FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR (SD) DAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) ISLAM AS-SYAFI’IYAH BEKASI TAHUN 2013 Aulia Hardiningsih1, Kusharisupeni2 Mahasiswa Program Studi Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat UI 2 Staf Pengajar Program Studi Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat UI 1
Abstrak Menarche adalah perdarahan pertama dari uterus yang terjadi pada seorang remaja putri atau disebut menstruasi pertama. Penurunan usia menarche pada remaja putri diduga disebabkan oleh beberapa faktor seperti status gizi, genetik, asupan gizi, stimulan psikis, dan sosial ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status menarche pada siswi SD dan SMP Islam As-syafi’iyah Bekasi. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional, teknik pengambilan sampel menggunakan metode total sampling. Sampel penelitian ini terdiri dari 105 siswi kelas 4, 5 SD dan 1, 2 SMP. Data dianalisis dengan uji chi-square dan uji t independen. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebanyak 53,3% responden sudah menarche dengan rata-rata usia menarche 11,24±0,85 tahun, dengan usia menarche termuda adalah 9,6 tahun dan usia menarche tertua adalah 13 tahun. Penelitian ini juga menunjukan bahwa status menarche berhubungan dengan status gizi (IMT/U) (p-value = 0,004), asupan serat (p-value = 0,01), keterpaparan media cetak (p-value = 0,01), keterpaparan media elektronik (p-value = 0,002), pendidikan ayah (p-value = 0,01), dan pendidikan ibu (p-value = 0,011). Disarankan adanya program pendidikan kesehatan reproduksi remaja dimulai dari sekolah dasar dan diawasi oleh sekolah dan orang tua. Kata Kunci : Status menarche, status gizi (IMT/U), asupan gizi, keterpaparan media cetak dan elektronik, pendidikan ayah, pendidikan ibu. Abstract Menarche was first bleeding from uterus that occurs in adolescent girl called first menstruation. Decrease the age of menarche in adolescent girl thought to be caused by several factors such as nutritional status, genetic, nutrition intake, mental stimulant, and socioeconomic. The purpose of this study was to determine the factors that associated with menarche status in adolescent girls at As-Syafi’iyah moslem elementary school and junior high school Bekasi. This study was conducted using cross-sectional study design, sampling technique using a total sampling methods. The study sample consisted of 105 students grades 4, 5 elementary school and 1, 2 junior high school. Data were analyzed by chi-square test and independent t test. These results indicate that 53.3% of respondent had menarche at an average age of menarche is 11.24 ± 0.85 years, with the youngest age of menarche was 9.6 years and the oldest age of menarche was 13 years. This study also showed that menarche status associated with nutritional status (p-value = 0.004), fiber intake (p-value = 0.01), print media exposure (p-value = 0.01), electronic media exposure (p-value = 0.002), father's education (p-value = 0.01), and mother’s education (p-value = 0.011). Suggested the existence of adolescent reproductive health education program starting in primary school and supervised by the school and parents. Keywords : Menarche status, nutritional status, nutrition intake, mass media exposure, father's education, mother's education.
Faktor-Faktor..., Aulia Hardiningsih, FKM UI, 2013
Pendahuluan Sebelum remaja putri siap menjalani masa reproduksi, remaja putri akan melalui masa pubertas. Masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pubertas merupakan perkembangan alami yang biasa dialami baik oleh laki-laki maupun perempuan. Ciri-ciri pubertas pada remaja putri ditandai dengan perubahan seksual sekunder, seperti pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan ketiak. Menarche juga merupakan bagian dari masa pubertas yang merupakan indikasi dari kematangan organ seksual seorang remaja putri. Menarche adalah perdarahan pertama dari uterus yang terjadi pada seorang remaja putri (menstruasi pertama). Menstruasi merupakan ciri khas kematangan biologis seorang remaja putri yang secara fisik ditandai dengan keluarnya darah dari vagina dan merupakan salah satu perubahan yang terjadi pada alat reproduksi sebagai persiapan untuk kehamilan (Lusiana dan Dwiriyani, 2007). Penelitian Thomas (2001) rata-rata usia menarche remaja putri di 67 negara adalah 13,53 tahun (SD ± 0,98). Selama abad ke-20, rata-rata usia menarche pada remaja putri di Amerika Utara, China, dan Eropa mengalami penurunan. Rata-rata usia menarche pada remaja putri di Amerika Utara 15,5 tahun pada tahun 1850, namun terus mengalami penurunan 3-4 bulan per dekade setelah tahun 1850. Pada tahun 1970 rata-rata usia menarche stabil yaitu 12,5 tahun (Brookes, 2008). McAnarney (2003) menyatakan rata-rata usia menarche remaja putri di Amerika Serikat menurun 12,75 tahun menjadi 12,54 tahun selama kurun waktu 1988-1994. Sama halnya di Korea Selatan juga menunjukan penurunan usia menarche dari 16,8 tahun menjadi 12,7 tahun selama 67 tahun terakhir (Hwang et al, 2003). Hasil riset kesehatan dasar tahun 2010 menunjukkan rata-rata usia menarche di Indonesia adalah 13 tahun dengan usia menarche termuda di bawah 9 tahun dan tertua 20 tahun. Penelitian Aryati (2011) yang dilakukan terhadap siswi sekolah dasar (SD) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di kota Bandung menunjukan rata-rata usia menarche adalah 11,61 tahun. Menurunnya usia menarche juga terjadi di Jakarta Timur, berdasarkan penelitian yang dilakukan di 6 sekolah didapatkan rata-rata usia menarche adalah 12,3 ± 1,1 tahun (Ginarhayu, 2002). Di Semarang juga dilakukan penelitian untuk mengetahui rata-rata usia menarche yang dilakukan pada siswi SLTP pinggir kota dan pusat kota Semarang, rata-rata usia menarche siswi SLTP di pinggir kota adalah 12,1 tahun dan rata-rata usia menarche siswi pusat kota adalah 11,6 tahun (Astuti dan Hendarsari, 2010). Penelitian Acharya (2006) menyebutkan adanya hubungan antara status gizi (IMT) dengan menarche pada remaja putri berusia 10-14 tahun, didapatkan bahwa 30,6% remaja putri mendapat menarche dengan IMT <18,5, sedangkan 82,3% remaja putri mendapat
Faktor-Faktor..., Aulia Hardiningsih, FKM UI, 2013
menarche dengan IMT ≥18,5. Status gizi memiliki peran penting dalam pencapaian usia menarche, meningkatnya status gizi akan menurunkan usia menarche. Hal ini terlihat bahwa semakin tinggi IMT pada remaja putri, maka menarche akan semakin cepat. Pejhan et al (2011) dan Goyal et al (2012) juga menyebutkan adanya hubungan antara IMT dengan usia awal menarche. Berdasarkan penelitian Susanti dan Sunarto (2012), penurunan usia menarche remaja putri berkaitan dengan asupan zat gizi. Asupan serat yang rendah dan asupan lemak berlebih diduga berhubungan dengan penurunan usia menarche remaja putri. Ginarhayu (2002) menyebutkan usia menarche dapat dipengaruhi oleh asupan energi dan asupan protein. Konsumsi makanan tinggi lemak dapat menyebabkan penumpukan lemak di jaringan adiposa yang berhubungan dengan peningkatan kadar leptin. Leptin akan memacu pengeluaran GnRH yang selanjutnya mempengaruhi pengeluaran FSH dan LH dalam merangsang pematangan folikel dan pembentukan estrogen. Asupan protein hewani juga dikaitkan dengan penurunan usia menarche, sedangkan asupan protein nabati berhubungan dengan keterlambatan usia menarche karena mengandung isoflavon. Gad dan El-Ghany (2012) dan Rokade (2009) menyebutkan bahwa status sosial ekonomi terbukti berhubungan dengan status menarche pada remaja putri. Remaja putri yang memiliki tingkat sosial-ekonomi tinggi akan lebih cepat mengalami menarche. Penelitian Ginarhayu (2002), berdasarkan status sosial-ekonomi, remaja putri yang termasuk dalam sosial-ekonomi tinggi memiliki rata-rata usia menarche 11,8 ± 2 tahun, sedangkan remaja putri yang termasuk dalam sosial-ekonomi rendah memiliki rata-rata usia menarche 12,6 ± 3 tahun. Selain itu keterpaparan media massa cetak dan elektronik (majalah, film, televisi) memiliki keterkaitan dengan kecepatan usia pubertas remaja yang kemudian menyebabkan menarche lebih cepat pada remaja putri (Brown, 2005). Menarche dini (sebelum usia 12 tahun) dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan kematian akibat penyakit kardiovaskular (Lakshman et al, 2009). Perkembangan terakhir menyebutkan risiko terjadinya kanker payudara lebih tinggi pada wanita yang mengalami menarche dini (sebelum usia 12 tahun). Usia menarche yang semakin menurun juga meningkatkan risiko terjadinya kehamilan pada usia lebih muda yang dapat berakibat pada meningkatnya angka kematian ibu dan bayi (Ginarhayu, 2002). Dipilihnya siswi SD dan SMP di Kota Bekasi karena pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Menur (2006), rata-rata usia menarche siswi SD dan SMP di Kota Depok adalah 11,6 tahun. Rata-rata usia menarche siswi SD dan SMP Kota Depok diambil karena belum ada data tentang rata-rata usia menarche siswi SD dan SMP kota Bekasi.
Faktor-Faktor..., Aulia Hardiningsih, FKM UI, 2013
Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya gambaran status menarche, status gizi (IMT/U), genetik, asupan gizi (energi, protein, lemak, dan serat), sosial-ekonomi (pendidikan dan pendapatan orang tua), dan keterpaparan media massa (cetak dan elektronik). Serta diketahuinya hubungan status gizi (IMT/U), genetik, asupan gizi (energi, protein, lemak, dan serat), sosial-ekonomi (pendidikan dan pendapatan orang tua), dan keterpaparan media massa (cetak dan elektronik) dengan status menarche di SD dan SMP Islam As-syafi’iyah Bekasi. Tinjauan Teoritis Menarche adalah menstruasi atau haid pertama kali yang dialami oleh perempuan yang merupakan ciri kedewasaan seorang perempuan yang sehat dan tidak hamil. Menarche terjadi akibat peningkatan LH dan FSH yang merangsang sel target ovarium. LH dan FSH berkombinasi dengan reseptornya untuk meningkatkan laju kecepatan sekresi, pertumbuhan dan poliferasi sel. Rangsangan ini dihasilkan dari pengaktifan sistem second messenger adenosine-monophosphate cyclic dalam sitoplasma sel ovarium untuk menstimulasi ovarium agar memproduksi estrogen dan progesteron. Estrogen dan progesteron akan menstimulasi uterus dan kelenjar payudara agar siap untuk terjadinya ovulasi. Ovulasi yang tidak dibuahi akan menjadi menstruasi (Guyton, 2007). Menarche merupakan peristiwa penting pada perempuan selama masa pubertas. Menarche merupakan pertanda biologis dari kematangan seksual dan akan timbul bermacammacam peristiwa, yaitu reaksi hormonal, biologis, dan psikis (Kartono, 2006). Menarche biasanya terjadi sekitar 2 sampai 4 tahun setelah perkembangan payudara dan rambut pubis, paling sering terjadi selama stadium 4 Tingkat Kematangan Seksual (TKS) pada perempuan (Brown, 2005). Menarche yang dialami remaja putri bervariasi usianya tergantung dari individu itu sendiri. Usia menarche dipengaruhi oleh faktor endogen yaitu genetik dan faktor eksogen antara lain status gizi, asupan gizi, aktivitas olahraga, status sosial ekonomi, stimulan psikis (keterpaparan media cetak, elektronik, dan lawan jenis), dll. Status menarche dipengaruhi oleh faktor genetik atau keturunan. Bukti bahwa usia menarche dipengaruhi oleh faktor genetik adalah studi-studi yang menunjukan kecenderungan usia ibu saat menarche untuk memprediksi usia menarche putrinya (Karapanou dan Papadimitriou, 2012). Studi yang dilakukan Nwachi et al (2007) menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara usia menarche ibu dan usia menarche remaja putrinya (p<0.000). Dari hasil penelitian menunjukan rata-rata usia menarche ibu 12.57 tahun dan ratarata usia menarche putrinya 11.71 tahun.
