PENERAPAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN BANTUAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT KELAS VII DI SMP NEGERI 1 BLITAR Ayin Ria Yufita* Universitas Negeri Malang E-mail :
[email protected] Pembimbing : Prof. Dr. Toto Nusantara, M.Si Abstrak :Berdasarkan observasi pendahuluan serta wawancara kepada guru pengajar matematika di SMP Negeri 1 Blitar diketahui bahwa dalam proses pembelajaran jarang menerapkan metode atau model pembelajaran yang bermacam-macam. Metode ekspositori atau ceramah masih menjadi pilihan utama mereka dalam melaksanaan kegiatan pembelajaran matematika di dalam kelas yang mengakibatkan siswa cenderung pasif. Metode yang diterapkan di sekolah tersebut masih perlu dikembangkan lagi agar dapat bervariasi. Teknologi yang semakin canggih juga dapat mendorong kualitas pengajaran dalam pendayagunaan media pembelajaran. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan metode belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar. Pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah strategi Learning Cycle 5E dengan bantuan alat peraga. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Data diperoleh dari hasil pengerjaan tes akhir, observasi dan catatan lapangan. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 21,4 %. Kata Kunci : Learning Cycle 5E, Alat Peraga, Hasil Belajar Abstract : Based on preliminary observations and interviews with teachers of mathematics in SMP Negeri 1 Blitar known that the learning process is rarely applied methods or models of learning are manifold. Expository or lecture method is still the main choice in carrying out their mathematics learning activities in the classroom that resulted in students tend to be passive. Methods applied in the school still needs to be developed further in order to vary. Technology which sophisticated progressively also can push the quality of instruction in utilization of study media.To overcome these problems, necessary learning method that can improve learning outcomes. Learning is applied in this study Learning Cycle 5E strategy with the help of props. The purposes of this research is to applying learning cycle 5E with tools for increasing the outcomes of students learning VII G at SMP 1 Blitar in triangle and quadrilateral. This research is a Classroom Action Research (CAR). The data is taken from the exercise result, observation and also field notes. The research found the improvement the student achievement at cycle II is 21,4% from cycle I. Keywords : Learning Cycle 5E, Tools, Outcomes of Student Learning
Belajar merupakan proses dimana adanya perubahan antara tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, untuk memperoleh hasil yang maksimal. Proses belajar–mengajar merupakan interaksi yang terjadi antara siswa dengan guru. Interaksi tersebut berupa stimulus yang diberikan oleh guru dan siswa merespon terhadap stimulus tersebut. Proses belajar mengajar tidak mengenal waktu ataupun tempat, kesemuanya dapat berlangsung kapanpun. Pendapat Hudoyo (1988: 107) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga timbul perubahan tingkah laku, misalnya setelah belajar, seorang mampu mendemonstrasikan dan keterampilan dimana sebelumnya siswa tidak dapat melakukannya. Salah satu tujuan utama pembelajaran adalah keberhasilan siswa dalam belajar, baik dalam suatu mata pelajaran maupun pendidikan pada umumnya. Usaha-usaha guru dalam mengatur dan menggunakan strategi pembelajaran merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Peningkatan hasil belajar tersebut dapat ditinjau berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh siswa dari hasil tes pada suatu bidang tertentu (Isjoni, 2011: 34). * Ayin Ria Yufita adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), Malang. Artikel ini diangkat dari Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang, 2013.
