IV
B
A
B
MEMBANGUN SDM UNGGUL
10 TAHUN YAYASAN DAMANDIRI MENGABDI TANPA HENTI
119
120
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
YAYASAN DAMANDIRI BANGUN KUALITAS SDM
P
ENINGKATAN kualitas pendidikan anak-anak dari keluarga kurang mampu merupakan bagian yang tak terpisahkan dari upaya Pemberdayaan keluarga-keluarga kurang mampu di Indonesia. Pengalaman menunjukkan, betapa sulitnya memberdayakan langsung keluarga kurang mampu melalui orang tua mereka, yang tingkat pendidikannya rendah. Untuk itu sejak tahun 1996-2003 Yayasan Damandiri ikut serta memberikan bantuan untuk pemberdayaan anak-anak keluarga kurang mampu melalui pemberian bantuan beasiswa untuk anak-anak SD, SLTP dan SLTA melalui Lembaga GN-OTA. Ketua Umum Yayasan Lembaga Lembaga Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (LGN-OTA), H Siagian mengatakan, Yayasan Damandiri telah menyalurkan bantuan untuk anak asuh melalui Yayasan Lembaga GNO-
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
121
TA. Dana sejumlah Rp 30 miliar yang telah diterima pada 1 Juni 1998 untuk bantuan SD secara berkesinambungan selama enam tahun untuk sebanyak 47.619 anak asuh per tahun, dan SLTP secara berkesinambungan selama tiga tahun sebanyak 47.619 anak asuh per tahun. Dana Rp 30 miliar tersebut sebagian telah disalurkan, sedangkan sisanya sebesar Rp 8.571.450.000 disalurkan pada tahun ajaran 2001/2002, 2002/2003 dan 2003/2004 sesuai dengan rencana alokasi dana. Saat itu, selain beasiswa Supersemar yang sudah berjalan sejak tahun tahun 70-an (Yayasan Supersemar berdiri 16 Mei 1974), pemerintah sedang giat giatnya memasyarakatkan Gerakan Nasionala Orang Tua Asuh (GNOTA) melalui Tabungan Keluarga Sejahtera untuk Biaya Pendidikan (Takesra Bidik) untuk membantu anak-anak dari keluarga tidak mampu.
122
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
Yayasan Damandiri juga melihat persoalan mendesak yang perlu perhatian dan dukungan yaitu pemberdayaan anak-anak keluarga kurang mampu menjelang usia kerja atau yang sempat menjadi mahasiswa. Dukungan pemberdayaan anak-anak keluarga kurang mampu akan memungkinkan terobosan yang lebih cepat dan memberi kesempatan pemberdayaan keluarga diambil alih oleh anak-anak mereka yang mandiri. Pantas diingat, program rintisan yang dikembangankan DR.Haryono Suyono (saat itu Deputi KB BKKBN) diawali tahun 82 bertepatan Hari Keluarga Berencana dengan pemberian beasiswa bagi anak-anak akseptor lestari yang mengambil pilihan sekolah kejuruan di tingkat SLTA. Bantuan ini menjadi pemacu belajar menarik bagi anak usia sekolah SLTA kejuruan. BMU-UMPTN dan Bantuan SPP Tahun 1999 sampai sekarang Atas dasar latar belakang tersebut diatas Yayasan Damandiri bekerjasama dengan Yayasan Supersemar berusaha merangsang anak-anak keluarga kurang mampu yang bersekolah di SMU, negeri dan swasta, untuk mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) yang lebih dikenal dengan Program BMU-UMPTN (Bantuan Mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Langkah yang diambil kemudian sejak tahun 1999 Yayasan Damandiri bekerja sama dengan Yayasan Supersemar, Pemerintah (Kantor Wakil Presiden – Seswapres), Departemen Pendidikan Nasional dan Panitia Pusat Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) mengembangkan program dukungan beasiswa bagi anak berpotensi dari keluarga tertinggal atau kurang
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
123
mampu. Yakni, melalui program pemberian beasiswa SPP, tambahan biaya hidup selama satu tahun, pemberian Formulir Pendaftaran UMPTN gratis serta biaya transportasi dan akomodasi selama dua hari mengikuti ujian UMPTN. Tahun 2001 merupakan tahun ketiga YDSM bekerja sama dengan Yayasan Supersemar dan Panitia Pusat UMPTN membuka kesempatan bagi siswa lulusan Sekolah Menengah Umum tahun 2001 yang berpotensi, khususnya dari keluarga kurang mampu untuk melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi Negeri di seluruh Indonesia. Seperti apa yang dikatakan Prof Dr Haryono Suyono, Wakil Ketua I Yayasan Damandiri “Syarat-syarat yang ditetapkan sengaja dipermudah dengan tujuan untuk memberi kesempatan lebih luas lagi, agar anak berpontensi dari keluarga kurang mampu bisa mengikuti seleksi beasiswa BMU-UMPTN ini.” Urutan kegiatan yang dikerjakan adalah membantu anakanak itu membeli formulir ujian, mondok di tempat ujian dan membayar uang SPP anak-anak itu kalau di terima di Perguruan Tinggi Negeri. Zohra Novitri Marsel, salah seorang penerima beasiswa angkatan 1999/2000 asal Klender, Jakarta Timur yang kuliah di Universitas Bengkulu, mengaku. “Pemberian beasiswa SPP dan biaya bantuan hidup bagi anak berpotensi asal keluarga kurang mampu sangat tepat.” Program ini sangat bijak jika publikasinya diperluas, karena persaratannya relatif mudah bisa memberi kesempatan bagi lulusan SMU berpotensi dari keluarga kurang mampu, ujar Zohra anak penjaja kue saat bertandang ke kantor YDSM untuk mencari tau tindak lanjut penerima bantuan program BMU-UMPTN.
