Atribut yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Domba ………………..... Andry Ramdani
ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI KONSUMEN DOMBA DI PASAR HEWAN KABUPATEN CIANJUR ATTRIBUTES THAT INFLUENCE CONSUMER PREFERENCE OF SHEEP IN ANIMAL MARKET OF CIANJUR REGENCY Andry Ramdani*, Sondi Kuswaryan**, dan Sri Rahayu** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang 45363
*Alumni Fakultas Peternakan Unpad **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Unpad Email:
[email protected]
Abstrak Penelitian mengenai atribut yang mempengaruhi preferensi konsumen domba telah dilakukan di Pasar Hewan Cianjur, Pasar Hewan Ciranjang, dan Pasar Hewan Cibeber dari tanggal 27 Oktober sampai tanggal 27 November 2014. Penelitian bertujuan untuk mengetahui atribut-atribut yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam pemilihan domba potong serta mengetahui preferensi konsumen dalam memilih domba potong. Metode penelitian dilakukan secara sensus terhadap 20 orang responden melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner. Hasil analisis menyimpulkan bahwa atribut-atribut yang menjadi pertimbangan bagi konsumen dalam pemilihan domba potong adalah harga domba, bobot badan, perdagingan daerah pinggang, kepadatan tubuh, dan jenis kelamin betina. Preferensi konsumen domba potong di Pasar Hewan Kabupaten Cianjur tergolong netral untuk atribut harga dan perdagingan daerah pinggang, sedangkan untuk atribut bobot badan dan kepadatan tubuh tergolong positif, sementara untuk pertimbangan terhadap atribut jenis kelamin betina tergolong sangat positif pada saat melakukan pembelian. Kata kunci: atribut, domba potong, konsumen, preferensi Abstract The research of Attributes that Influence Consumer Preference of Sheep had been conducted in the Cianjur, Ciranjang, and Cibeber Animal Market started from 27 October to 1
Atribut yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Domba ………………..... Andry Ramdani 27 November 2014. It aimed to know the attributes considered by the consumers in selecting sheep for slaughtering, and their preferences in choosing it. The research method used was census over 20 respondents through interviews using questionnaires. The Results showed that attributes considered by the consumers were the price, weight, loin area, body density and female of sheep. The consumer preferences of sheep for slaughtering in Cianjur Animal Market were neutral for the price and loin area, positive for weight and body density, and very positive for female of sheep at the time of purchasing process. Key words: attributes, sheep for slaughtering, consumer, preference Pendahuluan Domba telah lama dikenal oleh masyarakat terutama oleh peternak dan petani di Jawa Barat. Mereka menyukai domba karena daging yang dihasilkannya mempunyai cita rasa yang tinggi. Tercatat pemotongan domba terbanyak berada di Jawa Barat, yaitu 434,94 ribu ekor. Selain itu, populasi domba di Indonesia yang terbesar juga berada di Jawa Barat, yaitu sebanyak 9,21 juta ekor (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2013). Kabupaten Cianjur adalah salah satu daerah di Provinsi Jawa Barat dengan keunggulan yang dihasilkannya berupa produk-produk pertanian ataupun peternakan. Di bidang peternakan, domba merupakan komoditas yang diunggulkan karena selain ketersediaannya banyak, pemasarannya terus tumbuh dan berkembang sejak dari zaman penjajahan Belanda hingga sekarang. Menurut data statistik dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Cianjur (2013), populasi domba di Kabupaten Cianjur dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Populasi domba di Kabupaten Cianjur berturut-turut dari tahun 2011 sampai tahun 2013 adalah sebanyak 364,06 ribu ekor, 400,67 ribu ekor, dan 403,99 ribu ekor. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pemasaran domba potong di Kabupaten Cianjur juga terus mengalami peningkatan. Pasar hewan di Kabupaten Cianjur merupakan bagian utama rantai pemasaran domba dari berbagai daerah pemasok domba oleh para peternak hingga ke kota-kota sebagai tempat konsumsi oleh konsumen akhir. Pasar hewan di Kabupaten Cianjur sudah berdiri sejak lama. Para pelaku perdagangan di pasar hewan tersebut diketahui tidak hanya terdiri atas masyarakat lokal saja, melainkan juga para pedagang/pembeli domba dari luar daerah seperti Depok, Banten, Tanggerang, Jakarta, Bandung, Sukabumi, dan Bogor. Di Kabupaten Cianjur terdapat sejumlah pasar hewan, yaitu Pasar Hewan Cianjur yang buka pada hari Senin dan Kamis, Pasar Hewan Ciranjang yang buka pada hari Rabu dan Minggu, dan Pasar Hewan Cibeber yang buka pada hari Rabu dan Sabtu. Keberadaan pasar-pasar hewan di Kabupaten Cianjur yang sudah sejak lama menyediakan kebutuhan domba bagi konsumen menunjukan adanya keberlangsungan proses pemasaran yang potensial. 2