Sampai saat ini, pembelajaran yang berlangsung di sekolah kebanyakan masih menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi. Siswa cenderung pasif dan tidak terlibat langsung dalam menemukan suatu konsep. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dengan salah satu guru matematika, pembelajaran materi segitiga dan segiempat pada kelas VII masih menggunakan metode ceramah. Sehingga dalam proses pembelajaran kebanyakan dari mereka tidak optimal menggunakan pengetahuan yang mereka miliki untuk membentuk suasana belajar yang aktif dan seringkali berlangsung satu arah Kelas VII G merupakan salah satu kelas regular di SMP Negeri 1 Blitar. Pembelajaran dengan metode ceramah sangat tidak efektif digunakan pada kelas ini. Saat guru menjelaskan pelajaran kebanyakan dari mereka tidak memperhatikan, hal ini kemungkinan disebabkan karena siswa tidak mengerti apa yang dijelaskan guru. Meskipun demikian mereka tetap hadir dalam mengikuti pelajaran di kelas.Untuk mengatasi hal itu perlu adanya model pembelajaran yang tepat, sehingga tercapai hasil belajar yang maksimal yang sesuai dengan indikator. Penggunaan model pembelajaran yang menarik dan bantuan alat peraga yang tepat sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan semangat siswa sehingga siswa terlibat aktif dalam mempelajari suatu materi. Penggunaan alat peraga yang tepat diharapkan siswa lebih mudah dalam memahami suatu materi.Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan yaitu learning cycle 5E yang merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered). Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien (Sudjana, 2002 :59 ). Alat peraga dapat berupa perangkat lunak dan perangkat keras. Dengan menggunakan alat peraga, diharapkan siswa tidak perlu membayangkan benda-benda tiga dimensi yang terdapat pada materi, sehingga mereka dapat belajar secara nyata. Alat peraga hendaknya memiliki karakteristik yang khusus seperti di ungkapkan oleh Ruseffendi (dalam Darhim,1986:14 ) menyatakan bahwa alat peraga yang digunakan harus memiliki sifat sebagai berikut: (1) Tahan lama (terbuat dari bahan yang cukup kuat ), (2)Bentuk dan warnanya menarik, (3) Sederhana dan mudah di kelola (tidak rumit ), (4) Ukurannya sesuai (seimbang) dengan ukuran fisik anak, (5) Dapat menginterpresentasikan konsep matematika (tidak mempersulit pemahaman), (6) Sesuai dengan konsep pembelajaran, (7) Dapat memperjelas konsep (tidak mempersulit pemahaman ), (8) Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir yang abstrak bagi siswa, (9) Bila guru mengharap siswa belajar aktif (sendiri atau berkelompok ) alat peraga itu supaya dapat di manipulasikan , yaitu: dapat diraba, dipegang, dipindahkan, dimainkan, dipasangkan, dicopot, (diambil dari susunannya ) dan lain-lain, (10) Bila mungkin alat peraga tersebut dapat berfaedah lipat (banyak). Pendekatan konstruktivisme terdiri dari 5 fase yaitu engagement, exploration, explanation, dan evaluation. Pada fase engagement dilakukan kegiatan-kegiatan yang dapat membangkitkan minat siswa pada pelajaran matematika, siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompokkelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur (exploration), memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk menyampaikan ide yang mereka miliki melalui kegiatan diskusi (explanantion), mengajak siswa menerapkan konsep dan ketrampilan dalam mengerjakan soal (elaboration), dan dilakukan evaluasi terhadap efektifitas fasefase sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi siswa (evaluation). Penelitian ini merupakan Penelitiaan Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana, penganalisis data serta penyusun laporan. Tindakan yang direncanakan dalam penelitian ini berupa penerapan model Learning Cycle 5E dengan alat bantu peraga pada pokok bahasan segitiga dan segiempat sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Blitar. Berdasarkan kelebihan-kelebihan yang ada pada setiap tahapan learning cycle diharapkan learning cycle dapat meningkatkan hasil belajar siswa VII G SMP Negeri 1 Blitar pada materi segitiga dan segiempat. Keberhasilan hasil belajar siswa dikatakan berhasil jika persentase ketuntasan belajar lebih dari sama dengan 75% dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 75.