124
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
Sekretaris Eksekutif Panitia Pusat UMPTN Prof Dr Soesmalijah Soewondo mengungkapkan, pihaknya sangat berkeinginan untuk memberi kesempatan lebih banyak lagi anak-anak berpotensi dari anak keluarga kurang mampu memperoleh beasiswa ini. Realisasi program pada tahun seleksi 1999 tercatat sekitar 2.316 peserta BMU-UMPTN, sebanyak 703 peserta berhasil. Tahun berikutnya tahun 2000 dari 2.229 peserta yang ikut UMPTN, 761 di antaranya berhasil lulus, serta masih ditambah 241 orang berasal dari jalur Penelusuran Minat dan Bakat (PMDK). Guru Besar Fakultas Psikologi UI ini berkata, sebenarnya anak lulusan SMU berpotensi dari anak keluarga miskin jumlahnya sangat banyak di Indonesia, tapi jumlah dana beasiswa yang ada saat ini tidak sebanding. Sejak diluncurkan program tahun 1999 hingga tahun 2001 sebanyak 2579 telah menerima Bantuan Uang SPP dan uang Pembinaan. Sampai Juli 2005 program tersebut telah menyerap dana sebesar Rp.26,5 milyar. Untuk tahun 2005 mahasiswa alumni penerima bantuan program BMU-UMPTN tinggal 120 orang. Mereka ini mengambil jurusan Fakultas Kedokteran. Sedang yang lain telah menamatkan kuliahnya di D3 atau S 1. “Bersyukur Yayasan Damandiri ada program BMU-UMPTN”. Itulah ungkapan yang banyak terdengar menanggapi program ini. Ir Suroso, salah seorang Manajer Bank Bukopin berkata Beasiswa/Bantuan Dana mengikuti UMPTN bagi lulusan SMU dari anak-anak keluarga miskin yang diberikan Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri) dan Yayasan Supersemar, melalui Bank Bukopin berhasil tersalur dengan baik. Dana yang dinanti
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
125
anak-anak berprestasi dari keluarga kurang mampu ini mencapai sasaran yang diinginkan, tanpa menemui kendala berarti. Salah satu kesibukan menarik terjadi di Bank Bukopin Jakarta, tanggal 27 Juni 2001. Saat itu merupakan batas akhir pengambilan beasiswa/bantuan mengikuti UMPTN. Dari 123 orang lulusan SMU yang terdaftar untuk menerimanya bantuan dana lewat BUKOPIN, hanya tinggal 16 orang belum datang mengambil. Meski demikian mengingat beasiswa ini harus sampai ke tangan anakanak yang sangat membutuhkan, maka kalaupun pada akhir penutupan tanggal 27 Juni masih ada yang belum datang mengambil, atas kebijaksanaan pihak Direksi Bank Bukopin pihaknya memperpanjang batas akhir pengambilan hingga dua hari setelah hari penutupan itu. Pada akhir penutupan sesuai jadual yang ditentukan, yaitu 27 Juni 2001, tercatat sekitar 95% dana bantuan beasiswa sudah tersalur. Sampai batas akhir pengunduran waktu, semua dana beasiswa itu sudah tersalurkan seluruhnya. Bukan itu saja, kata Ir.Suroso, anak-anak dari daerah lain yang ketika ada panggilan mendapat beasiswa mengikuti UMPTN ada di Jakarta, mereka dapat langsung mengambilnya di Bank Bukopin Jakarta, dan itu tetap dilayani Bank Bukopin dengan baik. “Hal ini berkat fasilitas On-Line yang kami miliki, sehingga bisa memudahkan dalam bertransaksi,” ucap Ir.Suroso yang mulai awal Agustus 2005 menjadi Manajer BUKOPIN Surakarta. Dina Novita, siswi SMU I Tanjung Raya Maninjau, Sumatera Barat, salah satu lulusan SMU ketika itu mengikuti ujian UMPTN di Jakarta.
126
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
Alasannya, banyak saudara, tinggal di Jakarta. Sedangkan kalau mengikuti UMPTN di Sumatera Barat, yang dipusatkan di kota Padang dia tidak tahu harus menginap dimana, dia mengaku tidak punya sanak saudara disana. Putri tunggal yang ditinggal meninggal ibunya sejak masih kecil, dan hanya diasuh oleh sang nenek tercinta, karena ayahnya pergi merantau ke Aceh, merupakan siswi berprestasi. Bahkan Dina sempat menjuarai berbagai lomba ilmu pengetahuan tingkat propinsi Sumatera Barat. Di sekolahnya dia juga mendapat beasiswa sehingga bebas dari pembayaran SPP. Tentang proses mendapat bantuan beasiswa mengikuti UMPTN, Dina sendiri mengaku tidak tahu. Semuanya diurus oleh pak guru di sekolah, ucapnya lugu. “Pada waktu itu saya hanya diminta surat keterangan dari kelurahan bahwa saya benar-benar anak dari keluarga kurang mampu.
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
127
Sedangkan persyaratan akademis lainnya, seperti nilai Matematika dan Bahasa Inggris, sudah dipenuhinya selama menyelesaikan sekolah di SMU I Tanjung Raya,” ungkapnya. Secara umum memang harus diakui bahwa kualitas anak-anak keluarga kurang mampu itu begitu rendahnya sehingga target bantuan yang disediakan setiap tahun tidak bisa diserap seluruhnya. Bantuan Belajar Mandiri dan Bantuan SPP. Tahun 2002 sampai sekarang Belajar dari pengalaman program pemberdayaan sumber daya manusia lewat Proram BMU-UMPTN,Yayasan Damandiri menyempurnakan dan mengembangkan program sebelumnya. Program dan dukungan Yayasan dipusatkan bagi anak-anak berprestasi dari keluarga kurang mampu, utamanya bagi anak-anak perempuan. Program yang kemudian diluncurkan yaitu: Bantuan Belajar Mandiri (BBM), bantuan SPP, bantuan Gerakan Sadar Menabung melalui PRAMUKA/HIPRADA, Bantuan Biaya Pendidikan BBP terkait Program Pemberdayaan Keluarga di Lingkungan Kampus, dan bantuan untuk Penelitian Tesis yang terkait dengan Pengentasan Kemiskinan dan Pemberdayaan SDM dan Pengembangan Sekolah Unggul. Minggu ketiga Februari tahun 2002, Yayasan Damandiri meluncurkan program Bantuan Belajar Mandiri (BBM). Bantuan sebagai upaya pemberdayaan keluarga bidang pendidikan tersebut kemudian ditingkatkan menjadi Bantuan Peningkatan Mutu Pendidikan bagi Anak-anak dari keluarga kurang mampu yang bersekolah di SMU, SMK dan Madrasah Aliyah.
128
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
Bantuan berupa tabungan itu dinamakan Program Bantuan Belajar Mandiri disingkat Program BBM. Program peningkatan mutu pendidikan tersebut telah diangkat secara nasional pada tanggal 2 Mei 2002 yang sebagai “Gerakan Nasional Peningkatan Mutu Pendidikan”. Program yang ditebar di era krisis ekonomi ini bak gayung bersambut. Kegiatan yang diawali “Road Show” dan “Round Table Discusion” disambut hangat warga masyarakat utamanya keluarga kurang yang mempunyai anak usia sekolah SLTA. Program segera memasyarakat dan realisasinya “ditunggu”. Di berbagai media cetak dan elektronika setiap hari mengangkat program Damandiri yang menarik karena dinilainya tepat waktu. Menjadi lebih marak lagi karena jajaran pimpinan instansi terkait seperti Menteri DEPDIKNAS, Kepala BKKBN dan Gubernur, gesit dan cerdas dan mendukung program Yayasan Damandiri. Ada yang mengawali dengan penandatangan kerjasama, ada yang disampaikan lewat ceramah, ada yang dengan sursat resmi memberikan arahan atau petunjuk, bahkan di beberapa daerah “ada yang diterjemahkan sebagai instruksi,” oleh jajaran dibawahnya. Memang harus diakui upaya bercita mulya yaitu membantu anakanak berprestasi dari keluarga kurang mampu ini kegiatannya sempat mereda disaat seluruh warga bangsa disibukkan hingar bingar politik di negeri ini. Untuk kelancaran kegiatan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui bidang pendidikan, pimpinan Yayasan Damandiri membentuk Sekretariat Peningkatan Mutu Pendidikan dengan personalia Dr. Loet Affandi, Sp.OG sebagai penasehat, Drs. Much Soedarmadi (Ketua), Drg. Soeharto, SKM dam Dr. Srihartati P. Pandi,
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
129
MPH, (Wakil Ketua), H.Harun Nurochadi (Sekretaris), Drs. Dadi Parmadi, MA, H.Ngatidjo MW dan Dede Haeruddin (Seksi dukungan komunikasi dan advokasi), Drs. Muchayat, Hernadi R.Soedjono, SE dan Drs. FX. Riswadi (Seksi dukungan Koordinasi Bank dan Tabungan), Drs. Made Are Subrata dan Dr.Rudi Hendrawidjaja, MPH (Seksi monitoring dan evaluasi). Sedang Staf Sekretariat Drs.Oma Endera Hadi, Suprijadi dan Achmad Lutfi. Adapun aturan pelaksanaan Program Bantuan Belajar Mandiri (BBM) adalah setiap bulan berjalan, di setiap kabupaten/kota Tim Seleksi Tingkat Kabupaten/Kota melakukan seleksi calon penerima yang diusulkan Tim Seleksi Tingkat Sekolah. Selanjutnya Tim Seleksi Tingkat Kabupaten/Kota menetapkan 3 (tiga), 5 (lima), atau 10 (sepuluh) siswa sebagai penerima BBM, untuk selanjutnya mengusulkan calon terpilih kepada bank mitra kerja untuk kemudian Bank mitra kerja menerbitkan Buku Tabungan dengan saldo awal sebesar Rp 300.000, atas nama penerima BBM terpilih tersebut. (catatan: atas permintaan gubernur untuk Jawa Tengah dan Jawa Timur di tiap Kabupaten/Kota sebanyak 5 siswa per bulan, sedang di wilayah DI.Yogyakarta 10 siswa per bulan.) Tabungan dapat diambil disaat yang bersangkutan akan mendaftarkan ke Perguruan Tinggi Negeri. Sedangkan bagi penerima Bantuan Belajar Mandiri yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, dana dapat diambil untuk dimanfaatkan kursus ketrampilan atau modal usaha mandiri. Program yang banyak diharapkan siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu ini berjalan tiga tahun. Sejak diluncurkannya program Bantuan Belajar Mandiri Februari 2002 hingga Juli 2005 telah menyerap dana Rp 290.000.000.
130
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
Penerima BBM yang berhasil melanjutkan kuliah di PTN sebanyak sekitar 167 siswa. Sesuai janji Wakil Ketua I Yayasan Damandiri Prof. Dr. Haryono Suyono, penerima BBM yang diterima di perguruan Tinggi Negeri dibantu SPP-nya oleh Yayasan Damandiri sampai yang bersangkutan menyelesaikan sarjananya. Disamping program-program tersebut, Yayasan Damandiri juga memberikan penghargaan kepada para nasabah yang rajin mencicil pinjamannya dan usahanya maju. Program tersebut sekaligus diarahkan untuk meningkatkan gairah para nasabah dan juga untuk memberikan penghargaan kepada para tetangga nasabah yang memberikan dukungan kepada mitra kerja Yayasan di desa. Program ini juga menyediakan dukungan dana untuk anak nasabah atau anak tetangga yang membantu nasabah dalam usahanya. Bank mitra kerja YDSM juga memberikan dukungan dana kepada anak-anak itu untuk mengikuti kursus-kursus ketrampilan agar anak-anak yang umumnya anak putus sekolah atau DO SLTP dan SLTA, dengan ketrampilan yang dipelajarinya bisa membantu usaha orang tua di desanya. Gebrakan menarik Program Bantuan Belajar Mandiri adalah dengan diluncurkannya kebijakan baru berupa pemberian bantuan SPP bagi siswa penerima BBM yang diterima di perguruan tinggi negeri. Kebijakan ini dikumandangkan Wakil Ketua I Yayasan Damandiri Prof. Dr. Haryono Suyono, untuk pertama kalinya di Pangkajene & Kepulauan (Pangkep) Sulawesi Selatan. “Bagi penerima Bantuan Belajar Mandiri yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri akan dibantu pembayaran SPP-nya oleh Yayasan Damandiri
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
131
sampai anak tersebut menyelesaikan sarjananya,” tegas Prof. Dr. Haryono Suyono. Hal serupa juga disampaikan pada acara Round Table Discussion (RTD) di Kendal Jawa Tengah sosialisasi Program BBM di Unibraw Malang dan RTD di Yogyakarta. Tak ayal, hal ini semakin memacu anak didik untuk lebih berprestasi. Program Bantuan Belajar Mandiri yang inti misinya mengantar siswa berprestasi masuk ke jenjang perguruan tinggi membawa hasil menarik. Rektor Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang, Prof Dr Ir Bambang Guritno berkata untuk tahun ajaran 2002/2003 dari 643 jumlah penerima beasiswa, 30 persen di antaranya merupakan calon mahasiswa yang masuk lewat jalur Penelusuran Siswa Berprestasi (PSB) atau ditempat lain dikenal dengan Penyaringan Bibit Unggul Daerah (PBUD), dan dulu disebut Penulusuran Minat dan Kemampuan (PMDK).
132
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
Mereka adalah penerima dana BBM dari Yayasan Damandiri. Artinya, siswa SLTA penerima dana BBM dari Yayasan Damandiri sebanyak 196 orang masuk Universitas Brawijaya, Malang. Pada umumnya para mahasiswa penerima beasiswa SPP yang saat ini menuntut pendidikannya di Unibraw sejak tahun 1999 lalu menunjukkan prestasi cukup menggembirakan. Artinya, memang pantas mendapatkan beasiswa tersebut karena sesuai dengan prestasi yang dicapainya dan mampu dipertahankannya selama ini. Meskipun berasal dari keluarga kurang mampu secara ekonomi tapi sanggup bersaing dan berkompetisi dengan mahasiswa lain yang berasal dari keluarga mampu. Penyaluran SPP dan beasiswa melalui program Bantuan Belajar mandiri (BBM) oleh Bank Jatim diutamakan untuk keluarga kurang mampu di seluruh Jawa Timur. Hingga saat ini dana yang disalurkan melalui Bank Jatim telah diberikan kepada 1562 siswa. Bantuan berupa tabungan sebesar Rp 300.000, per siswa SMU. Sedang mahasiswa penerima bantuan SPP setiap tahun ( dua semester) memperoleh Rp 1 juta. Rektor Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang, Jatim, Prof Dr Ir Bambang Guritno merasa bangga sekaligus senang mendapat kepercayaan dari Yayasan Damandiri untuk diajak serta dalam program kepedulian peningkatan kualitas SDM melalui pemberian bantuan SPP bagi mahasiswa berprestasi dari keluarga kurang mampu. “Program ini sangat bagus sebagai wujud kepedulian Yayasan Damandiri dalam upaya peningkatan kualitas SDM kepada anak-anak berpotensi asal keluarga kurang mampu utamanya perempuan yang kini menjadi mahasiswa di Unbraw. Diharapkan kepedulian dapat terus berlanjut
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
133
dan bisa memotivasi keluarga-keluarga berpunya atau institusi lain untuk ikut peduli seperti yang dilakukan Yayasan Damandiri ini,” kata Bambang Guritno Kegembiraan serupa menyeruak di arena Diskusi Meja Bundar (Round Table Discussion) di Pangkep (Pangkajene dan Kepulauan), Sulawesi Selatan. Seluruh . Acara Round Table Discussion dihadiri oleh Bupati Pangkep A Gaffar Patepe, Direktur Pemasaran BPD Sulsel Drs H Nursalim Imron, MM, ketua DPRD kabupaten Pangkep dan beberapa tim komite sekolah serta Diknas Kabupaten, juga penerima BBM dari tiga kabupaten di Sulsel, yakni Kabupaten Pangkep, Maros dan Baru. Peserta diskusi yang semula duduk manis, menyambut dengan sorak sorai sebagai ungkapan kegembiraan ketika Wakil Ketua I Yayasan Damandiri menyataan bahwa para penerima Bantuan Belajar Mandiri apabila diterima di perguruan tinggi negeri SPP-nya akan ditanggung Damandiri. Rosmelanisari, siswi SMUN I Pangkep ( Pangkejene dan Kepulauan) penerima BBM yang telah diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin tanpa tes, mengungkapkan kegembiraannya “Andai apa yang dijanjikan Yayasan Damandiri itu benar. Senang banget, saya bisa lebih mandiri dan dapat terus membantu orang tua,” cetusnya ceria. Diakui Ros, panggilan sehari-harinya, sejak SMU ia sudah menerima beasiswa di sekolah dari Departemen Pendidikan Nasional, sebesar Rp 30.000, per bulan. Oleh ibunya yang bekerja sebagai penjahit, beasiswa dari Diknas yang diterima 6 bulan sekali itu disarankan untuk ditabung dan
134
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
diambil pada saat-saat diperlukan. “Saya bangga pada ibu, karena berkat tuntunannya pula kami tiga saudara bisa melanjutkan ke perguruan tinggi negeri,” ucap anak yatim yang telah lama ditinggal sang ayah dan saat ini pun ia masuk perguruan tinggi berbarengan dengan kakaknya yang pernah menunda setahun untuk bisa masuk ke PTN. “Bisa dibayangkan, bagaimana repotnya ibu bila saya tidak mendapat beasiswa di PTN,” cerita Ros yang semula berwajah ceria berubah menjadi murung. Berbeda dengan Ros yang pernah mendapat beasiswa selama di SMU, baik Nurlela, Irmawati, Muzdalifah, Hafsah, Marlina dan Siti Nurbaiti yang masing-masing adalah pelajar menengah atas kelas dua, sama sekali belum pernah mencicipi manisnya mendapat bantuan keuangan di bidang pendidikan. “Adanya bantuan belajar mandiri yang uangnya tidak langsung kami terima, tapi berupa buku tabungan, tentu saja harapan saya dan harapan orang tua jadi bertambah,” ucap Hafsah yang selalu mendapat ranking IV di kelas dan bercita-cita menjadi dokter. “Saya bersyukur ada kepedulian dari Yayasan Damandiri untuk membantu keluarga kurang mampu. Dua kakak saya aja, sekolah dibiayai orang lain. Bagaimana nasib saya kelak, bila tidak ada bantuan seperti ini?” tutur Muzdalifah, siswi kelas II Madrasah Aliyah Maros yang juga becitacita menjadi dokter. Bagi Nurlela, siswi SMU Aliyah Darul Dakwah Islam di Maros, sebelumnya tidak pernah membayangkan bakal dapat menerima bantuan belajar mandiri. “Jadi waktu dipanggil dan menerima BBM saya senang sekali,” ucap Nurlela yang berkeinginan meneruskan ke akademi perawat setelah lulus SMU nanti.
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
135
Hal yang sama pun diungkapkan Irmawati siswi SMK Tridarma Maros dan Marlina, siswi MAN Ma’ring, Pangkep. Kesempatan mendapat BBM adalah di luar dugaan mereka. Apalagi, diakui keduanya, mereka hanya mendapat ranking sepuluh besar di sekolah. Sementara yang sering mendapat kesempatan menerima program beasiswa adalah mereka yang menduduki ranking lima besar. Namun menurut Nurbaiti, salah seorang guru yang mendampingi siswa penerima BBM, terpilihnya mereka karena memiliki latar belakang keluarga yang serba kekurangan tapi memiliki semangat belajar yang tinggi. “Jadi, akan sangat disayangkan apabila keinginan bersekolah tinggi tapi tidak didukung kemampuan ekonomi keluarga,” jelas Nurbaiti. Kabupaten Pangkep yang merupakan kepanjangan dari Pangkajene dan Kepulauan, karena terdiri dari banyak pulau - sekitar 102 pulau - dan dikelilingi lautan, tergolong masyarakat dengan tingkat perekonomian cukup, namun tidak didukung dengan sarana pendidikan memadai. Bayangkan saja, dari 102 pulau hanya ada satu SMU negeri. Sehingga, untuk melanjutkan ke SMU mereka harus menyeberang pulau. Drs H Nursalim Imron, MM, Direktur Pemasaran BPD Sulsel mengungkapkan, adanya bantuan belajar mandiri di Sul-Sel yang dikucurkan Yayasan Damandiri memang pantas disyukuri karena tidak semua propinsi mendapatkannya. “Mudah-mudahan bantuan ini dapat bermanfaat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan keluarga kurang mampu,” cetus Nursalim. Bantuan belajar mandiri yang disalurkan Damandiri ke Sulsel melalui BPD Sulsel ini, ungkap Nursalim, diwujudkan dalam bentuk tabungan
136
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