Atribut yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Domba ………………..... Andry Ramdani Pasar hewan di Kabupaten Cianjur telah mampu menarik pembeli dan pedagang dari berbagai daerah, namun informasi mengenai alasan serta atribut yang menjadi pertimbangan dalam transaksi domba di pasar hewan tersebut belum banyak terungkap. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengangkatnya menjadi sebuah penelitian dengan judul “Atribut yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Domba di Pasar Hewan Kabupaten Cianjur”. Objek dan Metode Penelitian Objek penelitian adalah konsumen domba potong yang tersebar ke sejumlah pasar hewan di Kabupaten Cianjur, yaitu Pasar Hewan Kecamatan Cianjur Desa Naggrak, Pasar Hewan Kecamatan Ciranjang Desa Ciranjang, dan Pasar Hewan Kecamatan Cibeber Desa Cikondang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sensus. Metode Penelitian sensus dipilih atas dasar jumlah populasi yang relatif sedikit dan potensi daerah yang tidak terlalu menyebar secara luas (Paturochman, 2012). Metode sensus menjadikan seluruh anggota populasi diambil sebagai responden. Responden yang berhasil ditemukan selama 1 bulan di lapangan adalah sebanyak 20 orang, sehingga 20 orang responden ini merupakan jumlah anggota populasi yang berasal dari sejumlah pasar hewan di Kabupaten Cianjur. Data yang dihimpun adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner kepada sejumlah responden di Pasar Hewan Kabupaten Cianjur, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil observasi ke Dinas Peternakan dan Perikanan Pemerintah Kabupaten Cianjur, serta Dinas Perdagangan dan Perindustrian Pemerintah Kabupaten Cianjur. Preferensi konsumen domba potong ditentukan sebagai variabel terikat dalam penelitian, sedangkan atribut domba potong ditentukan sebagai variabel bebas. Atribut yang akan dipertimbangkan oleh konsumen dalam pemilihan domba potong adalah faktor harga, asal daerah domba, berat badan domba, tebal bulu domba, jenis kelamin domba, kesehatan domba, bangsa domba, umur domba, lebar dada, bagian pinggul, perdagingan daerah pinggang, kedalaman paha, dan kepadatan tubuh. Analisis data dilakukan melalui 2 tahap. Pertama, melakukan pengujian tarhadap validitas atribut dengan menggunakan metode Cochran Q-Test untuk menentukan atribut terpilih (valid) (Simamora,2004). Rumus untuk Uji Cochran Q adalah sebagai berikut:
Keterangan: K: jumlah variabel n: jumlah responden 3
Atribut yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Domba ………………..... Andry Ramdani C: Total respon pada variabel (kolom) R: Total respon pada pengamatan (baris) Dk = K-1 Kriteria: Tolak Ho (terima Ha) apabila Q hitung ≥ Q tabel Terima Ho (tolak Ha) apabila Q hitung < Q tabel Kedua, atribut yang terpilih akan dianalisis kembali dengan menggunakan model sikap Multiatribut Fishbein, untuk mengetahui bagaimana preferensi yang dimiliki oleh konsumen domba potong. Rumus untuk model sikap Multiatribut Fishbein adalah sebagai berikut:
Keterangan: Ao: sikap konsumen terhadap domba di pasar hewan Kabupaten Cianjur bi: tingkat kepercayaan konsumen bahwa domba di pasar hewan Kabupaten Cianjur memiliki variabel tertentu (atribut ke-i) ei: dimensi evaluatif (evaluasi) konsumen terhadap atribut ke-i yang dimiliki domba di pasar hewan Kabupaten Cianjur Kriteria: Tabel 1. Kriteria Sikap Berdasarkan Skala Interval Kriteria
Skor
Sangat Tidak Positif Kurang Positif Netral Positif Sangat Positif
1 ≤ A0 ≤ 5,8 5,9 ≤ A0 ≤ 10,7 10,8 ≤ A0 ≤ 15,6 15,7 ≤ A0 ≤ 20,5 20,6 ≤ A0
Hasil dan Pembahasan 1) Atribut yang Dipertimbangkan Responden Rata-rata konsumen domba potong di pasar hewan Kabupaten Cianjur merupakan para pembeli (buyer) yang berprofesi sebagai pedagang perantara. Di antara mereka ada yang berprofesi sebagai pedagang sate, pedagang daging domba di pasar rakyat, ataupun sebagai pemasok daging domba ke rumah makan atau restoran di luar daerah. Hasil penelitian di lapangan ditampilkan pada Tabel 2.
4
Atribut yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Domba ………………..... Andry Ramdani Tabel 2. Data Atribut yang Dipertimbangkan Konsumen No.
Kode Atribut Nama Atribut
1. 2. 3. 4.
A1 A3 A13 A11
Harga Bobot Badan Kepadatan Tubuh Perdagingan Daerah Pinggang
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
A5 A6 A10 A9 A8 A12 A2 A4 A7
Jenis Kelamin Kesehatan Pinggul Lebar Dada Umur Kedalaman Paha Asal Daerah Tebal Bulu Bangsa
Jawaban Ya
Tidak
Proporsi Ya
Tidak
----Orang---20 0 20 0 20 0 19 1
-------%------100 0 100 0 100 0 95 5
17 16 14 11 10 10 2 2 0
85 80 70 55 50 50 10 10 0
3 4 6 9 10 10 18 18 20
15 20 30 45 50 50 90 90 100
Berdasarkan hasil penelitian di atas, untuk mengetahui atribut yang valid maka digunakanlah uji statistik dengan menggunakan Cochran Q-Test. Hasilnya menentukan bahwa atribut yang dipertimbangkan oleh para pembeli/responden pada saat melakukan pembelian domba potong adalah harga domba, bobot badan, kepadatan tubuh, jenis kelamin, dan perdagingan daerah pinggang. Dapat disimpulkan bahwa sebanyak 20 orang responden menyepakati kelima atribut tersebut sebagai hal-hal yang dipertimbangkan pada saat melakukan pembelian domba potong. Atribut pertama yang dipertimbangkan oleh para pembeli adalah harga domba. Berdasarkan informasi perkiraan harga domba dari kantor pelayanan Pasar Hewan Cianjur, diketahui bahwa harga domba potong yang dijual di pasar hewan Kabupaten Cianjur untuk harga bulan September 2014, dipatok murah dari mulai Rp400.000,00 per ekor betina dengan bobot hidup sekitar 10 kg, hingga dengan Rp985.000,00 per ekor betina dengan bobot hidup sekitar 30 kg, sedikit di antaranya ada yang ditawarkan hingga dengan Rp1.500.000,00 per ekor betina dengan perkiraan bobot hidup > 30 kg. Sedangkan untuk harga domba jantan dipatok dari mulai Rp700.000,00 per ekor dengan bobot hidup sekitar 10 kg sampai Rp1.800.000,00 per ekor dengan bobot hidup sekitar 35 kg. Berdasarkan hasil wawancara dengan konsumen, rata-rata para pembeli domba potong berbelanja dikisaran harga Rp500.000,00 per ekor hingga Rp1500.000,00 per ekor. Kebanyakan konsumen mengambil 5
Atribut yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Domba ………………..... Andry Ramdani domba betina, hal ini karena pada umumnya domba betina lebih murah daripada jantan, namun pembeli juga tetap berminat bila terdapat domba jantan yang menurutnya murah. Para pembeli dapat membatalkan keinginannya untuk membeli domba yang sesuai dengan kriterianya, dikarenakan batas anggaran yang tersedia, sehingga pada akhirnya harus puas dengan memilih domba yang berada di bawah keinginannya. Maka pertimbangan harga menjadi faktor yang sangat krusial bagi para pembeli. Hal ini sebagaimana pendapat Mowen dan Minor (2002) bahwa harga merupakan salah satu atribut paling penting yang dievaluasi oleh konsumen, dan manajer perlu benar-benar menyadari peran tersebut dalam pembentukan sikap konsumen. Atribut selanjutnya yang dipertimbangkan oleh para pembeli adalah jenis kelamin betina. Sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya, kebanyakan konsumen mengambil domba betina sebagai domba potong dari mulai yang perkiraan umurnya masih muda hingga dengan yang lebih dari 1 tahun, hal ini karena pada umumnya domba betina dipandang lebih murah daripada jantan. Harga betina yang dipandang relatif lebih murah dibandingkan jantan kemungkinan besar disebabkan oleh ketersediaan jumlahnya yang banyak di pasar dibandingkan domba jantan, sehingga hal ini menjadikan fungsi permintaan domba betina menjadi lebih tinggi. Data populasi domba berdasarkan jenis kelamin dari Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cianjur (2013) menginformasikan bahwa perbandingan antara total jumlah domba betina dan jantan adalah sebanyak 242,49 ribu : 160,64 ribu, hal ini menunjukan bahwa domba betina cenderung lebih banyak daripada jantan, sehingga memungkinkan domba betina lebih banyak di bawa ke pasar hewan daripada jantan. Maka berdasarkan pemahaman terhadap prinsip hukum permintaan dari suatu komoditas (Putong, 2005), dapat disimpulkan bahwa turun atau naiknya harga domba akan seiring dengan jumlah domba yang tersedia di pasar hewan. Pemilihan domba betina sebagai domba potong oleh para pembeli telah mengindikasikan bahwa masih maraknya pemotongan ternak ruminansia betina produktif yang dirasa bertentangan dengan amanat UU Peternakan dan Kesehatan Hewan (2009) pasal 18 ayat (2): ternak ruminansia betina produktif (kecil/besar) dilarang disembelih karena merupakan penghasil ternak yang baik, kecuali untuk keperluan penelitian, pemuliaan, atau pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan. Dalam penjelasan pasal 18 ayat (1), yang dimaksud dengan “ternak ruminansia betina produktif” adalah ruminansia besar, yakni sapi dan kerbau yang melahirkan kurang dari 5 kali atau berumur di bawah 8 tahun dan ruminansia kecil, yaitu kambing dan domba yang melahirkan kurang dari 5 kali atau berumur di bawah 4 tahun 6 bulan. Penentuan ternak ruminansia betina tidak produktif ditentukan oleh tenaga kesehatan hewan. Domba jantan kurang diminati pada hari-hari biasa dan jumlahnya lebih sedikit, sehingga harga penawarannya akan lebih tinggi. Hal ini kemungkinan akan berbeda pada saat 6
Atribut yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Domba ………………..... Andry Ramdani momen idul adha. Padahal untuk tujuan dipotong, domba jantan justru lebih baik daripada betina karena pada bobot dan umur yang sama, domba jantan selalu lebih unggul daripada betina. Hal ini sebagaimana pendapat Santoso dkk., (2012) bahwa domba jantan memiliki kelebihan dibandingkan domba betina untuk tujuan utama penghasil daging, yaitu memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi, pada umur yang sama memiliki lebih banyak otot dan tulang serta lebih sedikit lemak dibandingkan domba betina. Terhadap hal tersebut, pemerintah melalui petugas Dinas Peternakan Kabupaten Cianjur perlu lebih tanggap dan observatif terhadap maraknya aktivitas pemotongan domba betina produktif. Hal ini dapat disebabkan karena para pedagang (konsumen antara) lebih memilih melakukan pemotongan mandiri (memotong di tempat sendiri) dibanding harus datang ke Rumah Potong Hewan (RPH) dengan membayar sejumlah harga untuk biaya pemotongan dan pemeriksaan, sehingga pada akhirnya setiap kasus dari pemotongan domba betina produktif lolos dari pengawasan pemerintah. Kebijakan ini sebenarnya sangat baik dan bukan untuk memberatkan para peternak, namun seperti pada penjelasan UU Peternakan dan Kesehatan Hewan (2009) pasal 18 ayat (2) dimaksudkan untuk mempertahankan populasi ternak ruminansia betina produktif guna memenuhi kecukupan kebutuhan konsumsi protein hewani dalam negeri. Mengamati potensi pemasaran dan juga populasi domba betina di Pasar Hewan Kabupaten Cianjur, maka dengan adanya kebijakan ini, diharapkan Kabupaten Cianjur dapat diuntungkan dengan menjadi wilayah pemasok domba terbesar di Jawa Barat. Atribut selanjutnya yang dipertimbangkan oleh para pembeli adalah aspek bobot badan. Sama pentingya dengan harga, bobot badan/bobot hidup paling berperan dalam menentukan harga domba di pasar hewan. Hal ini karena atribut bobot badan merupakan patokan utama dalam penentuan harga domba. Bobot badan yang tinggi bisa dijadikan indikator domba yang gemuk dan akan membuat timbangan karkas semakin berat, sehingga mampu meningkatkan harga jual. Para pembeli menuturkan bahwa dalam penentuan harga domba, selalu mendasarkannya kepada bobot badan, meskipun angka bobot badan yang diketahui para pembeli adalah dengan pendugaan saja (menaksir). Kenyataan ini sebagaimana pendapat Setiadi dkk., (1994) bahwa pada umumnya dalam menentukan harga jual, pemilik/jagal belum semuanya menerapkan penimbangan ternak, hanya berpatokan pada taksiran bobot badan. Konsumen membuat perkiraan lewat melakukan serangkaian perlakuan seperti mengamati, memegang/meraba, dan mengangkat domba, dengan demikian cara menaksir yang digunakan konsumen adalah dengan menggunakan panca indera, dan dengan cara menaksir seperti ini sulit untuk menghasilkan angka yang akurat, hal ini sebagaimana pendapat Djagra (1994) dalam Igd dan Wiyana (2012) bahwa di antara cara dalam penaksiran bobot badan ternak, adalah penaksiran dengan berdasarkan panca indera, dan penaksiran dengan menggunakan rumus korelasional antara bobot badan dengan beberapa ukuran 7
Atribut yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Domba ………………..... Andry Ramdani dimensi tubuh dari ternak, namun penaksiran dengan panca indera ini bisa sangat subjektif sifatnya, karena hasilnya sangat tergantung dari kemahiran dan subjektifitas si penaksir. Pada dasarnya aktivitas menaksir juga memiliki kelebihan, di antaranya menghemat waktu pembeliaan dan mengatasi kesulitan membawa timbangan yang besar untuk penimbangan ternak ruminansia yang besar. Akan tetapi untuk kesulitan membawa alat timbangan hanyalah berlaku bagi ternak yang besar seperti sapi atau kerbau, pada ternak ruminansia yang kecil (domba/kambing) sebaiknya penimbangan oleh alat tetap dilakukan, seperti cukup oleh alat timbangan sederhana yang digantung, hal ini karena ternak domba tidak membutuhkan alat timbangan yang begitu besar sehingga tidak akan membuat penjual maupun pembeli kesulitan. Hingga sekarang kebiasaan pengukuran domba dengan cara menaksir masih tetap umum dilakukan, padahal bila pedagang dan konsumen dapat mengetahui angka bobot badan yang lebih akurat seperti dengan penimbangan oleh alat, maka secara ekonomi sudah pasti kerugian sekecil apapun dari hasil jual beli ternak dapat dihindari, dan proses jual beli domba dapat dilakukan dengan seadil-adilnya. Igd dan Wiyana (2012) menyatakan pengukuran bobot badan ternak yang dilakukan dengan baik adalah sangat membantu peternak dalam menentukan jumlah pemberian pakan yang tepat, pemberian dosis obat serta menetapkan nilai atau harga jual ternak secara benar. Terdapat perbedaan dalam pemilihan bobot badan domba di antara para pembeli berdasarkan profesinya masing-masing. Rata-rata pembeli yang berprofesi sebagai pedagang sate atau pemasok daging domba ke rumah makan/restoran mencari domba dengan bobot badan sekitar 15-25 kg, hal ini diharapkan agar mendapatkan bobot karkas sebanyak 8-10 kg/ekor. Sedangkan pembeli dengan profesi sebagai pemasok daging domba ke pasar-pasar tradisional berbelanja domba dengan perkiraan bobot badan di atas 25 kg, bahkan yang dicari adalah yang paling besar bobot badannya, upaya ini juga demi mendapatkan bobot karkas yang sebesar-besarnya. Pada umumnya bobot karkas merupakan saparuh dari bobot hidup domba, hal ini sebagaimana yang dinyatakan Wiliamson dan Payne (1993) bahwa rata-rata persentase karkas dari domba tropic antara 40-48% dari bobot hidupnya. Dengan demikian, konsumen yang berporfesi sebagai pedagang sate atau pemasok daging domba ke rumah makan/restoran cenderung mencari domba-domba yang muda, sedangkan bagi konsumen yang berporfesi sebagai pemasok daging kiloan ke pasar rakyat/tradisional tidak memperhatikan status fisiologis atau yang terpenting hasil karkas yang paling besar yang diharapkan. Hal ini didasarkan pada pengamatan oleh Suharto dan Layla (2005) terhadap 6 ekor domba lokal betina dengan umur berkisar 7 bulan (muda) yang dipelihara secara tradisional (pakan hanya rumput tanpa konsentrat), hasilnya menunjukan bahwa diperoleh bobot hidup domba betina pada kisaran 11,6 kg s/d 19 kg dengan rataan sebesar 15,1 kg, bobot karkas antara 5 kg s/d 8 kg dengan rataan 6,33 kg, dan persentase karkas antara 37,5 s/d 43,75 % dengan rataan 41,98 %. 8
Atribut yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Domba ………………..... Andry Ramdani Atribut selanjutnya yang dipertimbangkan oleh para pembeli adalah kepadatan tubuh. Berdasarkan Tabel 2, skor yang sama ditunjukkan oleh atribut kepadatan tubuh dengan atribut harga dan bobot badan. Pembeli memperhatikan kepadatan tubuh sebenarnya untuk menduga banyaknya daging dan tingkat perlemakan. Para pembeli menyukai domba yang potensi dagingnya paling banyak, bila pada saat perabaan domba dirasakan padat/tebal (seperti bantalan) dan kurang terasa tulang, maka pembeli menduga bahwa jumlah dagingnya banyak, namun bila pada saat perabaan dirasakan tipis dan terasa tulang, maka para pembeli menduga bahwa kandungan lemaknya sedikit, sehingga dimungkinkan jumlah dagingnya juga sedikit. Perilaku konsumen domba potong dalam meraba kepadatan tubuh ini sesuai dengan pendapat Sodiq dan Abidin (2010) bahwa ketebalan lemak punggung dipercaya sebagai indikator kurus atau gemuknya domba. Atribut terakhir yang dipertimbangkan para pembeli adalah perdagingan daerah pinggang. Daerah ini terletak di tengah-tengah, antara punggung dan pantat domba, pembeli merasa perlu untuk memeriksa atau meraba daerah ini, karena dengan memeriksanya, pembeli dapat menduga bagian-bagian tubuh domba yang lain, seperti besar karkas, bagian pinggul, bagian dada dan harga kulit. Semakin lebar kepalan tangan pada saat memegang bagian pinggang maka pembeli beranggapan karkasnya akan semakin besar. Berdasarkan diagram potongan primal karkas domba dalam Soeparno (2009), perdagingan daerah pinggang juga memiliki kandungan-kandungan daging yang sangat diperlukan untuk bahan baku masakan. Kandungan daging ini seperti bagian loin, sirloin, termasuk bagian bawah (flank), sehingga atribut perdagingan domba pada daerah pinggang memang sering menjadi perhatian. 2) Preferensi Konsumen terhadap Domba Potong di Pasar Hewan Kabupaten Cianjur Hasil analisis pertama kembali ditanyakan kepada 20 orang responden yang sedang melakukan pembelian. Berdasarkan proses pencarian informasi ataupun pengalaman berbelanja, konsumen domba potong pasti memiliki sebuah kepercayaan. Di antara kepercayaan yang terbentuk di benak konsumen terhadap sejumlah atribut domba potong yang ada di Pasar Hewan Kabupaten Cianjur ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3. Kepercayaan Responden terhadap Atribut Domba Potong No.
Kode Atribut
1. 2. 3. 4. 5.
A5 A13 A3 A11 A1
Kepercayaan (Bi) Atribut Jenis Kelamin Betina Kepadatan Tubuh Bobot Badan Perdagingan Daerah Pinggang Harga
Skor 5 3,9 3,7 3,6 3 9
Atribut yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Domba ………………..... Andry Ramdani Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa pembeli menilai atribut jenis kelamin betina dari domba potong yang terdapat di Pasar Hewan Kabupaten Cianjur menjadi yang paling baik, disusul dengan atribut kepadatan tubuh, bobot badan, perdagingan daerah pinggang dan harga. Maka dengan kata lain, atribut jenis kelamin betina mengartikan bahwa kebanyakan domba untuk keperluan dipotong yang tersedia di Pasar Hewan Kabupaten Cianjur adalah betina, hal ini juga sebagaimana yang telah diamati di pasar hewan, bahwa kebanyakan konsumen domba sering mendapatkan domba yang betina untuk dipotong. Atribut kepadatan tubuh dinilai lebih baik oleh konsumen daripada atribut bobot badan, sedangkan atribut bobot badan dinilai lebih baik oleh konsumen dari pada atribut perdagingan daerah pinggang, dan atribut harga menempati urutan yang paling rendah. Maka kemungkinan besar, harga domba potong di Pasar Hewan Kabupaten Cianjur masih dianggap relatif mahal oleh para pembeli. Begitulah pandangan umum menurut sebagian besar pembeli mengenai domba potong yang tersedia di pasar hewan Kabupaten Cianjur berdasarkan kajian terhadap atribut-atributnya. Kepercayaan yang sebelumnya sudah dibahas berperan di dalam mendorong responden untuk dapat menilai sebuah objek dari atributnya berdasarkan persepsi yang terbentuk mengenai objek tersebut. Sedangkan perasaan berperan dalam menentukan suasana hati bagi responden terhadap atribut dari suatu objek. Konsumen bisa saja memuji sebuah produk karena produk tersebut memiliki sejumlah atribut yang disenangi, dan kemudian membelinya. Namun bisa juga sebaliknya, konsumen tidak jadi membelinya karena produk tersebut tidak memiliki atribut yang diperlukan meskipun produk tersebut tetap dinilai baik oleh konsumen. Dalam kaitannya dengan aspek evaluasi pada model sikap Fishbein, evaluasi berupaya mengukur sikap responden terhadap atribut dengan menanyakan seberapa suka responden/pembeli terhadap suatu atribut, dalam hal ini atribut domba potong. Hal ini berfungsi untuk mengukur seberapa penting atribut-atribut domba di benak pembeli berdasarkan skala ukur yang sudah ditentukan. Maka, bagaimana keadaan pembeli dalam memandang seluruh atribut domba yang menjadi pertimbangan akan dapat diketahui. Evaluasi responden terhadap sejumlah atribut domba potong ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4. Evaluasi Responden terhadap Atribut Domba Potong No.
Kode Atribut
1. 2. 3. 4. 5.
A5 A1 A3 A13 A11
Evaluasi (Ei) Atribut
Skor
Jenis Kelamin Betina Harga Bobot Badan Kepadatan Tubuh Perdagingan Daerah Pinggang
4,65 4,55 4,15 4,05 3,45
10
Atribut yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Domba ………………..... Andry Ramdani Berdasakan Tabel 4, dapat dilihat bahwa responden menilai jenis kelamin betina sebagai atribut domba terpenting dalam proses pemilihan domba potong. Hal ini dapat terjadi karena memang tingginya kecenderungan masyarakat dalam menggunakan domba betina untuk dipotong. Selain itu, harga domba betina dipandang relatif lebih murah daripada domba jantan. Hal ini sebagaimana hasil pengamatan dari Suharto dan Layla (2005) bahwa di pemotongan tradisional ternyata banyak domba betina yang masih muda dipotong. Dasar pemilihan domba betina karena karkasnya lebih tinggi bila dibanding domba jantan, harga hidup lebih murah, sedangkan harga karkas domba betina dan jantan tidak berbeda. Dikaitkan dengan hasil analisis kepercayaan (Bi) pada Tabel 3, anggapan konsumen mengenai atribut jenis kelamin relatif sama. Keduanya memiliki skor yang hampir sama, artinya konsumen domba potong tidak pernah merasa kecewa mengenai atribut jenis kelamin betina pada domba-domba di Pasar Hewan Kabupaten Cianjur. Perbedaan skor yang sedikit berbeda ini dapat disebabkan karena masih terdapat sebagian kecil konsumen domba yang menggunakan domba jantan sebagai domba potong. Menurut beberapa konsumen ini, jantan ataupun betina tidak jadi masalah, asalkan harganya tetap sesuai. Hal ini sama dengan pendapat Sugiarto dkk., (2002) bahwa konsumen mau membeli barang yang mereka perlukan bila harganya “sesuai” dengan keinginan mereka dan bila barang tersebut berguna baginya. Oleh karenanya, pertimbangan mendapatkan domba betina untuk sebagian kalangan tidak selalu menjadi faktor utama dalam pembelian domba potong bila konsumen ditawarkan domba lain/jantan dengan harga yang menurut konsumen sesuai. Harga sebagai atribut domba yang terpenting kedua di dalam proses pemilihan domba potong. Sebagaimana yang menjadi alasan atas perhatian konsumen terhadap domba betina, maka harga tetap menjadi salah satu pertimbangan terpenting pada saat konsumen melakukan pemilihan domba potong di pasar hewan. Aktivitas tawar-menawar terhadap harga domba yang telah diamati dari konsumen terhadap pedagang di pasar hewan, dapat mengartikan bahwa konsumen domba tetap mengharapkan harga yang semurah-murahnya terhadap domba pilihannya, hal ini juga mengingat bahwa kebanyakan konsumen domba potong adalah para pedagang perantara, maka pertimbagan terhadap harga beli domba akan sangat menentukan keuntungan terhadap usaha pemotongan mereka, karena domba merupakan faktor produksi yang nanti akan dijual kembali untuk mendapatkan laba. Skor rata-rata yang ditunjukan pembeli adalah sebesar 4,55 untuk atribut harga domba, hal ini merupakan skor tertinggi kedua setelah atribut jenis kelamin betina, dan jika dibandingkan dengan skor rata-rata atribut yang lain. Dengan kata lain, kebanyakan pembeli beranggapan bahwa penilaian (evaluasi) terhadap jenis kelamin betina dan harga domba adalah hal yang paling utama dalam membentuk sikap terhadap domba potong, disusul dengan evaluasi terhadap bobot badan, kepadatan tubuh, dan perdagingan daerah pinggang. Dikaitkan dengan hasil analisis kepercayaan (Bi) pada Tabel 3, terlihat bahwa harga domba menempati penilaian paling 11
Atribut yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Domba ………………..... Andry Ramdani rendah menurut para pembeli, dengan rata-rata skor sebesar 3, sedangkan dari hasil analisis evaluasi (Ei) pada Tabel 4, harga domba menempati peringkat kedua terpenting setelah atribut jenis kelamin betina, dengan rata-rata skor 4,55, maka dapat dilihat bahwa skor penilaian tidaklah sama/jauh berbeda atau Bi < Ei, sehingga hal ini menyimpulkan bahwa memang harga domba potong di Pasar Hewan Kabupaten Cianjur, masih belum sesuai dengan harapan para pembeli. Kebanyakan para pembeli menilai bahwa harga domba di Pasar Hewan Kabupaten Cianjur masih relatif mahal. Skor atribut bobot badan pada hasil anlisis kepercayaan sebesar 3,7 sedangkan pada analisis evaluasi skornya sebesar 4,15. Hal ini menunjukan bahwa bobot badan domba di pasar hewan Kabupaten Cianjur masih belum memenuhi harapan para pembeli. Atribut harga berkaitan erat dengan atribut bobot badan, karena memang atribut bobot badan sebagai penentu patokan harga. Harga masih kurang sesuai karena memang atribut bobot badanpun belum sesuai dengan harapan pembeli. Hal ini kemungkinan sebagai akibat dari pendugaan bobot badan domba yang tidak akurat. Namun demikian, mengenai atribut kepadatan tubuh, ternyata disukai oleh para pembeli dan atribut kepadatan tubuh juga menempati skor yang cukup baik di persepsi pembeli, atau penilaian relatif tidak jauh berbeda. Untuk atribut perdagingan daerah pinggang, penilaian juga relatif proporsional, atribut perdagingan daerah pinggang menempati urutan paling rendah dikepentingan para pembeli, dan juga memiliki penilaian yang biasa pada domba potong yang tersedia di Pasar Hewan Kabupaten Cianjur. Berdasarkan hal tersebut di atas, para pemasar ataupun pengambil kebijakan perlu kembali meninjau sistem pemeliharaan domba di masyarakat peternak terutama pada aspek manajemen pakan. Pihak terkait juga perlu memprioritaskan penggunaan biaya produksi peternakan yang lebih efisien agar dapat dihasilkan domba yang dapat dijual dengan harga yang lebih ekonomis. Hal ini terutama untuk domba jantan, karena domba jantan sering dianggap lebih mahal dari betina. Setelah dilakukan perhitungan keseluruhan atas masingmasing atribut, maka didapatkanlah hasil analisis sikap yang ditampilkan pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Analisis Multiatribut Fishbein No.
Kode Atribut
1. 2. 3.
A1 A3 A11
4. 5.
A13 A5
Atribut Domba Potong Harga Bobot Badan Perdagingan Daerah Pinggang Kepadatan Tubuh Jenis Kelamin Betina
Skor Rata-rata
Interpretasi Sikap
13,75 15,45 13
Netral Positif Netral
15,8 23,25
Positif Sangat Positif
12
Atribut yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Domba ………………..... Andry Ramdani Berdasarkan Tabel 5, nilai sikap (A0) konsumen domba potong terhadap masingmasing atribut relatif beragam. Nilai dari setiap atribut ini diinterpretasikan berdasarkan skala interval yang telah ditentukan, maka hasilnya untuk atribut harga dan perdagingan daerah pinggang tergolong netral atau 10,8 ≤ A0 ≤ 15,6. Kriteria sikap netral menunjukkan bahwa konsumen domba potong memiliki penilaian yang biasa di dalam memperhatikan atribut harga dan perdagingan daerah pinggang sebagai pertimbangan dalam pemilihan domba potong. Atribut bobot badan dan kepadatan tubuh tergolong positif atau 15,7 ≤ A0 ≤ 20,5. Kriteria sikap positif menunjukkan bahwa konsumen domba potong memperhatikan dan menjadikan atribut bobot badan serta kepadatan tubuh sebagai pertimbangan dalam pemilihan domba potong. Dapat dikatakan bahwa atribut bobot badan dan kepadatan tubuh memiliki pengaruh yang kuat di dalam proses pemilihan domba potong. Atribut jenis kelamin dalam hal ini domba betina tergolong sangat positif atau 20,6 ≤ A0. Kriteria sikap sangat positif menunjukkan bahwa pembeli domba potong benar-benar mengandalkan dan menjadikan atribut jenis kelamin sebagai faktor pertimbangan pada saat proses pemilihan domba potong. Dengan kata lain, atribut jenis kelamin betina memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap proses pemilihan (preferensi) domba potong oleh konsumen pada saat melakukan pembelian. Secara faktual, pembeli berupaya melakukan pemilihan domba potong dan selalu melakukan pembelian di Pasar Hewan Kabupaten Cianjur dalam jumlah banyak meskipun berdasarkan hasil analisis penelitian, konsumen mendapati ketidakpuasan, yaitu pada harga dan timbangan bobot badan. Hal ini menandakan bahwa ketidakpuasan konsumen masih ada pada batas yang wajar (masih dapat ditoleransi). Berdasarkan hasil analisis multiatribut Fishbein, nilai sikap untuk atribut harga terkategori netral. Itu artinya meskipun konsumen merasa kurang puas, namun harga domba yang masih dianggap relatif mahal oleh konsumen tersebut, ternyata tidak begitu kuat dalam mempengaruhi proses pembelian domba potong atau dapat dikatakan pengaruhnya hanya sedang/pertengahan. Hal yang serupa juga akan terjadi pada atribut bobot badan, karena memang atribut bobot badan berkaitan erat dengan aspek harga, walaupun atribut bobot badan berada pada kategori yang positif di dalam proses pemilihan domba potong. Penyebab dikompensasikannya atribut harga dan bobot badan oleh atribut jenis kelamin betina juga dapat menjadi alasan tetap dilaluinya proses pemilihan serta pembelian domba potong oleh konsumen. Hal ini karena pada bobot dan umur yang sama, harga domba betina umumnya selalu lebih rendah daripada domba jantan, sehingga keumuman tersebut akan dapat menutupi persepsi mahalnya harga per satuan domba betina. Hal ini sebagaimana pendapat Mowen dan Minor (2002) bahwa sebenarnya model sikap terhadap benda Fishbein merupakan model pilihan kompensatori, yaitu bahwa kelemahan pada suatu atribut objek dapat ditutupi atau dikompensasikan oleh atribut yang lain.
