TBS dan luas lahan terhadap jumlah permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit.
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya penelitian ini antara lain : 1. Untuk mengetahui permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit oleh perusahan perkebunan kelapa sawit di daerah penelitian 2. Untuk mengetahui pengaruh harga kompos dari tandan kosong kelapa sawit, harga pupuk anorganik, jumlah produksi TBS, Harga TBS dan luas lahan terhadap jumlah permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit oleh perusahaan perkebunan di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan informasi bagi perusahaan perkebunan sawit /pekebun sawit dalam memilih pupuk yang akan digunakan. 2. Sebagai bahan informasi bagi produsen kompos dari tandan kosong kelapa sawit sehingga dapat merencanakan supply kompos tandan kosong kelapa sawit secara tepat. 3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara