~lf l1 Z--/111b/ /s: AURA T DALAM PERSPEKTIF ULAMA MAZHAB DAN RELEVANSINYA DENGAN MASA KINI
Ma'rifa Muhaimin NIM:l03043127961
IPER:sr•:AAN urn,,;-) ----.' PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M/1429 H
AURATDALAM PERSPEKTIF ULAMA MAZHAB DAN RELEVANSINYA DENGAN MASA KINI
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Saijana Hukum Islam (SHI)
t<_'\A
'\t
·_:-~ l::' iil\,
() -! /\
Oleh Ma'rifa Muhaimin Nim:! 03043127961
Di Bawah Bimbingan
Pembimbin
Dr. H. Ahm d Mukri AjL MA. NIP. 150.220.544
II
Hj. Ummu Hanah Yusuf. MA NIP.150.277.548
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF I-IIDA YATULLAH JAKARTA 2008 M/1429 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi be1judul AURAT DALAM PERSPEKTIF ULAMA MAZHAB DAN RELEVANSINYA DENGAN MASA KINI telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 29 Mei 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum (PMH).
Jakarta, 30 Mei 2008 Mengesahkan, ari'ah dan Hukum
Pro .Dr.H.
PANITIA UJIAN Ketua
: Dr.H.Ahmad Mukri Adji, MA NIP. 150 220 159
Sekretaris
: H. Muhammad Taufiki, M.Ag NIP. 150 290 159
Pernbirnbing I
: Dr.H.Ahmacl Mukri Adji. MA NIP. 150 220 159
Pembimbing II
: Hj. Ummu Hanah Yusuf, MA. NIP .150 277 548
Penguji I
: Prof.Dr.H.Hasanudclin. AF.MA NIP. 150 150 917
Penguji II
: Fuad Thohari, M.Ag NIP.150 299 934
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan hidayah, taufik, dan Inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya salawat dan salam semoga selalu dilimpahkan Allah SWT kepada Nabi dan Rasul-Nya Muhammad SAW beserta Sahabat keluarganya dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Proses penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. 2. Ketua Progran Studi Perbandingan Mazhab Dan Hukmn Fakultas Syari'ah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA yang juga sebagai pembimbing I, terimakasih atas waktunya ditengah kesibukan Bapak dalam memberikan bimbingan dan saran bagi penulis. Dan sekretaris Progran Studi Perbandingan Mazhab Hukum, Bapak Muhammad Taufiki, M.Ag. 3. Ibu Hj. Ummu Hanah Yusuf, MA. sebagai pembimbing II, yang dengan penuh keikhlasan dan ketulusan hati telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.
"
4. Orang Tua tercinta, kakak-kakak dan adik, yang senantiasa mendoakan penulis dan memberikan motifasi, baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi serta menyelesaikan penulisan skripsi ini. 5. Abi clan Umi, yang selalu memberikan bimbingan serta motifasi yang sangat bermanfaat. 6. Teman-teman PMF angkatan 2003 yang ticlak bisa penulis sebutkan satu persatu. Akhirnya kepacla Allah SWT jualah penulis serahkan, agar semua bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak tersebut diberikan-Nya pahala yang berlipat ganda. Amin. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan kepada pembaca, meski skripsi ini tidak lepas dari kekurangannya.
Jakarta, 14 April 2008 M 07 Rabi'ul Tsani 1429 H
Penulis
DAFTARISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................
ii
DAFT AR ISi... ... .. . ... ... ... ... .. . ... .. . ... .. . ... .. . ... ... ... ... ... ... ... .. . .. . . .. .. ...
iv
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah......................................
9
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ............................................
10
D. Metode Penelitian Dan Teknik Penulisan ...............................
10
E. Studi Pustaka ..............................................................................
11
F. Sistematilrn Penulisan.................................................................
12
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG AURAT ....................................
13
A. Pengertian Aurat .......................................................................
13
B. Batas Aurnt Perempuan Dan Laki-Laki ..................................
15
C. Hukum Menutup Aurat .............................................................
30
D. Hikmah Dan Nilai Filisofis Menutup Aurat.............................
34
BAB III: BUSANA MUSLIMAH SEBAGAI PENUTUP AURAT ............ . DAN RELEVANSINYA DENGAN MASA KINI .........................
IV
42
A. Pengertian Busana Muslimah....................................................
42
B. Kriteria Busana Muslimah Sebagai Penutup Aurat .............. . Dan Hikmahnya Sebagai ........................................................... . Penanggulangan Pornoaksi........................................................
48
C. Penyebab Dan Bahayanya Pornoaksi .......................................
57
D. Pandangan Ulama Mazhab Kaitannya Dengan ...................... . Penampakan Aurat.....................................................................
69
E. Analisis Penulis Tentang Hukum Pornoaksi Sebagai .............
Penampakan Aurat.....................................................................
77
BAB IV : PENUTUP ........................................................................................
81
A. Kesimpulan..................................................................................
81
B. Saran-Saran.................................................................................
82
DAFT AR PUSTKA.... .. .....................................................................................
84
v
~
'fi
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Nabi Muhammad SAW. pada awalnya membangun lradisi-lradisi unluk membentuk identilas muslim yang lainnya. Di anlaranya adalah cara berpakaian. Pakaian merupakan kebuluhan pokok bagi setiap manusia di samping makan dan lempal tinggal. Pakaian merupakan penutup yang dapat menyembunyikan hal-hal yang dapal membual seseorang malu (aural) bila dilihal orang lain. Inilah fungsi dasar mengapa manusia mengenakan pakaian, dimana pada hakekatnya menulup aurat adalah filrah manusia yang diaklualisasikan saal ia memiliki kesadaran. Kesadaran naluriah menulup aurat adalah salah salu ciri khas manusia yang membedakannya dari makhluk Tuhan lainnya, seperli hewan. 1 Dalam hal ini, persoalan aural lernyala sudah dibicarakan ketika manusia belum menapak di dunia ini. Hal ini menunjukkan bahwa menulup aural adalah faklor yang sangat penling dalam keselamalan perjalanan manusia dalam upayanya menjumpai sang khalik. Di sinilah pentingnya busana sebagai penulup aurat. 2 Salah satu aturan yang ada dalam ajaran Islam adalah perintah unluk menulup aural, baik laki-laki maupun perempuan. Dalam upaya menulup aural
1
Siti Muri'ah, "Wanita Karir Dalam Bi11gkai Islam", (Bandung: ANGKASA, t.th), h
111. 2
1-Iuzaemah T. Yanggo. Fiqh Peren1p1111n Ko11te111porer, (Jakarta: al-Mawardi Prima,
200 I), Cet. Pertarna,h.16.
2 tersebut ada batasan-batasan tertentu yang harus diperhatikan atas dasar syari'at. Bagi setiap orang pemakaian busana lebih ditentukan oleh faktor estetika berpakaian yang erat kaitannya dengan model dan corak penampilan suatu busana. Perempuan bebas dalam memilih aktivitasnya dan menentukan masa depannya, begitu juga pakaiannya dengan tetap menjaga tolak ukur Islami. Akan tetapi perempuan telah mendapatkan kebebasannya dalam pakaian yang diserukan oleh Islam. Disyariatkannya berpakaian bagi perempuan di dalam Islam adalah untuk mewujudkan tujuan yang asasi. Pertama, untuk menutup aurat dan menjaga jangan sampai terjadi fitnah. Kedua, untuk membedakannya dari perempuan non muslimah dan muslimah, sebagai penghormatan bagi perempuan muslimat tersebut. 3 Selain sebagai penutup aural, pakaian juga berguna sebagai pelindung untuk menjaga kesehatan tubuh. Iajuga berfungsi sebagai perhiasan. Pakaian sebagai perhiasan adalah pakaian yang membuat pemakainya memiliki warna keindahan. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah pribadi yang terlindungi dari mata yang jalalatan. Oleh karena itu, al-Qur'an mewasiatkan dengan pakaian takwa dan mengingatkan, takwa merupakan pakaian yang paling mulia dan suci. 4 Dalam ha! ini, sebagaimana dijelaskan dalam surah al-'A'rafayat 26:
I. h.27.
3
Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasmz Wanita, (Jakarta :Gema lnsani Press, 1997), Cet
4
Siti Muri'ah, op.cit., h 112.
3
Artinya :"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu
pakaian untuk menutup auratmu clan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka se/alu ingat". (Q.S. al-'Araaf/7: 26).
Menurut
aJaran Islam, tubuh manusia merupakan amanah Allah bagi
pemilik tubuh yang bersangkutan yang wajib dipelihara dan dijaga dari segala perbuatan tercela, perbuatan yang merugikan diri pemilik tubuh itu sendiri, maupun masyarakat. Di samping itu, pakaian juga dapat menjaga keselamatan hidup clan kehidupannya, serta memelihara kehormatannya, baik di dunia maupun di akhirat kelak. 5 Sejarah telah membuktikan bahwa kehidupan manusia dari masa ke masa telah meninggalkan kebudayaan yang dapat dibanggakan. Ilmu pengetahuan mendapatkan perhatian seiring dengan majunya teknologi modern seperti sekarang ini. Dengan adanya kemajuan teknologi clan derasnya arus informasi, memungkinkan globalisasi tersebut berdampak langsung dan berpengaruh pada individu dengan sangat mudah, salah satunya adalah tata berpakaian.
5Neng Djubaidah, "Pornografi 1la11 Por11oaksi Ditinjau Dari Hukun1 lsla111", (Jakarta: PRENADA MEDIA, 2003), Cet I, h. 86.
4 Mengenai permasalahan tentang aurat, busana muslimah dan pornoaksi merupakan masalah yang sangat memprihatinkan. Pornoaksi serta hal-hal lain dan yang sejenisnya, akhir-akhir ini semakin merebak dengan bebas dan tersiar luas di tengah-tengah masyarakat, baik melalui media cetak, elektronik, media komunikasi modern, maupun dalam bentuk perbuatan nyata. Pornoaksi selalu dikaitkan dengan gerakan tubuh yang erotis dan sensual untuk membangkitkan nafsu birahi baik bagi lawan jenis maupun sejenis. Dimana gerakan-gerakan tubuh atau goyangan yang erotis dan sensual bagi para penyanyi atau penari yang telah jauh dari norma kesopanan apalagi jika dinilai dari sudut Islam. Hal ini yang selalu ditayangkan melalui televisi dengan adanya menu-menu acara seperti joged, digoda (di go yang dangdut), dangdut ria dan lain-lain, secara kasat mata telah mempertotonkan erotisme. Para penyanyi dan penari menggunakan busana yang
sangat
ketat,
sehingga dapat menampakkan bentuk-bentuk
tubulmya.
Menggunakan celana pendek dan baju yang hanya menutupi buah dada dan memperlihatkan aural yang seharusnya ditutupi. Dalam hal ini, pada masa sekarang telah banyak bermunculan model-model pakaian yang menjadi trend sehingga dapat menampakan atau memperlihatkan aurat dan bentuk tubuhnya, dan hal ini sudah dianggap biasa oleh masyarakat. Dalam kenyataannya pornoaksi telah menimbulkan berbagai dampak negatif bagi umat Islam khususnya dan bangsa Indonesia umumnya, terutama generasi muda, baik terhadap perilaku, moral (akhlak), maupun terhadap sendi-sendi serta
tatanan
keluarga
dan
masyarakat
beradab, dimana sering
terjadinya
5 perselingkuhan dan kelahiran anak diluar nikah dan sebagainya. Dan adapun orangorang yang menjadi korbannya tidak hanya perempuan dewasa, tetapi banyak korban yang masih anak-anak, baik anak laki-laki maupun anak perempuan. Para pelakunya pun tidak hanya orang-orang yang tidak dikenal, atau orang yang tidak mempunyai hubungan kekeluargaan dengan korban, diantaranya pelaku yang masih mempunyai hubungan darah, hubungan kerja, hubungan tetangga dan sebagainya. Bahkan, para korban akibat pornoaksi dan yang lainnya, tidak hanya orang yang masih hidup, orang yang sudah meninggal pun dijadikan korban perkosaan, sebagai tempat pelampiasan hawa nafsu birahi yang ditimbulkan oleh adegan-adegan porno yang ditontonnya melalui film-film, VCD-VCD, tayangan-tayangan dan lain-lain. 6 Bila hal tersebut terus menerus betjalan dan berkembang, maka akan berakibat pada kehancuran bangsa. Oleh karena itu, perlu segera dilakukan upaya penghentiannya melalui tindakan kongkrit, antara lain: dengan penetapan peraturan perundang-undangan yang memuat ancaman hukuman yang tegas dan berat. Dalam hukum Islam, perbuatan-perbuatan tersebut telah dilarang secara tegas, karena jelas kemudharatannya. Namun yang perlu dikemukakan disini adalah, sampai saat ini masih ada yang beranggapan bahwa, tubuh bagi setiap orang adalah hak mutlak pribadi masing-masing individu, sehingga mereka bebas untuk memperlakukan tubuhnya masing-masing, termasuk memperlakukan tubuhnya untuk melakukan perbuatan pornoaksi. Apabila ada orang lain yang merasa terganggu atau terangsang hasrat seksualnya sebagai akibat dari 6
/bitl, h.l-2.
melihat,
mendengar atau
6 menyentuhnya, menurut mereka adalah justru hal itu disebabkan orang yang melihat, mendengar atau menyentuhnya tersebut telah rusak moralnya serta kotor pikirannya. Menurut mereka hukum publik tidak berhak untuk mengatur perilaku seseorang terhadap sikap, perbuatan atau perlakuan terhadap tubuh masing-masing individu, bukan hak hukum publik. 7 Hal tersebut dapat kita analisa dengan perkembangan mode barn (mutakhir) yang sedemikian rupa nampak sekali berkembang terutama pada busana perempuan, yang sama sekali bukan dari Islam, bukan pakaian Islam, dan bukanlah jilbab {penutup). Sudah dianggap biasa bila perempuan masa kini berpakaian terbuka dan mencolok dandanannya. Hal ini sesungguhnya banyak dipengaruhi oleh sikap hidup dan pandangan si pemakai busana tersebut. Dengan membuat mode pada bajunya, ia membuat sempit bagian tengahnya atau memotongnya menjadi pendek dan menghubungkan dengan sebagian kain yang lain, seperti halnya hiasan untuk kepalanya. Semua itu bertentangan dengan pakaian perempuan Islam. Meskipun panjang menutupi badan tetapi dianggap sebagai perhiasan yang mengundang perhatian. Pakaian modern memang bisa menjadi hijab akan tetapi di sana terdapat perbedaan antara cinta kasih dan kecabulan, antara menutup aural dan telanjang. Dalam hukum Islam telah diatur secara tegas dan jelas tentang cara memelihara tub uh seperti yang dijelaskan dalam surah an-Nur ayat 30 dan 31 sebagai berikut:
7
/bid
7
,
,
c:fl ~"a
J
, ,,.
,a •J
;,,,
~~ L::
Artinya: "Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandangan, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau puteraputera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau puteraputera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pe/ayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang be/um mengerti tentang aural wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orangorang yang beriman supaya kamu beruntung".(Q.S. An-Nur/24 : 30-31 ).
8 Ajaran Islam merupakan petunjuk bagi manusia untuk mewujudkan ketentraman dan kesejahteraan. Pada hakikatnya hukum Islam merupakan jaminan untuk mewujudkan kemaslahatan manusia, dan salah satu kemaslahatan itu adalah pakaian, karena dalam hukum Islam pakaian merupakan masalah kemanusiaan, karena terkait di dalamnya harkat dan martabat manusia. Sehingga manusia diwaj ibkan
untuk
memperlakukan
dan
memanfaatkan
tubuh
agar
terjaga
kehormatannya dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. 8 Dalam Islam, pemakaian busana dianjurkan tidak tipis, agar warna kulit pemakainya tidak tampak dari luar, dan busana yang dipakai agak longgar/jangan terlalu sempit (ketat) agar tidak menampakan tubuh. Karena dalam suatu hadits Rasulullah mengingatkan : "Di akhir masa nanti akan ada diantara umatku wanitawanita yang berpakaian tetapi telanjang, di atas kepala mereka terdapat seperti punuk unta (meninggikan rambut seperti punuk unta) karena memang mereka itu adalah manusia-manusia terkutuk. 9 Nabi pernah memberikan baju dari kain linen yang sangat lunak kepada Usamah bin Zaid. Setelah Nabi mengetahui bahwa Usamah telah memberikan baju tersebut kepada istrinya, Nabi berkata: "Suruhlah istrimu memakai baju dalam yang tebal di bawah baju linen itu, aku khawatir kalau-kalau baju tersebut dapat menampakan bentuk tubuhnya.
8
Ali Yafie, Menggagas Fiqll Sosial tlari Li11gku11gan Hidup, Asurausi Hi11gga Uklunva!t, (Bandung : Mizan, Nov, 1995), Cet IIJ, h. 241. 9 At-Thabrany, al-Mu'jam al-Slwgir, (Delhi al-Anshary, t.th) h. 232
9 Hal di atas, merupakan salah satu fenomena yang berkembang dimasyarakat kita pada saat ini dan harus mendapat perhatian yang serius dari pemerintah dan lembaga-lembaga terkait. Maka dari itu segera mengambil tindakan yang cepat, tepat dan benar untuk menanggulangi dan mencegah dampak yang lebih negatif. Dari uraian-uraian di atas, penulis tertarik untuk menulisnya melalui skripsi yang diberi judul : "Aurat Dalam Perspektif Ulama Mazhab Dan Relevansinya
Dengan Masa Kini". B. Pembatasan dan Perumusan Masalah. Dari latar belakang di atas, penulis akan memperjelas persoalan dan permasalahan yang akan dibahas serta untuk membatasi bahasannya, maka penulis hanya membahas tentang aural dalam perspektif ulama mazhab dan relevansinya dengan masa kini. Dalam pembatasan skripsi 1m, penulis merumuskan permasalahan adalah sebagai berikut : I. Apa yang dimaksud dengan aurat dan busana muslimah? 2. Bagaimana !criteria busana muslimah sebagai penutup aural dan hikmah busana muslimah sebagai penanggulangan pornoaksi? 3. Bagaimanakah perspektif ulama mazhab dan kaitannya dengan penampakkan aural dan busana muslimah? 4. Apa yang menyebabkan maraknya perilaku pornoaksi dan apa bahaya dari pornoaksi tersebut ?
10 C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang aurat dan busana muslimah pada masa kini. 2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan ulama mazhab tentang aurat dan busana muslimah serta pornoaksi. 3. Untuk mengetahui kaitannya antara aurat, busana muslimah serta pornoaksi dan dampak te1jadinya hal-hal yang berbau pornoaksi. Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah untuk menjadikan sarana dan mempermudah pembaca dalam memahami tentang aurat dalam perspektif ulama mazhab dan relevansinya dengan masa kini.