SIMPEDA (Simpanan Penduduk Daerah) yang dapat dipergunakan untuk membantu biaya pendidikan. Apabila tidak dapat meneruskan sekolah pada pendidikan yang lebih tinggi pun, tabungan tersebut dapat dipergunakan untuk mengikuti kursus atau modal awal usaha sendiri. Bantuan ini sudah disalurkan ke masingmasing siswa penerima BBM sejak Maret 2002 lalu dalam bentuk Simpeda Damandiri. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Kampus (PMSK) dan Bantuan Biaya Pendidikan (BBP) Sebagai calon pimpinan yang dilahirkan dan dibesarkan dari lingkungan keluarga kurang mampu mereka diberi kesempatan untuk mempunyai komitmen secara dini ikut serta dalam berbagai kegiatan pembangunan yang ada hubungannya dengan pengembangan sumber daya manusia dari keluarga kurang mampu dan pengentasan kemiskinan. Untuk itu Yayasan Damandiri meluncurkan Program Bantuan Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Kampus (PMSK) dan Bantuan Biaya Pendidikan (BBP). Melalui program ini diarahkan untuk mendorong dan memberi kesempatan kepada mahasiswa yang bersangkutan untuk mampu mengembangkan potensi kepemimpinan dan kreatifitasnya sebagai calon pemimpin bangsa, khususnya dalam rangka pengembangan sumber daya manusia dan pengentasan kemiskinan. Mahasiswa penerima Bantuan Biaya Pendidikan (BBP) dari Yayasan Damandiri adalah mahasiswa terpilih berasal dari keluarga yang secara
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
137
ekonomi relatif kurang mampu namun mempunyai potensi akademis yang menonjol. Dengan bantuan dari Yayasan Damandiri diharapkan mereka mempunyai kesempatan yang lebih baik dan bisa menyelesaikan tugas-tugas akademisnya dengan lebih baik. Apabila telah selesai nanti diharapkan mereka bisa menjadi tulang punggung keluarganya dalam membangun keluarga sejahtera dan bermakna dalam pembangunan bangsanya. Dengan kata lain Bantuan Biaya Pendidikan yang diberikan oleh Yayasan Damandiri merupakan salah satu upaya untuk memutus rantai kemiskinan antar generasi. Tujuan itu didasari kenyataan bahwa komitmen untuk membantu keluarga kurang mampu tersebut tidak tumbuh begitu saja. Tumbuhnya komitmen harus melalui suatu proses yang didasari nilai-nilai pribadi yang memberikan kebanggaan kepada setiap mahasiswa bersangkutan atas prestasinya dalam membantu keluarga kurang mampu. Nilai-nilai inilah yang ingin ditumbuhkembangkan pada diri para mahasiswa penerima Bantuan Biaya Pendidikan sehingga pada saatnya nanti akan tumbuh menjadi pemimpin yang mempunyai kepedulian tinggi kepada upaya-upaya penanggulangan kemiskinan. Selain harapan diatas, keterlibatan para mahasiswa ini juga berdasarkan keinginan agar kalangan perguruan tinggi yang merupakan salah satu sumber pengetahuan dan teknologi dapat memberi manfaat secara maksimal guna membantu masyarakat yang memerlukan di sekitarnya. Ruang lingkup Program Pengembangan Masyarakat Sekitar Kampus
138
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
(PMSK) merupakan bagian dari Program Pembangunan Keluarga Sejahtera untuk meningkatkan tahapan keluarga sejahtera yang dilakukan melalui peningkatan potensi keluarga dalam bidang usaha ekonomi produktif meliputi antara lain usaha warung, tempat kost, catering, wartel dan 1ainlainnya. Program Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Kampus (PMSK) oleh mahasiswa penerima Bantuan Biaya PendidikanYayasan Damandiri bisa merupakan bagian dari usaha serupa yang dilakukan oleh suatu civitas akademika kampus atau upaya yang berdiri sendiri. Program ini secara umum bertujuan membantu keluarga kurang mampu yang mendapatkan bantuan pinjaman modal dari Bank yang bekerja sama dengan Yayasan Damandiri. Upaya keluarga dan masyarakat sekitar kampus itu bisa menggunakan tenaga mereka sendiri atau mendayagunakan potensi tenaga mahasiswa dari kampus. Di samping memberikan pengalaman lapangan kepada mahasiswa, upaya dukungan mahasiswa kepada keluarga dan masyarakat sekitar kampus dimaksudkan pula untuk menumbuhkan kepedulian para mahasiswa yang berasal dari keluarga kurang mampu agar dapat memberikan bekal pengetahuan dan teknologi atau bantuan lain kepada keluarga yang bersangkutan sebagai berikut: l l
l
Memilih jenis usaha yang sesuai dengan permintaan pasar. Menguasai pengetahuan dan teknologi sederhana yang diperlukan untuk mengembangkan usaha atau melakukan produksi. Memanfaatkan bantuan modal secara efektif dan efisien untuk mengembangkan usahanya.
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
139
l
Memasarkan produk baik dalam bentuk barang maupun jasa yang dihasilkannya. Mengadministrasikan usaha ekonomi yang dilakukan untuk mengoptimalkan perolehan keuntungan dan mencegah berhagai kemungkinan bentuk kerugian.
Sasarannya, para mahasiswa memilih sendiri keluarga atau anggota masyarakat sekitar kampus yang dipandang kurang mampu tetapi mempunyai usaha ekonomi produktip atau ingin mengembangkan usaha ekonomi produktip dengan bantuan kredit dari Bank yang mitra kerja Yayasan Damandiri. Bank mitra kerja itu antara lain Bank Pembangunan Daerah (BPD), Bank Bukopin, Bank BPR dan Bank BNI. Keluarga atau anggota masyarakat binaan itu bisa dalam bentuk kelompok atau perorangan serta tinggal dalam radius tidak lebih dari 5 – 10 km dari tempat tinggal mahasiswa yang bersangkutan. Program ini pada prinsipnya dapat diikuti oleh setiap mahasiswa, khususnya mahasiswa yang telah menerima Bantuan Biaya Pendidikan (BBP SPP) atau mahasiswa penerima bantuan SPP dari Yayasan Damandiri. Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Kampus di Malang, Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri) bersama Bank Jatim Cabang Malang dan sejumlah universitas di Kota Malang, Jawa Timur, menggalang kerja sama kemitraan yang saling menguntungkan. Kerja sama “segi tiga” tersebut dengan nama Program Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Kampus. Perguruan tinggi berperan memberdayakan masyarakat sekitar kampus, Bank Jatim Cabang Malang menyalurkan dana yang disediakan Yayasan Damandiri. Masyarakat sekitar kampus merasakan kredit mikro yang mulai
140
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
dikucurkan melalui lembaga keuangan dan perbankan. Masyarakat yang berdekatan dengan perguruan tinggi memanfaatkan untuk berbagai keperluan membantu menyediakan kebutuhan bagi mahasiswa. Kerja sama sinergis itu ternyata memberikan manfaat kepada masing-masing pihak terutama keberadaan kampus sebagai bagian dari masyarakat sekitarnya. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Sekitar Kampus (Pemaseka) dibentuk oleh Tim dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)-Bank Jatim Cabang Malang sehingga usaha mikro yang mendapat kucuran kredit memiliki kelayakan. Selama ini usaha kecil banyak menghadapi kendala ketika berhadapan dengan perbankan sehingga membutuhkan pendampingan untuk mendapatkan kredit dari bank. HR Soeroso SE MM, Pemimpin Cabang Bank Jatim Malang mengemukakan, pihaknya berkonsentrasi membiayai usaha kecil dan mikro.
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
141
Sebagai bank miliknya masyarakat Jawa Timur mesti memberikan bantuan kepada masyarakat setempat. Sedangkan pembiayaan untuk korporasi kalaupun ada sangat kecil sehingga dapat memberikan pelayanan yang maksimal bagi usaha kecil dan mikro di daerah-daerah yang tersebar luas. Tahap pertama kerja sama dengan perguruan tinggi mampu menjaring nasabah potensial sebanyak 61 yang terbagi dalam lima kelompok dengan total anggota sebanyak 100 orang. Sedangkan dana yang dialokasikan untuk kredit mikro bagi pemberdayaan masyarakat di sekitar kampus senilai Rp 1,3 miliar. Saat ini, program pemberdayaan masyarakat sekitar kampus di UMM sudah memasuki tahap tiga. Setelah UMM, Program Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Kampus digulirkan pula di Universitas Merdeka (Unmer) Malang. Tercatat, saat ini Kredit Pundi yang dikucurkan Yayasan Damandiri pada Bank Jatim untuk wirausahawan sekitar kampus UMM mencapai Rp 4,7 milyar, yang terserap oleh 240 nasabah. Sedangkan Unmer Malang Rp 270 juta dengan 13 nasabah di sekitar kampus Unmer. Terselamatkan Damandiri H.Komari SH.M.Hum., Pembantu Rektor III Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto Jawa Tengah, bersyukur disaat mahasiswa dari keluarga kurang mampu terengah himpitan ekonomi, datang uluran tangan Yayasan Damandiri yang dimotori Prof. Dr. Haryono Suyono. Banyak mahasiswa dari keluarga kurang mampu terselamatkan program Yayasan Damandiri, kata Pembantu Rektor III Universitas Jenderal Sudirman yang sehari-hari dikenal dekat dengan para mahasiswa. Disebutkan
142
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
sejak tahun 1999 Yayasan Damandiri menyalurkan Bantuan SPP terkait Program Pemberdayaan Keluarga di Lingkungan Kampus. Rinciannya, Bantuan SPP dan Uang Pembinaan Keluarga Miskin bagi Mahasiswa Lulusan UMPTN tahun 2000 Semester VIII berjumlah Rp 5.750.000, diperuntukkan 23 mahasiswa dari berbagai jurusan. Bantuan SPP tahun akademik 2002-2003 sebanyak Rp79.000.000, untuk 79 mahasiswa masing-masing memperoleh Rp 1 juta. Tahun akademik 2003/204 berjumlah Rp 100 juta untuk 100 mahasiswa masing-masing memperoleh Rp.1 juta. Diharapkan bantuan SPP Yayasan Damandiri dapat berlanjut yang berarti menjadi penyelamat ancaman dropout bagi mahasiswa yang memang membutuhkan dukungan untuk menyelesaikan studinya. “Alhamdulillah, bantuan Yayasan Damandiri bisa menambah semangat belajar,” cetus Stri Nareswari. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman (Program S 1 Pendidikan Dokter) semester 7, menjelaskan Ina, panggilan sehari-hari menerima bantuan SPP sejak semester tiga. Gadis manis berjilbab yang tak lain anak seorang wartawan Harun Nurochadi bekerja di sebuah majalah terbitan Jakarta dan pengasuh Kantor Berita Indonesia online, yang juga Sekjen Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) ini mengaku sangat terbantu dengan adanya bantuan SPP dari Yayasan Damandiri. Yang jelas berarti bisa meringankan beban orang tua, tutur Ina. Bantuan SPP Damandiri Ditunggu Mahasiswa Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. H. Ahmad Ansori Mattjik di ruang kerjanya Gedung Rektorat IPB Darmaga, Bogor bersyukur saat
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
143
ini 100 mahasiswanya berkesempatan memperoleh bantuan SPP (beasiswa) dari Yayasan Damandiri. Dikatakan beasiswa itu sangat dibutuhkan oleh mahasiswa “Beasiswa itu sangat ditunggu” tambah. Prof H.Ahmad Ansori Mattjik yang dikenal dekat dengan mahasiswanya. Adanya beasiswa sangat membantu mereka. Siapa lagi yang peduli terhadap mahasiswa yang sedang mengalami kesulitan, kalau bukan lembaga peduli seperti Yayasan yang dipimpin oleh Bapak Haryono. “Dan saya sangat senang dan bersyukur sekali apabila ada badan-badan lain yang ikut memikirkan kesulitan masahasiswa seperti itu,” ungkapnya sembari mengingatkan pembangunan Sumber Daya manusia melalui pemberian bantuan beasiswa bagi mahasiswa berprestasi dari keluarga kurang mampu. Lebih 6000 Mahasiswa Terima Bantuan SPP Dalam rangka membantu pengembangan sumber daya manusia, selama tahun 2002-2004 Yayasan Damandiri telah membantu sekitar 6.056 siswa, mahasiswa, guru dan dosen dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia, khususnya dari kawasan Timur Indonesia. Bantuan itu berupa keringanan pembayaran SPP bagi mahasiswa kurang mampu untuk hampir 3.000 mahasiswa, bantuan untuk mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri dan biaya SPP bagi mahasiswa yang berhasil dari keluarga kurang mampu untuk 2.820 mahasiswa, bantuan untuk keringanan SPP bagi 222 mahasiswa dan bantuan untuk penelitian untuk sekitar 126 mahasiswa S2 dan S3. Mahasiswa penerima bantuan SPP adalah : Penerima SPP sebagai
144
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
tindak lanjut program BMU-UMPTN, Penerima SPP sebagai tindak lanjut Program Bantuan Belajar Mandiri; Penerima Bantuan Biaya Pendidikan (BBP)-yang lebih dikenal sebagai bantuan SPP terkait Program Pemberdayaan Keluarga Di Lingkungan Kampus; dan mahasiswa S2 dan S 3 penerima Bantu Mandiri. Kepedulian Yayasan Damandiri dalam upaya Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia tidak sebatas kegiatan yang telah direncanakan dengan cermat. Kejadian atau peristiwa yang berakibat terhambatya proses belajar mengajar tak luput dari kepeduliaannya. Akibat Tsunami di Aceh misalnya, Yayasan Damandiri segera membantu mahasiswa korban peristiwa dahsat tersebut. Dari 20 Perguruan Tinggi yang dikirim surat sebanyak 10 Perguruan Tinggi segera merespon dengan jumlah mahasiswa sekitar 300 mahasiswa asal Nanggroe Aceh Aceh Darussalam. Kepada mereka diberikan bantuan SPP untuk satu tahun. GSM Ajak Pramuka Belajar Menabung Minggu ketiga Januari 2003, Pimpinan Pengurus Pusat Himpunan Pandu dan Pramuka Wreda (Hipprada) diterima Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) yang saat itu dijabat Drs.Jusuf Kalla, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan (Meneg PP) saat itu dijabat Sri Redjeki Sumarjoto dikantor masing-masing. Pertemuan itu membahas upaya-upaya peningkatan kualitas generasi muda, khususnya upaya meningkatkan peranan Hipprada dan Gerakan Nasional Pramuka dalam pemberdayaan masa depan dan pengembangan watak generasi muda. Dalam pertemuan tersebut, Ketua Hipprada, Prof. Dr. Haryono
