ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGI DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK IBI SURABAYA SURABAYA
OLEH : YALIS SURYA RAHMA DHANIF NIM.011413243027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015
i
LEMBAR PENGESAHAN Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan
pada ibu nifas fisiologi di RSIA IBI
Surabaya Nama : Yalis Surya Rahma Dhanif NIM
: 011413243027
disahkan oleh pembimbing klinik dan pembimbing akademik pada hari
:
tanggal:
Mahasiswa,
Yalis Surya Rahma Dhanif NIM. 011413243027
Mengetahui, Pembimbing Akademik
Pembimbing Klinik RSIA IBI Surabaya
Pembimbing Klinik Program Studi S1 Pend. Bidan RSIA IBI Surabaya FK UNAIR Surabaya Hj. Sri Redjeki, SST
Euvanggelia D.F, S.Keb,Bd Hj. Sri Redjeki, SST
ii
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan segala puji syukur kepada Tuhan YME atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Fisiologis di Rumah Sakit Ibu dan Anak IBI Surabaya. Dalam menyelesaikan laporan kasus ini penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, dan untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1.
dr. Marsianto, Sp.OG selaku direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak IBI Surabaya yang telah memberikan ijin tempat praktek bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
2.
Ibu Hj. Sri Redjeki, SST selaku pembimbing klinik di Rumah Sakit Ibu dan Anak IBI Surabaya yang telah membimbing dan memberikan nasihat kepada mahasiswa Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
3.
Prof. Dr. Agung Pranoto, dr., M.Kes., Sp.PD., KEMD, FINASIM selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang telah mengijinkan terlaksananya praktik bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
4.
dr. Baksono W, Sp.OG(K) selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang telah mengupayakan terlaksananya praktek bagi mahasiswa berkaitan dengan asuhan kebidanan.
5.
Ibu Euvanggelia D.F, S.Keb,Bd selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan kepada mahasiswa Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
6.
Para Dosen dan staff Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
7.
Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan asuhan kebidanan ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan asuhan
kebidanan ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan asuhan kebidanan ini. iii
Surabaya, Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul..........................................................................Error! Bookmark not defined. Lembar Pengesahan...................................................................................................................ii KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................5 1.1 Latar Belakang.................................................................................................................5 1.2 Tujuan Penulisan..............................................................................................................5 1.2.1
Tujuan Umum......................................................................................................5
1.2.2
Tujuan Khusus......................................................................................................5
1.3 Sistematika Penulisan......................................................................................................6 BAB 2 LANDASAN TEORI.....................................................................................................7 2.1 Konsep Dasar Masa Nifas...............................................................................................7 2.1.1
Pengertian Masa Nifas.........................................................................................7
2.1.2
Perubahan Fisiologis Masa Nifas.........................................................................7
2.1.3
Kebutuhan Ibu Masa Nifas.................................................................................13
2.1.4
Prinsip dan Tujuan Asuhan Masa Nifas.............................................................17
2.1.5
Tanda-tanda Bahaya pada Masa Nifas...............................................................20
2.2
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas...............................................24
BAB 3 TINJAUAN KASUS....................................................Error! Bookmark not defined. BAB 4 PEMBAHASAN..........................................................................................................34 BAB 5 PENUTUP....................................................................................................................36 5.1 SIMPULAN...................................................................................................................36 5.2.SARAN..........................................................................................................................36 DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................37
iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode nifas dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung kira-kira 6 minggu. Dalam menjalani tahapan ini ibu membutuhkan dukungan dan perhatian yang berkelanjutan dari tenaga profesional seperti bidan. Bidan berperan dalam memfasilitasi ibu untuk melewati dan menjalani keadaan dirinya yang berubah pada masa nifas ini. Masa nifas disebut masa kritis karena masih banyak resiko komplikasi yang mungkin terjadi yang berhubungan dengan tahap perubahan baik fisik maupun psikologis yang terjadi pada ibu setelah melahirkan Diperkirakan sekitar 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan sekitar 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Selain resiko dari kematian, ibu juga mengalami perubahan peran menjadi seorang ibu yang secara psikologis merupakan perubahan yang dramatis. Dalam konteks asuhan yang berkelanjutan, bidan dapat memberikan asuhan selama masa nifas. Pada dua jam pertama masa ini bidan harus tetap memantau keadaan ibu dan bayi karena sangat rentan terjadi komplikasi. Selain itu asuhan berkelanjutan ini juga diwujudkan dengan melakukan kunjungan rumah pada masa nifas sesuai dengan
standar. Pada
praktiknya, bidan memerlukan kontrak waktu dengan klien untuk penjadwalan kunjungan, mempersiapkan sarana dan prasarana untuk
kunjungan, memfokuskan asuhannya dan
melibatkan keluarga dalam pelaksanaan asuhan ini. Dengan demikian bidan dapat mendeteksi dan menangani kasus pada ibu. 1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1
Tujuan Umum Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas secara fisiologis mendokumentasikannya dalam bentuk SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus 1.
Mahasiswa mampu menjelaskan teori tentang nifas fisiologis
2.
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis 5
3.
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis
4.
Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis
5.
Mahasiswa mampu melakukan pembahasan kasus disesuaikan dengan teori pada ibu nifas fisiologis
1.3 Manfaat 1.3.1 Bagi Instansi Dapat digunakan sebagai bahan acuan pembelajaran dan kepustakaan bagi mahasiswa kesehatan 1.3.2 Bagi Mahasiswa Dapat digunakan untuk mengaplikasikan kemampuan memberikan asuhan kebidanan kepada pasien 1.3.3 Bagi Tenaga Kesehatan Dapat digunakan sebagai referensi untuk meningkatkan pengetahuan 1.4 Pelaksanaan Asuhan kebidanan ini disusun berdasarkan pada profesi bidan yang dilakukan di RSIA IBI Surabaya pada tanggal 16 Maret 2015 – 4 April 2015
6
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 2.1.1
KONSEP DASAR MASA NIFAS Pengertian Masa Nifas Berikut beberapa pengertian masa nifas menurut berbagai sumber : 1. Masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya placenta sampai enam minggu berikutnya (Hendry,2009). 2. Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Saifuddin, 2008). Puerperium dapat dibagi menjadi : Periode pasca persalinan : 24 jam pasca persalinan. Periode puerperium dini : minggu pertama pasca persalinan. Periode puerperium lanjut : sampai 6 minggu pasca persalinan. 3. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald, 1995:281).
2.1.2
Perubahan Fisiologis Masa Nifas 1. Perubahan Fisik Masa Nifas 1) Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital a. Keadaan Umum Segera setelah melahirkan, umumnya ibu merasa sangat lelah, terlebih bila partus berlangsung lama. Sebenarnya nifas fisiologis tidak sakit, tetapi membutuhkan waktu untuk mengembalikan keadaan umumnya yang mengalami perubahan pada waktu hamil, persalinan hingga kembali pada keadaan semula. b. Suhu Tubuh Dalam 24 jam pertama setelah melahirkan, suhu tubuh mungkin meningkat sedikit (38°C) sebagai respon terhadap stress persalinan, terutama dehidrasi. Fluktuasi suhu ini biasanya transien, peningkatan suhu yang menetap mungkin menandakan infeksi (Coad, Jane. 2006). c. Denyut Nadi Denyut nadi normal berkisar antara 60-80x/menit, maksimal 100x/menit, segera setelah post partum terjadi bradikardi. Denyut nadi post partum 7
umumnya lebih labil dari pada suhu. Kecuali bila persalinan berlangsung lama dan sulit sehingga terjadi perdarahan maka hal tersebut bisa mengakibatkan takikardi. Bradikardi post partum pada hari ke 6-10 dengan frekuensi denyutan 40-70x/menit adalah perubahan normal. d. Tekanan Darah Tekanan darah selama post partum biasanya normal, bila selama kehamilan tekanan darah ibu normal maka setelah persalinan maksimal systole 140 mmHg, diastole 90 mmHg. e. Pernafasan Penurunan konsentrasi progesterone
setelah
pengeluaran
plasenta
memulihkan sensitivitas tubuh terhadap karbon dioksida sehingga tekanan parsial karbon dioksida kembali ke kadar prahamil. Diafragma dapat meningkatkan jarak geraknya setelah uterus tidak lagi menekannya sehingga ventilasi lobus-lobus basal paru dapat berlangsung penuh. Compliance dinding dada, volume alun napas, dan kecepatan pernapasan kembali ke normal dalam 1-3 minggu (Coad, Jane. 2006). f. Berat Badan Segera setelah melahirkan, ibu akan kehilangan berat badan sekitar 5 kg disebabkan karena keluarnya bayi, plasenta dan air ketuban. Pada minggu pertama post partum ibu akan kehilangan berat badan sebesar 2 kg akibat kehilangan cairan. 2) Perubahan Sistem Reproduksi a. Involusi Uteri dan Tempat Plasenta Involusi uterus adalah proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi lahir sehingga mencapai keadaan sebelum hamil. Involusi terjadi karena autolysis yaitu aktifitas otot-otot dan ischemia dimana protein dinding rahim dipecah, diabsorbsi kemudian dibuang melalui urine. Sedangkan involusi tempat plasenta disebabkan oleh eksfoliasi, yaitu lepasnya bagian nekrotik yang mengalami infark diikuti oleh epitelisasi yang memerlukan waktu 3 minggu. Berat uterus sesudah bayi lahir 1000 gr, sesudah plasenta lahir 750 gr, 1 minggu kemudian 500 gr, 2 minggu post partum 350 gr, 6 minggu post partum 50 gr, dan akan normal kembali (30 gr) pada 8 minggu post partum. Bagian bekas implantasi plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut, dengan diameter + 7,5 cm, sering dianggap
8
sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4 mm. b. Tinggi Fundus Uteri dan Konsistensi Uterus Akibat dari proses involusi akan menyebabkan penurunan fundus uteri sampai pada keadaan sebelum hamil. Oleh sebab itu dalam pengawasan involusi dilakukan pengukuran TFU dan kontraksi uterus. - Hari ke-1 post partum : TFU setinggi pusat. - Hari ke-2 post partum : TFU 1-2 jari dibawah pusat. - Hari ke-3 post partum : TFU pertengahan antara pusat dan sympisis. - Hari ke-7 post partum : TFU kira-kira 1 jari di atas sympisis. - Hari ke-10 post partum : TFU tidak teraba. c. Lochia Lochia adalah sekret luka yang berasal dari luka dalam rahim terutama luka plasenta dan keluar melalui vagina. Lochia dibedakan berdasarkan penyembuhan luka, yaitu : - Lochia Rubra : berwarna merah seperti haid, pengeluaran segera setelah -
persalinan sampai 2 hari post partum, jumlah semakin sedikit. Lochia Sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir,
-
pengeluaran pada hari ke 3-7 post partum. Lochia Serosa : berwarna kuning kecoklatan atau serum, pengeluaran
-
pada hari ke 7-14 post partum. Lochia Alba : Berupa cairan putih kekuning-kuningan, pengeluaran setelah 2 minggu post partum. Bila lochea tetap berwarna merah setelah 2 minggu post partum kemungkinan ada sisa plasenta yang tertinggal atau selaput ketuban yang tertinggal.
d. After Pain After pain adalah rasa sakit atau mules-mules yang disebabkan karena kontraksi rahim, berlangsung 2-4 hari. Mules-mules ini dirasakan pada saat menyusui. Pada primipara afterpain kurang terasa karena uterus berkontraksi secara tonik, kecuali ada benda asing (bekuan darah, sisa plasenta) baru terjadi kontraksi hipertonik. Sedangkan pada multipara lebih terasa karena uterus sering berkontraksi kuat sehingga timbul rasa nyeri. 3)
Laktasi atau pengeluaran ASI a. Kolostrum dan Pengeluaran Glandula mammae sudah mengeluarkan kolostrum pada bulan ke-3 kehamilan. Kolostrum akan diproduksi terus sampai 2-3 hari post partum. 9
Antibodi telah dibuktikan ada didalam kolostrum, oleh sebab itu kolostrum sebanyak mungkin disusukan pada bayi. b. Air Susu Ibu dan Pengeluarannya ASI disebut juga suatu bentuk matur dari kolostrum selama 5 hari post partum. Setelah persalinan pengaruh estrogen dan progesterone menghilang, maka timbullah pengaruh LH merangsang produksi air susu disamping pengaruh oksitosin menyebabkan mioepitel kelenjar susu berkontraksi sehingga keluar air susu. ASI diproduksi pada hari ke-3 post partum. Isapan bayi pada putting susu merupakan rangsangan psikis yang secara reflektoris menyebabkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis. Kandungan ASI selain protein, lemak, gula, dan garam adalah zat antibodi. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laktasi Antara lain faktor anatomis atau fisiologis mammae, makanan atau diet ibu, intake cairan, istirahat ibu, isapan bayi, obat-obatan dan psikologis ibu. Produksi ASI bertambah sesuai dengan kebutuhan bayi, pada umumnya kebutuhan ASI bertambah apabila keadaan ibu normal. Mammae keras dan oedema terjadi bila terdapat penumpukan ASI sehingga menimbulkan gangguan sirkulasi darah dan getah bening dan menimbulkan nyeri. 4) Perubahan system tubuh lain a. Perubahan pembuluh darah rahim Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak, sebagian besar pembuluh darah mengalami obliterasi atau menghilang oleh perubahan hialin sehingga pembuluh darah arteri mengecil. b. Perubahan dinding perut dan peritoneum Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. Peritoneum menjadi berlipat-lipat dan keriput. Pemulihannya dapat dibantu dengan latihan. c. Perubahan sistem urinaria Efek trauma persalinan pada kandung kemih dan ureter menghilang dalam 24 jam post partum. Dinding kandung kencing memperlihatkan oedem dan hyperemia. Kadang-kadang oedem dari trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine. Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitive dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih tinggal urine residual. Sisa urine ini dan trauma pada dinding kandung kencing waktu persalinan memudahkan
10
terjadinya infeksi. Hendaknya miksi dapat dilakukan sendiri (spontan) secepatnya pada 6 jam post partum. d. Perubahan gastro intestinal Pada 1-2 jam post partum ibu merasa lapar dan siap untuk menyantap makanan. Konstipasi pada awal masa nifas disebabkan karena tidak adanya input makanan padat selama persalinan. Terjadinya konstipasi tidak boleh melebihi 3 hari post partum. e. Perubahan Sistem hematologis Jumlah haemoglobin, hematokrit, eritrosit sangat bervariasi pada ibu nifas, tergantung pada hidrasi, input cairan dan kehilangan darah selama persalinan serta pengurangan normal dari jumlah volume darah. Tingkat normal komponen darah tercapai pada akhir masa nifas seperti saat sebelum hamil. f. Perubahan pada aktivitas endokrin Isapan bayi merangsang keluarnya oksitosin untuk pengeluaran air susu dan mempercepat involusi. Serta hilangnya pengaruh supresi estrogen dan progesterone dari plasenta mengakibatkan pengeluaran prolaktin yang berpengaruh terhadap produksi ASI.
