ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA IBU “S” DI DUSUN SUMBER BENTONG DESA KARANG CEMPAKA DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI
DISUSUN OLEH : HENDRIYANTO 703. 6. 3. 0065
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP
2014
LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA IBU “S” DI DUSUN SUMBER BENTONG DESA KARANG CEMPAKA DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI
Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Laporan Praktik Stase Keperawatan Keluarga dan Komunitas di Desa Karang Cempaka Tanggal 3 September – 11 Oktober 2014
Mahasiswa
HENDRIYANTO 703. 6. 3. 0065
Mengetahui Pembimbing Institusi
Penanggung Jawab Mata Kulia Keperawatan Keluarga dan Komunitas
DIAN IKA PUSPITA SARI , S.Kep. Ns
MUJIB HANNAN, S.KM. S.Kep. M.Kes.
2
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH HIPERTENSI
A. KELUARGA 1. Pengertian Keluarga Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama melalui ikatan perkawinan dan kedekatan emosi yang masingmasing mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga (Ekasari, 2000). Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini, 2004) mengemukakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial setiap anggota. Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta mempertahankan budaya. Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan darah, hidup dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang saling ketergantungan untuk
menciptakan
atau
mempertahankan
budaya,
meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam rangka mencapai tujuan bersama. 2. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985 dan Friedman 1998, ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu : a. Tahap I : Keluarga Pemula Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah membangun perkawinan
1
yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan keluarga berencana. b. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30 bulan) Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masingmasing pasangan. c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun) Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi kebutuhan
anggota
keluarga,
mensosialisasikan
anak,
mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak. d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun) Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan
dengan
teman
sebaya,
mempertahankan
hubungan
perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah. e. Tahap V
: Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi
2
secara terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan
kebebasan
dalam
batasan
tanggung
jawab,
mempertahankan komunikasi terbuka dua arah. f. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah) Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan tugas perkembangan keluarga antara lain : memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat dari hasil pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbaharui dan menyelesaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami dan istri. g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan) Tahap
keluarga
pertengahan
dimulai
ketika
anak
terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini juga dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas perkembangannya adalah menyediakan lingkungan
yang sehat, mempertahankan
hubungan yang memuaskan dan penuh arah dengan lansia dan anakanak, memperoleh hubungna perkawinan yang kokoh. h. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun terutama berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas perkembangan keluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan dan mempertahankan ikatan keluarga antara generasi. 3. Tipe Keluarga Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga, yaitu :
3
a. Keluarga Tradisional 1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama. 2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau ditinggalkan. 3) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka. 4) Bujang dewasa yang tinggal sendiri 5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja. 6) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis. b. Keluarga non tradisional 1. Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anaknya). 2. Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak 3. Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah 4. Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan
monogamy
dengan
anak-anak,
secara
bersama
menggunakan fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman yang sama. Menurut Allender dan Spradley (2001) a.
Keluarga tradisional 1) Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak kandung atau anak angkat
4
2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman, dan bibi 3) Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak 4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian. 5) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang dewasa saja 6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut. b.
Keluarga non tradisional 1) Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah 2) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah 3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu rumah tangga Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan
Darmawan (2005) a. Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti. b. Keluarga
berkomposisi
yaitu
keluarga
yang
perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama-sama. c. Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan
4. Fungsi Keluarga Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya :
5
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan Darmawan (2005), yaitu: a. Fungsi afektif Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan kepribadian anggota keluarga. b. Fungsi sosialisasi Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya anak. c. Fungsi perawatan kesehatan Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga. d. Fungsi ekonomi Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya keluarga. e. Fungsi biologis Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya. f. Fungsi psikologis Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.
6
g. Fungsi pendidikan Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya. 5. Tugas Keluarga Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II bila ditemui data malaadapti pada keluarga. Lima tugas keluarga yang diaksud adalah: a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga. b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana
masalah
dirasakan
keluarga,
bagaimana
keluarga
menanggapi masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sifat negative dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan keputusan yag dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit. c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit. d. Ketidakmampuan
keluarga
memodifikasi
lingkungan
seperti
pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata
7
lingkungan dalam dan lingkungan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga. e. Ketidakmampuan
keluarga
memanfaatkan
fasilitas
pelayanan
kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.
B. Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi berasal dari dua kata yaitu hiper yang berarti tinggi dan tensi yang artinya tekanan darah. Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008). Hipertensi adalah tekanan darah sistolik sama dengan atau lebih dari 140mmHg dan tekanan diastolik sama dengan atau lebih dari 90mmHg (WHO, 1999). Pada populasi manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Mansjoer Arief, 1999). 2. Etiologi Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: hipertensi esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder. a. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas susunan saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca interseluler, dan faktor-faktor yang risiko seperti obesitas, alkohol, merokok. b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal,
8
hipertensi aldosteronisme primer, dan sindrom chusing, feokromositoma, koarkfasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lainlain. (Mansjoer, Arif dkk, 2001) 3. Penyebab Tekanan sistolik dan diastolik dapat bervariasi pada tingkat individu. Namun disepakati bahwa hasil pengukuran tekanan darah yang lebih besar dari 140/90 mmHg adalah hipertensi (WHO, 1999 dan JNC, 2007). Tabel pengklasifikasian hipertensi dapat dilihat dibawah ini : Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO Kategori Sistol (mmHg)
Diastol (mmHg)
Optimal
< 120
< 80
Normal
< 130
< 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan)
140-159
90-99
Sub grup : perbatasan
140-149
90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang)
160-179
100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat)
≥ 180
≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi
≥ 140
< 90
140-149
< 90
Sub grup : perbatasan
Tabel 2 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC7 (Joint National Committee 7)
Kategori
Sistol (mmHg)
Dan/atau
Diastole (mmHg)
<120
Dan
<80
Pre hipertensi
120-139
Atau
80-89
Hipertensi tahap 1
140-159
Atau
90-99
Hipertensi tahap 2
≥ 160
Atau
≥ 100
Normal
4. Tanda dan Gejala a. Gelisah b. Nadi Cepat c. Sukar Tidur d. Sesak Nafas
9
e. Sakit Kepala f. Lemah dan Lelah g. Rasa Pegal di bahu h. Jantung berdebar-debar i. Pandangan menjadi kabur j. Mata berkunang-kunang
5. Faktor Resiko Hipertensi
Faktor yang dapat dikendalikan atau dimodifikasi a. Keturunan/ genetik b. Usia c. Jenis kelamin d. Ras/ etnis e. Tipe Kepribadian
Faktor yang dapat dikendalikan atau dimodifikasi a. Makan berlebihan b. Obesitas c. Tidak berolahraga d. Merokok e. Minum alkohol
6. Bahaya Hipertensi Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, naik secara langsung maupun secara tidak langsung. Kerusakan organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah: a. Penyakit ginjal kronis b. Jantung -
Hipertrofi ventrikel kiri
-
Angina atau infark miokardium
-
Gagal jantung
c. Otak -
Strok
-
Transient Ischemic Attack (TIA)
10
d. Penyakit arteri perifer e. Retinopati Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organorgan tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor ATI angiotensin II, stress oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide synthase, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β) (Yogiantoro, 2006). Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, naik secara langsung maupun secara tidak langsung. Kerusakan organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah: f. Penyakit ginjal kronis g. Jantung -
Hipertrofi ventrikel kiri
-
Angina atau infark miokardium
-
Gagal jantung
h. Otak -
Strok
-
Transient Ischemic Attack (TIA)
i. Penyakit arteri perifer j. Retinopati Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organorgan tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor ATI angiotensin II, stress oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide synthase, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya
11
kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β) (Yogiantoro, 2006). 7. Cara Pencegahan Pencegahan Hipertensi dapat dilakukan sendiri dengan : a.
Hindari Obesitas
b.
Hindari merokok
c.
Usahakan pikiran selalu tenang dan santai
d.
Berolahraga secara teratur
e.
Sering memakan buah-buahandansayuran
f.
Kurangi minuman yang mengandung kafein (Kopi)
g.
Hindari minuman beralkohol
h.
Kurangi makanan yang banyak mengandung garam (Asin)
i.
Rutin Kontrol ke tenaga kesehatan terdekat jika memang mempunyai riwayat hipertensi
C. ASUHAN KEPERAWATAN Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistimatis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga,melaksanakan asuhan keperawatan ,serta implementasi keperawatan terhadap keluarga sesuai rencana yang telah direncanakan /dibuat serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan . 1. Pengkajian a.
Penjajakan pertama Tujuan penjajakan tahap pertama adalah untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh keluarga. 1) Pengumpulan data Merupakan informasi yang diperlukan untuk mengukur masalah kesehatan
,status
kesehatan,
kesanggupan
keluarga
dalam
memberikan perawatan pada anggota keluarga . a) Struktur dan sifat anggota keluarga (1) Anggota –anggota keluarga dan hubungan dengan kepala keluarga.
12
(2) Data demografi
: umur,jenis kelamin, kedudukan dalam
keluarga. (3) Tempat tinggal masing-masing anggota keluarga, (4) Macam struktur anggota keluarga apakah matrikat,patrikat berkumpul atau menyebar. (5) Anggota keluarga yang menonjol dalam pengambilan keputusan. (6) Hubungan dengan anggota keluarga termasuk dalam perselisihan yang nyata ataupun tidak nyata. (7) Kegiatan dalam hidup sehari-hari,kebiasaan tidur,kebiasaan makan dan penggunaan waktu senggang b) Faktor sosial budaya dan ekonomi (1) Pekerjaan (2) Penghasilan (3) Kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan primer (4) Jam kerja ayah dan ibu (5) Siapa yng menentukan keuangan dan penggunaannya c) Faktor lingkungan (1) Perumahan (a) Luas rumah (b) Pengaturan dalam rumah (c) Persediaan sumber air (d) Adanya bahan kecelakaan (e) Pembuangan sampah (2) Macam lingkungan / daerah rumah (3) Fasilitas social dan lingkungan (4) Fasilitas transportasi dan kesehatan d) Riwayat kesehatan (1) Riwayat kesehatan dari tiap anggota keluarga (2) Upaya pencegahan terhadap penyakit (3) Sumber pelayanan kesehatan (4) Perasepsi keluarga terhadap peran pelayanan dari petugas
13
kesehatan. (5) Pengalaman yang lalu dari petugas kesehatan. e) Cara pengumpulan data i.
Oservasi langsung
: dapat mengetahui keadaan
secara
langsung. 1. Keadaan fisik dari tiap anggota keluarga. 2. Komunikasi dari tiap anggota keluarga 3. Peran dari tiap anggota keluarga 4. Keadaan rumah dan lingkungan ii.
Wawancara Dapat mengetahui hal-hal : 1. Aspek fisik 2. Aspek mental 3. Sosial budaya 4. Ekonomi 5. Kebiasaan 6. Lingkungan
iii.
Studi dokumentasi antara lain 1. Perkembangan kesehatan anak 2. Kartu keluarga 3. Catatan kesehatan lainnya
iv.
Dilakukan
terhadap angota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan dan keperawatan antara lain : 1. Tanda-tanda penyakit 2. Kelainan organ tubuh 2. Analisa data Analisa data bertujuan untuk mengetahui masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga. Dalam menganalisis data dapat menggunakan Typologi masalah dalam family healt care. Permasalahan dapat dikategorikan sebagai berikut : a) Ancaman kesehatan adalah : keadaan yang dapat memungkinkan terjadinya penyakit,kecelakaan atau kegagalan dalam mencapai potensi
14
kesehatan. Contoh : (1) Riwayat penyakit keturunan dari keluarga seperti hipertensi (2) Masalah nutrisi terutama dalam pengaturan diet b) Kurang atau tidak sehat adalah : kegagalan dalam memantapkan kesehatan.
Contoh: (1) Adakah didalam keluarga yang menderita penyakit hipertensi (2) Siapakah yang menderita penyakit hipertensi c) Krisis adalah : saat- saat keadaan menuntut terlampau banyak dari indivdu atau keluarga dalam hal penyesuaian maupun sumber daya mereka. Contoh : Adakah anggota keluarga yang meninggal akibat hipertensi. 3.
Penentuan prioritas masalah Didalam
menentukan
prioritas
masalah
kesehatan
keluarga
menggunakan sistim scoring berdasarkan tipologi masalah dengan pedoman sebagai berikut No Kriteria 1 Sifat Masalah - Aktual - Resiko - Potensial/ weliness 2
3
4
Kemungkinan Masalah dapat diubah - Mudah - Sebagian - Tidak dapat Potensial Masalah untuk dicegah - Tinggi - Cukup - Rendah Menonjolnya Masalah - Segera
Skala
Bobot 1
Skoring
Rasional
3 2 1 2 2 1 0 1 3 2 1 1 2
15
- Tidak perlu segera - Tidak dirasakan
1 0
Total Skoring : 1. Tentukan skor untuk tiap criteria 2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot
3. Jumlahkanlah skor
untuk semua criteria ,skor tertinggi
5
sama
keluarga
dapat
dengan seluruh bobot
b. Penjajakan pada tahap kedua Tahap
ini
menggambarkan
sampai
dimana
melaksanakan tugas-tugas kesehatan yang berhubungan dengan ancaman kesehatan,kurang /tidak sehat dan krisis yamg dialami oleh keluarga yang didapat pada penjajakan tahap pertama. Pada tahap kedua menggambarkan ketidak mampuan keluarga untuk melaklasanakan tugas-tugas kesehatan serta cara pemecahan masalah yang dihadapi . Karena ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan keperawatan,maka dapat dirumuskan diagnosa keperawatan secara umum pada keluarga yang menderita penyakit hipertensi antara lain : 1) Ketidak
sanggupan
keluarga
mengenal
masalah
hipertensi berhubungan dengan ketidaktahuan tentang
penyakit gejala
hipertensi 2) Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan dalam melaksanakan tindakan yang tepat untuk segera berobat kesarana kesehatan bila terkena hipertensi berhubungan dengan kurang pengetahuan klien/keluarga tentang manfaat berobat kesarana kesehatan 3) Ketidak mampuan merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
16
hipertensi ,cara perawatan dan sifat penykit hipertensi . 4) Keitdaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan keluarga berhubungan dengan tadak dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan serta kitidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit hipertensi. 5) Ketidakmampuan menggunakan sumber yang ada di masyarakat guna memelihara kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tersedianya fasilitas kesehatan seperti JPS.,dana sehat dan tidak memahami manfaatnya. Adapun diagnosa keperawatan yang berhubungan pengaturan diet pada klien hipertensi adalah : 1) Ketidaktahuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab terjadinya hipertensi adalah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara pengaturaan diet yang benar. 2) Ketidak sanggupan keluarga memilih tindakan yang tepat dalam pengaturan diet bagi penderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara pengaturan diet yang benar. 3) Ketidakmampuan untuk penyediaan diet khusus bagi klien hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pengolahan makanan dalam jumlah yang tepat. 4) Ketidakmampuan meenyediakan makanan rendah garam bagi penderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam 5) Ketidaktahuan menggunakan manfaat tanaman obat keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahan tentang manfaat tanaman obat tersebut. 4. Perencanaan Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan keperawatan yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi (Nasrul Effendi,1998 : 54 )
17
Rencana tindakan dari masing –masing diagnosa keperawatan khusus diet pada klien hipertensi adalah : a.
Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab terjadinya hipertensi berhubungan dengan
kurangnya
pengetahuan tentang cara pengaturan diet yang benar. 1) Tujuan Keluarga mampu mengenal cara pengaturan diet bagi anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi. 2) Kriteria hasil a) Keluarga mampu menyebutkan secara sederhana batas pengaturan diet bagi anggota kelurga yng menderita hipertensi. b) Keluarga dapat memahami danmampu mengambil tindakan sesuai anjuran. 3) Rencana tindakan a) Beri penjelasan kepada keluarga cara pengaturan diet yang benar bagi penderita hipertensi. b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga ,bagaiman caranya menyediakan makan-makanan rendah garam bagi penderita hipertensi . 4)
Rasional a) Dengan
diberikan
penjelasan
diharapkan
keluarga
menimbulkan peresepsi yang negatip sehingga dapat dijadikan motivasi untuk mengenal masalah khususnya nutrisi untuk klieh hiperetensi b) Dengan diberikan penjelasan keluarga mampu menyajikan makanan yang rendah garam. b. Ketidakmampuan dalam mengambil keputusan untuk mengatur diet terhadap anggota keluarga yang menderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang manfaat dari pengaturan diet 1) Tujuan
18
Keluarga dapat memahami tentang manfaat pengaturan diet untuk klien hipertensi 2) Kriteria hasil a) Keluarga mampu menjelaskan tentang manfaat pengaturan diet bagi klien hiperetensi b) Keluarga dapat menyediakan makanan khusus untuk klien hipertensi 3) Rencana tindakan a. Beri penjelasan kepada keluarga tentang manfaat pengaturan diet untuk klien hipertensi. b. Beri penjelasan kepada keluarga jenis untuk klien hipertensi. 4) Rasionalisasi a) Dengan
diberi
penjelasan diharapkan
keluarga
mampu
melaksanakan cara pengaturan diet untuk klien hipertensi b) Keluarga
diharapkan
mengetahui jenis
makanan untuk
penderita hipertensi. c. Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus bagi penderita hipertensi berhubungan kurangnya pengetahuan tentang cara pengolahan makanan dalam jumlah yang benar . 1) Tujuan Keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita hipertensi. 2) Kriteria hasil a) Kilen dan keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita hipertensi. b) Keluarga mampu menyajikan makanan dalam jumlah yang tepat bagi klien hipertensi. 3) Rencana tindakan a) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga cara pengolahan makanan untuki klien hipertensi. b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jumlah makanan yang dikonsumsi oleh klien hipertensi.
19
c) Beri contoh sederhana kepada klien dan keluarga untuk memnbuat makanan dengan jumlah yang tepat. 4) Rasionalisasi. a) Dengan diberikan penjelasan diharapkanklien dan keluarga dapat cara pengolahan makanan untuk klien hipertensi. b) Diharapkan klien dapat mengkonsumsi makanan sesuai yang dianjurkan. c) Dengan diberikan contoh sederhana caara membuat makanan dalam jumlah yang tepat kilen dan keluarga mampu menjalankan /melaksanakaannya sendiri. d. Ketidakmampuan menyediakan makanan rendah garam bagi penderita hipertensi berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam. 1) Tujuan Seluruh
anggota
keluarga
membiasakan
diri
setiap
hari
mengkonsumsi makanan yang rendah garam. 2) Kriteria Hasil a) Klien dan keluarga dapat menjelaskan manfaat makanan yang rendah garam b) Klien dan keluarga dapat menjelaskan jenis makanan yang banyak mengandung garam. c) Klien dan keluarga mau berubah kebiasaan dari mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam. 3) Rencana Tindakan a) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga tentang pengaruh garan terhadap klien hipertensi. b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jenis makana yang banyak mengandung garam. c) Beri motivasi kepada klien dan keluarga bahwamereka mampu untuk merubah kebiasaan yang kurang baik tersebut yang didasari padea niat dan keinginan untuk merubah.
20
4) Rasional a) Diharapkan klien dan keluarga memahami dan mengerti tentang pengaruh garam terhadap klien hipertensi b) Diharapkan klien dan keluarga dapat menghindari makanan yang banyak mengandung garam. c) Dengan diberi motivasi diharapkan klien dan kelarga mau merubah sikapnya dari yang tidak sehat menjadi sehat e. Ketidakmampuan menggunakan sumber pemanfaatan tanaman obat keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan guna dari tanaman obat keluarga. 1) Tujuan Diharapkan klien dan keluarga mampu memanfaatkan sumber tanaman obat keluarga. 2) Kriteria hasil Klien dan keluarga dapat menyebutkan tanaman obat yang dapat membantu untuk pengobatan hipertensi 3) Rencana tindakan a) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga manfaat Toga. b) Beri penjelasan kepada klien keluarga macam dan jenis tumbuhan /tanaman yang dapat membantu menurunkan tekanan darah c) Anjurkan kepada kepada klien dan keluarga agar berusaha memiliki tanaman obat keluarga . 4) Rasional a) Agar klien dan keluarga dapat memahami manfaat Toga. b) Klien dan keluarga dapat mengetahui jenis tanaman yang dapat menurunkan tekanan darah. c) Dengan memiliki Toga sendiri klien dapat mengkonsumsi tanaman obat tersebut kapan saja diperlukan. 5) Pelaksanaan Pelaksanaan asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang menderita hipertensi sesuai rencana yang telah disusun.
21
Pada peleksanaan asuhan keperawatan keluarga dapat dilaksanakan antara lain : a) Deteksi dini kasus baru. b) Kerja sama lintas program dan lontas sektoral c) Melakukan rujukan d) Bimbingan dan penyuluhan. ( Pedoman Kerja Puskesmas, 1992 :6) 5. Evaluasi Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai (out put ) dan penilaian selalu berkaitan dengan tujuan.Evaluasi juga dapat meliputi penilaian input dan porses. Evaluasi sebagai suatu proses yang dipusatkan pada beberapa dimensi ; a) Bila evaluasi dipusatkan pada tujuan kita memperhatikan hasil dari tindakan keperawatan. b) Bila evaluasi digunakan pada ketepatgunaan (effisiensi ),maka dimensinya dapat dikaitkaan dengan biaya.,waktu,tenaga dan bahan. c) Kecocokan (Apprioriatenes ) dari tindakan keperawatan adalah kesanggupan dari tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah. d) Kecukupan (Adecuacy) dari tindakan keperawatan (Family Healt
22
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA, Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford: Oxford University Press Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,
23