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
145
Suyono yang juga dikenal sebagai Ketua I Yayasan Damandiri, membahas kemungkinan dilaksanakannya kerjasama pengembangan program latihan untuk para Pembina Pramuka di beberapa propinsi terpilih. Untuk kemudian melanjutkan ilmu yang diserapnya ke wilayah bina masing-masing. Para Pembina antara lain dilatih untuk mengembangkan program-program yang memungkinkan generasi muda makin peka dan peduli terhadap kebutuhan masyarakat luas., terutama kepada generasi muda yang belum beruntung. Selain itu untuk memupuk rasa solidaritas antar kawan dikembangkan Gerakan Sadar Menabung disingkat GSM. Dalam hal ini Para anggota Pramuka yang sekaligus siswa SD, SLTP dan SLTA dari kelurga kurang mampu akan diusahakan untuk memperoleh bantuan beasiswa yang disaluran sebagai tabungan bagi setiap siswa yang menerima. Untuk menambah tabungan para siswa yang belum beruntung tersebut, orang tua yang lebih mampu atau lembaga yang mampu, dihimbau untuk memberikan bantuan kepada mereka dengan cara mengisi tambahan pada buku tabugan yang dimiliki siswa penerima Program Gerakan Sadar Menabung (GSM). Karena tabungan ditempatkan di bank maka bagi keluargakeluarga peduli dapat langsung mengirim ke buku “siswa anak asuh”-nya.. Pada awal tahun 2003 Yayasan Damanduri bekerjasama dengan GNOTA menjadualkan penyaluran bantuan beasiswa kepada 50.000 siswa SD. Direktur BPR Nusamba Banguntapan, Bantul DI.Yogyakarta Reja Widodo berkata Gerakan Sadar Menabung (GSM) yang diperkenalkan Himpunan Pandu dan Pramuka Wreda (Hipprada), mendapat respon yang cukup baik dari pelajar maupun pramuka yang ada di DI Yogyakarta. Hal ini dapat terlihat dari adanya peningkatan jumlah penabung dan uang yang berhasil dihimpun BPR Nusamba Banguntapan DI Yogyakarta.
146
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
Dana yang berhasil dihimpun dari tabungan Hipprada mencapai Rp 180 juta lebih. Ketertarikan pelajar ini karena setiap mereka berhasil membawa penabung secara otomatis tabungan mereka akan bertambah Rp10.000. Melalui Gerakan Sadar Menabung itu, anggota pramuka dari kalangan mampu membantu rekannya dari kalangan kurang mampu untuk bersama-sama menabung sebagai bekal masa depan, sesuai dengan citacita pendidikan nasional menciptakan generasi muda yang terampil dan langsung bisa ikut membangun bangsa. Pendekatan lain untuk memasyarakatkan gerakan sadar menabung ini adalah melalui nasabah bank yang mendapat kredit pemberdayaan perempuan untuk usaha produktif. Setiap orang yang mendapat kredit, boleh menunjuk anak tetangganya yang dianggap tidak mampu agar menabung di bank. Uang tabungan pertama itu yang akan dibantu Hipprada. Di Purworejo Drs. Istiharto. Ketua Hiprada Purworejo Jawa Tengah GSM mengatakan, Hipprada Purworejo selama ini telah melaksanakan program Gerakan Sadar Menabung (GSM) yang telah tercapai sasarannya bagi para siswa-siswi sekolah menengah pertama SMP dan Sekolah Menengah Atas SMA ke semua kecamatan di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah.Jumlah siswa-siswa yang ikut program GSM terjadi peningkatan yang cukup pesat yaitu pada tahun 2003 mencapai 1886 siswa-siswi SLTP/SLTA, tahun 2004 mencapai 3021 orang dan tahun 2005 mencapai 4692 orang. Pada perkembangannya kami mempunyai pemikiran untuk melanjutkan program ini yaitu pertanian Vertikultur yang dimaksudkan memberikan bekal kepada mereka untuk mendapatkan penghasilan sendiri dengan cara menanam produk pertanian seperti kangkung, bayam, sawi dan lain-lain yang tidak memerlukan waktu lama serta lahn yang luas, diharapkan
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
147
bisa menjadi usaha pertanian kalau laku dijual tetapi paling tidak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan alhamdullilah dananya sudah di kucurkan walaupun tidak terlalu besar. Disamping GSM, kita menginginkan program-program Yayasan Damandiri yang menyentuh rakyat kecil dapat bermitra dengan kami, karena selama ini kita hanya tahu program Damandiri dengan Hipprada atau pramuka karena memang Kabupaten Purworejo sebagai Kabupaten Pramuka. Untuk itu kalau ada program-program Damandiri yang berhubungan dengan pramuka saya harapkan Purworejo diikutsertakan karena saya tahunya dari teman di kabupaten lain yang mempunyai program Damandiri selain program dengan Hiprada dan Pramuka. Bupati Purworejo H.Kelik Sumrahadi,S.Sos,MM. Berkata, Program ini adalah program pemberdayaan generasi muda melalui Gerakan Sadar Menabung (GSM), merupakan suatu upaya untuk mendorong kepedulian keluarga dan masyarakat guna mengembangkan potensi anak dan generasi muda yaitu anak remaja yang masih bersekolah maupun tidak bersekolah lagi tetapi dapat dibina dan diajak dalam kegiatan kepramukan maupun kegaiatan kemasyarakatan lainnya. Generasi muda sebagai generasi penerus bangsa perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi dirinya sehingga dapat tumbuh berkembang secara optimal. Karena kondisi keluarga prasejahtera sebagian besar anakanaknya belum dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya terutama kebutuhan pendidikan, ketrampilan serta kesehatan sebagai dasar untuk dapat tumbuh berkembang dan berpartisipasi menuju kemandirian dikemudian hari.