D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan Metode penulisan dalam skripsi ini, penulis menggunakan penelitian perpustakaan sebagai tempat memperoleh data. Dengan demikian, penelitian ini termasukjenis penelitian kepustakaan (Library Research). Data dikumpulkan dengan cara membaca, menganalisa buku-buku figh mazhab serta kitab-kitab tafsir berfungsi sebagai sumber primer serta di dalamnya pula ada literatur sekunder yang bersumber dari majalah, artikel, internet dan bahan pustaka lain yang ada kaitannya dengan masalah yang akan di bahas dalam skripsi ini.
11 Adapun dalam teknik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dikeluarkan oleh UIN Jakarta Press. E. Stu di Pustaka Pembahasan tentang aurat, dan busana muslimah
bukanlah hal yang
baru, karena sudah banyak pembahasan yang mengangkat permasalahan tersebut. Karena hampir semua buku-buku fiqh, baik itu fiqh klasik kontemporer atau yang lainnya membahas tentang hal tersebut, termasuk rnasalah pornoaksi. Dalam bukunya Neng Djubaidah, Pornografi dan Pornoaksi Ditinjau Dari Hukum Islam membahas secara detail tentang masalah tersebut. Perrnasalahan tentang pornoaksi sebelumnya sudah dibahas dalam karya ilimiah difakultas Syari'ah, akan tetapi pembahasannya tidak hanya pornoaksi saja, akan tetapi membahas tentang rnasalah pornografi dan pornoaksi ditinjau dari hukum Islam, dan ada juga yang membahas pengaruh pornografi dan pornoaksi terhadap pergeseran norma perilaku seksual kaum rernaja (dalarn perspektif hukum Islam dan hukurn positif di Indonesia). Sehingga perrnasalahannya seputar permasalahan pornografi dan pornoaksi dan pergeseran prilaku seksual kaurn remaja terhadap pornografi dan pornoaksi. Namun pada pernbahasan kali ini penulis hanya membahas tentang pornoaksinya saja untuk dikaitkan dengan permasalahan aural yang sangat memprihatinkan pada zaman sekarang. Dalam karya ilmiah ini penulis
berupaya menyajikan uraian mengenai
aural dalam perspektif ulama mazhab dan relevansinya dengan masa kini, dengan
12 menjadikan ayat-ayat al-Qur'an sebagai dalil untuk dijadikan
sebagai dasar
hukurnnya serta hadis-hadis yang berhubungan dengan permasalahan tersebut. Agar dapat diperoleh informasi yang jelas dalam mencakup tentang aurat dalam perspektif ulama mazhab dan relevansinya dengan masa kini.
F. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi dalam empat bab dengan beberapa sub Bab secara rinci. Sistematikanya adalah sebagai berikut: Bab 1
Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian dan teknik penulisan, studi pustaka, serta sistematika penulisan.
Bab ll
Tinjauan umum tentang aurat, yang terdiri dari Pengertian aurat, batas aurat perempuan dan laki-laki, hukum menulup aurat serta hikmah dan nilai filosofis menutup aural.
Bab lil
Busana muslimah sebagai penulup aural dan relevansinya dengan masa kini, yang lerdiri dari pengerlian busana muslimah, krileria busana muslimah
sebagai
penanggulangan
penulup
pornoaksi,
aural
dan
penyebab
dan
hikmahnya bahayanya
sebagai pornoaksi,
pandangan ulama mazhab kailannya dengan penampakan aural, analisis penulis lenlang hukum pornoaksi sebagai penampakan aural. Bab IV
Penutup, yang lerdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
--BAB II
-~------
PERPUSTi\KM. N-~·;,~M~-J-. UIN SYl\H
JAKARTA
-------
TINJAUAN UMUM TENTANG AURAT
A. Pengertian Aurat
Aurat
berasal dari bahasa arab yang secara literal berarti celah,
kekurangan, sesuatu yang memalukan atau sesuatu yang dipandang buruk dari anggota tubuh manusia dan yang membuat malu bila di pandang. 1 Menurut bahasa aurat berasal dari kata ( _;.§'-) yang berarti ialah, anggota tubuh yang tak baik diperlihatkan. 2
Sedangkan aurat menurut Ibn
Manzhur adalah berarti malu, aib dan buruk. Kata "aurat" ada yang mengatakan berasal dari kata "Awira" (_;.§'-) aiiinya hilang perasaan, kalau dipakai untuk mata, maka mata itu hilang cahayanya dan lenyap pandangannya. 3 Pada umumnya kata ini memberi ai·ti yang tidak baik dipandang, memalukan dan mengecewakan. yang mengatakan kata "Aurat" berasal dari "Aara" (..;LI::.) artinya
Ada juga
menutup dan menimbun seperti menutup mata air dan menimbunnya. 4 Ada juga yang berpendapat, kata 'Aurat' berasal dari kata "A'wara" (_;.§'-I) yakni sesuatu yang jika dilihat akan mencemai·kan.
1
K.H. Husein Muhammad, Fiqlz Perempuan : Rejleksi Ki11i At11s Wac1111a Aga11w D1111 Gender, (Yogyakarta : Lkis, 2001 ), h. 51. 'Mahmud Yunus, Kamus Arab bu/011esia, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penterjemah Dan Pentafsiran al-Qur'an, 1973), Cet I, h. 185. 3 lbn Manzhur, Lisa11 al-Arab, (al-Qahirah, Dar al-Ma'arif, t.th.,) Jilid V, h. 31643167.
'Ibid, h. 3165
14 Sedangkan menurut istilah, Imam Abd. Mu'ti Muhammad al-Nawawi dalam kitab Syarh Kasyifah al-Saja, aurat adalah sesuatu yang wajib ditutup dalam salat dan sesuatu yang haram dilihat di luar salat. 5 Jadi aurat adalah bagian tubuh yang tidak boleh kelihatan, haram dilihat oleh orang lain, dan wajib untulc ditutup. Menurut Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammd al-Husaini ad-Dimasyqi, mengatakan bahwa yang dikatakan aurat ialah sesuatu yang wajib ditutup di dalam salat. Sedangkan Wahbah az-Zuhaili, ahli fikih dan ushul fikih kontemporer menyebutkan yang dikatakan aurat ialah sesuatu yang wajib ditutup dan haram dilihat. Dari definisi-definisi di atas terlihat 3 hal yaitu : I. Aurat merupakan bagian dari tubuh manusia 2. Amat haram di lihat orang lain dan orang yang melihatnya berdosa. 3. Aurat wajib ditutup. Orang yang membuka aurat berdosa. Adapun dalil mengenai wajibnya menutup aural adalah : Firman Allah
SWT.
.(\"\:
~t/_»JI) ···~~':11
Artinya: "Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak dari padanya. dan lzendaklalz mereka menutupkan kain kudung kedadanya".(an-Nur/24 :31). J
'
)
,)
~':I t1,, i,;~ l'J ,,. /
,})
.. ,
\!PG ~ ~ f,, ~,,.
) ,,.
)
,~,,. ~fJ,,. \J~ ~ ..f ~ .,. ,,. •
. (f\ : v/...:,1yv'}1 }.~~\
5
Abi Abd. Mu'ti, Syarll Kasyifall 11/-Saja, (Magelang: Cahaya Magelang, t.th)., h.50.
15 Artinya:"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indalz di setiap (memasuki)
mesjid, makan dan minumlah, dan janga11lah berlebi!z-lebihan. Sesunggulmya Allah tidak me11yukai orang-orang yang berlebihlebihan". (Q.S. al-Al-A'raf/7: 31). Dan hadis Nabi : -'1
_,,
I
,,
..'.Ill~ ..'.Ill ~J ,,.
,,.
,.
,,.
,,.
;.,,
~ ,.. ,,,
,;
)'1
,,.
ifa .'-!-::.:;~LI.I~ ~Cl ~I~ ..'.Ill~~~ :J"' ... ;. ;.. /
.I
-;,
,.
,,..
,,.
~,,.
,,.
...
0
-;.
,.
/
,,.
,,.
,,
1;;.:. '.II ~ Jj ~I~~ ~I~ I~) i\):ll ~)~Cl~ Jl:;J ~J ~ ,,.
,,.
,.
6
,,.
,,.
,,.
(~.JI~ ~-1 ;IJJ) .~ ~ J),,. JD.IJ \;;_:.J ,. ,,.,,
Artinya: "Dari 'Aisyah ra, Asma binti Abu Bakar pema/z bertemu Rasu/ul/ah
SAW, dengan memakai pakaia11 tipis. Maka Rasu/ulah SAW be1pali11g darinya, dan bersabda : Hai Asma, sesunggulmya jika seorang perempuan yang telah haid tidak dibe11arka11 untuk diperlihatkan darinya, kecuali i11i dan illi. Seraya Rasu/ullah 111e11gisyaratka11 pada muka dan kedua telapak ta11gannya". (H.R. Abu Daud).
Hadis ini menerangkan sesungguhnya perempuan ketika sudah haid tidak baik baginya untuk dilihat kecuali wajah dan dua telapak tangannya.
B. Batas Aurat Perempuan Dan Laki-Laki Setelah dipaparkan pengertian aurat di atas, maka perlu diketahui pula bahwa aurat perempuan dan laki-laki itu berbeda. Hal ini dikarenakan perbedaan tubuh
antara perempuan dan laki-laki itu sendiri. Sungguh Allah telah
memberikan kepada badan wanita kekhususan. Kekhususan yang membedakannya dari lelaki dan meletakkan pada setiap tempat dari badannya godaan yang khas. Sementara wanita dalam melihat pria tidak dengan perhatian yang detail. Yakni bagian badan pria tidak membangkitkan gairah wanita secara khusus. Dan 6
Abu Daud, Suna11 Abu Da111/, (Beirut :Dar al-Din Li al-Turats, l 981 ), h.20-21
16
jika te1jadi sesuatu dari yang demikian itu, maka pengaruhnya pun lemah.
7
Artinya ketika tubuh perempuan terbuka auratnya, maka dampaknya lebih besar ketimbang laki-laki, ha! ini dikarenakan tubuh wanita mempunyai kharisma yang khusus. Mengenai
batas
anggota tubuh
yang dianggap
aurat
yang
membedakan antara perempuan dan laki-laki. Untuk aurat laki-laki secara urnum mayoritas ulama berpendapat bahwa laki-laki semestinya menutup bagian anggota tubuh antara pusat dan kedua lutut kaki. Untuk aurat perempuan ulama figh juga berbeda pendapat tetapi secara umum perempuan lebih tetiutup dari laki-laki. 1. Batas aurat perempuan
Ulama sepakat bahwa aural perempuan adalah seluruh anggota tubulmya kecuali muka dan dua telapak tangan. Dan batasan aurat perempuan itu berbeda-beda, perbedaannya tergantung kepada siapa perempuan itu berhadapan. a. Batas aurat perempuan merdeka Ada beberapa pendapat yang dinyatakan oleh ulama figh. Dalam mazhab Syafi'i seperti dikatakan oleh an-Nawawi dan al-Khathib asySyirbini, aurat perempuan merdeka adalah seluruh tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangan (bagian atas/luar dan bawal1idalam) sampai pergelangan tangan. Al-Muzani menambahkan kedua telapak kaki juga tidak termasuk aurat yang wajib ditutup.
7
Abu Syuqqah Busa11a Dau Per/liasa11 Wanita Menurut Al-Qur'a11 Dt111 Hadis, 1
(Bandung: Mizan, Agustus ! 995), Cet.l, h, 21.
17 Imam al-Marghinani dari mazhab Hanafi mengatakan bahwa aurat perempuan
merdeka adalah seluruh anggota tubuh kecuali muka dan kedua
telapak tangan. Akan tetapi pendapat yang paling kuat (ashah) dalam mazhab adalah bahwa kedua telapak kaki juga tidak termasuk aurat yang wajib ditutup. Dalam mazhab Maliki juga ada dua pendapat yaitu pendapat yang mengatakan muka dan telapak tangan perempuan merdeka bukan aurat dan pendapat yang menambahkan kedua telapak kaki yang termasuk bukan aural. Akan tetapi, Imam Muhammad bin Abdullah al-Maghribi mengatalcan bahwa kalau perempuan merasa khawatir terjadi fitnah, ia harus menutup muka dan kedua telapak tangannya. 8 Sementara dalam mazhab Hanbali aurat perempuan merdeka adalah seluruh anggota tubuh tanpa kecuali, hanya untuk salat dan beberapa keperluan tertentu diperbolehkan membuka muka dai1 telapak tangannya, tetapi sebagian ulama Hai1bali tetap mewajibkan menutup seluruh anggota tubuh termasuk di dalain salat. Asy-Syaukani dalam Nail al-Authar menyimpulkan perbedaan ulaina mengenai batas aurat perempuan merdeka, ada yang mengatakan seluruh tubuhnya adalah aurat kecuali muka dai1 kedua telapak tangan. Ini dikatakan oleh al-Qasim dalam satu dari dua pendapatnya, asy-Syafi'i dalain salah satu dari beberapa pendapatnya, Abu Hanifah dari satu di antara dua riwayat darinya dan Malik. Ada yang mengatakan (auratnya adalal1 seluruh tubuhnya kecuali muka, kedua telapak tangan) dan kedua telapak kaki sainpai tempat gelang kaki. Ini 'Muhammad Abdullah al-Maghribi, Mawallib al-Ja/i/, (Beirut : Dar al-Fikr, 193 8 H),
Juz l, h. 499.
RfJlJ~;;
CHi'\1
s
·
t\,,,·,/._J\\;
ii
,rt\" l·\
{\.,,~.,,o }. '.\(<,.~r:;·-;.',;~./ · 1s
----·-. ·-- ---·----. -·-·--~--- --·-· - ----·-···-.--- ----" -
--- j
dikatakan oleh al-Qasim dalam (perkataannya Abu Hanifah dalam satu riwayat, ats-Tsauri dari Abu al-Abbas). Ada yang mengatalcan bahwa auratnya adalah seluruh tubuhnya kecuali muka. Ini dikatalcan oleh Ahmad bin Hanbal dan Dawud. Ada yang mengatalcan bal1wa seluruh anggota tubuhnya adalah aurat tanpa kecuali. Ini dikatalcan oleh sebagian murid asy-Syafi'i dan diriwayatkan juga dari Ahmad. 9 Semua pendapat ulama mengenai batas aurat perempuan merujuk pada surah an-Nur ayat 31.
Artinya:"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menaha11 pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan perhiasmmya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan !ze11daklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya".(an-Nur/24 :31). Disamping itu terdapat alasan lain yang menunjukkan bahwasanya seluruh tubuh wanita adalal1 aurat kecuali muka dan dua telapak tangan karena sabda Rasulullah SAW kepada Asma' binti Abu Bakar : .)\
,,,
.:UI
J.o ,,,
,,,
I
,,,
1
,,,
~ ,; ,,,
,,,
.)\
.'.Ill~::, c.fo ~~ ~ l/.I ~~Cl ~I~ .'.Ill~::, ~L"-;f ,,, ,,, ,,, ,,,
,,,
I~ '11,,, I;.,,,
~
:.
,,,
,,,
,,,
,;
,,,,
,j.J. ~\ ~ ~ ~I d! ,,,
9
,,,
:. '
:.
Abu Daud, Sunan Abu Daud, toe.cit.
,,, ,,,
\~),,, i~I ~),,, ~Cl~ J\;J
Asy-Syaukani, Nail al-A11thar, (Mesir: Halaby, t.th), Jilid II, h.55
10
,,,
,,,
,,,
(.G.J ,,,~
19
Artinya: "Dari 'Aisyalt ra, Asma binti Abu Bakar pernalt berte11111 Rasulu!lalt
SAW, dengan memakai pakaian tipis. Maka Rasululalt SAW berpaling darinya, dan bersabda : Hai Asma, sesunggulmya jika seorang perempuan yang telalt ltaid tidak dibenarkan untuk diperliltatkan darinya, kecuali ini dan ini. Seraya Rasulullalt mengisyaratkan pada muka dan kedua telapak tangannya". (H.R. Abu Daud). 10 Dali! inilah yang menunjukkan dengan jelas bahwasanya seluruh tubuh perempuan itu adalah aurat, kecuali muka dan dua telapak tangannya. Maka diwajibkan untuk menutup auratnya, yaitu menutupi seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak tangannya. Demikian pula dalam hadis lain, yang menerangkan perhiasan zhahir (yang boleh diperlihatkan) itu adalah wajah (termasuk celak mata) dan telapak tangan hingga pergelangan (berikut cincin dijari dan henna pada kuku), clan pakaian. 11 Menurut keterangan Ibnu Umar, 'Ata, Ikrimah, Abusysyatsa, Ibrahim dan Nakha'i clalam riwayat Ibnu Katsir, perhiasan zhahir itu ialah "mukanya dan dua telapaknya serta cincin". Riwayat lbnu Katsir yang lain menyatakan : "muka clan telapak tangan" . 12 b. Aurat Perempuan Berhaclapan Dengan Mahramnya Dalam ha! ini ulama mazhab berbeda pendapat tentang anggota baclan perempuan yang wajib ditutupi dari pandangan mahramnya yang laki-laki selain suaminya dan dari yang sejenis (perempuan) yang muslimah. 13
0
Abu Daud, S1111a11 Abu Dal/{{, foe.cit. lbnu Katsir, Tafsir af-Q11r'a11i al-Azhim, (Mesir:Dar Ihya al-Kutub al-'Arabiyyah, t.th), Jilid III, h. 335. 12 /bit/ 13 Muhammad Jawad al-Mughniyah, al-Fiqh 'Ala a/-Mat/zaf1ib al-Kfuunsah, (Beirut: Dar al-Jawad, t.th), h. 81. '
11
20 Syafi'i berpendapal bahwa aural perempuan berhadapan dengan mahramnya adalah anlara pusal dan lulul, sama dengan aural lald-laki alau aural perempuan berhadapan dengan perempuan. Dan mazhab ini membolehkan melihal selain anlara pusal dan lulu!. Karena mazhab lebih bersikap moderal, dimana perempuan mahram yang sudah balig bagian aural yang boleh dilihal darinya adalah anlara pnsal dan lulul dengan calalan
saal melihalnya lidak
diserlai syahwat. Memm1l mereka bahagian lersebul lidak lermasuk aural, maka dengan demikian laki-laki berslalus mahram lerhadap perempuan mahramnya boleh melihal bahagian lersebut. 14 Menurul ulama Malikiyah, aural perempuan lerhadap mahramnya ialah seluruh lubuhnya selain wajah dan ujung-ujung badan, yailu kepala, leher, dua langan dan kaki. Sedangkan menurul ulama Hanabi/alz, auralnya lerhaclap mahramnya ialah seluruh baclan selain wajah, leher, kepala, lulul, kedua langan, lumil clan belis. 15 Bahagian-bahagian ilu adalah bahagian yang pada umumnya lerlihal clan lerbuka. Selain bahagian yang umumnya biasa lerbuka berarti liclak boleh clilihal seperli dada, punggung clan anlara keduanya. 16 Yusuf al-Qaradhawi berpendapal bahwa dihadapan mahram, seorang perempuan boleh menampakkan lempal perhiasan balinnya seperti lelinga, leher, rambul, kedua langan, lumil dan belis. Adapun selain itu seperti punggung, perul,
14
Ahmad Sudirman Abbas, Penga11/1tr Pemika/w11 : Analisa Perba11di11g1111 A11tar 11'/azltab, (Jakarta: PT.Prima Heza Lestari, 2006). Cetakan I, h. 79. 15 Abdurrahman Al-Juziry, al-Fiqlt al-Mazaltib11/ Arba'alt, (Beirut : Dar al-Fikr: 1990), h. l 92. 16
Ahmad Sudinnan Abbas, op.cit., h.77.