13
Atribut yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Domba ………………..... Andry Ramdani Simpulan 1) Kesimpulan - Atribut-atribut yang dipertimbangkan oleh konsumen domba dalam pemilihan domba potong di Pasar Hewan Kabupaten Cianjur adalah harga domba, bobot badan domba, perdagingan daerah pinggang, kepadatan tubuh, dan jenis kelamin betina. - Preferensi konsumen domba potong di Pasar Hewan Kabupaten Cianjur tergolong netral untuk atribut harga dan perdagingan daerah pinggang, sedangkan untuk atribut bobot badan dan kepadatan tubuh tergolong positif, sementara untuk pertimbangan terhadap atribut jenis kelamin, dalam hal ini domba betina tergolong sangat positif pada saat melakukan pembelian. 2) Saran - Pemerintah melalui Dinas Peternakan setempat perlu lebih giat di dalam mengawasi pemotongan betina produktif dalam rangka menjalankan amanat Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2009 tentang peternakan dan kesehatan hewan pasal 18 ayat (2). - Upaya pengembangan domba lewat pemberdayaan peternak di daerah-daerah sasaran di Kabupaten Cianjur sebaiknya tidak hanya berorientasi kepada kuantitas saja demi
-
memenuhi permintaan domba untuk para pembeli yang datang dari berbagai daerah, akan tetapi, berusaha meningkatkan kualitas/mutu domba dengan berpedoman kepada sistem pemeliharaan domba yang intensif, manajemen pakan yang berkualitas, dan penggunaan biaya produksi peternakan domba yang efisien. Atas hal tersebut di atas, maka diperlukan penelitian lebih lanjut yang menganalisis tentang preferensi konsumen domba terhadap domba tipe bibit. Hal ini agar upaya peningkatan mutu domba di Kabupaten Cianjur oleh pemerintah daerah serta berbagai pihak yang terkait dapat semakin optimal.
Ucapan Terimakasih Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Pembimbing utama Ir. Sondi Kuswaryan, MS. dan pembimbing anggota Ir. Sri Rahayu, MS. yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis sejak awal penyusunan artikel ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Adin Rahman Hakim dan Ibu Iis S.Pd., M.Pd. yang telah melahirkan dan membesarkan penulis dengan segala pengorbanannya, juga atas dukungan moril dan materil yang penulis peroleh, terutama selama melaksanakan penelitian.
14
Atribut yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Domba ………………..... Andry Ramdani Daftar Pustaka Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan. 2013. Buku Statistik Peternakan Perikanan dan Kelautan, hal: 10;12. Pemerintah Kabupaten Cianjur. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2013. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2013, hal: 59. Jakarta: Kementrian Pertanian RI. Igd, S. dan KD. A. Wiyana. 2012. Aplikasi Rumus Penaksiran Bobot Badan Ternak Berdasarkan Ukuran Dimensi Tubuh pada Kelompok Peternak Sapi Potong di Desa Daun Yeh Cani Abian Semal Badug. Jurnal Udayana Mengabdi 10 (1): 46 - 50 ISSN: 1412-0925. 1. Mowen, J. dan M. Minor. 2002. Perilaku Konsumen (jilid I) edisi kelima, hal: 310-312. Terjemahan Lina Salim. Jakarta: Erlangga. Paturochman, M. 2012. Penentuan Jumlah dan Teknik Pengambilan Sampel, hal 129. Bandung: Unpad Press. Putong, I. 2005. Teori Ekonomi Mikro, hal: 36. Jakarta: Mitra Wacana Media. Santoso, U., S. Nurachma., dan A. Sarwestri. 2012. Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Journals unpad Vol (1) No.1: 1-5. 1-2. Setiadi, B., D.Priyanto, B.Sudaryanto, dan Subandriyo. 1994. Pendugaan bobot badan melalui pengukuran beberapa ukuran tubuh pada domba persilangan domba ekor gemuk dengan pejantan merino, Proseding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Buku 2. Balitnak. 457-461. Simamora, B. 2004. Panduan Riset Prilaku Konsumen, hal: 17. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sodiq, A. dan Z. Abidin. 2010. Sukses Menggemukan Domba, hal: 56. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka. Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging, hal: 265. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sugiarto, T. Herlambang, Brastoro, R. Sudjana, dan S. Kelana. 2002. Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehensif, hal: 12;14. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Suharto dan Z. Layla. 2005. Perbandingan Karkas Jantan dan Betina pada Umur Potong 7 bulan di Pemotongan Tradisional. Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian, Balitnak Bogor.131-134. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, bab IV pasal 18, bab XIII pasal 86, hal: 16;52. Wiliamson, G. dan W.J.A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di daerah Tropis, hal: 570;572. Terjemahan SGN Djiwa Darmadja. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
15