2. Perubahan Psikologis Masa Nifas 1) Fase honeymoon Terjadi intimasi dan kontak yang lama antara ibu, ayah dan bayi. Hal ini disebut juga psikis honeymoon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantic, masingmasing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru. 2) Bonding and attachment (ikatan kasih) Terjadi pada kala IV dimana diadakan kontak antara ayah-ibu-anak dan tetap dalam ikatan kasih, penting bagi asuhan untuk memikirkan bagaimana agar hal tersebut dapat terlaksana. 3) Fase taking in atau tahap ketergantungan Terjadi pada hari 1-2 post partum, perhatian ibu terutama terhadap dirinya pasif dan tergantung. Ibu tidak menginginkan kontak dengan bayinya bukan berarti tidak memperhatikan. Dalam fase ini yang diperlukan ibu adalah informasi tentang bayinya bukan cara merawat bayi. 4) Fase taking hold Fase ini berlangsung kira-kira 10 hari. Ibu berusaha mandiri dan berinisiatif, perhatian terhadap kemampuan mengatasi tubuhnya, misalnya kelancaran miksi dan defekasi, melakukan aktifitas duduk, jalan, belajar tentang perawatan diri dan bayinya, akan tetapi masih timbul rasa kurang percaya diri sehingga mudah 11
mengatakan tidak mampu melakkan perawatan. Pada saat ini sangat dibutuhkan system pendukung terutama bagi ibu muda atau primipara, karena pada fase ini seiring dengan terjadinya post partum blues. 5) Post partum blues Tingkat estrogen dan progesterone tubuh turun, seringkali emosi yang tinggi menurun dengan cepat setelah kelahiran. Ibu nifas mengalami keletihan setelah persalinan, nyeri perineum, pembengkakan mammae dan after pain sehingga dapat merasa tertekan dan mungkin menangis untuk hal-hal yang tidak mereka pahami. Perasaan ini disebut post partum blues. Gejala ini biasanya Nampak pada 1-2 minngu post partum. 6) Fase Letting Go atau saling ketergantungan Dimulai sekitar minggu 5-6 pasca kelahiran. Tubuh ibu telah sembuh, secara fisik ibumampu menerima tanggung jawab normal dan tidak lagi menerima peran sakit. Kegiatan seksualnya telah dilakukan kembali. 7) Reaksi ibu Terjadi setelah ibu dan ayah mengenali bayinya, yaitu : Reaksi positif, termasuk berbicara pada bayi, memeluk, meneliti dan memberikan tanggapanpositif tentang bayinya. Reaksi ini akan menimbulkan -
kooperatif dalam medapatkan ketrampilan perawatan bayinya. Reaksi negative, termasuk apatis dan kecewa terhadap bayinya. Reaksi ini ibu cenderung malalaikan bayinya disaat mendatang. Reaksi ibu post partum sangat penting dikaji dalam rangka penyesuaian dalam mengatasi masalahnya baik oleh ibu nifas sendiri atau perlu bantuan bidan.
2.1.3 Kebutuhan Ibu Masa Nifas 1. Nutrisi Kebutuhan nutrisi pada masa nifas meningkat 25% yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu nifas sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti susunannya harus seimbang, porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengansung alkohol, nikotin serta bahan pengawet dan pewarna. Menu makanan yang seimbang mengandung unsur-unsur, seperti sumber tenaga, pembangun, 12
pengatur dan pelindung. Untuk kebutuhan cairannya, ibu menyusui harus minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui). 2. Istirahat Istirahat atau tidur sangat diperlukan untuk mengembalikan kelelahan akibat proses persalinan, disamping itu bermanfaat untuk membantu produksi ASI, proses involusi, mengurangi darah yang keluar serta mengurangi depresi. Setelah menghadapi ketegangan dan kelelahan saat melahirkan, usahakan untuk rileks dan istirahat yang cukup, terutama saat bayi sedang tidur. Pasang dan dengarkan lagu-lagu klasik pada saat ibu dan bayi beristirahat untuk menghilangkan rasa tegang dan lelah. Kebutuhan istirahat dan tidur harus lebih diutamakan daripada tugas-tugas rumah tangga yang kurang penting. Jangan sungkan untuk meminta bantuan suami dan keluarga jika ibu merasa lelah. Istirahat juga memberi ibu energi untuk memenuhi kebutuhan makan dan perawatan bayi sering dapat tidak terduga. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal, antara lain: mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus, memperbanyak
perdarahan, bahkan menyebabkan depresi postpartum dan
ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. 3. Aktifitas Mobilisasi sangat bervariasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas atau sembuhnya luka. Jika tidak ada kelainan, lakukan mobilisasi sedini mungkin, yaitu dua jam setelah persalinan normal. ini berguna untuk memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea). Selain itu juga sangat berguna bagi semua system tubuh terutama fungsi usus, kandung kemih, dan paru-paru disamping membantu mencegah thrombosis pada pembuluh darah tungkai dan mengubah perasaan sakit menjadi sehat. 4. Eliminasi Pengeluaran air seni akan meningkat 24-48 jam pertama sampai sekitar hari ke-5 setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena volume darah meningkat pada saat hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan. Oleh karena itu, ibu perlu belajar berkemih secara spontan dan tidak menahan buang air kecil ketika ada rasa sakit pada jahitan. Menahan buang air kecil akan menyebabkan terjadinya bendungan air seni dan gangguan kontraksi rahim sehingga pengeluaran cairan vagina tidak lancar. Sedangkan buang air besar akan sulit karena ketakutan akan rasa sakit, takut jahitan terbuka atau karena adanya haemorroid (wasir). obstipasi pada 3 hari post partum
13
adalah fisiologis. Bila melebihi dapat dibantu dengan mobilisasi dini, mengkonsumsi makanan tinggi serat dan cukup minum. 5. Kebersihan diri Pada masa nifas dianjurkan untuk menjaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik pada luka jahitan maupun kulit seluruh tubuh. a. Pakaian sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya, pakaian agak longgar di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea. b. Kebersihan rambut : Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan lamanya kerontokan berbedabeda antara satu wanita dengan wanita yang lain. Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih setelah beberapa bulan. Cuci rambut dengan conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir yang lembut. Hindari penggunaan pengering rambut. c. Kebersihan kulit : Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering. d. Kebersihan vulva dan sekitarnya - Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali -
buang air kecil atau besar. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut apabila pembalut sudah penuh sehingga perlu diganti. Kain dapat digunakan ulang jika telah
-
dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
-
sesudah membersihkan daerah kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menjaga kebersihan luka 14
.6. Latihan (Senam Nifas) Latihan setelah melahirkan dilakukan untuk memperlancar sirkulasi darah dan mengembalikan otot-otot yang kendur, terutama rahim dan perut yang memuai saat hamil. Latihan untuk ibu primi dapat dilakukan setelah 2 x 24 jam post partum, untuk ibu multi dapat dilakukan setelah 1 x 24 jam post partum. Latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu, seperti: a. Dengan tidur terlentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada: tahan satu hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali. b. Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul (latihan Kegel). c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot, pantat dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali. d. Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. 7. Dukungan Ibu pada masa nifas membutuhkan dukungan emosional dan psikologis dari pasangan dan keluarga mereka, yang bisa memberikan dukungan dengan jalan membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas di rumah agar ibu mempunyai lebih banyak waktu untuk mengasuh bayinya. Cegah timbulnya pertentangan dalam hubungan keluarga yang menimbulkan perasaan kurang menyenangkan dan kurang bahagia. Ibu dalam masa nifas bisa merasa takut, oleh karena itu ia akan memerlukan dukungan dan dorongan dengan perasaan ketidakmampuan serta rasa kehilangan hubungan yang erat dengan suaminya, dan juga tanggung jawab yang terus menerus untuk mengasuh bayi dan lain-lainnya. 8. Perawatan Payudara a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama puting susu. b. Menggunkan BH yang menyokong payudara. c. Apabila puting susu lecet oleskan kollostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Meyusui tetap dilakukan muai dari puting susu yang tidak lecet. d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok. e. Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan: f. Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit.urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau gunkana sisir untuk mengurut payudara dengan arah menuju puting. g. Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak. 15