Faktor-Faktor..., Aulia Hardiningsih, FKM UI, 2013
Penelitian Acharya et al (2006) menyebutkan adanya hubungan antara status gizi (IMT) dengan menarche pada remaja putri berusia 10-14 tahun, didapatkan bahwa 30,6% remaja putri mendapat menarche dengan IMT<18,5, sedangkan 82,3% remaja putri mendapat menarche dengan IMT≥18,5. Status gizi memiliki peran penting dalam pencapaian usia menarche, meningkatnya status gizi akan menurunkan usia menarche. Hal ini terlihat bahwa semakin tinggi IMT pada remaja putri, maka usia menarche akan semakin cepat. Meningkatnya asupan energi berhubungan dengan percepatan usia menarche (Karapanou dan Papadimitriou, 2010). Ginarhayu (2002) dan Menur (2006) juga menyatakan ada hubungan antara asupan energi dengan status menarche pada remaja putri. Remaja putri yang mengkonsumsi energi ≥ 80% AKG akan lebih cepat mengalami menarche dibandingkan dengan remaja putri dengan asupan energi kurang dari 80%. Kejadian menarche cenderung lebih banyak terjadi pada remaja putri dengan tingkat konsumsi protein baik (66,7%). Ginarhayu (2002) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi protein dengan status menarche. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan semakin baik asupan protein akan menambah berat badan dan lemak tubuh sehingga dapat mendukung terjadinya menarche (Budi, 2012). asupan lemak berlebih juga memiliki hubungan dengan kejadian percepatan usia menarche pada remaja putri. Remaja putri dengan asupan lemak lebih berisiko 4 kali lebih besar untuk mengalami menarche dini dibandingkan dengan remaja putri dengan asupan lemak tidak lebih. Kualitas diet yang kurang baik seperti tingginya asupan lemak total dan lemak jenuh yang dipengaruhi oleh rendahnya asupan serat sebelum memasuki usia pubertas berhubungan denga kejadian menarche dini (Cheng et al. 2009). Pada penelitian Susanti dan Sunarto (2012) didapatkan adanya hubungan bermakna antara asupan serat kurang dengan percepatan usia menarche pada remaja putri. Remaja putri dengan asupan serat yang kurang berisiko 13 kali untuk mengalami menarche dini dibandingkan dengan remaja putri dengan asupan serat yang cukup. Rokade (2009) menyebutkan bahwa remaja putri non-vegetarian akan mengalami menarche 6 bulan lebih awal dan kematangan fisik lebih cepat daripada remaja putri vegetarian. Faktor sosial ekonomi memiliki kontribusi yang signifikan terhadap kejadian menarche. Dari hasil penelitian menunjukan remaja putri yang sudah mengalami menarche banyak pada tingkat sosial ekonomi menengah dan tinggi dibandingkan dengan remaja putri dengan tingkat sosial ekonomi rendah (Gad dan El-Ghany, 2012). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rokade dan Mane (2009) juga mendapatkan hasil penelitian yang serupa yaitu ada hubungan yang signifikan antara status sosial ekonomi dengan usia menarche (p<0.001), remaja dengan status sosial tinggi akan lebih cepat mengalami menarche. Status sosial
Faktor-Faktor..., Aulia Hardiningsih, FKM UI, 2013
ekonomi tinggi biasanya berkaitan dengan norma keluarga kecil, kondisi kehidupan yang lebih baik, serta pemenuhan nutrisi yang tepat bisa menjadi alasan bersama dengan faktor lain untuk percepatan pertumbuhan fisik dan psikoseksual yang menjelaskan onset awal menarche (Rokade dan Mane, 2009). Kartono (1992) dalam Putri (2009) menyebutkan bahwa salah satu terjadinya menarche pada remaja putri disebabkan oleh rangsangan-rangsangan psikologis dari luar. Rangsangan psikologis tersebut dapat berupa film-film dewasa, buku-buku dan majalah yang memuat gambar untuk dewasa, godaan dan rangsangan dari lawan jenis, dan pengamatan langsung terhadap perbuatan seksual, rangsangan-rangsangan tersebut akan mengakibatkan kematangan seksual yang lebih cepat pada remaja putri. Metode Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif. Desain penelitian ini adalah crosssectional. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama Islam As-Syafi’iyah Bekasi. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2013. Populasi penelitian adalah semua siswi SD dan SMP Islam As-Syafi’iyah Bekasi. Sampel dalam penelitian ini adalah siswi kelas 4, 5 SD dan 1, 2 SMP Islam As-Syafi’iyah Bekasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling, dimana seluruh responden dijadikan sampel dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, jumlah sampel minimal ditentukan dengan rumus pengujian hipotesis dua proporsi. Perhitungan yang dilakukan yaitu: n=
{!!!!/! !" !!!" !!!!! !"(!!!")}! (!"!!")!
Keterangan: n
= Besar sampel yang diharapkan
!!!!/! = Nilai Z pada derajat kemaknaan α = 5% !!!!
= Nilai Z pada kekuatan uji β = 80%
Po
= 0,372 à Proporsi asupan protein ≥ 80% AKG pada remaja putri yang sudah menarche (Ginarhayu, 2002)
Pa
= 0,656 à Proporsi asupan protein < 80% AKG pada remaja putri yang sudah menarche (Ginarhayu, 2002) Dari perhitungan sampel dengan menggunakan rumus pengujian dua hipotesis
didapatkan sampel minimal sebanyak 48 sampel ditambah dengan 10% sehingga menjadi 52
Faktor-Faktor..., Aulia Hardiningsih, FKM UI, 2013
sampel. Jumlah minimal sampel dikalikan dengan 2, sehingga jumlah sampel menjadi 104 sampel. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah status gizi (IMT/U), genetik, asupan gizi (energi, protein, lemak, dan serat), sosial-ekonomi (pendidikan dan pekerjaan orang tua), dan keterpaparan media massa (cetak dan elektronik), sedangkan variabel terikat adalah status menarche. Dalam penelitian ini digunakan 2 macam kuesioner yaitu kuesioner untuk siswi dan kuesioner untuk ibu. Kuesioner siswi untuk mendapatkan data primer identitas responden, status menarche siswi, dan keterpaparan media massa (cetak dan elektronik). Kuesioner ibu untuk mendapatkan data primer usia menarche ibu dan sosial-ekonomi (pendidikan dan pekerjaan orang tua). Pengumpulan data antropometri menggunakan alat timbangan injak digital dengan ketelitian 0,1 kg untuk mengukur berat badan dan microtoise denga ketelitian 0,1 cm untuk mengukur tinggi badan. Food recall digunakan untuk melakukan penilaian asupan makanan. Food recall dilaksanakan 2x24 jam dengan 1 hari pada weekend dan 1 hari pada weekday. Analisa data pada penelitian ini dilakukan secara univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi masing-masing variabel pada penelitian. Analisis data untuk variabel status gizi (IMT/U), usia menarche ibu (genetik), dan asupan gizi (energi, protein, lemak, dan serat) disajikan secara numerik dan untuk variabel status menarche pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan keterpaparan media massa (cetak dan elektronik) disajikan secara kategorik. Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Analisis bivariat untuk variabel dengan jenis data kategorik dan numerik dilakukan menggunakan uji t independen dan untuk variabel dengan jenis data kategorik dan kategorik dilakukan uji chi square. Hasil Penelitian Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 105 responden. Berdasarkan usia responden, proporsi terbesar adalah usia 12 tahun (27,62%), 13 tahun (24,76%), 10 tahun (20,96%), dan 9 tahun (18,09%), sedangkan proporsi usia terkecil adalah usia 11 tahun (5,71%) dan 14 tahun (2,86%). Usia rata-rata responden dalam penelitian ini adalah 11,73 ± 1,51 tahun. Distribusi berat badan dan tinggi badan dari seluruh sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 1.
Faktor-Faktor..., Aulia Hardiningsih, FKM UI, 2013
Tabel 1. Berat Badan dan Tinggi Badan Siswi SD dan SMP Islam As-Syafi’iyah Bekasi Tahun 2013 Usia (Thn) 7-9 10-12 13-15
Mean 35,3 41,4 49,1
Berat Badan (kg) SD Med Min 1,1 32,2 24,4 9,7 41,5 23,2 8,9 46,9 36,6
Maks 65,8 62,8 81
Mean 134,5 145,9 152,2
Tinggi Badan (cm) SD Med Min 5,1 134,1 125,5 7,4 146,3 130 3,5 152 146
Maks 148 160,6 161
Sebanyak 56 responden (53,3%) sudah mengalami menarche dan 49 responden (46,7%) belum mengalami menarche. Responden yang sudah mengalami menarche terbanyak pada usia 12 dan 13 tahun, sedangkan responden yang belum mengalami menarche terbanyak pada responden yang berusia 9 dan 10 tahun. Sebaran distribusi status menarche responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Status Menarche Berdasarkan Usia pada Siswi SD dan SMP Islam As-Syafi’iyah Bekasi Tahun 2013 Usia Responden (Tahun) 9 10 11 12 13 14 Total
Sudah 1 4 2 22 24 3 56
Status Menarche % Belum 5,3 18 18,2 18 33,3 4 75,8 7 92,3 2 100 0 49
% 94,7 81,8 66,7 24,2 7,7 0
Sebanyak 56 responden sudah mengalami menarche. Usia rata-rata menarche responden adalah 11,24 ± 0,85 tahun. Responden mengalami menarche termuda pada usia 9,6 tahun dan tertua pada usia 13 tahun. Responden paling banyak mengalami menarche pada usia 11 tahun (33,9%) dan paling sedikit pada usia 13 tahun (1,8%). Tabel 3. Distribusi Status Gizi (IMT/U), Usia Menarche Ibu, dan Asupan Gizi pada Siswi SD dan SMP Islam As-Syafi’iyah Bekasi Tahun 2013 Variabel IMT/U (Z-score) Usia Menarche Ibu (Tahun) Energi (% AKG) Protein (% AKG) Lemak (% AKG) Serat (% AKG)
Mean±SD 0,45±1,27 12,93±1,20 87,15±1,26 111,7±2,42 101,25±2,36 41,84±1,48
Min -2,55 11 62,1 68,8 48,70 13,5
Faktor-Faktor..., Aulia Hardiningsih, FKM UI, 2013
Maks 3,34 18 118,3 176 195 85
Dari tabel 3. terlihat bahwa rata-rata status gizi responden berdasarkan IMT/U adalah 0,45 ± 1,27 SD yang tergolong dalam ketegori status gizi normal. Status gizi responden berdasarkan IMT/U yang terkecil adalah -2,55 SD yang masuk dalam kategori gizi kurang dan yang terbesar adalah 3,34 SD yang masuk dalam kategori gizi lebih. Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa rata-rata usia menarche ibu responden adalah 12,93 ± 1,20 tahun. Usia menarche ibu termuda adalah 11 tahun dan yang tertua adalah 18 tahun. Data asupan gizi yang diperoleh dengan metode food recall 2x24 jam kemudian dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2004. Responden pada penelitian ini memiliki nilai rata-rata asupan energi 87,15 ± 1,26 % AKG, asupan protein 111,7 ± 2,42 % AKG, asupan lemak 101,25 ± 2,36 % AKG, dan asupan serat 41,84 ± 1,48 % AKG. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Keterpaparan Media, Pendidikan Orang Tua, dan Pekerjaan Orang Tua pada Siswi SD dan SMP Islam As-Syafi’iyah Bekasi Tahun 2013 Variabel Keterpaparan Media Cetak Keterpaparan Media Elektronik Pendidikan Ayah Pendidikan Ibu Pekerjaan Ayah Pekerjaan Ibu
Kategori Terpapar Tidak Terpapar Terpapar Tidak Terpapar Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Tetap Tidak Tetap Bekerja Tidak Bekerja
N 70 35 80 25 9 23 73 12 33 60 73 32 44 61
% 66,7 33,3 76,2 23,8 8,6 21,9 69,5 11,4 31,4 57,1 69,5 30,5 41,9 58,1
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa jumlah responden yang terpapar media cetak lebih banyak (66,7%) daripada responden yang tidak terpapar media cetak (33,3%). Responden dikatakan terpapar karena membaca majalah dan buku bacaan untuk orang dewasa > 3 kali dalam seminggu. Responden terpapar media elektronik sebesar 76,25% dan responden yang tidak terpapar media elektronik sebesar 23,8%. Responden dikatakan terpapar karena menonton televisi dan membuka internet lebih sama dengan 6 jam atau pernah menonton film/dvd/vcd untuk orang dewasa.
Faktor-Faktor..., Aulia Hardiningsih, FKM UI, 2013
Sebagian besar responden memiliki orang tua dengan tingkat pendidikan tinggi. 69,5% responden memiliki ayah dengan pekerjaan tetap (berpendapatan tetap) dan 58,1% responden memiliki ibu yang tidak bekerja. Analisis Bivariat Tabel 5. Hasil Analisis Bivariat Menggunakan Uji T Independen Variabel Status Gizi (IMT/U) Usia Menarche Ibu Asupan Energi Asupan Protein Asupan Lemak
Asupan Serat
Status Menarche
Mean±SD
P value
Sudah
0,78±1,05
0,004*
Belum
0,06±1,39
Sudah
13±1,37
Belum
12,85±0,97
Sudah
88,28±9,76
Belum
85,87±15,18
Sudah
111,8±21,76
Belum
111,5±26,93
Sudah
101,8±18,28
Belum
110,5±28,78
Sudah
45,29±12,63
Belum
37,89±16,24
0,546 0,344 0,952 0,792
0,01*
Pada tabel 5 terlihat bahwa status gizi (IMT/U) memiliki hubungan dengan status menarche (p value < 0,05). Responden yang sudah menarche cenderung memiliki IMT/U yang lebih besar daripada responden yang belum menarche. Asupan energi, protein, dan lemak tidak memiliki hubungan dengan status menarche (p value > 0,05). Namun, asupan energi dan protein pada responden yang sudah menarche cenderung lebih besar dibandingkan dengan responden yang belum menarche. Asupan serat memiliki hubungan dengan status menarche (p value = 0,01), responden yang sudah menarche cenderung mengkonsumsi serat lebih banyak dibandingkan dengan yang belum menarche.
Faktor-Faktor..., Aulia Hardiningsih, FKM UI, 2013
Tabel 6. Hasil Analisis Bivariat Menggunakan Uji Chi-square Variabel
Kategori
Keterpaparan Media Cetak Keterpaparan Media Elektronik Pendidikan Ayah
Pendidikan Ibu
Pekerjaan Ayah Pekerjaan Ibu
Status Menarche Sudah
Belum
n
%
n
%
Terpapar
44
62,9
26
37,1
Tidak Terpapar
12
34,3
23
65,7
Terpapar
50
62,5
30
37,5
Tidak Terpapar
6
24
19
76
Tinggi
34
46,6
39
53,4
Sedang
13
56,5
10
43,5
Rendah
9
100
0
0
Tinggi
25
41,7
35
58,3
Sedang
21
63,6
12
36,4
Rendah
10
83,3
2
16,7
Tetap
34
46,6
39
53,4
Tidak Tetap
22
68,8
10
31,2
Bekerja
19
44,2
24
55,8
Tidak Bekerja
37
59,7
25
40,3
P value
0,01* 0,002* 0,01*
0,011*
0,060 0,172
Pada tabel 6 menunjukan bahwa keterpaparan media massa memiliki hubungan dengan status menarche (p value < 0,05). Responden yang sudah menarche lebih terpapar terhadap media cetak maupun elektronik. Pendidikan orang tua juga memiliki hubungan dengan status menarche (p value < 0,05), responden dengan pendidikan orang tua tinggi lebih banyak yang sudah mengalami menarche dibandingkan dengan responden dengan pendidikan orang tua sedang dan rendah. Pembahasan Berdasarkan penelitian terhadap status menarche pada siswi SD dan SMP Islam AsSyafi’iyah Bekasi tahun 2013 didapatkan data bahwa setengah (53,3%) dari responden sudah mengalami menarche. Usia rata-rata menarche responden adalah 11,24 ± 0,85 tahun. Hasil penelitian ini juga serupa dengan hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Ginarhayu (2002), penelitian tersebut memperlihatkan bahwa 52,3% responden sudah mengalami menarche dengan rata-rata usia menarche responden adalah 12,3 ± 1,1 tahun. Penelitian serupa yang
Faktor-Faktor..., Aulia Hardiningsih, FKM UI, 2013
dilakukan oleh Menur (2006) memperlihatkan bahwa 40,2% responden sudah mengalami menarche dengan usia rata-rata menarche responden adalah 11,6 ± 0,8 tahun. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, rata-rata usia menarche pada penelitian ini lebih muda. Hasil rata-rata usia menarche dari penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata usia menarche remaja putri Indonesia pada umumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Batubara (2010), rata-rata usia menarche remaja putri di Indonesia adalah 12,96 tahun dengan kejadian menarche terbanyak pada remaja putri berusia 12 tahun. Status gizi memiliki korelasi yang kuat dengan kejadian menarche pada remaja putri. Remaja putri yang memiliki status gizi baik mempunyai kecepatan pertumbuhan yang lebih baik pada masa prapubertas dibandingkan dengan remaja yang memiliki gizi kurang. Remaja putri dengan gizi kurang tumbuh lebih lambat, karena itu waktu menarchenya tertunda (Lusiana dan Dwiriyani, 2007). Faktor status gizi remaja sangat mempengaruhi terjadinya menarche, semakin baik gizi serta pemenuhan energi dan protein yang lebih tinggi akan mendorong anak untuk mencapai berat badan dan lemak tubuh kritis, sehingga memiliki kadar leptin yang dapat menstimulasi sekresi GnRH. Sesuai dengan teori Tarner yang menyatakan bahwa menarche akan terjadi apabila kadar lemak tubuh mencapai 17% dari berat badannya (Silva et al, 2008). Berdasarkan uji t independen menunjukan adanya hubungan antara status gizi (IMT/U) dengan status menarche. Hasil analisis menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara usia menarche ibu dengan status menarche siswi. Hasil uji t independen diperoleh p value 0,546 (α > 0,05). Berdasarkan teori bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian menarche pada remaja putri adalah faktor genetik. Bukti bahwa kejadian menarche dipengaruhi oleh faktor genetik adalah studi-studi yang menunjukan kecenderungan usia ibu saat menarche untuk memprediksi usia menarche putrinya (karapanou, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Nwachi et al (2007) menunjukan adanya hubungan antara usia menarche ibu dengan usia menarche putrinya. Dari hasil penelitian menunjukan rata-rata usia menarche ibu adalah 12,57 tahun dan rata-rata usia menarche putrinya 11,71 tahun. Hasil pada penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian sebelumnya dan teori yang ada. Hal ini dimungkinkan karena ibu tidak mengetahui secara pasti kapan tepatnya usia menarchenya, sehingga ibu responden hanya menduga usia menarchenya. Selain itu faktor genetik berperan sebagai faktor endogen dalam menentukan kejadian menarche pada remaja putri. Namun, genetik tidak dapat berperan sendiri dalam mengatur menarche, tetapi dipengaruhi oleh faktor lainnya yaitu faktor eksogen (lingkungan) (Suang-Yup et al, 2005).
Faktor-Faktor..., Aulia Hardiningsih, FKM UI, 2013
Asupan energi mempengaruhi pertumbuhan seorang remaja. Apabila asupan energi tidak adekuat maka akan menyebabkan seluruh unit fungsional remaja terganggu, antara lain metabolisme, aktivitas, tampilan fisik dan kematangan seksual. Energi diperoleh dari karbohidrat, protein, dan lemak yang terkandung dalam makanan (Almatsier, 2002). Asupan energi tidak secara langsung berhubungan dengan terjadinya menarche, karena untuk dapat terjadi menarche dibutuhkan konsumsi energi yang lebih banyak untuk mendapatkan berat badan tubuh yang mampu mendukung terciptanya lemak tubuh sebesar 17% dari berat badan (Budi, 2012). Uji t independen menunjukan bahwa pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara asupan energi dengan status menarche. Asupan protein yang diduga berpengaruh terhadap kejadian menarche adalah asupan protein hewani yang berlebih. Susanti dan Sunarto (2012) menyatakan remaja putri yang memiliki asupan protein hewani tinggi 1,8 kali lebih berisiko untuk memicu kejadian menarche dibandingkan dengan remaja putri yang mengkonsumsi protein hewani tidak lebih. Asupan protein hewani akan meningkatkan fase luteal, akan tetapi jika dikonsumsi berlebih akan berpengaruh pada peningkatan frekuensi puncak Luteinizing Hormon (LH) dan mengalami pemanjangan fase folikuler yang dapat mempercepat remaja putri memasuki awal pubertas (Anke et al. 2009). Analisis bivariat antara asupan protein dengan status menarche menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut. Penelitian menyebutkan bahwa status gizi dapat mempengaruhi status menarche. Status gizi seseorang ditentukan oleh konsumsi zat gizi seperti energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Oleh karena itu, selain konsumsi protein yang cukup harus diikuti dengan asupan energi, karbohidrat, dan lemak sehingga dapat mencapai status gizi yang baik dan berat badan lemak tubuh kritis dapat tercapai. Konsumsi makanan tinggi lemak akan berakibat pada penumpukan lemak dalam jaringan adiposa yang berkorelasi dengan peningkatan kadar leptin. Leptin akan memicu pengeluaran GnRH yang akan mempengaruhi pengeluaran FSH dan LH dalam merangsang pematangan folikel dan pembentukan estrogen (Quennel et al, 2009 dalam Susanti dan Sunarto, 2012). Kualitas diet yang kurang baik seperti tingginya asupan lemak total dan lemak jenuh yang dipengaruhi oleh rendahnya asupan serat sebelum memasuki usia pubertas berhubungan dengan kejadian menarche dini (Cheng et al, 2009). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian lain yang menyatakan bahwa ada hubungan antara asupan lemak dengan status menarche. Sebuah studi prospektif menyatakan bahwa asupan lemak tinggi berhubungan dengan percepatan usia menarche pada remaja putri. Perbedaan hasil penelitian ini dapat disebabkan oleh rata-rata asupan lemak responden yang tidak bervariasi. Hampir
Faktor-Faktor..., Aulia Hardiningsih, FKM UI, 2013
seluruh responden baik yang sudah menarche ataupun yang belum menarche memiliki ratarata asupan lemak > 100% AKG. Hasil analisis dengan menggunakan uji t independen menunjukan bahwa ada hubungan antara asupan serat dengan status menarche. Pada penelitian ini menunjukan bahwa kejadian menarche lebih banyak pada responden yang mengonsumsi serat lebih banyak dibandingkan dengan responden yang lebih sedikit mengkonsumsi serat. Susanti dan Sunarto (2012) menyatakan ada hubungan antara asupan serat dengan kejadian menarche dini. Remaja putri dengan asupan serat kurang memiliki risiko 5 kali untuk mengalami menarche lebih cepat dibandingkan dengan remaja putri yang mengkonsumsi serat lebih. Rokade dan Mane (2009) juga menunjukan bahwa remaja putri non vegetarian akan mengalami menarche 6 bulan lebih awal dan kematangan fisik lebih cepat daripada remaja putri vegetarian. Berdasarkan teori bahwa serat makanan terutama serat larut air dapat menurunkan kadar kolesterol. Berkurangnya jumlah kolesterol dapat menurunkan kadar leptin. Leptin mempengaruhi sekresi GnRH dan hormon estrogen yang digunakan sebagai awal pubertas (Cheng et al, 2010). Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian dan teori yang menyatakan bahwa remaja putri dengan asupan serat tinggi akan lebih lambat usia menarchenya. Hal tersebut mungkin berhubungan dengan kualitas konsumsi serat pada masa lalu yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini. Uji chi square memperlihatkan bahwa ada hubungan antara keterpaparan media cetak dan elektronik dengan status menarche (p value < 0,05). Mohamad (1998) dalam Aryati (2008) menyatakan bahwa perkembangan hormonal remaja dipicu oleh paparan media massa yang mengundang keingintahuan dan memancing keinginan untuk bereksperimen dalam aktivitas seksual. Yang menentukan pengaruh tersebut bukanlah frekuensi namun isu di dalam media massa itu sendiri. Penelitian Kartono (1992) dalam Putri (2009) menyatakan bahwa salah satu pemicunya terjadinya menarche adalah rangsangan-rangsangan psikologis dari luar. Rangsangan psikologis tersebut dapat berupa film-fim dewasa, buku-buku dan majalah yang memuat gambar untuk dewasa, godaan dan rangsangan dari lawan jenis, dan pengamatan langsung terhadap perbuatan seksual. Hal tersebut dapat meningkatkan reaksi-reaksi seksual dan dapat mengakibatkan kematangan seksual yang lebih cepat pada remaja putri. Brown et al (2005) membuktikan bahwa ada hubungan antara percepatan usia pubertas dengan frekuensi menonton film dewasa. Berdasarkan penelitian, remaja berusia 8 sampai 18 tahun menghabiskan waktunya 6 sampai 9 jam per hari untuk menonton televisi, film, majalah, koran, mendengarkan musik, dan membuka internet. Media yang dilihat atau dibaca oleh
Faktor-Faktor..., Aulia Hardiningsih, FKM UI, 2013
remaja akan mempengaruhi kerja otak yang akan mempengaruhi hormon FSH sehingga dapat mempercepat menarche pada remaja putri. Pendidikan orang tua memiliki hubungan dengan terjadinya menarche pada remaja putri. Hal ini sejalan dengan dengan penelitian Ginarhayu (2002) dan Agustin (2010) yang menyatakan bahwa pendidikan ayah berhubungan dengan status menarche putrinya. Penelitian Hossain et al (2010) menunjukan bahwa pendidikan ibu berhubungan dengan kejadian menarche pada putrinya. Brathwaite et al (2009) menyebutkan pendidikan akhir orang tua secara tidak langsung akan mempengaruhi pekerjaan orang tua yang nantinya akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan keluarga. Tingkat pendapatan keluarga yang tinggi berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan gizi, akses terhadap informasi lebih luas dan akses kesehatan yang terpenuhi. Tingkat pendidikan orang tua juga akan berpengaruh pada pendidikan seksual putrinya. Hal ini akan berhubungan dengan status menarche putrinya. Penelitian lain menyebutkan semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua akan meningkatkan tingkat sosial ekonomi yang berhubungan dengan kematangan seksual lebih cepat dan cenderung kepada pergaulan yang lebih bebas. Pekerjaan orang tua akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga yang baik dapat memenuhi kebutuhan gizi keluarga dan akses kesehatan terpenuhi. Tingkat pendapatan keluarga juga berpengaruh terhadap gaya hidup dan pemilihan makanan dalam keluarga tersebut yang akan mempengaruhi status gizi. Status gizi remaja putri yang baik akan mempengaruhi usia menarchenya. Pada penelitian ini menunjukan tidak ada hubungan antara pekerjaan orang tua dengan status menarche putrinya. Tidak adanya hubungan antara pekerjaan orang tua dengan status menarche pada penelitian ini mungkin karena pekerjaan merupakan faktor tidak langsung. Ada faktor lain seperti status gizi dan keterpaparan media massa yang lebih mempengaruhi. Kesimpulan 1. Sebanyak 53,3% responden dalam penelitian ini sudah mengalami menarche. Rata-rata usia menarche responden pada penelitian ini adalah 11,24 ± 0,85 tahun, dengan usia menarche termuda adalah 9,6 tahun dan usia menarche tertua adalah 13 tahun. 2. Status gizi (IMT/U), keterpaparan media cetak dan elektronik, pendidikan ayah dan pendidikan ibu memiliki hubungan dengan status menarche pada siswi SD dan SMP Islam As-Syafi’iyah Bekasi.