21 dada dan paha tidak diperbolehkan untuk dilihat karena bertentangan dengan
. 11 aturan lcesus1 1aan secara umum. Adapun yang dimaksud dengan mahram, adalah : 1. Suami 2. Ayah 3. Ayah suami (mertua) 4. Putranya yang laki-laki 5. Putra suami 6. Saudara 7. Putra dari saudara 8. Putra dari saudari 9. Perempuan 10. Budaknya
11. Laid-laid yang menyertainya, tapi laki-laki itu tidak mempunyai keinginan lagi kepada perempuan. 12. Anak kecil yang belum mengetahui tentang aural perempuan 13. Paman (saudara ayah) 14. Paman (saudara ibu). 18 Masalah mahram di atas sebagaimana yang telah dijelaskan dalam surah an-Nur ayat 31 sebagai berikut :
"Yusuf al-Qaradhawi, al-Halal >VIII Haram, (Daar : al-Baidla, Daar al-Ma'rifah, 1985), Cetakan ke I, h. I 54. 18 Huzaemah T. Yanggo. Fiqfl Peremp1w11 Ko11temporer, (Jakarta: al-Mawardi
Prima, 2001), Cet. Pertama,h. 20.
22
Artinya:"Katakanlah kepada wanita yang berinum: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perlziasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perltiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanitawanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayanpelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terltadap wanita) atau anak-anak yang be/11111 mengerti tentang aural wanita. Dan jmzganlalt mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Al/alt, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntzmg".(anNur/24:31 ). Dari beberapa pendapat ulama fiqh di alas dapat disimpulkan bahwa aural perempuan adalah selurnh tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangan. Sedangkan bagi laki-laki bila berada dihadapan kerabat-kerabat mahramnya atau perempuan muslimah yang lain auratnya adalah antara pusat dan lutut. c. Batas Aural Perempuan Bila Berhadapan Dengan Orang Bukan Mahramnya Ulama telah sepakat bahwa menutup seluruh tubuh perempuan adalah wajib. 19 Tentang aural perempuan saat berhadapan dengan laki-laki bukan
19
lbnu Rusyd, Bidaya/z al-Mujtalzid, (Dar: al-Kutub al-lslamiyah, t.th), Juz I. h.82
24 'Atha, Mujahid al-Hasan mereka mengatakan bahwa wajah dan kedua telapak tangan bukan aurat. 2. Sedangkan menurut Hanafiyah, Ats-Tsauri dan al-Muzaini dan Syi'ah Imamiyah menurut riwayat yang shahih mengatakan bahwa wajah, kedua lelapak tangan dan kedua telapak kaki tidak termasuk aurat. 3. Hanya wajah saja yang tidak lermasuk aurat. Ini pendapat dari Imam Ahmad
dalam salah satu riwayat dan pendapat Daud azh-Zhahiri serta sebagian Syi'ah
Zai.d.iyaIJ. 20 Adapun yang perlu diperhatikan dalam masa!ah aural ini bagi perempuan, ia hai·us menjaga diri agar jangan sampai memperlihalkan auratnya kepada siapapun yang tidak berhak melihalnya. Hal ini dimaksudkan agar lidak limbul fitnah bagi dirinya se1ta laki-laki yang memandangnya. Karena itu, di tempal-lempal di mana laki-laki dan perempuan berkumpul, Islam memerintahkan kepada kedunya untuk menjaga pandangan. Seperti dijelaskai1 dalam surah an-Nur ayat 30:
Arlinya:"Katakanlalt kepada orang laki-laki yang beriman: "Hemlaklalt mereka menalzan pandangan, dan memeliltara kemaluannya; yang demikian itu adalalt lebilz Suci bagi mereka, Sesunggulmya Al/alt Malta mengetaltui apa yang mereka perbuat".(an-Nur/24:30). d. Aural Perempuan Dalam Sala! Dari 'Aisyah ra. Bahwa Nabi SAW, bersabda :
'
0
Ibid, h. 138 dan Asy-Syaukani, op.cit., h. 68.
25 .-.
..:
J\
>
0
,,.
. (L>:i...;ir, ~~ Ct.i. ~}-1) •.)\:.;,,. ':/) Jolb- i~ .'.Ill~':/ . ,,. ,,.
,,.
'//}
,, ,,
,, 1'
,..
Artinya: "Allah tidak menerima salat seorang wanita haid kecuali dengan memakai khimar (tutup kepala) ". (I-LR. Ibnu Maj ah dan Tirmidzi). Kata-kata "haa'idh" dalam Hadis di atas diaitikan telah dewasa atau telah mencapai umur !mid. Menanggapi Hadis di atas, Asy-Syaukani mengatakan Hadis itu menunjukkan bahwa menutup kepala dalam salat bagi perempuan adalah wajib. Aural perempuan dalam salat, hal ini diperselisihkam oleh para ulama. Ada yang mengatakan seluruh tubulmya adalah aurat selain wajah dan dua telapak tangan. Hal ini dikemukakan oleh Syafi' i, Abu Hanifah dan juga Malik dalam salah satu riwayat beliau. 21 Dan ada pula yang mengatakan, hanya wajah saja yang bukan aural bagi perempuan dalam salatnya. Selain wajah adalah aural. Demikian menurut sahabat-sahabat Syafi'i. Sementara ada pula yang diriwayatkan dari Ahmad. Jadi, menutup aurat dalam salat adalah salah satu syarat sahnya salat. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadis, sebagai berikut :
.,,
",..
,,.
~~~\'.:.. , , Artinya: "Wahai Rasulullah, apakalz wanita muslimah bolelz mengerjakan salat dengan baju kurung dan kerudung ? Nabi menjawab : bolelz, asal baju kurung itu sempurna dan menutupi bagian punggung tlan ketlua kaki".(H.R. Abu Daud).
21
Anshori Umar, Fiqih Wa11ita, (Semarang: CV. Asy-Syifa', t.th), h.114-115.
26 Kata
t'.JJ
yang dimaksud ia!ah baju kurung perempuan yang menutup
seluruh tubuh sampai ke kaki. Baju seperti ini dikatakan "sabigh" kalau cukup panjang dari atas sampai ke bawah. 22 Dan adapun pakaian yang di!arang untuk salat, dalam ha! ini fuqaha sudah menyapakati model pakaian yang tidak boleh dipakai untuk mengerjakan salat. Misalnya, pakaian minim yang tidak bisa dipakai sebagai penutup kelamin. Semua larangan mengenai pakaian adalah sebagai langkah preventif, supaya aurat tidak menyibak. 23 Akan tetapi dalam salat yang dilakukan dengan menggunakan baju yang pendek di bawah lutut bagi perempuan pada waktu darurat adalah boleh (sah), hanya saja mak:ruh bila ia masih mampu menutupi anggota-anggota badan yang terlihat. 24 Untuk memperoleh kesahihan salat disyaratkan perempuan itu tertutup auratnya. Pakaian yang dipakai untuk menutupi aurat haruslah tidak tipis tembus pandang, tidak menggambarkan lekuk-lekuk badan dan tidak mirip dengan pakaian laki-laki. Bila penutup badan itu tipis dan memperlihatkan warna kulit dari balik pakaian, maka salatnya tidak sah. 25 Jadi menutup aurat dalam salat merupakan syarat sahnya salat seseorang. N amun dalam ukuran aurat dalam salat, ha! ini ulama berbeda pendapat. Mazlzab Hanafi mengatakan batas aurat perempuan dalam salat adalah seluruh tubuhnya, sampai rambut yang terjuntai dari arah telinga pun termasuk aurat. M azlzab Syafi 'i, mengatakan batas aurat perempuan dalam salat ialah 22
/bid, h. 116. lbnu Rusyd, op. cit., h.254 24 Musa Shahih Syaraf, Fatwa-fatwa Ko11temporer Te11ta11g Problematika Wa11ita, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), Cetakan I, h. 66. 23
25
Ibid
27 seluruh lubuhnya, sampai rambul yang terjunlai dari arah telinga, kecuali wajah dan dua telapak tangan saja, baik punggung alaupun perulnya. Sedangkan mazltab llambali, balas aurat dalam pandangan mereka bagi perempuan dalam salat ialah
seluruh lubuh selain wajah saja. Selain wajah, seluruh tubuh perempuan adalah aural. 26 Memperlihalkan aurat kepada
orang lain adalah haram, salat dan
puasanya lidak ada gunanya, karena sesungguhnya perempuan muslimah adalah perempuan yang memiliki budi pekerli dan agama yang dapal membedakannya dari perempuan lain alau perempuan non muslimah. Adapun perempuan yang tidak mulaninah, maka budi pekerti mereka adalah memamerkan serta memperlontonkan hiasan lubuhnya, menggoda dan memfitnah. Demikianlah balasan aural perempuan berhadapan dengan muhrimnya alau bukan muhrimnya alau balasan aural perempuan dalam salat. 2. Batas aural laki-laki Ulama sepakat bahwasanya aurat laki-laki ialah anggola tubuh yang lerdapal di antara pusar dan lutut. Oleh karena itu dibolehkan melihal seluruh badannya kecuali yang lersebul di atas, bila yang demikian itu lidak menimbulkan fitnal1. 27 Meskipun aural laki-laki hanya terbalas pada daerah-daerah lerlenlu, telapi tradisi manusia (lerulama lradisi Islam) mengaajurkan
kaum laki-laki
dalam seliap keadaan unluk menutup badannya apalagi auralnya. 28
26
Anshori Umar, op.cit., h.117-118. Fuad Mohd Fachruddin, Aural Dan Jilbab Da/11111 P111ultmg11n Mata Islam, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1991), Cet.III, h.23 27
28
Abu Syuqqah, op.cit., h. 23.
28 Mengenai batas aurat laki-laki, Ibnu Rusyd dan as-Syaukani mengatakan bahwa ulama fiqh berbeda pendapat. Pendapat pertama yaitu Imam Syafi'i, Imam Malik dan Imam Abu Hanifah bahwa aurat laki-laki adalah antara pusar dan kedua lutut. Pendapat kedua adalah pendapat sekolompok ulama, aurat laki-laki adalah dua kemaluannya. Sebagian ulama yang lain berkata, aurat lakilaid adalah qubul, du bur dan paha. 29 Ulama Malikiyah dan Syfifi'iyah, mereka berpendapat bahwa batas
aurat laki-laki berbeda-beda sesuai dengan perbedaan orang yang memandangnya. Bila yang memandang itu para perempuan mahramnya dan laki-laki lain, maka auratnya adalah yang terdapat pada antara pusar dan lutut. Oleh karena itu dibolehkan bagi perempuan yang bukan muhrim untuk melihat pada anggota tersebut ketika terbebas dari maksud untuk merasakan nikmat. Jika tidak maka melihatnya itu dilarang. Berbeda halnya dengan Syafi'iyah, mereka berpendapat bahwa melihat pada anggota itu haram secara mutlak. Akan tetapi tetap wajib hukumnya menutup pusar dan lutut. Karena sesuatu yang menjadikan tidak sempurnanya sesuatu kecuali dengan menutupnya, maka wajib pula hukumnya. 30 Hanafiya/l, mengatakan bahwa aurat laki-laki adalah apa yang
terdapat di antara bawah pusar sampai bawah lutut. Menurut pendapat yang lebih shahih, lutut dan paha termasuk aural. Berdasarkan asar : "Aural laki-laki adalah antara pusar sampai lutut" atau antara bawah pusar sampai melampaui lutut. 31 Berdasarkan Hadis yang diriwayatkan Imam Darn Qutni : "lutut merupakan aurat". 29 30
Ibnu Rusyd, op.cit., h.252. Abdurrahman al-Jaziri, op.cit., h.192
"Wahbah Zuhaili, op.cit., h.584.
29 )
'
)
,..,,..
.>>
)-
,..,..,,.,...
,..o
.i'.ul ~ lu1 ~J j\';: J;:A.'~ lu1 ~J \#- ~ j\'; ,a:;1c. 0''•..;J. ~ 32 , • • (l'·iat J1:;11';r,J). ~i c,. ~\ ; ~J ~ ,..
,..
~ /
/
Artinya: "Dari Aqabah bin Alqamah berkata : Saya mendengar Ali berkata : Rasulullalt SAW bersabda: Lutut termasuk aurat". (H.R. Dar Qutni).
Hanabilah, mengatakan bahwa aurat laki-laki yaitu antara pusat dan lutut. Adapun pusat dan kedua lutut tidak termasuk aurat, berdasmkan Hadis Amr Ibn Syuaib. )
/
\::JI };J; ,..
J1:;i1
,,.
::
"'
..1\
t:
I
"'
,..
,..
9-' (-LJ ~.&\~.&I j~ J\'; ,., /
~IJJ) .Gi c,., ¢;1 , ,
JI
'"~ ,..,..
::f-
\.-:.~:'.~.
J.,.. .J;s, ::f,..
~I ~ 1:: ~~ ~\ ~x ~I (JJ~ ,
, ,
.,
33.(~
Artinya: "Dari Amr bin Syuaib, dari pamannya, Rasulullah SAW bersabda, janganlah kamu melilzat pada antam pusar da11 lutut, karena upa yang terdapat di bawalz pusar sampai bagian dari aurat. (l-1.R. Dmu Qutni). Sesungguhnya bawah pusar sampai ke lutut adalah aurat. Karena pusar dan lutut adalah batas maka keduanya tidak termasuk aural.
Ulama Syi'ah Imamiyah, mereka membedakan antma yang wajib ditutupi bagi orang yang melihat dan yang wajib ditutupi bagi orang yang dilihat. Mereka berpendapat bagi
laki-laki tidak wajib
ditutupi kecuali kedua
kemalummya tetapi bagi perempuan yang bukan muhrimnya, diwajibkan menahan pandangannya, selain muka dan dua telapak tangan. Ringkasnya bahwa seorang laki-laki boleh melihat badan laki-laki lainnya, juga boleh melihat dmi 32
Sunan Dar Qutni, Imam Kabir Ali bi11 Umar Dar Qut11i, (Beirut Libanon: Dar alFikr, 1994), Jilid I. H. 182. 33
Ibid.
30 badan perempuan yang dari muhrimnya selain dua kemaluannya tanpa ragu-ragu, . JUga seba!'la 1 1ya. 34 Dari beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwasanya aurat laidIaki adalah anggota tubuh yang terdapal pada antara pusar dan Iutut. Hanya saja mereka berbeda pendapat dalam masalah Iutut. Menurut ulama Hanafiyah ia termasuk aurat sedang menurul ulama yang lainnya bahwa lutut bukanlah lermasuk aurat. Namun telap wajib menutupnya karena ha! itu adalah pendukung kewajiban.
C. Hukum Meuutup Aurat I. Menutup Aural Ketika Salal Hukum menulup aural kelika salat, semua ulama mazhab sepakal bahwa setiap laki-laki
dan perempuan wajib menutup sebagian anggota
badannya kelika salat. Perempuan muslimah mengenakan baju kurung dan kerudung pada saal melaksanakan salat. Imam Syafi'i berpendapal, bahwa perempuan muslimah hams menutupi auratnya secara baik dan benar pada saal menunaikan salat, dimana pakaian yang dikenakannya pada saal ruku' atau sujud tidak memperlihalkan bentuk tubuhnya. 35 Diriwayalkan dari Aisyah, bahwa ia pernah mengerjakan salal dengan mengenakan empat lapis pakaian. Yang demikian ilu merupakan amalan yang disunnatkan dan jika di Iuar kemampuannya ada bagian yang
34 35
Muhammad Jawad al-Mughniyah, op.cit., h.82. Syaikh Kami! Muhammad 'Uwaidah, Fiqih Wanita, (Jakarta
Kautsar, 1998), cet. I. h. l 34
Pustaka al-
31
terbuka. 36 Imam Ahmad mengatakan : "secara umum para ulama bersepakat tentang baju kunmg dan kerudung". Hal ini diperkuat oleh hadis dari Ummu Salamah, ketika ia bertanya : /)
~
/
/
~ \;.~G ~~I~~
r: ,,.
,.. ,,.
J\;
,,. ,,o
..
>;.
/
~ -j~ ~: ~ :i)1 cf!'\ ~I ~~~~ ';'\'\") \~'"· "-'\•_ • (''\' ~.J ~ J'. OIJJ • W..U .JJf"'
Artinya: "Walzai Rasulullalz, apakah perempuan muslimah bolelz mengerjakan salat denga11 baju kuru11g da11 kerudu11g ? Nabi menjawab: boleh, asal baju kunmg itu sempurna dan menutupi bagian punggung dan kedua kaki".(H.R. Abu Daud). J adi, menutup aurat ketika salat adalah salah satu syarat sahnya salat. Sebagaimana penulis kemukakan sebelumnya. 2. Menutup Aurat Di Luar Salat Menurut Imamiyah, bagi setiap orang baik laki-laki maupun perempuan wajib menutup anggota badannya di luar salat, kalau ada orang lain (bukan muhrimnya) yang melihatnya. Sedangkan menurut Syafi'i dan Maliki, bagi perempuan boleh membuka wajahnya dan dua telapak tangannya (baik dalam maupun di luar salat). Sedanagkan Hambali mengatakan, tidak boleh di buka kecuali wajahnya saja. 37 Bal3wasanya perempuan itu adala13 aurat, diperintahkan untuk berhijab dan menutup diri dan dilarang untuk tabarruj dan menampakkan perhiasan se1ia keindahan anggota tubuh yang bisa menimbulkan fitnal3. Karenanya ia diperintahkan untuk menutup kepalanya dalam salat maupun di luar salat, berdasarkan Hadis Nabi SAW:
36
1bid
"Ibid.
32 ,..
-;
...
.>,
. (15~_'.;l[, ~~ ~~ ~}-1) ·.)~ ~l ~~ ~ .111 ,.. ,..
1f
,..
,,,
...
1f
,..
.J
f.J,..