METODE Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karena digunakan untuk menelusuri dan mendapatkan gambaran tentang tingkah laku dan kinerja subjek penelitian selama penelitian berlangsung. PTK mempunyai 4 tahap, yakni : perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VII G SMP Negeri 1 Blitar semester genap tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 28. Kehadiran peneliti di lapangan merupakan hal yang mutlak selama kegiatan berlangsung. Peneliti bertindak sebagai perancana tindakan, pemberi tindakan, pengumpul data, penganalisis data serta sekaligus pembuat laporan hasil penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kegiatan siswa, tes, lembar observasi, catatan lapangan , dan dokumentasi. Dengan teknik pengumpulan datanya dilakukan selama pembelajaran. Sumber data dalam penelitian ini yaitu data kualitatif. Data kualitatif berupa catatan lapangan dan lembar observasi, selain itu data kualitatif didukung dari dokumentasi, penjelasan hasil pengerjaan latihan soal, LKS dan tes akhir siklus. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif. Analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (dalam Nurwahidah, 2007:22) meliputi tiga tahap, yakni 1) mereduksi data, 2) menyajikan data, 3) menarik kesimpulan serta verifikasi. Mereduksi data adalah kegiatan menyeleksi, memfokuskan dan menyederhanakan semua data yang telah diperoleh untuk penyusunan laporan penelitian. Menyajikan data yaitu mongorganisasikan data hasil reduksi dalam bentuk naratif. Menarik kesimpulan adalah memberikan kesimpulan terhadap penafsiran, evaluasi dan tindakan. Untuk data kuantitatif analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis validitas instrumen dan analisis data hasil belajar. Analisis validitas instrumen digunakan untuk mengetahui kevalidan instrumen yang digunakan dalam penelitian. Kevalidan instrumen dihitung dengan rumus : kevalidan instrumen = jumlah skor/banyak indikator Data hasil belajar dianalisis dengan analisis hasil evaluasi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individu. Seorang siswa dikatakan tuntas apabila telah mencapai skor ≥ 75 dan ketuntasan klasikal apabila 75% kelas tersebut telah mencapai skor ≥ 75. Untuk mengetahui persentase subyek yang mencapai ketuntasan belajar (KB) dengan menggunakan rumus : KB =jumlah siswa yang mencapai skor ≥ 75 / jumlah siswa yang mengikuti tes x 100%. Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan kriteria derajat kepercayaan dan teknik pemeriksaan ketekunan pengamatan dan triangulasi sesuai yang dipaparkan Moleong (2009:330) yaitu ketekunan pengamatan dan triangulasi. Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan metode, yang terdapat dua strategi yaitu (1) membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data yang berbeda, (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang berbeda.
HASIL Sebelum melaksanakan tindakan terlebih dahulu peneliti melakukan observasi dalam kelas dan wawancara informal dengan salah satu guru matematika SMP Negeri 1 Blitar. Didapatkan fakta didasarkan dalam pengamatan bahwa pembelajaran dalam kelas masih menggunkan metode ceramah, kemudian dari hasil wawancara informal diperoleh informasi tentang keadaan siswa dalam kelas yang meliputi keaktifan, kemampuan siswa, dan menjawab soal selama mengikuti pelajaran matematika. Selanjutnya peneliti bersama guru menentukan kelas mana yang cocok digunakan sebagai subjek penelitian. Ditentukan bahwa kelas VII G sebagai subjek penelitian. Paparan data siklus I, tahap perancanaan tindakan yaitu meliputi (1) memilih materi pembelajaran yaitu “segitiga dan segiempat”. (2) menyusun RPP yang sesuai dengan pembelajaran learning cycle 5E, RPP siklus I disusun dengan alokasi waktu 6 x 40menit (3 pertemuan). (3) menyusun Lembar Kegiatan Siswa sesuai dengan materi yang dipelajari. (4) menyusun lembar observasi aktivitas guru, lembar aktivitas siswa dan lembar catatan lapangan. (5) membagi kelompok heterogen. (7) mengkoordinasikan dengan guru mata palajaran matematika untuk proses observasi pembelajaran matematika.
Pelaksanaan tindakan, tindakan dilaksanakan dalam empat pertemuan seperti dalam Tabel 3.1 sebagai berikut: Tabel 3.1 Pembahasan Materi Segitiga dan Segiempat Tiap Pertemuan pada Siklus I Pertemuan Hari / Tanggal Materi ke1 Senin/4 Maret 2013 • Pengertian segitiga • Sifat-sifat segitiga 2 Selasa/5 Maret 2013 Sifat-sifat segiempat 3 Kamis/7 Maret 2013 Sifat-sifat segiempat 4 Senin/11 Maret 2013 Tes Setiap pertemuan terdiri dari tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan awal berisi motivasi dan apersepsi, kegiatan inti berisi tahapan pembelajaran learning cycle 5E, dan kegiatan penutup berisi refleksi dan simpulan. Pengamatan tindakan selama proses pembelajaran dilakukan oleh dua orang teman sejawat. Didapatkan hasil observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa masuk kategori “cukup baik”. Refleksi tindakan siklus I. refleksi digunakan untuk menentukan apakah terdapat kelemahan dan kekurangan dalam tindakan siklus I, disamping itu refleksi digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah paham materi logaritma yaitu dengan kriteria minimal 75% siswa memiliki rata-rata lebih dari atau sama dengan 75. Dilihat dari pengerjaan tes akhir didapat 71,4% siswa mengalami ketuntasan, sehingga pemberian tindakan pada siklus I masih perlu dilakukan perbaikan karena siswa masih belum memahami materi segitiga dan segiempat yaitu dengan membuat siklus II dengan memperhatikan kekurangan dan kelemahan yang terdi pada siklus I.Jadi bersama dengan guru, pada siklus II tahap perencanaan, peneliti menyusun RPP, LKS yang sesuai dengan materi, dan menyususn lembar observasi. Pelaksanaan tindakan II dilakukan dalam empat pertemuan seperti pada Tabel 3.2 sebagai berikut : Tabel 3.2 Pembahasan Materi Segitiga dan Segiempat Tiap Pertemuan pada Siklus 1I Pertemuan Hari / Tanggal Materi ke1 Kamis/14 Maret 2013 Rumus keliling pada segitiga dan segiempat 2 Senin/18 Maret 2013 Rumus luas pada segitiga dan segiempat 3 Selasa/19 Maret 2013 Menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan keliling dan luas segitiga dan segiempat 4 Kamis/21 Maret 2013 Tes Setiap pertemuan terdiri dari tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan awal berisi motivasi dan apersepsi, kegiatan inti berisi tahapan pembelajaran learning cycle 5E, dan kegiatan penutup berisi refleksi dan simpulan. Pengamatan tindakan selama proses pembelajaran dilakukan oleh dua orang teman sejawat. Didapatkan hasil observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa masuk kategori “baik”. Refleksi tindakan siklus II, berdasarkan paparan data dan hasil observasi yang dilakukan bahwa penerapan pembelajaran learning cycle 5E belum mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada materi segitiga dan segiempat. Hal ini dapat dicermati dari hasil tes akhir siklus II yang mencapai minimal 92,8 % siswa mencapai ketuntasan belajar minimal dengan rata-rata 75 atau lebih.
PEMBAHASAN Pembelajaran yang dilakukan sebanyak 8 kali pertemuan dengan 2 jam pelajaran untuk tiap pertemuannya. Empat kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan pada siklus I, karena siswa belum mencapai target maka dibuat lagi empat kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan siklus II. Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah materi tentang segitiga dan segiempat dengan menerapkan model pembelajaran learning cycle 5E.