Faktor-Faktor..., Aulia Hardiningsih, FKM UI, 2013
Saran Pihak sekolah diharapkan dapat mengadakan program komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) mengenai kesehatan reproduksi khususnya tentang menarche dan faktor-faktor yang mempengaruhi menarche pada remaja putri. Serta perlu diadakan pendidikan gizi untuk remaja agar dapat memperbaiki pola makannya dan dapat menerapkan gizi seimbang. Orang tua terutama ibu perlu memberikan perhatian khusus kepada anaknya menjelang menarche sehingga anak siap menghadapi datangnya menarche dan memberikan asupan gizi seimbang untuk anaknya untuk mencapai tumbuh kembang anak yang maksimal terkait dengan asupan protein dan lemak yang tinggi. Daftar Referensi Acharya, A., Reddaiah, N.P., & Baridalyne, N. (2006). Nutritional Status and Menarche in Adolescent Girls in an Urban Resettlement Colony of South Delhi. Indian Journal of Community Medicine, 31(4), 302-303. Astuti, R., & Handarsari, E. (2010). Usia Menarche, Indeks Masa Tubuh, Frekuensi Konsumsi, dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Pada Siswi SLTP di Pinggir dan Pusat Kota, Kota Semarang. Prosiding Seminar Nasional UNIMUS, ISBN:978.979.704.883.9. Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Batubara, J.R.L., Soesanti, F., & De Waal, H.D. (2010). Age at Menarche in Indonesian Girls: A National Survey. Acta Med Indones J Intern Med, 42(2), 78-81. Braithwaite, D., Moore, D.H., Lustig, R.H., Epel, E.S., Ong, K.K., Rehkopf, D.H., . . . Hiatt, R.A. (2009). Socioeconomic Status in Relation to Early Menarche Among Black and White Girls. Cancer Causes Control, 20, 713-720. DOI 10.1007/s 10552-0089248-9. Brookes, Barbara. (2008). Menarche. Retrieved from http://www.faqs.org/childhood/MePa/Menarche.html. Brown, J.D., Halpern, C.T., & L’Engle, K.L. (2005). Mass Media as a Sexual Peer for Early Maturing Girls. Journal of Adolescent Health, 36, 420-427. Budi, Mardiyanti. (2012). Hubungan Tingkat Konsumsi Energi, Protein, dan Iodium dengan Kejadian Menarche pada Remaja Putri di SMP Negeri 1 Tegalrejo Kabupaten Magelang 2012. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(2), 605-616. Cheng, G., Gerlach, S., Libuda, L., Kranz, S., Günther, A.L.B., Danckert, N.K., . . Buyken, A.E. (2010). Diet Quality in Childhood Is Prospectively Associated with the Timing of Puberty but Not with Body Composition at Puberty Onset. The Journal of Nutrition, 140, 95-102. doi:10.3945/jn.109.113365. Cheng, G., Remer, T., Prinz-Langenohl, R., Blaszkewicz, M., Degen, G.H., & Buyken, A.E. (2010). Relation of Isoflavones and Fiber Intake in Childhood to The Timing of Puberty. Am J Clin Nutr, 92(5), 56-64. Gad, A.H., & El-Ghany, G.M.A. (2012). Effect of Socio-economic Factors on The Onset of Menarche in Mansoura City Girls. Journal of American Science, 8(3), 545-550.
Faktor-Faktor..., Aulia Hardiningsih, FKM UI, 2013
Ginarhayu. (2002). Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Usia Menarche Remaja Putri (9 – 15 Tahun) Pada Siswi Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Jakarta Timur Pada Tahun 2002. Tesis. FKM UI, Depok. Goyal, R., Mehta, P., & Kaur, G. (2012). Nutritional Status and Menarche in Adolescents of Punjab. J Life Sci, 4(1), 63-66. Guyton, A.C., & Hall, J.E. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi 11). Jakarta: EGC Hwang, J.Y., Shin, C., Frongillo, E.A., Shin, K.R., & Jo, I. (2003). Secular Trend in Age at Menarche South Korean Women Born Between 1920 and 1986: The Ansan Study. Ann Hum Biol, 30(4), 434-42. Karapanou, O., & Papadimitriou, A. (2010). Determinants of Menarche. Reproductive Biology and Endocrinology, 8(115), 1-8. Lakshman, R., Forouhi, N.G., Sharp, S.J., Luben, R., Bingham, S.A, Khaw, K., . . Ong, K.K. (2009). Early Age at Menarche Associated with Cardiovascular Disease and Mortality. J Clin Endrocrinol Metab, 94(12), 4953-4960. Lusiana, S.A., & Dwiriani, C.M. (2007). Usia menarche, Konsumsi Pangan, dan Status Gizi Anak Perempuan Sekolah Dasar di Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan, 2(3), 26-35. McAnarney, E.R. (2003). Decreasing Age at Menarche: Is the End in Sight? Journal Watch Pediatrics and Adolescent Medicine. June 23. Menur, Putri Gita (2006). Hubungan antara IMT, Status Gizi, Asupan Zat Gizi, dan Persen Lemak Tubuh dengan Status Menarche pada Siswi SD dan SMP Permata Bunda Cinere Depok 2006. Skripsi. FKM UI, Depok. Mounir, G. M., El-Sayed, N. A., Mahdy, N. H., & Khamis, S. A. 2007. Nutritional Factors Affecting the Menarcheal State of Adolescent School Girls in Alexandria. J Egypt Public Health Assoc, 82(3), 239-260. Pejhan, A., Moghaddam, H.Y., & Najjar, L. (2011). The Relationship Between Menarche Age and Anthropometric Indexes of Girls in Sabzevar, Iran. World Applied Sciences Journal, 14(11), 1748-1753. Putri, Anni Kartika. (2009). Hubungan Antara Status Gizi, Status Menarche Ibu, Media Massa, Aktivitas Olahraga dengan Status Menarche Siswi di SMP Islam Al-Azhar Rawamangun Jakarta Timur Tahun 2009. Skripsi. FKM UI, Depok. Rokade, S.A., & Mane, A.K. (2009). A Study of Age at Menarche, The Secular Trend and Factors Associated With it. The Internet Journal of Biological Anthropology, 3(2). DOI: 10.5580/115b. Silva, C. M., Gigante, D. P., & Minten, G. C. 2008. Premenstrual Symptoms and Syndrome According to Age at Menarche in 1982 Cohort in Southern Brazil. Cad Saude Publica, 24(4), 835-44. Susanti, A.V., & Sunarto. (2012). Faktor Risiko Kejadian Menarche Dini Pada Remaja di SMP N 30 Semarang. Journal of Nutrition College, 1(1), 386-407. Thomas, F., Renaud, F., Benefice, E., Meeüs, T.D., & Guegan, J. (2001). International Variability of Ages at Menarche and Menopause: Patterns and Main Determinants. Human Biology, 73(2), 271-290. Uche-Nwachi, E.O., Odekunle, A., Gray, J., Bethel, T., Burrows, Y., Carter, J., . . Worksman, T. (2007). Mean Age of Menarche in Trinidad and Its Relationship to Body Mass Index, Ethnicity and Mothers Age of Menarche. OnLine Journal of Biological Sciences, 7(2), 66-71. Agustin, I.D. (2010). Hubungan antara status gizi, aktivitas fisik dan tingkat sosial ekonomi terhadap kejadian menarche pada remaja putri di SMPN 17 Bekasi tahun 2010. Skripsi. FKM UI, Depok.
Faktor-Faktor..., Aulia Hardiningsih, FKM UI, 2013