J.i: ~
Artinya: ''Allah tidak menerima salat wanita yang haidh kecuali dengan penutup kepala". Ini menunjuk:kan bahwa wanita diperintahkan untuk menutup apa yang laki-laki tidak diperintahkan untuk menutupnya, sebagai hak Allah SAW. meski tidak ada manusia yang melihatnya. Menutup aurat adalah wajib karena hak Allah tersebut, meski di luar salat, hingga di dalam kegelapan atau ketika sedang sendiri tidak dilihat orang lain. 38 Bila diteliti nash-nash yang berkaitan dengan hukum menutup aurat, yaitu yang terdapat dalam surah al-Ahzab ayat 35 dan an-Nur ayat 31, akan dijumpai bahwa kesemuanya berbentuk Amar (perintah) atau Nahi (larangan) yang menurut ilmu ushul fiqih akan dapat memproduk wajib 'aini ta'abudi, yaitu suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim tanpa harus bertanya alasannya. Perintah menutup aurat sudah ada sejak zaman Nabi Adam a.s. Di mana Adam diciptakan dalam keadaan telanjang bulat. Pada saat itu belum ada manusia lainnya, maka aurat pada walctu itu belum berfongsi dan belum mempunyai arti. Setelah Hawa diciptakan
maka beliau adalah isteri Nabi
Adam. Hal ini berarti pula bahwa hidup mereka terbatas dalam satu jiwa bertubuh dua. Setelah Adam dan Hawa ditempatkan di Surga oleh Allah, maka Allah menyuruh mereka menutup aurat, karena Surga adalah tempat
38
Amin bin Yahya al-Wazan, al-FataJva al-Jami'alt Lil Mar'ati Musli1nah terjem 7
Amir Hamzah Fakhruddin, (Jakarta : Darul Haq, 2003), Jilid 3 h.49-50.
33 yang suci. Iblislah yang mengganggu manusia untuk membuka auratnya agar manusia terjun ke dalam maksiat. Maka Allah pun memberikan azab kepada mereka dengan dikeluarkan Adam dan Hawa ke dunia.
39
Dari kisah tersebut
menunjukkan bahwa pada waktu itu sudah ada perintah untuk menutup aurat. Salah satu usaha preventif agar tidak timbul madarat bagi wanita yang dalam tugas kesehariannya berada di tengah komunitas pria adalah perlunya menegakkan perintah (wajib) menutup aurat atau dengan kata lain berbusana yang Islami.
40
Namun demikian, bila diteliti lebih jauh, kewajiban menutup aurat ini ada hubungannya dengan kewajiban lain yang diperintahkan Allah demi kemashlahatan manusia, seperti
41
:
1. Menutup aurat itu merupakan faktor penunjang dari kewajiban menahan pandangan yang cliperintahkan Allah SWT, dalam surah an-Nur ayat 30 dan 31:
Artinya:"Katakanlah kepada orang !aki-laki yang beriman: "Hemlaklah mereka menaha11 pandanganya ... ". (Q.S. an-Nur: 30).
Artinya:"Katakanlah kepada wanita ya11g beriman: "Hendaklah mereka menalzan pa11da11ga11nya... ". (Q.S. an-Nur : 31 ).
39
Fuad Mohd Fachruddin, op. cit., h. 14-15. Muri'ah, "Wanita Karir Dalani ANGKASA, t.th), h. 112. 40
Siti
41
Huzaemah T. Yanggo.op.cil., h. 22.
Bingkai lslan1",
(Bandung:
34
2. Menutup aurat sebagai faktor penunjang dari larangan berzina yang lebih lerkuluk sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam surah al-Isra' ayal 32 sebagai berikul :
Artinya:"Da11 janganlalz kamu mendekati zina; Sesunggulmya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. da11 suatujalan yang buruk. (Q.S. al-'Isra'/17:32). 3. Menutup aural menjadi wajib karena sad adz-dzara'i, yailu menulup pinlu ke dosa yang lebih besar. Oleh karena ilu, para ulama telah sepakal mengalakan bahwa menulup aural adalah wajib bagi setiap pribadi wanita dan pria Islam. 42 Khususnya kaum wanila, kewajiban ini diwujudkan dengan mengenakan jilbab atau yang dikenal dengan busana muslimah. D. Hikmah Dan Nilai Filosofis Menutup Aurat I. Hikmah Menutup Aurat
Kedudukan perempuan dalam Islam adalah pathner laki-laki dimana Allah mengkhitabinya sebagaimana Allah mengkhitabi
laki-laki. Allah
syaratkan beberapa kewajiban dan ibadah serta mengurutkan hisab dan balasan untuk laki-laki dan perempuan seluruhnya. Ulama sepakat bahwa perintah-perintah agama dan larangannya, adab serla pemberlakuan tmdang-undang kepada manusia berlaku umum untuk laki-laki dan perempuan, kecuali karena perbedaan fitrah dan naluri anlara laki-laki dan perempuan dan hal-hal yang mempengaruhinya. 43
42
Ad-Dimasyqy, Ra/lmat al-Umma!t, (al-Qahirah, Halaby, t.th.,,) h. l 73.
"Musa Shahih Syaraf, op.cit., h.79.
35
Menutup aurat merupakan perintah dari agama (teks syara'), tetapi batasan mengenai aurat adalah ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan kemanusiaan dalam segala aspek. Untuk itu, dalam menentukan batas aurat, baik untuk laki-laki maupun perempuan diperlukan mekanisme tertentu terhaclap segala nilai yang berkembang di masyarakat sehingga dalam tingkat tertentu batasan itu bisa cliterima oleh sebagian besar komponen masyarakat. Dal am ha! ini, yang suclah clikembangkan oleh ulama fiqh juga hams menjadi salah satu penentu pertimbangan, agar tubuh manusia tidak di gunakan untuk kepentingan-kepentingan rendah dan murahan yang bahkan mungkin bisa menimbulkan gejolak (fitnah) yang mengakibatkan kerusakan yang ticlak clinginkan terhadap tatanan kehidupan masyarakat. Sebagai seorang mukmin wajib mengimani bahwa setiap perintah atau larangan Allah SWT terhaclap suatu perbuatan pasti acla hilanahnya clibalik semua itu. Hanya saja, sering kali Allal1 ticlak memberitahukan hikmah itu secara verbal kepacla manusia. Manusia cliberi kesempatan untuk mencari sencliri hikmah dibalik syariat Allah. Seperti firman Allah SWT claim sural1 alIsra' ayat 85 berikut :
Artinya: "Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (Q.S.al-Isra:85). Adapun hikmal1 menutup aurat antara lain, perempuan
Islam yang
yang menutup aurat alcan menclapat pahala, karena ia telah melaksanakan perintah yang diwajibkan Allah SWT, bahkan ia mendapat gaajaran pahala
36
yang berlipat ganda, karena dengan menutup aurat ia telah menyelamatkan orang lain dari berzina mata.
44
2. Nilai Filosofis Menutup Aurat Pada dasarnya manusia itu berdarah panas. Namun karena hawa udara di luar dirinya tidak stabil, dimana manusia kadangkala harus menghadapi hawa yang sangat dingin sementara mekanisme tubuh manusia tidak dilengkapi sistem kekebalan untuk menghadapi hawa yang tidak stabil, maka manusia membutuhkan pakaian pelindung untuk melindungi diri dari instabilitas hawa. Ada sekelompok masyarakat yang menganjurkan melepaskan pakaian, karena merasa membutuhkan pakaian ketika mereka merasa dingin. Dan adapun masyarakat di Gurun Sahara, Afrika Utara, menutupi seluruh tubuh mereka dengan pakaian, agar terlindungi dari panas matahari dan pasir yang biasa beterbangan di gurun terbuka itu. Dan masyarakat yang hidup dikutub pun mengenakan pakaian tebal yang terbuat dari
kulit agar
menghangatkan badan mereka. Memakai pakaian tertutup bukanlah monopoli masyarakat Arab, dan bukan pula berasal dari budaya mereka, bahkan menurut ulama dan filosof besar Iran,
Murtadha Muthahari, 45 pakaian penutup
(seluruh badan
perempuan) telah dikenal dikalangan banyak bangsa-bangsa kuno dan lebih melekat pada orang-orang Sassan Iran, dibandingkan dengan tempat-tempat
44
45
Huzaemah T. Yanggo, op.cit., h.24. Murtadha Muthahari, On The Islamic Hijab, Terj. Gaya Hit/up Wanita Islam,
Oleh Agus Efendy dan Alwiyah Abdurrahman, (Bandung:Mizan, 1990), h. 34.
37 lain. "Pakaian tertutup muncul di bumi ini jauh sebelum datangnya Islam. Di India dan Iran lebih keras tuntutannya daripada yang diajarkan Islam". Di dalam masyarakat Arab, tradisi ini menjadi sangat kukuh pada saat pemerintahan Dinasti Umawiyah, tepatnya pada masa pemerintahan al-Walid II (Ibn Yazid 125 H/747 M) di mana penguasa ini menetapkan adanya bagian khusus buat perempuan di rumah-rumah. 46 Beberapa alasan para pakar yang mengakibatkan adanya keharusan bagi perempuan untuk memakai pakaian tertutup.
Alasan pertama antara lain adalah alasan filosofis yang berpusat pada kecenderungan kearah kerahiban dan pe1juangan melawan kenikmatan dalam rangka melawan nafsu. Walaupun bolehjadi ada benarnya, namun yang pasti, ditetapkannya oleh agama Islam bentuk pakaian tertutup baik tertutup secara keseluruhan maupun sebagian, bukanlah faktor-faktor tersebut yang menjadi penyebabnya. Ini, karena Islam tidak mengenal kerahiban. 47
Alasan kedua sementara orang mengantar kepada keharusan memakai pakaian tertutup adalah alasan keamanan. Pada masa lalu, bukan hanya harta benda orang lain yang dirampas, tetapi isteri juga dirampas, apalagi jika sang isteri cantik. Nabi Ibrahim as. terpaksa menyatakan bahwa yang bersarna dia adalah saudara perempuannya padahal dia adalah isteri beliau karena khawatir isterinya dirampas oleh penguasa masanya. Alasan ini pun bukan menjadi pertimbangan Islam menetapkan batas-batas yang boleh
46
Hasan al-'Audat, a/-Mar'ah al-'Arabiyah Fi ad-Di11 Wa al-Mujtama, (alAhalay, Beirut, 2000), h.101-102. 47 M.Quraish Shihab, Jilbab Pakaia11 Wmiita Muslima/1, (Jakarta: Lentera Hati,
2004), Cet.I, h. 34-35.
38 dilihat dari sosok perempuan. Salah satu buktinya adalah ketika turunnya perintah mengenakan jilbab, Islam di Madinah sudah mulai amat mapan. Seandainya perintah menutup aurat karena alasan keamanan, maka tentu ketika itu, tidak perlu lagi perempuan memakai pakaian tertutup. 48 Alasan ketiga yang diduga oleh sementara orang sebagai penyebab lahirnya pakaian te1iutup serta menghalangi perempuan ke 1uar rumah, adalah alasan ekonomi. Mereka menduga laki-laki mengeksploitasi perempuan dengan menugaskan mereka melakukan aneka aktivitas untuk kepentingan laki-laki. 49 Semua manusia
kapan dan dimanapun, mqJu atau terbelakang
beranggapan bahwa pakaian merupakan salah san1 kebutuhan
pokok
disamping makan dan tempat tinggal. Dan juga pakaian berfi.mgsi untuk menutup anggota badan yang dapat membuat malu apabila anggota badan tersebut dilihat oleh orang lain. Kebenaran pandangan hukum Islam ini dapat dilihat dalam sejarah peradaban manusia yang melukiskan manusia purba tanpa busana dan manusia primitif dengan busana minim. Al-Qur'an melukiskan, dalam surah al-A'raf ayat 19-27, problematik pertama dalan1 sejarah keagamaan adalah masalah makanan dan pakaian. Dari penuturan ayat-ayat yang berbicara tentang prikehidupan manusia awal itu, tergambar bahwa tidak semua jenis makanan itu boleh dimanakan oleh manusia, dan tidak seluruh tubuh yaitu boleh terbiarkan terbuka. Itulah ketentuan-ketentuan hukum yang secara dini 48
/bid
49
/biil, h. 36.
39 dikenal manusia dalam kehidupannya. Khususnya menyangkut pakaian lebih dijelaskan bahwa telah disediakan baginya pakaian penutup aurat (untuk memenuhi unsur etis kehidupan manusia) dan pakaian hias (untuk memenuhi unsur estetis dalam kehidupannya). Dijelaskan pula bahwa stand
'°K.H. Ali Yafie, Menggagas Fiqih Sosial : Dari Soa/ Li11gk1mga11 Hie/up, Asuransi Hingga Uklmwa/1, (Bandung: Mizan, Nov, !995), Cet III, h.250.
40 kegiatan positif akan sangat berkurang dan masyarakat tidak akan mengalami
. 51 k emaJuan. Sehingga dalam ha! ini menutup aurat baik bagi laki-laki maupun perempuan diwajibkan atas Islam. Khususnya bagi perempuan, diwajibkan mengenakan jilbab atau yang dikenal dengan busana muslimah. Ini juga menunjukkan bahwa
menutup aurat merupakan fitrah manusia yang
diaktualkan oleh Adam dan istrinya. Allah mengilhami ha! tersebut dalam benak manusia pertama untuk kemudian diwariskan kepada anak cucunya. 52 Jika demikian, berpakaian atau menutup aural adalah alamat bahkan awal dari lahirnya peradaban manusia. Upaya mereka berpakaian rapi, menutup aurat itu, juga mengisyaratkan bahwa berpakaian rapi sebagaimana dikehendaki agama dapat memberi rasa tenang dalam jiwa pemakainya. Ketenangan batin itu merupakan salah satu dampak yang dikehendaki oleh agama. Karena ha! ini bisa dilihat dari tiga segi, pertama dari segi peradaban, kedua, dari segi kesehatan dan ketiga, dari segi keindahan. Karena perlunya
terpenuhi ketiga segi tersebut, maka tujuan dari berpakaian adalah untuk : a. Memenuhi syarat peradaban dan kesusilaan sehingga seseorang berprilaku sopan dan etis. b. Memenuhi syarat kesehatan sehingga badan tetap sehat.
51
Murtadha Muthahhari, Hijah Citra Wanita Ter/wrmat, (Jakarta: Pustaka Zahra, 2003), Cet.l, h.19. 52
M.Quraish Shihab, op.cit., h.39
41
c. Memenuhi rasa keindahan sehingga menjadi tampan, cantik dan menarik. 53 Karena
itu
dalam
berpakaian
hendalmya
memenuhi
rasa
kesusilaan, kesehatan dan keindahan. Tapi di dalam Islam, tujuan berpakaian tidalc hanya terpenuhi ketiga segi tersebut, melainkan yang utama berpakaian hams ditujukan untuk penutup aurat. Jelaslah bahwa menutup
aurat mengandung kemaslahatan bagi
manus1a itu sendiri. Sedangkan Allah tidak mempunyai kepentingan sama sekali, justeru agm· manusia dapat terpelihara dan terjaga dari sesuatu yang merugikan. Karena dengan menutup rapat tubuh dapat menghindari diri dari pengaruh buruk lingkungan. Serta menjaga perempuan dari mata-mata jahat yang akan berbuat tidalc baik pada perempuan itu sendiri, karena menutup aurat dapat meredmn timbulnya syahwat serta dapat mengangkat derajat manusia itu sendiri.
53
Ny. Fatimah,BA, Pe11didikan Keterantpilan Makanan Pakaian Progra1n
Hati, (Solo; Tiga Serangkai, 1988), h.106.
BAB HI BUSANA MUSLIMAH SEBAGAI PENUTUP AURAT DAN RELEVANSINYA DENGAN MASA KINI
A. Pengertian busana Muslimah
Kata busana muslimah adalah bahasa populer di Indonesia untuk menyebut pakaian perempuan muslimah. Secara bahasa, menurut W.J.S. Poerwaclarminta, busana ialah pakaian yang indah-indah, perhiasan. 1 Seclangkan makna muslimah menurut Ibn Manzur, ialah perempuan yang beragama Islam, perempuan yang patuh clan tunduk, perempuan yang menyelamatkan clirinya atau orang lain clari bahaya. 2 Berclasarkan makna-makna tersebut, maka busana muslimah
clapat
diartikan sebagai pakaian perempuan Islam yang dapat menutup aural yang diwajibkan agama untuk menutupnya, guna kemaslahatan clan kebaikan perempuan itu sencliri serta masyarakat di mana ia berada. Mengenai pakaian, Allah telah berfirman clalam surat al-A'raf ayat 26 aclalah :
1 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus B11flas11 l11tlo11esi11, (Jakarta : Balai Pustaka, 1986), h.172. 2
lbnu Manzur, Lis1111 11/-Arab, (al-Qahirah, Dar al-Ma'arif, t.th.,), Jilid V, h.3164-
3167.
42
43 Artinya : "Hai anak Adam, sesunggulmya Kami telah menurunkan kepadamu
pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perltiasan. Dan pakaian takwa itulalt yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, 11111dah-11111daltan mereka selalu ingat". (Q.S. al-' Araaf/7: 26).
Pakaian yang dikenakan oleh perempuan Islam yang memenuhi syarat menutup aurat. Di dalam al-Qur'an Allah memerintahkan kepada perempuan muslimah untuk mengulurkan jilbabnya supaya mereka mudah dikenal dan tidak diganggu. Adapun jenis-jenis busana muslimah yang penulis ungkapkan disini adalah: 1. Jilbab Di dalam al-Qur'an surah al-Ahzab ayat 59 Allah berfirman sebagai berikut:
Artinya:"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perem-
puanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklalt mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".(Q.S al-Ahzab/33: 59). Berdasarkan ayat tersebutlah pengertian atau konsep jilbab sebagai busana muslimah.
44 Pengertian jilbab
Di dalam al-Qur'an surah al-Ahzab ayat 59, Allah SWT menyuruh Rasulullah SAW. agar menyuruh perempuan-perempuan mukmin, terutama isteriisteri dan anak-anak perempuan mengulurkanjilbab ke seluruh tubuh mereka. Dalam ha! ini,
kata jilbab berasal dari bahasa Arab yang bera1ti
penghalang, penutup dan pelindung, sarung, kemeja, kerudung/selendang. Jilbab juga bermalma kain yang Jebar yang dipakai oleh wanita tmtuk menutup kepala dan dadanya.
3
Sedangkan
pengertian
jilbab
menurut
istilah,
al-Qurthubiy
mengatakan, jilbab adalah pakaian yang lebih besar dari kerudung yang dapat menutupi seluruh badan wanita. 4 "Al-Munjid" memberikan pengertian bahwa jilbab adalah pakaian atau kain yang lapang dan Juas. 5 Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia jilbab diartikan sebagai baju kurung yang longgar dan dilengkapi dengan kerndung yang menutupi kepala, sebagian muka dan dada. 6 Dari pengertian menurut bahasa dan istilah yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa jilbab adalah pakaian wanita Islam yang dapat menutup auratnya yang diwajibkan oleh agama untuk menutupnya, guna kemashlahatan wanita itu dan masyarakat dimana ia berada.
3
Ibnu Manzhflr, op.cit., h. 649 - 650. Al-Qurthuby, al-Jami' LiAilkli111Al-Q11r'a11, t.tp.,1384 H/1964 M, Jilid 14, h. 243 'Louis Ma'lufal-Yasu'i, a/-M1111jid Fi al-Lugilail, (Beirut: al-Katulikiyah, 1965), h.