Pembelajaran kooperatif tipe learning cycle 5E diawali dengan guru menumbuhkan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran kemudian guru menyampaikan pertanyaan yang terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan peserta didik, kemudian guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi dengan kelompoknya dan pada akhirnya ada perwakilan kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas. Kegiatan diakhiri dengan memberikan kuis pada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa selama pembelajaran yang telah dilakukan. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus karena siklus I penelitian tidak mencapai target minimal 75% siswa dalam kelas mendapat nilai lebih atau sama dengan 75. Setiap siklus terdapat empat tahap penelitian sesuai dengan model penelitian tindakan kelas yang dikemukakan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau observasi dan refleksi. Pada perencanaan penelitian, peneliti bersama dengan guru pengajar matematika kelas VII G SMP Negeri 1 Blitar membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) didalamnya meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Dalam kegiatan pendahuluan guru (1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, (2) Mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, dan (3) menjelaskan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti terdapat tiga tahap, yaitu tahap engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation. Pada kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik membuat simpulan tentang materi pembelajaran yang telah dipelajari, melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan misalnya dengan tanya jawab pada siswa, guru mengulang singkat tentang materi yang telah dipelajari dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Pada pelaksanaan penelitian yaitu penerapan model pembelajaran learning cycle 5E, pada siklus I pertemuan 1, pada kegiatan pendahuluan guru menumbuhkan motivasi siswa dengan memberikan contoh-contoh yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi. Di dalam penjelasan tersebut guru juga melakukan tanya jawab dengan siswa, namun kondisi siswa pasif. Pada tahap inti, tahap exploration guru memberikan LKS untuk dikerjakan secara kelompok. Pada tahap explanation, guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas. Pada tahap elaboration, guru memberikan LKS lagi pada masing-masing kelompok sebagai penerapan konsep yang telah mereka temukan pada tahap exploration. Pada tahap terakhir, yakni evaluation, guru memberikan soal kuis pada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa pada materi yang baru saja diperoleh. Untuk pertemuan 2 siklus I, pada tahap pendahuluan guru mengingatkan kembali tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya dan menumbuhkan motivasi siswa unuk mengikuti pembelajaran (engagement). Pada tahap inti, tahap exploration guru memberikan LKS untuk dikerjakan secara kelompok. Pada tahap explanation, guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas. Pada tahap elaboration, guru memberikan LKS lagi pada masing-masing kelompok sebagai penerapan konsep yang telah mereka temukan pada tahap exploration. Pada tahap terakhir, yakni evaluation, guru memberikan soal kuis pada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa pada materi yang baru saja diperoleh. Untuk pertemuan 3 siklus I, pada tahap pendahuluan guru mengingatkan kembali tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya dan menumbuhkan motivasi siswa unuk mengikuti pembelajaran (engagement). Pada tahap inti, tahap exploration guru memberikan LKS untuk dikerjakan secara kelompok. Pada tahap explanation, guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas. Pada tahap elaboration, guru memberikan LKS lagi pada masing-masing kelompok sebagai penerapan konsep yang telah mereka temukan pada tahap exploration. Pada tahap terakhir, yakni evaluation, guru memberikan soal kuis pada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa pada materi yang baru saja diperoleh. Pada pertemuan ke empat dilaksanakan tes, tes berbentuk essay dan dikerjakan secara individu. Pelaksanaan siklus 2 memiliki kegiatan-kegiatan yang sama dengan siklus I, baik pada pertemuan 1, 2, 3, atau pertemuan 4. Berdasarkan hasil observasi, catatan lapangan, maupun nilai tes siswa pada siklus I masih terdapat kelemahan-kelemahan selama proses pembelajaran dan target atau kriteria ketuntasan belajar siswa belum tercapai. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain adalah sebagai berikut (1) siswa banyak yang bergurau pada saat pembelajaran berlangsung, terutama pada saat tahap expanation, (2) siswa melakukan kegiatan dengan lambat, sehingga waktu terlaksananya pembelajaran melebihi alokasi waktu pada rencana pelaksanaan pembelajaran, (3) siswa kurang percaya diri saat diminta