] 148
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
DAMANDIRI BERSAMA PERGURUAN TINGGI TINGKATKAN HDI
M
EDIO awal 2004, seluruh warga bangsa Indonesia utamanya para pakar, elit politik dan elit pemerintahan seakan tersentak. Pasalnya UNDP dalam laporan tahunan melalui apa yang disebut dengan Human Development Report (HDR) yang diterbitkan tahun 2004, menunjukkan bahwa Index Pembangunan Manusia - Human Development Index (HDI) Indonesia untuk tahun 1999 dan 2002, berada di urutan ke-111 dari 177 negara di dunia. Memprihatinkan. Indonesia yang dikenal “subur loh jinawi” karena kekayaan alam yang begitu melimpah, namun kualitas penduduknya berada dibawah Vietnam.Hal ini menunjukkan kualitas manusia Indonesia belum baik. Untuk memecahkan masalah tersebut perlu dilakukan upaya nyata (konkrit) dan terarah. Comitmen yang kuat dari semua pihak merupakan
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
149
kunci dan akan sangat membantu menyelamatkan bangsa dari keterpurukan lebih dalam lagi di era krisis berkepanjangan ini. Sejalan dengan misinya Yayasan Damandiri kembali terpanggil untuk lebih berperan dalam peningkatan kualitas manusia terkait kesejahteraan keluarga-keluarga Indonesia ini. Upaya Peningkatan Mutu Manusia (Human Development) antara lain dapat dilakukan melalui pembangunan berwawasan kependudukan dengan fokus pada peningkatan kesehatan keluarga dan lingkungannya, pelaksanaan keluarga berencana secara lestari, pendidikan, pelatihan dan peningkatan partisipasi keluarga dalam kegiatan ekonomi produktip. Berbekal pengalaman dan kemampuan jajaran pimpinan melaksanakan Gerakan Pembangunan Terpadu selama ini, maka dalam
150
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
upaya bangsa meningkatan HDI Indonesia, Yayasan Damandiri menebar benih kebersamaan ke segala lini. Tak terkecuali mengajak jajaran perguruan tinggi, organisasi profesi, kalangan perbankkan serta lembaga swadaya masyarakat dan organisasi kemasyarakatan yang memiliki kepedulian peningkatan sumber daya manusia. Sebagai langkah awal, Yayasan Damandiri bekerjasama dengan Universitas Airlangga dan Bank JATIM mengembangkan lembaga yang disebut Lembaga Indonesia untuk Pengembangan Manusia - LIPM (Indonesian Institute for Human Development) disingkat dengan IIHD. Lembaga atau Institute ini berada di bawah kewenangan Program Pascasarjana Universitas Airlangga. Meski sudah lama terjalin kerja sama yang baik antara Universitas Airlangga dengan Bank Jatim dan Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Yayasan Damandiri), barulah pada tanggal 14 April 2005 naskah perjanjian kerja sama (MOU) ditandatangani, di ruang Rektorat Kampus Unair. Naskah perjanjian kerja sama (MoU) ditandatangani langsung oleh Wakil Ketua I Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono; Rektor Universitas Airlangga Prof Dr (med) Puruhito, dr; dan Direktur Utama PT Bank Jatim yang diwakili Direktur Pemasaran PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Achmad Nur Chasan. Penandatanganan MoU ini antara lain disaksikan Sekretaris Yayasan Damandiri Drs Subiyakto Tjakrawerdaja, Ketua IIHD Dr Sunarjo, dr, MS, MSc., dan Administratur Yayasan Damandiri dr.Loet Affandi SPOG. Dalam perjanjian kerja sama ini Yayasan Damandiri merupakan pihak pertama yang mengusahakan dan memberikan bantuan dana dalam
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
151
pengembangan dan penyelenggaraan kegiatan LIPM. Sedang salah satu tugas Unair selaku Pihak Kedua antara lain menginventarisasi dan mengumpulkan dokumen, data dan referensi tentang kebijakan dan program pembangunan peningkatan kualitas manusia di daerah/wilayah pengembangan. Sementara itu, PT Bank Jatim sebagai pihak ketiga turut pula membantu mengusahakan pendanaan untuk pengembangan dan penyelenggaraan kegiatan LIPM serta memfasilitasi pihak-pihak terkait dalam upaya pengembangan wirausaha dan kegiatan ekonomi produktif dengan dana yang telah disalurkan dari Yayasan Damandiri. Dalam melaksanakan program kerjanya IIHD dilandasi oleh pola pikir bahwa untuk meningkatkan mutu Manusia Indonesia, para perumus dan penentu kebijaksanaan, utamanya ditingkat Kabupaten dan Kota seyogyanya mengacu pada berbagai variabel utama dari Indikator Pembangunan Sumber Daya Manusia (HDI) yaitu Kesehatan, Pendidikan, dan Ekonomi. Lembaga baru ini mempunyai Visi “Terdepan dalam pengembangan manusia” dengan Misi “Meningkatkan HDI melalui upaya kesehatan, pendidikan dan pelatihan, dan peningkatan kesejahteraan keluarga melalui pemberdayaan ekonomi keluarga”. Tujuan umum IIHD adalah Meningkatnya kesejahteraan keluarga sehingga memiliki kualitas hidup yang memadai secara mandiri, tanpa menanggalkan nilai dan norma budaya sesuai tujuan pembangunan nasional dan pembangunan yang bermuara pada meningkatnya kualitas sumber daya manusia. Tujuan khususnya adalah meningkatnya pemahaman pembangunan
152
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
yang berwawasan penduduk di Indonesia; Menghasilkan studi tentang kebijakan (policies) dan perencanaan pembangunan penduduk didaerah perkotaan (urbanized area) atau kabupaten yang berkembang secara berkelanjutan; Penyempurnaan akses serta pelayanan publik dibidang kesehatan dan keluarga berencana, pendidikan dan ekonomi keluarga dan koperasi; Terjalinnya kerjasama, pertukaran pengalaman dan informasi antar Kabupaten / Kota dalam penetapan kebijakan dan pelaksanaan pembangunan berwawasan penduduk; dan Mengembangkan rancangan model pembangunan berwawasan penduduk secara komprehensip dan integratip. Manfaat yang diharapkan adalah meningkatnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman serta komitmen dari semua pihak yang berkaitan (Stakeholders); Meningkatnya kemampuan Perencana Pembangunan dalam mengintegrasikan pembangunan berorientasi Penduduk sebagai bagian dari pembangunan wilayah; dan Meningkatnya jejaring informasi dan kerjasama antar lembaga di bidang pembangunan kewilayahan khususnya masalah perkotaan. Untuk kelancaran komunikasi antar Lembaga terkait maka dibentuk forum komunikasi. Pada tahap awal diprioritaskan 10 Kabupaten / Kota terpilih yaitu Kota Surabaya, Kota Malang, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Tulungagung, Kota Semarang, Kota Solo, Kabupaten Sragen, Kabupaten Purbalingga Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Karangasem. Dalam kaitan ini IIHD yang kemudian disebut utamanya mengkoordinir kegiatan di “Wilayah Timur” menunjuk Tim Pendamping dari Universitas/Perguruan Tinggi yang berdekatan dengan Kabupaten / Kota tersebut, yaitu Program Magister llmu Pengembangan Sumber Daya Manusia Universitas Airlangga, Lembaga Pengabdian Masyarakat pada
10 TAHUN MENGABDI TANPA HENTI
153