4
63. 6
Tim Penyusun Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Klllmts Besar
Bailasa Indonesia, (Jakarta: PT.Balai Pustaka, 1989), Cet Ke I, h.363.
45
Jadi yang dimaksud dengan jilbab tersebut adalah busana muslimah, yaitu suatu pakaian yang tidak ketat atau longgar dengan ukuran yang lebih besar yang menutup seluruh tubuh perempuan, kecuali muka dan telapak tangan sampai pergelangan tangan. Pakaian tersebut dapat berupa baju luar semacam mantel yang dipakai untuk menutupi pakaian
dalam tetapi juga dapat digunakan
langsung tanpa menggunakan pakaian luar asalkan kainnya tidak tipis atau transparan. Jadi tergantung kepada kehendak dan selera masing-masing asalkan tetap memenuhi syarat menutup aurat. Kalau aurat meajadi sebuah permasalahan maka jilbab pun harus kita perhatikan. Aurat dan jilbab saling berkaitan satu sama lain. Keduanya berfungsi untuk menj aga manusia dari gangguan lahir dan batin. Dal am etika hid up diplomasi pakaian diatur menurut tempat dan keadaannya, ha! ini berarti pakaian mempunyai nilai sendiri. 7 Perintah untuk mengulurkan jilbab, mengandung kesempumaan dan pembedaan ketika keluar. Allah telah menyebutkan alasan perintah berjilbab, dan pengulurannya dijelaskan pada ayat di atas. Adapun penutupan yang wajib bagi aurat perempuan maka ia dapat terwujud dengan model pakaian apapun, seperti jilbab, baju kurung, kerudung dan sejenisnya. Penguluran jilbab itu terutama ketika keluar rumah. Adapun ketika ia di dalam rumah maka tidak diwajibkan yang demikian itu Gilbab). 8
7
Fuad Mohd Fachruddin, Aural Dan Jilbab Dalam Pmulangan Mata Islam, (Jakarta: CV. Pedoman llmu Jaya, 1991), Cet.UI, h.52. 8 Abu Syuqqah, B11sa11a Dan Perhiasm1 Waizita Me1111r11/ Al-Q11r'a11 Dan Hat/is,
(Bandung: Mizan, Agustus 1995), Cet.J, h.41
46
2. Kerudung Jenis pakaian ini telah menjadi bagian khasanah bnsana muslimah yang telah membudaya seperti yang dipakai dikalangan muslimah di Indonesia. Kerudm1g yang dalam bahasa arab dikenal dengan khimar berarti penutup kepala atau kerudung. Di dalam surat an-Nm ayat 31 disebutkan :
..."11
, ...w ; u+'-'-'..J ~- .• ('l"\: ~ i..I.Jf.11).(.ry;Y..::--
.:J
.;,,, -·
•
~
~
ef
Artinya:
,,
"Katakanlalt kepada wanita ya11g beriman: "He11daklalz mereka menalzan pa11da11gan11ya, dan kemaluannya, da11 janganlalz mereka Menampakkan perlziasa1111ya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan lzendaklalz mereka menutupkan kain kud1111g kedadanya ... ".(Q.S. an-Nur/24:31).
Para ahli tafsir mengatakan bahwa kaum perempuan
pada zaman
jahiliyah dahulu sebagaimana pada zaman modern sekarang ini biasa berada (be1jalan) di depan kaum laki-laki dengan dada dan leher terbuka serta lengan telaajang. Mereka biasa meletakkan kerudung mereka dibelakang pundak (lehernya) dengan membiarkan dada tetap terbuka. Hal ini tentu saja sering menimbulkan rangsangan bagi kaum laki-laki untuk menggodanya, karena mereka terpesona oleh keindahan tubuh dan rambutnya. Kemudian Allah memerintahkan kepada perempuan untuk menutupkan kain kerudungnya pada bagian yang biasa kelihatan untuk menjaga diri mereka dari kejahatan laki-laki hi dung belang tersebut. 9 9
Syeikh Muhammad Al-Shabuni, Sliafwat al-Tafassir, (Mesir: Dar al-Shabuni, t.th.),
Juz ke 2, h.336.
47 Di kalangan masyarakat sering terjadi kesalah pahaman mengenai kerudung dan jilbab, seolah-olah kerudung sama dengan jilbab, padahal sebenamya tidak identik. Kerudung merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari jilbab yang harus dikenakan perempuan muslimah. Namun demikian ada yang berpendapat bahwa dalam pengertian yang luas kerudung dapat disamakan dengan jilbab, sayangnya kerudung sekarang ini lebih difahami sebagai selendang yang hanya dipakai untuk sekedar hiasan. 3. Cadar
Masalah lain yang perlu diungkapkan di sini adalah cadar (penutup muka).
Apakah
seorang
muslimah
diwajibkan
memakai
cadar
mengenakan kerudung dan pakaian panjang (jilbab). Nampaknya
setelah
cadar atau
penutup muka hanya merupakan tradisi sebagian masyarakat saja, karena baik dari al-Qur' an maupun Hadis tidak ada perintah agar memakai cadar bagi perempuan pada waktu mereka keluar nnnah untuk memenuhi keperluan duaniawi mereka. Di samping mereka pasti akan merasa terganggu jika diharuskan memakai cadar tersebut. 10 Seperti firman Allah
11
~.)~\
0,. i~'.oij ~:;JJ ~ 11 mengindikasi-
kan bahwa wajal1 perempuan tidak harus ditutup, kalau ada perintah menutup seluruh tubuh dan wajah bagi perempuan, maka tidak mungkin ada perintah untuk menahan pandangan karena ketika itu tidak ada yang harus dihindari dari
'°Rahmat Taufik Hidayat, et.al., Kilasanail Busana Muslimail, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1993), Cet.pertama, h. 44.
[:
l
--·---·-·---------, EFPUSTAKAAN UTAM;\ UIN SYAH!D Jl'\KARTI'\
48
pandangan. 11 Kendati demikian bila w ~abnya sangat menawan atau cantij;: dalam ha! ini, bila menimbulkan fitnah, maka dianjurkan memakai cadar.
B. Kritcria Busana Muslimah Sebagai Penutup Aurat Dan Hikmahnya Sebagai
Pcnanggulangan Pornoaksi.
I. Kriteria Busana Muslimah Sebagai Penutup Aurat Islam telah menetapkan suatu !criteria khusus buat kaum perempuan dengan pakaian tertentu yang membedakannya dengan laki-laki. Demikian
juga dengan kaum laki-laki, Islam telah memberikan kriteria
khusus dengan pakaian yang khas baginya, sehingga membedakan dengan perempuan. Pakaian perempuan ditetapkan berdasarkan kodratnya sebagai perempuan, dan pakaian laki-laki ditetapkan sesuai dengan kodrat laki-laki. Maka Islam menetapkan pakaian jilbab buat perempuan, tidak untuk laki-laki dan menjadikan aurat perempuan berbeda dengan aurat laki-laki. 12 Al-Qur'an menjelaskan bahwa Allah SWT memberi manusia pakaian yang berfungsi untuk menutup aurat dan pakaian yang indah sebagai perhiasan. Rasulullah pun
tidak melarang orang yang suka mengikuti
perkembangan mode, karena model pakaian tidalc termasuk urusan ta'abbudi (kepatuhan dan ketaatan kepada Allah SWT) 13 , tetapi termasuk dalam masalah muamalah yang beredar menurut alasannya, 14 asalkan tetap memenuhi kriteria
''Yusuf al-Qaradhawi, al-Halal wal Haram, (Daar: al-Baidla, Daar al-Ma'rifah, 1985), Cetakan ke l, h. l 54 12 Abdurrahman al-Baqdadi, E111a11sipasi Atlakah Dalam Islam, terjam Muhammad Ustman Hatim, (Jakarta: Gema lnsani Press, !988), Cet Ke I, h. 65. 13 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopetli Hukum Islam, Jakarta: PT.lchtiar Barn Van Hoeve, 200 l, Cet.V, Jilid V, h. l 723 14
Abu Syuqqah, op.cit., h.27
49 busana muslimah yaitu busana yang tertutup yang dikenakannya bukan tmtuk mendapat pujian dan penghargaan manusia. 15 Selaras dengan keterangan di atas, kita harus bisa memilih bentuk mode yang sesuai dengan prinsip Islam, namun memiliki nilai estetika (keindahan) yang tinggi. Karena sebagaimana kita ketahui dalam masalah pakaian, Islam hanya menetapkan sedangkan modenya
batas-batas yang harus ditutup saja,
diperintahkan kepada kita tmtuk menatanya, dan
diperindah sesuai dengan selera, tempo dan tempat. Agar orang tidak beranggapan bahwa busana muslimah itu hum atau konservatif, maka umat Islam dituntut untuk menunjukkan kemampuan intelektual, skill dan keahliannya dibidang busana, asalkan mode pakaian yang dibuat tersebut tidak keluar dari kriteria sebagai berikut : a. Busana dapat menutup seluruh aural yang wajib ditutup. b. Busana tidak merupakan pakaian untuk dibanggakan atau busana yang menyolok mata, karena Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang memakai busana yang menyolok (kemegahan) di dunia, Allah akan memakaikan kehinaan diakhirat nanti". c. Busana tidak tipis agar kulit pemakainya tidak tampak dari luar. d. Busana agak longgar/jangan
terlalu sempit (ketat), sehingga tidak
menampakan bentuk tubuh. e. Busana tidak sama dengan pakaian laki-laki. 16
15 16
Rahmat Taufik Hidayat,et.al., op.cit., h.60 Huzaemah T. Yanggo. Fiqh Perempua11 Ko11temporer, (Jakai1a: al-Mawardi
Prima, 2001), Cet. Pertama,h.27-29.
50
Dari hal di atas, Islam tidak menganjurkan mode pakaian tertentu namun Islam tidak melarang untuk mendesain pakaian sesuai dengan tren, tapi pakaian yang dianjurkan agama Islam adalah pakaian yang dapat menutupi tubuh. Sampai tidak tampak warna kulitnya dan tidak tampak lekuk tubuhnya. 2. Hikmah Busana Muslimah Sebagai Penanggulangan Pornoaksi. Islam telah memberikan ketetapan dengan tuntutan yang pasti tentang wajib perbedaannya antara busana laki-laki dan perempuan, serta melarang jenis yang satu menyerupai jenis yang lainnya. Satu sama lain dilarang menyerupai dalam hal pakaian dan hal-hal yang spesifik untuk tiap-tiap jenis seperti menghias sebagian anggota tubuh dan semacamnya. 17 Hal ini seperti yang disebutkan di dalam Hadis : I
,,.
,;
,,
,,.
.>\
~ ~)\ ~~.'.ii\ /
,,
I
.>
/
/
,.
)'\
-;;
J-.o .'.ii\ J_;:..:,;) :J\; ~.'.ill~~; d.':;. ,,. 18 • (:{,b~~ ;\)J).~)\y ~ ii)r, i91 q , , /
/
,,,
,.
.>
~
/ ,,.,
/ ,., ,;
.>
Artinya: "Abu Hurairah berkata: Rasulullaf! SAW melak11at laki-laki ya11g memakai pakaia11 perempua11 da11 perempua11 yang memakai pakaia11 laki-laki".(H.R. Abu Dawud).
Dalam berpalcaian perempuan muslimah merupakan pakaian khusus perempuan yang dipersembahkan menurut konsep ilahi. Itulah hijab atau yang biasa lebih dikenal dengan
sebutan "jilbab"
atau kerudung (kain) penutup
seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Ia merupakan pakaian sederhana
17
Abdurrahman al-Baqdadi, op.cit., h. 63. Abu Dawud Sulaiman al-Asy-as bin Jshaq al-Azdi as-Sajastani, Su11a11 Ahi Dawud, (Mesir: Maktabah Mustafa al-Babi al-Halabi, 1952), Juz II, h. 381. 18
51 yang dipersembahkan oleh Islam bagi kaum perempuan Islam. Dan dalam berbusana muslimah ini juga dapat mencegah atau penanggulangi hal-hal yang berbau pornoaksi. Pornoaksi menurut bahasa adalah penggambaran tingkah laku secara erotis dengan bentuk perbuatan nyata yang dapat membangkitkan nafsu birahi. 19 Sedangkan pornoaksi menurut istilah adalah sifat kesengajaan dengan melakukan sesuatu yang merangsang birahi banyak orang dalam bentuk perbuatan nyata atau langsung. Sedangkan pengertian yang lain tentang pornoaksi adalah suatu penggambaran aksi gerakan, lenggokan, liukan tubuh yang tidak sengaja atau sengaja untuk memancing bangkitnya nafsu seksual seseorang. Pornoaksi awalnya adalah aksi-aksi objek seksual yang dipertontonkan secara langsung dari seseorang kepada orang lain, sehingga menimbulkan histeria seksual di masyarakat. 20 Sedangkan menurut Neng Djubaedah bahwa tarian strip-tease dapat dikatakan sebagai pornoaksi 21 , karena pengertian strip-tease adalah per-tunjukan tarian yang dilakukan yang dilakukan oleh perempuan dengan gerakan antara lain menanggalkan pakaiannya satu persatu dihadapan penonton atau dapat juga berarti tarian telanjang. 22
19
Huzaemah T. Yanggo. Masi/ Fiqhiya!t K11ji1111 Hukum Islam Ko11temporer, (Bandung : ANGKASA, 2005), cet. I. h. 230. 20 Burhan Bungin, Pomometlia: Ko11struksi Sosial, Tek110/ogi Telematika tla11 Peray11a11 Seks tli Media Massa, (Bogor: Kencana, 2003), Cet Ke-I, h.155. 21 Neng Djubaidah, "Pomografl t/1111 Pomoaksi Diti11jau Dari Hukum Islam", (Jakarta: PRENADA MEDIA, 2003), Cet I, h.155. 22
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, op.cit., h. 860.
52 Dal am RUU APP, yaitu pada pasal I ayat 2, pornoaksi didefinisikan sebagai : "Perbuatan yang dilakukan dengan sengaja atau mempertunjukkan eksploitasi seksualitas, kecabulan dan erotika di muka umum''.
23
Jadi berdasarkan definisi-definisi di atas tentang pornoaksi, penulis menyimpu!kan bahwa pornoaksi adalah aksi atau gerakan manusia yang dilihat atau dipertontonkan secara langsung kepada orang lain yang dapat merangsang nafsu syahwat manusia. Mengenai masalah ini Allah telah berfirman dalam surah An-Nur ayat 30-31. Dalam sural1 ini dijelaskan
bahwasanya laki-laki dan perempuan
diperintahkan untuk menjaga pandangan dan menjaga organ seksualnya. Artinya seorang laki-laki maupun perempuan dapat menjadi sebagai objek pornoaksi. Dari sini terlihat bahwa Allah menyamaratakan laki-laki dan perempuan, karena baik laki-laki maupun perempuan ketika terbuka auratnya dapat menimbulkan syahwat atau nafsu biral1i. Hanya saja perempuan lebih te1iutup dari laki-laki, sebagai mana telal1 dijelaskan pada bab sebelumnya. Masalal1 moral pada masa kini telal1 dilepaskan dari segalanya, bermula dari politik, kemudian ekonomi dan terakhir seks. Kesalal1an besar dalam sej arah kemanusiaan adalah ketika akhlak dipisahkan dari politik dan ekonomi. Dan kesalahan yang terbesar adalah ketika akhlak dipisal1kan dari seks. Kini, seks dijadikan komoditi ekonomi ini dapat ditemukan bukan saja melalui layar lebar atau layar kaca -film dan TV melalui cerita atau iklan. Dan juga melalui gambar hidup yang telanjang, tetapi telah disertai dengan aneka gerak dan kata-kata yang 23
Catatan Kritis Atas RUU APP, Jumal Perempua11, Pomografl, 38 (Jakarta :
Yayasan Jurnal Perempuan, 2004), Cet.J, h. 44.
53 merangsang, baik yang didendangkan da!am lagu maupun yang dilontarkan dalam percakapan. 24 Dalam aspek agama merupakan salah satu faktor utama yang dapat menanggulangi pomoaksi. Maka orang atau badan hukum yang berkepentingan dengan pomoaksi, biasanya mendudukan ajaran agama sebagai penghalang perkembangan bisnis mereka, dengan dalih ajaran agama memuat ketentuanketentuan yang membatasi dan melanggar hale asasi manusia. 25 Sebagai dalih ajaran agama melanggar hak asasi manusia, sehingga banyalmya perempuan yang menjual kecantikan dengan cara menghalalkan segala cara, berpengaruh besar terhadap pembentukan budaya masyaralrnt melal ui media massa dan elektronik. Acara hiburan di televisi yang mengeksploitasi perempuan, seperti penayangan dangdut setiap malam di televisi yang mengedepankan goyang erotis, situs-situs porno di internet yang secara bebas dan murah di alcses oleh seluruh lapisan masyarakat. 26 Sehingga perintah memakai busana muslimah temyata sangat erat kaitannya dengan masalah akhlak. Orang yang memakai busana muslimah seharusnya perlu menjaga kehormatannya. Kita harus mengetahui bahwa segala perbuatan yang kita lakukan sebagai bagian dari ketaatan kepada Allah dan semuanya pasti akan mendapat pahala. Seandainya perbuatan tersebut tidak kita lakukan, maka kita akan kehilangan pahalanya. Semua perbuatan maksiat yang kita lalcukan akan dibalas 24
M. Quraish Shihab, Peremp11a11 :Dari Cillfa Sampai Seks dari Nikalt Mut'alt Sampai Nikalt Sumialt Dari Bias Lama Sampai Bias Baru, (Jakarta: Lentera Hali, 2005), Cet
ke-11, h. 388-389. 25 Neng Djubaidah, op.cit., h.143 26 Najlah Naqiyah, 0/0110111i Peremp111m, (Malang: Bayumedia, 2005), Cet. I, h. 122.
54
dengan ganjaran dosa. Maka, perintah-perintah agarna alcan dihitung satu per satu dan salah satunya adalah bagaimana cara dalarn memperg1malcan busana muslimah. Adapun syarat-syarat yang hams ada dalarn busana muslimah adalah sebagai berikut : a. Dapat menutupi seluruh anggota badan selain yang telah dikecualikan oleh agarna. b. Jangan dijadikan sebagai sarana untuk menghiasi tubuhnya. c. Bnsana tersebut hams tebal dan tidak tipis. d. Busana yang dikenalcan lebar dan tidak sempit. e. Busana tersebut jangan menyerupai busana yang sering dipergunakan oleh perempuan kafir. f.
Busana yang dikenalcan jangan dijadikan sebagai alat untuk mencari . 77 popuI antas.-
Islam mengharamkan perempuan memakai pakaian ya11g membentuk dan tipis sehingga narnpak kulitnya. Termasuk di antaranya ialah pakaian yang dapat memperlihatkan bahagian-bahagian tubuh, klmsusnya tempat-tempat yang membawa fitnah. Dalam Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah disebutkan : ,,.
1,
,,.
,,.
~ .)81 ~I::,. 0~ ,.
,,.
,.,,. ,,.
,,.
,,.
I
,,.
.>
I
,,. ,,.
,,. ,,.
'f,
:h ~.:ill~ .:ill~.) JI:; :JI:; iYJ ;;.1 Cf> ,,
'
,.
...
,,.-;.,,. 1'
,,.
,,.
,,.
~~.J\P ~~~"•t.;J ,;:,.81 ~ ~__,.,;.;_;,JI ~~~~ .1.~ ~ r~ ~.JI ::,. ~~ ~~ ~t ~1 ~~<.) .ll:\11 ~1 w.:.:~~f, ~)l!i; ~~ ,,.
,, 27
,,.
,,.
,,.
,
,
•
'
,,.,,.
.-? ,,. '
,,
,,. '
,,,.
2s:
,,.,,.
..
,,
cf-- ·!.v). I~'\£.~;~: , ,
Syaikh Mutawalli as-Sya'rawi, Fikilz Peremp11a11 (Mus/imalz), (t.t., Amzah: 2005), Cet ke-ll, h.25 "Imam Nawawi, Sa/tilt Muslim, (Beirut: Dar al-Fikr, 1981), Juz 13, h. 109-110.
55
Artinya:
"Bersumber dari Abu Hurairah, beliau beJ'kata : Rasulullalt SAW bersabda : "Dua macam dari ummatku (ca/on penglumi neraka) yang be/um pernah aku meliltatnya: suatu golongan yang menggunakan pecut ekor-ekor sapi untuk memukuli orang dan segolongan perempuan yang berbusana telanjang melenggok-lenggokkan jala1111ya 1111t11k menjerata mangsanya, kepalanya seperti punuk unta yang miring, mereka tidak masuk surga dan tidak mencium baunya, padaltal baunya tercium dari jarak sekian dan sekian".(H.R. Muslim).
Mereka dikatakan berpakaian, karena memang mereka itu melilitkan pakaian pada tubuhnya, tetapi pada hakikatnya pakaiannya itu ticlak berfungsi menutup aurat, karena itu mereka clikatakan telanjang, karena pakaiannya terlalu tipis sehingga dapat memperlihatkan kulit tubuh, seperti kebanyakan pakaian ..
perempuan sek arang m1.
29
Aclapun hikmah busana muslimah antara lain sebagai berikut : I. Busana muslimah aclalah iclentitas muslimah. Dengan memakainya, yang beriman telah menampakkan identitas lahirnya, yang sekaligus membeclakan secara tegas antara perempuan ·beriman dengan perempuan lainnya. 2. Busana muslimah merupakan psikologi pakaian, sebab menurut kaiclah pokok ilmu jiwa, pakaian aclalah cermin cliri seseorang. Maksudnya kepribaclian seseorang clapat terbaca dari cara clan model pakaiannya, misalnya seseorang yang bersikap sederhana, yang bersikap ekstrim, akan dapat terbaca dari pakaiannya. Demikian halnya dengan perempuan jalanan yang sudah jauh melanggar ketentuan etis clan moral akan mempunyai ciri khas dalam pakaian, meskipun kelihatannya
29
rapi, tetapi kerapiannya itu sesuai clengan
Syekh Muhammad Yusuf al-Qaradhawi, Halal tfall Hamm Dalam Islam, (t.t. PT.
Bina Ilmu: 1993), h. 112-1!3.
56 pembawaannya sebagai seorang seksi yang sudah tidak sopan. Perempuan terhormat jelas mempunyai sifat tidak mau menyamakan dirinya dengan perempuan seksi atau bertingkah eksentrik tersebut. 30 Bagi orang yang mengenakan busana muslimah, busana tersebut didasari oleh unsur-unsur keimanan dan keyakinan terhadap Allah yang dimulai dan dimotivasi oleh kesadaran untuk mengamalkan ajaran agama, akan menjaga pemakainya dari sikap yang tidak baik. Busana hanya merupakan simbol belaka, manakala pemakaian busana tersebut hanya pada unsur formalitas dari institusi-institusi di mana si pemakainya tersebut berada. 31 Secara psikologis busana muslimah adalah simbol dari seperangkat nilai. Busana muslimah hanya merupakan untaian benang yang membentuk kain, kemudian digunakan sedemikian rupa sebagai penutup aurat baik lakilaki maupun perempuan. Disamping itu memakai busana muslimah dapat menimbulkan ketentraman diri seseorang karena disamping telah memenuhi perintah Allah, ia juga merasa aman dari segala gangguan dari orang yang ingin berbuat tidak baik terhadapnya. Dan juga dapat menanggulangi hal-hal pornoaksi. Adapun penanggulangan yang berkaitan langsung dengan diri pribadi
seseorang
adalah menjalankan
ajaran
agama.
Seperti
yang
dikemukalcan Zakiah Daradjat "Faktor terpenting yang menimbulkan gejalagejala kemorosotan moral dalam masyarakat, adalah kurang tertanamnya jiwa
30
31
Huzaemah T. Yanggo. Fiqlt Perempua11 Kollfemporer, op.cit., h. 24. Jalaluddin Rahmat, Islam al-Tematif, (Bandung: Mizan, 1991), h. 141.
57 agama dalam hati tiap-tiap orang, serta tidak dilaksanakannya agama dalam kehidupan sehari-hari, baik oleh individu mauptm oleh masyarakat. 32 C.
Penyebab Dan Bahayanya Pornoaksi Pada saat sekarang ini umat manusia sedang menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan demikian cepatnya dalam berbagai bidang dan sebagian besar ummat Islam Internasional sedang membangun negeri dan bangsanya. Termasuk Indonesia yang dialami oleh kira-kira 83 % warganya yang beragama Islam. 33 Perin diperhatikan bagi umat Islam, lebih-lebih remaja muslim dan muslimah, karena kini mulai terlihat kebudayaan memperlihatkan anggota tubuhnya serta saling berpegangan antara laki-laki dan perempuan lain. Cara seperti itu bukanlah kepribadian muslim dan muslimah, tetapi tirutiruan dari kebudayaan lain. Oleh sebab itu jika ada suatu tontonan baik dalam gedung bioskop, televisi, video dan sebagainya yang tidak mendidik hendaknya dihindari. 34 Pada saat sekarang ini jumlah jam pelajaran masih sangat tidak memadai dibandingkan dengan tayangan televisi yang mendominasi waktu belajar. Selain itu, pengaruh budaya asing yang masuk ke Indonesia melalui jaringan media komunikasi baik cetak maupun elektronik, perlahan-lahan namun pasti telah mengikis iman bangsa Indonesia. Meskipun media televisi mengumandangkan azan magrib pada waktu salat magrib, salah satu stasiun 32
Zakiah Daradjat, Islam Da11 Kesehata11 Me11tal, (Jakarta : Gunug Agung, 1971), Cet ke-1, h. 69. 33 Kahar Masyur, Membi11a Moral tla11 Akhlak, {Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1994), Cet-1, h.433. 34
/bitl, h. 44 l
58
televisi menayangkan bimbingan rohani Islam. Jika dibandingkan temyata jumlah waktu yang menampilkan sesuatu yang berbau pomoaksi sangat tidak seimbang dengan ajakan yang sifatnya lebih mendidik sehingga dalam memberikan batasan pomoaksi diperlukan beberapa unsur di antaranya yaitu : I. Adanya materi berupa kata-kata. 2. Tujuannya untulc merangsang birahi 3. Mencerminkan adanya relasi dominasi/hirarkijenis kelamin. 35 Jika memang menginginkan pornoalcsi terhapus secara menyeluruh, maka aspek landasan budaya yang melestarikan dan melahirkan unsur budaya pornoaksi, budaya pamer tubuh, juga harus tersentuh clan hams tertata kembali. Karenanya !criteria porno harus memenuhi tiga aspek, yaitu : I. Semua ha! yang clapat mengarah pada bangkitnya gairah seksual manusia, baik clisengaja maupun ticlak. 2. Terlihatnya anggota badan, bagi laki-laki adalah pusar hingga lutut dan perempuan seluruh tubuhnya kecuali muka clan telapak tangan, oleh orang lain yang dapat menimbulkan gairah seksualnya di luar ikatan pernikahan. Khusus untuk perempuan daerah yang tertutup akan berkurang sampai hanya sebatas anggota tubuh, jika berhadapan dengan sejenisnya atau anggota sekeluarga sedarah. 3. Kedua pembatasan di atas ti dale terpakai pada kondisi terdesaldterpaksa dan pertimbangan tmtuk kepentingan kemanusiaan, seperti untuk pengobatan dan lain-lain. 36
35
Catatan Kritis Atas RUU Anti Pomografi Dan Pomoaksi, op.cit., h. 49.
59 Dan adapun faktor-faktor penyebab pornoaksi adalah: a. Media Massa Media Massa ini terbagi dalam dua macam, media cetak dan media elektronik. Media cetak melingkupi surat kabar, tabloid, majalah dan sebagainya. Sedangkan media eletronik mencakup radio, film, televisi, video dan lain-lain Media massa merupakan sarana informasi paling efisien dalam masyarakat modern. Ia merupakan jalur sosialisasi penyebar informasi, tatanan nilai dan pola perilaku yang diharapkan masyarakat tersebut, , itu sebabnya media massa mempunyai pengaruh yang cukup kuat dalam pembentukan opini dan pola perilaku seseorang atau bahkan masyarakat. Media massa, seperti televisi, radio, majalah, surat kabar dan sebagainya dapat membangkitkan seks laki-laki dan perempuan. lklan-iklan dari berbagai produk barang konsumtif hampir semua menayangkan gambar-gambar malcsiat, termasuk iklan-iklan yang mempromosikan mobil-mobil yang memajang potret perempuan hampir bugil. Hampir langka ildan yang tanpa perempuan telanjang atau seni telanjang. 37 Penyebab maraknya pornoaksi di Indonesia juga disebabkan oleh media massa elektronik. Hal ini bisa kita amati bagaimana gencarnya arus pornoaksi dalam tayangan televisi, video, kaset, laser disk dan video compact disk (VCD). Akibatnya, budaya role mini, pakaian "you can see" jeans ketat, kaos ketat dan menggantung (menampakkan pusarnya) hingga gerakan tubuh erotis semakin
36
Marzuki Umar Sa'abah, Seks Da11 Kita, (Jakarta : Gema Insani Press, 1997).
h.77-78. 37
Adnan Hasan Shahih Baharis, Ta11gg1mg Jawab Ayah Terhadilp A1wk LakiLaki, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996). Cet. Ke-I, h. 384.
60 sulit dibendung dan menjadi pemandangan sehari-hari yang dengan kata lain . but pornoaks1.. 38 d1se Tatti Elmir, mengatakan bahwa peran media massa sangat besar dalam mempengaruhi jiwa anak yang mengarah ke pornoaksi. "Tayangan televisi Dan film-film seperti
menjual keperawanan, seks bersama dan laim1ya
ditan1pilkan ditelevisi pada jam kumpul keluarga yakni sekitar jam delapan malam". 39 b. Teknologi Komputer Dan Internet Perkembangan teknologi digital komputer dan internet mempermuda11 arus informasi, termasuk hal-hal yang berbau porno. Kehadiran personal video player yang semula hanya diputar dikalangan elit menjadi tersebar di masyarakat luas, namun teknologi digital yang berkombinasi dengan teknologi !computer telah memungkinkan video yang semula terjadi dalam format video tape analog yang relatif memakan tempat menjadi kepingan disc yang sangat pipih dan mudah dibawa. Perkembangan
teknologi
satelit
memungkinkan
terbangunnya
jaringan internet berskala global. Kenclatipun tingkat kepemilikan !computer pribacli yang clilengkapi akses internet dimasyarakat Indonesia relatif rendali. Situs-situs porno dengan muclal1 cliakses melalui berbagai fasilitas komersial seperti warung clan cafe-cafe internet yang telali banyak menjanrnr sekarang ini. Internet memang tergolong mucla. Namun gejala positif dan negatif sudali terasa. Bagi yang memanfaatkan mencari informasi, internet merupalrnn 38
Luqman Haqani, Perusak Pergaulan tltm Kepribatlian Remaja Muslim, (Bandung: Pustaka Ulumuddin, 2004), cet. Ke-2, h. 72). 39
Republika, Jumat 25 Mei 2007.
61 sarana yang murah, cepat dan lengkap. Mau mencari data apa saja mudah ditemukan. Mulai sejarah, keagamaan, artikel ilmiah, bahkan hal-hal yang bersifat porno pun dapat dicari. Hasil penelitian "Harian Republika" menunjukkan rata-rata video porno baru di produksi secara illegal setiap hari oleh anak muda di Indonesia. Produk video porno ini disebarluaskan melalui internet dan telepon genggam. Contoh video porno Yahya Zaini dan Maria Eva telah diakses 19,6 juta kali oleh pengguna internet, dan jika sekali download dibutuhkan biaya minimal Rp.1.000, malrn para pengguna internet telah menghabiskan uang sedikitnya Rp. 19,6 miliar. Berdasarkan pengamatan, setiap situs porno yang berada di internet menyediakan antara 300 hingga 400 koleksi video yang bias diakses para pengguna internet. Ada yang gratis, namun ada pula yang dipe1jual-belikan. Kalau kita melihat seperti sekarang ini, ada beberapa motif yang melatarbelakangi pembuatan video porno oleh kalangan muda, di antaranya hanya sekedar iseng, karena perasaan cinta antara dua orang, adanya !camera tersembunyi, untuk tujuan komersial, dan untuk kejal1atan. Saal ini telah beredar lebih dari 500 judul film porno buatan lokal, 90 persennya dibuat oleh anak-anak muda di Indonesia.Penggunaan telepon genggam sebagai media pembuatan dan penyebaran video porno tidak hanya terjadi di kotakota besar; tetapi hampir diseluruh wilayal1 negeri ini.40 Pornoaksi baik dari berbagai media cetalc, elektronik maupun internet dapat menghancurkan akhlak moral terutama pada anak-anak dan remaja,
'°Republika, Senin. 27 Agustus 2007
62 khususnya generasi kaum muslimin. Pornoaksi dengan menebarkan gaya hidup hedonis atas nama globalisasi yang lebih khusus diarahkan kepada generasi muda Islam. Dengan propoganda hidup hedonisme produk sekula:risme, bangsa kafir barat berusaha melepaskan kaum muslimin dari keterikatannya terhadap hukum syara'.
Dan adapun hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya pornoaksi sebagaimana dijelaskan di atas, sehingga dapat menimbulkan bahaya akibat pornoaksi. Pomoaksi memiliki bahaya yang sangat besar terutama bagi remaja. Psikologi remaja yang masih Jabil dan adanya pertumbuhan hormon-hormon seksual pad a diri remaj a, pornoaksi memiliki bahaya yang sama besar terhadap remaJa. Dan adapun bahaya pornoaksi, antara lain adalah : 1. Tcrjerumus Dalam Kemaksiatan Seksual.
Pomoaksi yang mengeksploitasi seks secara vulgar akan menjadi perangsang nafsu seks remaja yang memang sudah mengkobar-kobar. Seperti melakukan onani merupakan suatu bentuk rangsangan yang dilakukan secara sengaja pada diri sendiri untuk memperoleh kepuasan erotik. Rangsangan bersifat teknik (berkaitan dengan sentuhan atau rabaan), melainkan juga berkaitan dengan psikis. Onani sering juga disebut "masturbasi". Masturbasi berasal dari kata latin, mastur yang berarti "tangan" dan batio yang bera:rti "menodai". Masturbasi dari asal-usul katanya berarti "menodai diri sendiri dengan
63
tangan". Dari sini diperoleh pengertian, masturbasi adalah pemuasan kebutuhan seksual terhadap diri sendiri dengan menggunakan tangan.
41
Bahkan para psikolog sering juga menyebut dengan nama monoseks, yaitu kepuasan seks oleh diri sendiri. Para ulama dikalangan ummat Islam sering menyebut dengan nama istimna' .42 Akibat maraknya tayangan porno, banyak orang yang tak kuasa menahan nafsunya, sebagian di antara mereka memilih onani. Mereka menganggap bahwa onani itu lebih baik dari pada zina, tak heran j ika perilaku ini kian menggejala di kalangan remaja. Kebiasaan onani pada remaja adalah fenomena yang layak dicermati. Umumnya para remaja sadar, bahwa perbuatan tersebut tidak baik. Namun merepun merasa kesulitan untuk menghentikam1ya. Mereka bingung kebiasaan itu tidak mudah dihilangkan terlebih lagi belum adanya tempat penyaluran yang layak. 2. Terhempas Dalam Lembah Pergaulan Bebas (freesex)
Pergaulan bebas atau seks bebas dikalangan remaj a mempakan fenomena yang sudah terjadi sejak lama. Kalau kita lihat seperti sekarang gaya pacaran para remaja sidah tidak lagi nyerempet-nyerempet layak:nya suami isteri, tapi banyak di antara mereka yang malah sudah melakukallilya. Perilaku yang diadopsi dari pelaku remaja barat ini seolah-olah mendapat pembenaran dari media. Terbukti setiap hari tayangan mengenai
41
Badiatul Muchlisin Asti, Remaja Diralllai Birahi :Kupas T1111t11s Pomogrtifi Da/am Perspektif Islam, (Bandung: Pustaka Ulumuddin, 2004), cet.ke-I, h. 64. 42 Abu al-Ghifari, Remaja Korbal! Motle, (Bandung : Mujahid Press, 2003),
cet.ke-2, h.87.
64 freesex dan freelove menjadi tema utama sebagian besar film dan sinetron yang ditayangkan televisi. Akibatnya, para remaja beranggapan seks bebas adalah ha! yang lumrah diera modern ini padahal seks be bas bukan saj a merusak martabat manusia tapi juga dengan sengaja mensejajarkan diri dengan binatang. Pengaruh pornoaksi salah s0.tu pendorong maraknya seks bebas sekarang ini. Hal ini tidak bisa diingkar\ kasus-kasus seks bebas dikalangan remaja banyak yang menunjukan ha! tersebut. Salah satu kasus yang sempat terekspos oleh media massa adalah kasus "pesta seks" yang melibatkan 10 pnua STPDN (sekolah tinggi pemerintah dalam negeri). Tabloid Gugat edisi 06-12 Mei 2004 sempat melansir kasus tersebut yakni kasus penggrebekan warga terhadap sebuah rumah di Sumedang Jawa Barat. Di dalamnya terdapat I 0 praja STPDN bersama 5 mahasiswi beberapa perguruan tinggi di Bandung yang hanya mengenakan pakaian dalam, diduga te)jadi pesta seks. Menurut cerita yang berkembang yang dilansir Gugat, ketika penggrebekan berlangsung para praja dan 5 mahasiswi itu tengah menonton VCD porno. 43 Dengan peristiwa di atas tersebut selaian menggambarkan realita praktek seks bebas dikalangan remaja, juga menunjukkan hal-hal yang berbau porno sangat lekat kaitannya dengan praktek seks bebas remaja sekarang ini.
43
Gugat, Edisi 06-12 Mei 2004.
65 3. Kehamilan Yang Tidak Diinginkan dan Aborsi
Bahayanya pomoaksi dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi. Walaupun aborsi bukanlah bentuk penyimpangan seksual, melainkan proses pembatalan kehidupan dan pemusnahan janin dari rahim perempuan. Selain aborsi, ditemukan kasus pembuangan bayi itu merupakan perilaku yang sangat tidak manusiawi dan dikategori perilaku kejahatan (kriminal). 4. Terjadinya Perkosaan dan Perzinahan. Akibat pomoaksi dapat membawa seseorang pada perilaku kriminalitas, berupa tindak perkosaan dan perzinahan. Seperti diketahui, dengan melihatnya hal-hal yang berbau porno dapat mengobarkan hawa nafsu birahi orang
yang mengkonsumsinya. Nafsu birahi yang berkobar,
membutuhkan pelepasan atau penyaluran. Bagi remaja, penyalurannya itu belum ada, sehingga banyak yang menyalurkannya Iewat jalan onani. Akan tetapi, ketika nafsu birahi sudah berkobar-kobar, sedang onani sudah tidalc lagi menjadi ha! yang memuaskan, maka remaja menjadi
terobsesi untuk
menyalurkannya kepada perempuan. Selain dari dampak negatif atau bahaya yang diakibatkan pomoaksi adalah bahwa perbuatan tersebut merupakan pemicu bagi perbuatan zina. Dengan pornoaksi akan mendekatkan seseorang pada perzinaan yang dengan tegas dilarang oleh Allah SWT. Seperti dijelaskan dalam sural1 al-Isra' ayat 32:
66 ~
,,.
,..
'
....
o,,.
'1J
• (\"~ : \Vf •\y'JI). ~ ~t:._J ~\; ~~t) tj\ \f~ , , Artinya: "Dan janga11lalt kamu mendekati zilla; Sesunggulmya zina itu adalalt suatu perbuata11 yang keji. dan suatu jalan yang buruk". (Q.S.al-Isra'/17:32). Kalimat Li)ll l~fa '{.;. Allah SWT berfirman guna melarang hamba-Nya dari perbuatan zina, mendekatinya, dan berinteraksi dengan ha!hal yang dapat menimbulkan atau menyeret kepada perzinaan. Karena perzinaan itu merupakanjalan dan perilaku yang terburuk. 44 Mendekati zina yang disebutkan dalam ayat di atas, dapat ditafsirkan sebagai perbuatan yang erotis, sensual, dan yang sejenis clengannya. Juga dapat ditafsirkan sebagai sikap, tingkah laku yang menggoda clan clapat membangkitkan nafsu birahi, baik berupa lukisan, foto clan tulisan, maupun berbentuk perbuatan nyata atau secara langsung. 45 Pada ayat tersebut di atas, lafaz 'I yang menunjukkan makna
H.)o..'.W.
(haram), ha! ini sesuai dengan kaiclah usu] fiqh. 46 ,..
)
,.. ,,
I"? ~I J,,. .}o'JI ,.. ,,. /
/'
Artinya:"Pada dasarnya nahyi (larangan) itu menunjukkan kepada kelzaraman ". Jacli, menclekati zina, dalam hal ini perbuatan pornoalcsi hukumnya haram. Kalau mendekati zina saja suclah diharamkan apalagi mengerjakan zina, tentu lebih cliharamkan.
44
Ibnu Katsir, Tafsir lbllu Katsir, (Gema Insani, 2000), Jilid III, h.55. Huzaemah T. Yanggo. Masi/ Fiq!tiya!t Kajia11 Hukum Islam Ko11temporer, Op.Cit., h. 235. 45
46
A. Hanafi, //mu Us/111/ Fiqi/1, (Jakarta: Widjaya, 1976), h. 34.
68
(syahwatnya) kepada orang sejenis yang penting tersalurkan. Akibatnya, sekalipun semula dirinya merasa menyimpang, tetapi lama-kelamaan dirinya menikmati hubungan seksual yang sejenis yaitu dengan cara homoseksual dan
. 51 Ies b1an. 6. Ityan al-Mayitah (Hubungan Seksual dengan Mayat). Ityan al-Mayitah adalah kejahatan melakukan hubungan badan terhadap badan yang sudah mati (tidak bernyawa), terlepas dari apakah badan yang sudah mati itu laki-laki atau perempuan. Dari banyak data yang sering disebutkan pada media massa, perilaku yang melakukan perzinahan atau setelah menonton VCD porno dan mengajak teman kecannya untuk melakukannya. Karena teman kencannya itu menolak untuk melakukan perzinahan, pelaku berusaha mempekosanya, tetapi jika berhasil mempekosanya, ia akan membunuhnya terlebih dahulu dan kemudian ia akan melakukan perzinahan dengan teman kencannya yang sudah meninggal dunia. 52 7. Ityan Al-bahimah (Hubungan Seksual dengan Binatang) Akibat tindak pidana pornoaksi tidalc hanya mengakibatkan adanya perzinahan antara manusia dengan manusia, baik sejenis maup1m lawan jenis, tetapi juga dapat mengalcibatkan terjadinya hubungan
seksual
yang
menyimpang dari segi kemanusiaan, yaitu hubungan seksual antara manusia dengan binatang. Yang lebih ironisnya lagi, sekarang telah ban yak beredar
51
Marzuki Umar Sab'ah, op.cit., h.150.
52
Neng Djubaidah, op.cit., h.151-152.
69 VCD-VCD porno yang menayangkan hubungan seksual antara manusia dengan binatang. 53 Melihat penjelasan bahaya pornoaksi atau hal-hal yang berbau porno di atas, maka tidak mustahil bila meluasnya pornoaksi bisa menjadi semakin luas atau dapat meluluhlantahkan moralitas bangsa ini yang sekarang ini sudah kacau. Dan juga kalau kita lihat para remaja telah banyak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan akibat pornoaksi, dan juga telah banyak mengenakan pakaian-pakaian minim yang dapat memperlihatkan aurat. Dan ha! ini sudah dianggap lumrah oleh masyarakat luas, atau dianggap mode terhadap pakaian. D.
Pandangan Ulama Mazhab Kaitannya Dengan Penampakan Aurat
Dalam Al-Qur'an memerintahkan untuk menahan pandangan baik laki-laki maupun perempuan. Dalam surah an-Nur ayat 30, ayat ini Allah memerintahkan Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, agar mereka memelihara dan menahan pandangannya dari hal-hal yang diharamkan kepada mereka untuk melihatnya, kecuali terhadap hal-hal tertentu yang boleh dilihatnya. Bila secara kebetulan dan tidak sengaja pandangan mereka terarah kepada sesuatu yang diharamkan, maka segera dialihkan pandangan tersebut guna menghindari melihat hal-hal yang diharamkan. 54 Di samping itu, Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar menganjurkan kepada laki-laki yang beriman supaya mereka memelihara
53
54
/bitl. h.151 Depa11emen Agama RI, Al-Q11r'm1 dan Tafsimya, (Jakarta: DEPAG RI, 2006)
eel. I. h.594-595.
70
kemaluannya dari perbuatan asusila seperti perbuatan zina, homoseksual dan . 55 se bagamya.
Kemudian, dalam surah an-Nur ayat 31. Allah menyuruh Rasul-Nya agar mengingatkan perempuan-perempuan yang beriman supaya mereka tidak memandang hal-hal yang tidak halal bagi mereka, seperti aurat laki-laki ataupun perempuan, terutama antara pusat dan lutut bagi laki-laki dan seluruh tubuh bagi perempuan. Begitu pula mereka diperintahkan untuk memelihara kemaluannya, agar tidak terjerumus pada perbuatan zina, atau terlihat oleh orang lain 56 . Dan dalam surah an-Nur ayat 2 menjelaskan tentang zina dan hukumnya. Dalam ayat ini terdapat kata ~lj.llj ~lj.11. Kata az-Zaniyah adalah bentuk isirn fa'il
dari zana-yazni-zinan, yang bera1ii "perempuan yang
berzina, atau perempuan pezina". Sedangkan kata az-Zani berarti "laki-laki yang berzina atau laid-laid pezina" .57 Dalam ayat tersebut rnenggunakan kata az-Zaiyah dan az-Zani, yakni rnenggunakan kata yang rnengandung makna kepuasan pada orang yang bersangkutan. Tentu saja kepuasan tersebut tidak mereka peroleh kecuali setelah berzina berulang-ulang kali.
Mayoritas ulama berpendapat, bahwa
siapa pun yang ditemukan berzina atau mengaku berzina, walaupun barn sekali maka ia dijatuhi hukuman dera 100 kali bila yang berbuat zina itu
;
5
1bid.
6
; 1bid, 57
h. 596. Ibid, h.561.
71 belum pernah menikah, baik laki-laki maupun perempuan dan di rajam bila telah atau pernah menikah.
58
Agar tidak te1jadi perzinahan atau pemerkosaan terhadap perempuan. Maka dianjurkan untuk menutup auratnya. Dan memakai pakaian yang sopan, tidak tipis atau ketat yang dapat menampakan auratnya. Masalah penampakan aurat atau disebutkan dalam al-Qur'an (ilia ma
zhahara minha) yang terdapat dalam surah an-Nur ayat 31 yaitu :
,,.
(n
.>
4
4
:~t/~1) ... :W.~JP ~~, 0'.~.J ~ ,
Artinya:"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pa11da11ga1111ya, dan kemalua1111ya, dan ja11ga11lah mereka menampakka11 perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka me1111tupka11 kain kudung kedadanya".(an-Nur/24 :31). Allah SWT. memerintahkan kepada kaum perempuan untuk tidak menampakan perhiasan mereka bagi orang yang hendak melihatnya kecuali apa yang dikecualikan bagi orang yang hendak melihat, karena kewaspadaan terhadap godaan. Dalam penampakan aurat, M. Quraish
Shihab dengan bukunya
Tafsir al-Mishbal1 menjelaskan bahwa; pendapat yang menyatakan bahwa firmannya ilia ma zhahara minha adalah disamping wajah dan kedua telapak tangan, juga kaki dan rambut, demikian Ibnu 'Asyur. 59
58
/bid.h.562
59
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah : Pesan, Kesan Dan Keserasian alQ11r'a11, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Jilid X, cet. I. h.328
72 Ada yang berpendapat bahwa kata ':ii adalah istisna' muttasil (satu istilah dalam kaidah bahasa Arab) yang berarti yang dikecualikan merupakan bagian/jenis dari apa yang disebut, dan yang dikecuali dalam penggalan ayat ini adalah zinah atau hiasan. Ini berarti ayat tersebut berpesan : "Hendaknya jangan perempuan" menampakan hiasan (anggota tubuh) mereka, kecuali yang tampak. 60 Masalah-masalah "apa yang tampak" menurut pendapat lain adalah : Pertama, memahami kata ilia' dalam arti tetapi atau dalam istilah ilmu bahasa istisna' mtmqathi' dalam arti yang dikecualikan bukan bagian/jenis yang disebut. Hal ini bermakna : "janganlah mereka menampakan hiasan mereka sama sekali, tetapi apa yang nampak (secara terpaksa/tidak disengaja, seperti ditiup angin dan lain-lain), maka itu dapat dimaaikan. Kedua, kalimat yang dimaksud menjadikan penggalan ayat yang mengandung pesan lebih kurang.
"Jangnlah mereka (perempuan-perempuan)
menampakan
hiasan (badan mereka). Mereka berdosajika berbuat demikian. Tetapijika tampak tanpa disengaja, maka mereka tidak berdosa". Dari penggalan ayat tersebut jika dipahami dengan kedua pendapat di atas tidak menentukan batas bagi yang biasa yang boleh ditampakan, sehingga berarti seluruh anggota badan tidalc boleh tampak kecuali dalam keadaan terpaksa. Pemahaman ini, mereka kuatkan pula dengan sekian banyak Hadis. Seperti sabda Nabi SAW kepada Ali Ibn Abi Thalib yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan at-Tirmidzi melalui Buraidah : Waliai Ali jangan ikutkan pandangan
'°Ibid. h. 329.
73
pertama dengan pandangan kedua, yang pertama engkau ditolerir, dan yang kedua engkau berdosa.
Ketiga, memahami firman-Nya "kecuali apa yang tan1pak" dalam arti yang biasa dan atau dibutuhkan keterbukaannya sehingga harus tampak. Dalam ha! ini cukup banyak Hadis yang mendukung pendapat ini. Misalnya : "Tidak dibenarkan bagi seorang perempuan yang percaya kepada Allah dan hari kemudian untuk menampakan kedua tangannya, kecuali san1pai disini (Nabi kemudian memegang setengah tangan beliau)". (H.R. ath-Thabari). 61 Penyebab timbulnya perbedaan pendapat dalam masalah tersebut pada pemahaman (kecuali yang biasa tampak terbuka)62 . Para u[ama sepakat bahwa ayat ini termasuk dalil qath'iyah dan bukan masalah khilafiyah sebagai mana anggapan orang sekarang ini. Perbedaan penclapat hanyalah terletak dalam mendefinisikan "yang biasa tampak darinya" tersebut. 63 Dalam ayat ini perempuan dianjurkan untuk ticlak membuka auratnya kecuali yang memang biasa terbuka (~ ~t:.). Ada beberapa interpretasi tentang pengecualian "yang biasa/memang terbuka" ini. Sebagian mengatakan yang termasuk kategori Ma dzahara minha adalah muka dan telapak tangan. Oleh karena itu, muka dan kedua telapak tangan boleh dibiarkan terbuka dan tidak termasuk aurat perempuan yang wajib ditutupi. Sebagian yang lain mengatakan bahwa muka, kedua telapak tangan, dan kedua telapak kaki termasuk pengecualian (Ma dzahara minha), yang biasa terbuka, sehingga ticlak termasuk
61
/bid. h. 330. Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid, (Dar: al-Kutub al-Islamiyah, t.th), Juz I h.83. 63 Rahmat Taufik Hidayat, op.cit., h. I 6.
62
74 aurat perempuan yang wajib ditutup, bahkan sampai setengah dari lengan tangan dan sedikit di atas tumit masih boleh tidak ditutup. Dan ada yang mengatakan bahwa Ma dzahara minha artinya yang terbuka secara tidak disengaja, seperti tersingkap angin, te1jatuh, tersangkut, atau terkena hal-hal lain yang tanpa disengaja membuka auratnya. 64 Jadi, yang dimaksud dengan apa yang nampak dari padanya adalah wajah dan dua telapak tangan. Sebab kedua anggota tubuh inilah yang biasa nampak dari kalangan muslimah dihadapan Nabi Muhammad SAW sedangkan beliau mencliamkannya. 65 Ibnu Jarir mengutip tiga Tafsiran yang berlainan tentang kata-kata ~ ~t:. ':I! itu, aclalah : (I).
Menurut penclapat lbnu Mas 'ud yang climaksud oleh kata-kata itu ialah
hiasan pakaian; (2). Menurut pendapat sahabat Ibnu abbas, Said Dhahhak, 'Atha Qatadah, Mujahid dan yang lainnya, kata-kata itu berarti perhiasan yang boleh diperlihatkan, misalnya celak mata, cincin, gelang dan pakaian bagian luar. (3). Menurut penclapat Imam Hasan, yang dimaksud ialah muka dan pakaian. 66 Imam Ibnu Jarir sencliri menambahkan penclapatnya sebagai berikut : Tafsiran yang paling benar ialah bahwa kata-kata itu berarti muka clan telapak tangan, dan mencakup pula celak mata, cincin, gelang dan cat kuku. 67
64
K.H. Husein Muhammad, Fiqlt Peremptum : Refleksi Kitti Aills Wflctlllfl Agllmll Dllll Gentler, (Yogyakarta: Lkis, 2001), h.56. 65 M. Siddiq al-Jawi, Jilbllb Dm1 Kerudt111g Busmw Sempunw Seorm1g Musli11wli, (Jakarta: Nizham Press, 2007), Cetakan I, h.11-12. 66 Ibnu Jarir ath-Thabari, Jami' a/-Bllyan Fi at-Tllfsir al-Qt1r'a11, (Beirut : Dar alMa'rifah, 1972), Juz 18, h. 84. 67
/bill
75 Akhirnya, kita boleh berkata bahwa yang menutup selurnh badannya kecuali wajah dan telapak tangannya, menjalankan bunyi teks ayat tersebut, bahkan mungkin berlebih. Namun dalam saat yang sama kita tidak waJar menyatakan terhadap mereka yang tidak memakai kerudung, atau yang menampakan sebagian tangannya, bahwa mereka "secara pasti telah melanggar petunjuk agama". 68 Namun demikian, kehati-hatian amat dibutuhkan, karena pakaian lahir dapat menyiksa pemakainya sendiri apabila ia tidak sesuai dengan bentuk badan si pemakai. Demikian pun dengan pakaian batin. Apabila tidak sesuai dengan jati diri manusia, sebagai hamba Allah. Tentu saja Allah SWT. yang paling mengetahui ukuran dan patron terbaik bagi manusia. Dan adapun yang dapat digaris bawahi dari penjelasan di atas ialah: Pertama, al-Qur'an dan as-Sunnah secara pasti melarang segala aktivitas, pasif atau aktif yang dilakukan seseorang bila diduga dapat menimbulkan rangsangan birahi kepada lawan jenisnya. Apapun bentuk aktivitasnya itu, sampai-sampai suara gelang kaki pun dilarangnya bila dapat menimbulkan rangsangan kepada selain suami. Disini tidak ada tawar menawar. 69 Kedua, tuntunan al-Qur'an menyangkut
pakaian, ditutup dan dengan ajakan
bertaubat. Ajakan bertaubat agaknya merupakan isyarat bahwa pelanggaran kecil atau besar terhadap tuntunan memelihara pandangan kepada lawan jenis, tidak mudah dihindari oleh seseorang. Maka setiap orang dituntut untuk berusaha 68 69
M. Quraish Shihab, op.cit., h. 333 /bid. 334.
76 i
- · · -· --·-····) sebaik-baiknya dan sesuai kemampuannya. Sedangkan kekuranganya, hendaknya
dia mohonkan ampun dari Allah, karena Dia Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang. Karena syariat Islam melarang pakai pakaian yang tipis atau yang ketat yang dapat menampakan bentuk badan dan warna kulit. Hukumnya sama seperti tidak berpakain pada pandangan syariat dan hukum Islam, karena seorang lakilaki maupun perempuan dianggap masih membawa kepada pengertian yang sama sepe1ii tidak berpakaian yaitu tetap membuka aurat. 70 Dengan demikian, sebagai kaum perempuan, dalam memilih pakaian jangan terlalu ketat atau pendek dan jangan sekali-kali memilih pakaian yang menyerupai laki-laki atau menyerupai pakaian yang boleh meruntuhkan akhlak seseorang. Karena melalui cara berpakaian seseorang itu dapat diberi penilaian bagaimana tingkah lakunya. Dan sejarah asal-usul berpakain
yang dapat
memperlihatkan aurat, diperkenalkan oleh orang-orang Yahudi dengan tujuan untuk meruntuhkan akhlak
remaja-remaja Islam, yang memang mereka
programkan untuk merusak dunia dan merusak nilai-nilai dan ide-ide yang luhur. Inilah ide Zionisme untuk mempermainkan aka! dan pikiran kaum perempuan. Hampir setiap tahun bahkan setiap waktu mereka menciptakan mode-mode baru bagi kamn perempuan. Bermacam-macam mode pakaian mereka tampilkan seperti ; ketat di atas lutut, dibawah lutut, membuka bahu, dada, dan sebagainya.