maju ke depan untuk presentasi, (4) masih terjadi kesalahan dalam menuliskan simbol, yang dapat mengakibatkan kesalahan dalam mengerjakan soal, (6) hasil tes akhir siklus I yaitu hanya 20 siswa yang mendapat nilai lebih dari sama dengan 75 dan 8 siswa lainnya mendapat nilai < 75 Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran learning cycle 5E berdasarkan hasil observasi aktivitas yang dilakukan guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung baik, yang terlihat dalam persentase rata-rata skor observasi yang menunjukkan kriteria “cukup baik” dan “baik”. Tetapi menurut peneliti, pembelajaran masih perlu ditingkatkan dan diperbaiki agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk hasil belajar siswanya, berdasarkan hasil analisis nilai tes akhir siklus siswa pada siklus II, terdapat peningkatan ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II yaitu 21,4%. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran learning cycle sudah maksimal dalam mencapai target yang diharapkan peneliti dikarenakan hasil pengerjaan LKS, Latihan soal pada kegiatan dalam LKS sudah banyak yang benar dan diperkuat oleh hasil pengerjaan soal tes akhir siklus II siswa dengan persentase ketuntasan yaitu 92,8%. Pada siklus II sudah ada peningkatan nilai akhir siklus dengan peningkatan ketuntasan klasikal 21,4%. Pada siklus I siswa yang tuntas belajar sebanyak 20 siswa dan pada siklus II siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi 26 siswa. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E untuk meningkatkan hasil belajar materi segitiga dan segiempat pada siswa dapat dikatakan mampu meningkatkan hasil belajar siswa karena ketuntasan belajar iswa sudah mencapai indikator yang ditentukan. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E pada materi segitiga dan segiempat ini telah sesuai dengan tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran learning cycle 5E. Meskipun pelaksanaan telah sesuai dengan tahapan-tahapan pada pembelajaran learning cycle 5E tetapi masih terdapat kendala yang dihadapi oleh peneliti. Kendala serta solusi yang dihadapi peneliti dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Kendala dan Solusi dalam Pelaksanaan Pembelajaran Learning Cycle 5E Kendala Solusi Mengorganisasi siswa ke dalam Guru memberikan pengertian bahwa kelompok-kelompok, karena siswa semua teman itu sama, dan jika dalam cenderung memilih teman dekat mereka berdikusi nanti siswa merasa untuk menjadi anggota kelompoknya. kebingungan bisa bertanya pada guru. Siswa yang duduk di belakang sering Guru bersikap tegas pada iswa yang membuat gaduh, sehinga mengganggu sering membuat gaduh dengan teman yang lain. memindahnya duduk di depan. Siswa kurang percaya diri saat diminta Guru memberikan pengertian pada guru untuk mempresentasikan hasil siswa bahwa semuanya masih belajar, diskusinya sehingga waktu yang jadi tidak perlu malu jika melakukan kesalahan. terbuang semakin banyak. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pengkajian data setelah diberikan tindakan berupa pembelajaran menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E untuk meningkatkan hasil belajar pada materi segitiga dan segiempat kelas VII G SMP Negeri 1 Blitar, diperoleh peningkatan ketuntasan belajar siswa sebanyak 21,4%. Pada siklus I, hanya 20 siswa yang tuntas belajar (71,4%) dan pada siklus II terdapat 26 siswa yang tuntas belajar (92,8%). Berdasarkan pengamatan peneliti, pada siklus I belum mencapai target dan masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran yang perlu diperbaiki sehingga dibuat siklus II, berikut kelemahannya antara lain (1) banyak siswa yang masih bingung cara mengerjakan LKS, (2) siswa lambat untuk menyelesaikan LKS dalam pembelajaran sehingga alokasi waktu tidak mencukupi, (3) siswa belum terbiasa dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E, (4) guru dalam hal ini peneliti belum mengatur waktu pembelajaran secara efesien. Dari hasil belajar siswa yaitu pada hasil tes akhir siklus II terdapat peningkatan dari siklus I yaitu sebanyak 26 siswa telah tuntas belajar sehingga ketuntasan meningkat sebesar 21,4%. Berdasarkan pengamatan peneliti pada siklus II, (1) siswa sudah aktif dalam kegiatan
kelompok, (2) siswa sudah memberikan respon positif terhadap pembelajaran dengan mengerjakan LKS.
DAFTAR RUJUKAN Darhim. 1986. Media dan Sumber Belajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka. Hudoyo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: DEPDIKBUD. Isjoni, H. 2011. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosdaKarya. Nurwahidah. 2007. Implementasi PMRI dalam Pembelajaran Luas Permukaan dan Volume Bangun Ruang di Kelas VII E SMP Negeri 18 Malang. Poerwadarminta, W.J.S.1976.Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka. Sudjana, Nana. 2002. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:Algesindo. Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: UM Press.