70
DR. Rokiah Ahmad, Mengapa Aural Haram Ditlerlall : Salu Rea/iii Masa Ki11i,
(Kuala Lumpur: Pustaka Haji Abdul Majid, 2004), cet. I. h.16.
77 E. Analisis Penulis Tentang Hukum Pornoaksi Sebagai Penampakan Aurat Untulc merumuskan tentang hukum pornoaksi sebagai penampakan aurat tentunya hams berdasarkan keadaan suatu masyarakat atau bangsa.
Misalnya
negara barat akan berbeda pemahamannya dengan negara di Asia, seperti Indonesia. Hal ini dikarenakan budaya dari masing-masing Negara berbeda. Budaya barat yang dalan1 berbusana lebih terbuka, berbeda dengan Indonesia yang !ebih mengarah ketimuran, yang lebih mengutamakan moral dalam segala ha!. Pada dasarnya Islam bertujuan membangun ketahanan keluarga, memelihara martabat manusia dan generasi yang terns berkembang biak. Orang tua, anak-anak yang sudah dewasa, anak-anak di bawah umur, kawan kerabat dan pembantu rumah tangga, tak luput dari perhatian Islam, bahwa mereka terikat kewajiban-kewajiban agama yang harus dipatuhi. Kita melihat seperti sekarang ini telah banyak beredar hal-hal yang berbau porno yang dapat merusak akhlak dan moral seseorang akibat ha! tersebut. Seperti masyarakat Banyuwangi, Jawa Timur, dihebohkan dengan beredarnya korek api gas yang yang dilengkapi dengan mainan sinar laser. Jika sinar laser tersebut di pancarkan ke dinding akan tampak gambar porno hasil dari sinar laser tersebut. Dan di Solo Jawa Tengah, baru-baru ini ditemukan puluhan DVD film Power Rangers yang di dalam film tersebut ternyata terselip (atau memang disengaja diselipkan) adegan mesum berdurasi sekitar dua menit. Hal ini sama komunitas pengonsumsinya adalah kalangan anak-anak.
71
Republika, Jumat, 29 Januari 2008.
71
78 Pornoaksi
adalah aksi atau gerakan manusia yang dilihat atau
dipertontonkan secara langsung kepada orang lain yang dapat merangsang nafsu syahwat manusia. Menurut hukum Islam perbuatan pornoaksi disamping menampakan aural yang wajib ditutup, juga akan mendekatkan seseorang pada perzinaan yang dengan tegas dilarang oleh Allah SWT sebagaimana dijelaskan dalan1 al-'lsra' ayat 32. Larangan pornoaksi dilarang dilakukan terhadap keluarga sedarah, atau orang lain baik yang berada dalam rumah tangganya atau keluarganya maupun di luar rumah tangganya atau keluarganya, baik dalam tayangan televisi secara langsung maupun tidak langsung, baik siaran di radio secara langsung maupun tidak langsung, atau ditempat-tempat umum yang dapat dilihat oleh umum atau tempat yang dianggap tempat umum. (Pasal I I). 72 Seperti sekarang ini yang dapat menyebabkan timbulnya pornoaksi adalah media massa dan alat-alat elektronik seperti siaran di televisi yang sekarang telah banyak mempertontonkan hal-hal yang pornoaksi yang dapat menampakan aurat mereka. Situs-situs di internet yang sudah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan sekarang ini untnk mencari informasi, dan sebagainya.Hal-hal inilah yang dapat menyebabkan munculnya pornoaksi yang dapat merusak akhlak moral terutama pada anak-anak dan remaja, khususnya generasi kaum muslimin. Mengenai melanggar perbuatan hukum di muka umum, meskipun banyak dikalangan artis yang menampilkan gaya tarian, yang bila ditinjau dari
72
Neng Djubaedah, op.cit. h.271.
80 Mengenai tentang pemakaian busana dianjurkan tidak tipis, agar warna kulit pemakainya tidak tarnpak dari luar, dan busana yang dipakai agak longgar/jangan terlalu sempit (ketat) agar tidak menarnpakan tubuh. Karena dalam suatu Hadits Rasulullah mengingatkan : "Diakhir masa nanti akan ada diantara umatku wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, di atas kepala mereka terdapat seperti punuk unta (meninggikan rarnbut seperti punuk unta) karena memang mereka itu adalah manusia-manusia terkutuk. Kewajiban menutup aurat lebih memberikan kemaslahatan. Hal ini jelas menunjuldcan bahwa Islam jauh sebelumnya telah mengatur manusia dalam hal pakaian. Jadi undang-undang lebih tegas lagi dalam rnenyikapi perrnasalahan 1111.
BAB IV
PENUTUP A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu : I. Aurat adalah kekurangan, cacat, anggota badan yang tidak baik dibuka. Bagian tubuh yang tidak boleh kelihatan, haram dilihat oleh orang lain, dan wajib untuk ditutup.
Sedangkan busana muslimah adalah bahasa
populer untuk menyebut pakaian perempuan muslimah, jadi busana muslimah adalah pakaian perempuan Islam yang dapat menutup aurat yang diwajibkan agama untuk menutupnya, guna kemaslahatan dan kebaikan perempuan itu sendiri serta masyarakat di mana ia berada. 2. Kriteria
busana muslimah sebagai penutup aurat yaitu busana dapat
menutup seluruh aurat yang wajib ditutup. Busana tidak merupakan pakaian untuk dibanggakan atau busana yang menyolok mata. Busana tidak tipis agar kulit pemakainya tidak tampak dari luar. Busana agak longgar/jangan terlalu sempit (ketat), sehingga ticlak menampakan bentuk tubuh.Busana tidak sama dengan pakaian laki-laki. Sedangkan hikmah busana muslimah sebagai penggulangan pornoaksi, busana muslimah adalah identitas muslimah. Dengan memakainya, yang beriman telah menampakkan identitas
lahirnya,
yang sekaligus membedakan secara
tegas antara perempuan beriman dengan perempuan lainnya. Busana muslimah merupakan psikologi pakaian, sebab menurut kaidah pokok ilmu jiwa, pakaian adalah cermin diri seseorang.
82 3. Penampakan aurat atau (ilia ma zhahara minha) dalam ha! ini ulama berbeda pendapat akan tetapi pada umumnya mereka mengatakan yang dimaksud dengan apa yang nampak dari padanya adalah wajah dan dua telapak tangan. Sedangkan dalam berbusana muslimah pakaiannya tidak tipis atau yang ketat yang dapat menampakan bentuk badan dan warna kulit. 4. Yang menyebabkan maraknya tindakan pornoaksi adalah media cetak dan media elektronik. Media cetalc melingkupi surat kabar, tabloid, majalal1 dan sebagainya. Sedangkan media eletronik mencakup radio, film, televisi, video, !computer dan internet. Sedangkan bahayanya adalah te1jerumus dalam kemaksiatan seksual, te1jadinya pergaulan bebas (freesex), kehamilan di luar nikah dan te1jadinya aborsi, perkosaan dan perzinaan, dan te1jadinya homoseksual dan lesbian. B. Saran-Saran
Dari beberapa kesimpulan yang telali penulis sampaikan di atas, ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan sebagai akhir dari tulisan ini : I. Dalam menjaga ketahanan keluarga hendaknya orang tua mampu membimbing anak-anak mereka dengan ilmu agama dan mengawasi anakanak mereka setiap saat bukan hanya ketika mereka berada di dalam lingkungan keluarga, tapi juga di sekolal1 dan masyarakat termasuk saat mereka menonton televisi maupun menggunakan internet dan hendalmya benar-benar mampu mengarahkan anak-anak mereka agar mempunyai
83
perilaku positif, tidak bertentangan dengan nila-nilai kesopanan dan tidak bertentangan dengan agama. 2. Agar media elektronik seperti televisi
menayangkan acara-acara yang
berkualitas agar tidak berdampak negatif kepada kalangan anak-anak dan remaJa. 3. Aparat penegak hukum haruslah bertindak tegas segala bentuk yang berbau porno, karena ha! ini sangat meresahkan masyarakat, karena keberadaannya yang makin luas sampai ke pelosok desa. 4. Kaum perempuan dalam berpakaian yang sopan tidak ketat, tipis yang dapat memperlihatkan bentuk tubuh, 5. Perin lebih ketatnya penyaringan terhadap kebudayaan asing oleh yang berwenang, terutama yang berdampak negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Muhammad al-Maghribi, Mawa!zib al-Jalil, Beirut:Dar al-Fikr,1938 H. 'Audat, al- Hasan, al-Mar'ah al-'Arabiyah Fi ad-Din Wa al-Mujtama, alAhalay, Beirut, 2000. Ahmad, Rokiah, DR. Mengapa Aural Haram Didedalz : Satu Realiti Masa Kini, Kuala Lumpur: Pustaka Haji Abdul Majid, 2004, cet. I. Baqdadi, al-Abdurrahman, Emansipasi Adakah Dalam Islam, terjam Muhammad Ustman Hatim, Jakarta: Gema Insani Press, 1988, Cet Ke I. Bungin, Burhan, Ponwmedia: Konstruksi Sosial, Teknologi Telematika dan Perayaan Seks di Media Massa, Bogor: Kencana, 2003, Cet Ke-I. Catalan Kritis Atas RUU APP, Jurnal Perempuan, Pornografi, 38 Jakarta : Yayasan Jurnal Perempuan, 2004, Cet.I. Dar, Qutni, Imam Kabir Ali bin Umar Dar Qutni, Beirut Libanon: Dar al-Fikr, 1994 Daradjat, Zakiah, Islam Dan Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung, 1971, Cet ke-I. Daud, Abu, Sunan Abu Dami, Beirut :Dar al-Din Li al-Turats, 1981. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989, Cet ke-I. Departemen Agama RI, al-Qur'an Dan Terjemalmya, Jakarta, Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur'an, 1978.
_________ ,Al-Qur'an dan Tefsirnya, Jakarta: DEPAG RI, 2006. Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta PT.Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001. Dianawati, Ajen, Pengetahuan Populer Remaja : Pendidikan Seks Untuk Remaja, Jakarta: Kawan Pustaka, 2003, cet.ke-I. Dimasyqy, Ad-, Ralzmat al-Ummah, al-Qahirah, Halaby, t.th. Djubaedah, Neng, Pornografi dan Pornoaksi Ditinjau Dari Hukum Islam, Jakaiia: PRENADA MEDIA, 2003. Fatima11,BA, Ny. Pendidikan Keterampilan Makanan Pakaian Program Hali, Solo: Tiga Serangkai, 1988. 84
85
Ghifari, al-Abu, Remaja Korban Mode, Bandung : Mujahid Press, 2003, cet.ke-2
Gugat, Edisi 06-12 Mei 2004. Halim, Abdul Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita, Jakarta : Gema Insani Press, 1997. Hanafi,A, I/mu Us!wl Fiqi!t, Jakarta: Widjaya, 1976. Hathout, Hasan, Revolusi Seksual Perempuan : Obsteri dan Ginekologi Dalam Tinjauan Islam, Bandung: Mizan, 1995, cet ke-2. Haqani, Luqman, Perusak Pergaulan dan Kepribadian Remaja 1vlusli111, Bandung: Pustaka Ulumuddin, 2004, cet. Ke-2. Hasan, Adnan Shahih Baharis, Tanggung Jawab Ayah Terlzadap Anak LaldLaki, Jakarta: Gema Insani Press, 1996. Cet. Ke-I. Jarir, Ibnu ath-Thabari, Jami' al-Bayan Fi at-Tafsir al-Qur'an, Beirut : Dar alMa'rifah, 1972, Juz 18. Jawad al-Mughniyah, Muhammad, al-Fiqlz 'Ala al-Madzahib al-Klwmsalz, Beirut: Dar al-Jawad, t.th. Jawi, M. al-Siddiq Jilbab Dan Kerudung Busana Sempurna Seormzg Muslima!z, Jakarta : Nizham Press, 2007, Cetakan I. Jaziry, Al-Abdurrahn1an, al-Fiqlz al-Mazaltibul Arba'a!t, Beirut : Dar alFikr:l990. Kami!, Syaikh Muhammad 'Uwaidah, Fiqilz Wanita, Jakarta : Pustaka alKautsar, 1998. Katsir, Ibnu, Taftir al-Qur'ani al-Az/tim, Mesir:Dar Ihya al-Kutub al-'Arabiyyah, t.th, Jilid III. Ma'lufal-Yasu'i, Louis, al-Munjid Fi al-Luglzalz, Beirut: al-Katulikiyah, 1965. Maghribi,al, Muhammad Abdullah, Mawalzib al-Jalil, Beirut : Dar al-Filer, 1938
H. Manzhur, Ibn, Lisan al-Arab, al-Qahirah, Dar al-Ma'arif, t.th. Masyur, Kahar, Membina Moral dan Ak!tlak, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994, Cet-I. Muchlisin Asti, Badiatul, Remaja Dirantai Birahi :Kupas Tuntas Pornografi Dalam Perspektif Islam, Bandung: Pustaka Ulumuddin, 2004, cet.ke-I. Mohd Fachruddin, Fuad, Aural Dan Ji/bah Dalam Pandangan Mata Islam,
Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1991, Cet.III.
86
Muhammad, Syeikh, Al-Shabuni, Slwfwat al-Tafassir, Mesir: Dar al-Shabuni, t.th., Juz ke 2. Muhammad, Husein KH, Fiqih Perempuan : Rejleksi Kiai Atau Wacana Agama dan Gender, Yogyakarta : Lkis : 2001. Muhammad Ali bin Ahmad Ibnu Hazm, Abu, al-Mulzalla, Beirut: Dar al-Afaq, t. t. Muri'ah, Siti Dr.Hj, Wanita Karier Dalam Bingkai Islam, ANGKASA. t.th.
Bandung:
Muthahari, Murtadha, On The Islamic Hijab, Terj. Gaya Hidup Wanita Islam, Oleh Agus Efendy dan Alwiyah Abdurrahman, Bandung:Mizan, 1990.
________ , Hijab Citra Wanita Terhormat, Jakarta: Pustaka Zahra, 2003, Cet.I Mu'ti, Abi Abd. Syarh Kasyifah al-Saja, Magelang: Cahaya Magelang, t.th. Naqiyah, Najlah, Otonomi Perempua11, Malang: Bayumedia, 2005, Cet. I. Poerwadarminta, W.J.S. 1986.
Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka,
Qaradhawy, Yusuf, DR, Fatwa-Fatwa Kontemporer, Jilid I, Jakarta : Gema Insani Press : 1996.
_ _ _ _ _ _ _ _ ,al-Halal wal Haram, Daar : al-Baidla, Daar al-Ma'rifah, 1985, Cetakan ke I.
- - - - - - - -, Halal dan Haram Dalam Islam, t.t. PT. Bina Ilmu: 1993. Qurt hub y, Al, al-Jami' LiAhkiimAl-Qur'an, t.tp.,1384 H/1964 M. Rahmat, J alaluddin, Islam al-Ternatif, (Bandung : Mizan, 1991.
Republika, Jumat 25 Mei 2007. Rusyd, Ibn, Bidayah al-Mujtahid, Dar al-Kutub al-Islamiyah, t.th., Juz I. Shihab, M.Quraish, Jilbab Pakaian Wanita Muslimalz, Jakarta: Lentera Hali, 2004, Cet.I,
_______ , Perempuan :Dari Cinta Sampai Seks dari Nikah Mut'alz Sampai Nikah Sunnah Dari Bias Lama Sampai Bias Baru, Jakarta : Lentera Hati, 2005, Cet ke-II.
_______, Tafsir al-Mishbah : Pesan, Kesan Dan Keserasian alQur'an, Jakarta : Lentera Hali, 2002, Jilid X, cet. I.
87
Sudirman Abbas, Ahmad, Pengantar Pernikahan : Analisa Perbamlingan Antar Mazhab, (Jakarta: PT.Prima Heza Lestari, 2006. Cet. I. Syaraf, Musa Shahih, Fatwa-Fatwa Kontemporer Tentang Problematika Wa11ita, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997. Sya'rawi, as- Syaikh Mutawalli 2005, Cet ke-II.
Fikih Perempuan (Muslimah), t.t., Amzah:
Syaukani, Asy, Nail al-Authar, Mesir: Halaby, t.th. Syuqqah, Abu, Busa11a Dan Perhiasan Wanita Menurut Al-Qur'a11 Dan Hadis, Bandung : Mizan, Agustus 1995. Taufik Hidayat, Ralunat, et.al., I(fwsanalz B11sa11a Muslimah, Bandung: Penerbit Pustaka, 1993, Cet. pertama. Tim Penyusun Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indo11esia, Jakarta: PT.Balai Pustaka, 1989, Cet Ke I. Tobing, L.Naek. Seks Ekstramarital, Jakarta: PT. Grasindo :1998. Thabrany,al al-Mu'jam al-Slwgltir, Delhi al-Anshary, t.th. Umar, Anshori, Fiqlz Wa11ita, Semarang: CV. Asy-Syifa' : t.th. Umar Sa'abah, Marzuki, Seks Dan Kita, Jakarta: Gema Insani Press, 1997. Yafie, Ali, KH. Menggagas Fiqlz Sosial Dari Soal Lingkunga11 Hidup, Asunmsi Hingga Ukhuwalz, Bandung : Mizan, Nov. 1995 Yahya, Amin bin al-Wazan, al-Fatawa al-Jami'ah Lil Mar'ati Muslimah, te1jemahan Amir Hamzah Fakhruddin, Jakarta: Darul Haq, 2003, Jilid 3. Yanggo, Huzaemah Tahido, Prof, Dr, MA. Fiqh Peremp11a11 Kontemporer, Jakarta: al-Mawardi Prima, 2001.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ ,Masai/ Fiqlziyalz Kajian Hukum Islam Kontemporer, Bandung: Angkasa, 2005, Cet.I. Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta : Yayasan Penyelenggara Pente1jemah Dan Pentafsiran al-Qur'an, 1973. Zuhaili, Wahbah, al-Fiqlzul al-Islam al-Adillatulzu, Damaskus 1972, Cetakan III. Jilid I.
Dar al-Fikt,