h. Susukan bayi setiap 2-3 jam atau sesuai kebutuhan bayi. Apabila tidak dapat mengisap seluruh ASI sisanya keluarkan dengan tangan. i. Bersihkan payudara setelah menyusui. 9. Hubungan Seksual Sarankan secara fisik untuk memulai hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, luka jahitan perineum sembuh dan tidak ada rasa tidak nyaman, aman untuk memulai melakukan hubungan seksual kapan saja klien siap, tetapi budaya banyak yang mempunyai tradisi menunda sampai waktu tertentu. 10.Keluarga Berencana (KB) Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Idealnya pasangan menunggu sekurangkurangnya 2 tahun untuk kehamilan berikutnya. Meskipun beberapa metode KB mengandung risiko, akan tetapi menggunakan kontrasepsi lebih aman. Sarankan kapan metode KB itu dapat dimulai, digunakan untuk wanita pasca persalinan dan menyusui. 2.1.4
Prinsip dan Tujuan Asuhan Masa Nifas 1. Prinsip dalam memberikan asuhan masa nifas adalah : a. Menyediakan asuhan fisik yang optimum dan nyaman b. Menyediakan dukungan psikologis c. Mendukung kesejahteraan ibu dengan memastikan mendapatkan nutrisi yang adekuat, istirahat yang cukup dan dapat melakukan aktifitas secara normal d. Mencegah komplikasi yang mungkin timbul e. Mendeteksi secara dini dan melakukan penanganan awal segera pada komplikasi yang muncul serta melakukan rujukan f. Mendukung proses menyusui g. Memberikan edukasi/konseling pada kepada orang tua tentang perawatan bayi dan membangun keluarga baru h. Memberikan asuhan dan tuntunan/guidelines yang diperlukan untuk memastikan bayi tumbuh dan berkembang secara normal i. Menyediakan kunjungan/follow up yang diperlukan dan dukungan dari pelayanan kesehatan bagi ibu dan keluarga yang membutuhkan j. Menyediakan pelayanan KB 16
2. Tujuan dalam memberikan asuhan nifas sendiri adalah: a. Memastikan kondisi kesejahteran fisik, psikologis, emosional dan sosial ibu dan bayi dalam keadaan normal b. Membangun hubungan yang baik antara bidan dengan ibu dan keluarga serta memberikan dukungan c. Membantu membangun hubungan antara ibu dan bayi yang baik serta penerimaan bayi dalam keluarganya d. Meningkatkan rasa percaya diri ibu dan kemampuannya dalam menjalankan peran barunya sebagai ibu e. Membantu mensukseskan program ASI eksklusif, memberikan konseling/edukasi serta menyediakan pelayanan KB f. Deteksi dini komplikasi, melakukan penanganan awal segera pada komplikasi yang muncul serta melakukan rujukan g. Memastikan adanya catatan asuhan yang dapat digunakan untuk menilai kemajuan kondisi ibu dan keberlanjutan asuhan yang diberikan Menurut Novy, 1994 dalam Shannon, 2001 menjelaskan bahwa kunjungan pada masa nifas dapat dilaksanakan sebanyak empat kali, yaitu: Kunjungan I
2
Waktu Tujuan jam 1. Memantau tanda-tanda vital, yang meliputi tekanan
setelah
darah, suhu, nadi. 2. Memantau perdarahan. persalinan 3. Memantau kontraksi uterus dan tingginya fundus 4. 5. 6. 7. II
6-8 setelah
uteri. Memastikan kandung kemih tidak penuh. Pemberian ASI awal. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. Menjaga dan mempertahankan suhu tubuh bayi tetap
hangat dan mencegah hipotermia. jam 1. Mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri. 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan
persalinan
dan rujuk jika perdarahan berlanjut. 3. Memberi konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai cara mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri.. 4. Pemberian ASI awal. 5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. 6. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah 17
hipotermia. 7. Petugas kesehatan yang menolong persalinan harus mendampingi ibu dan bayi baru lahir selama 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi III
6 hari setelah persalinan
dalam keadaan stabil. 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidakada perdarahan abnormal, tidak ada bau. 2. Menilai adanya demam. 3. Memastikan agar ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat. 4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda penyulit. 5. Memberi konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap
IV
hangat, dan perawatan bayi sehari-hari. 2 minggu 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus setelah persalinan
berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidakada perdarahan abnormal, tidak ada bau. 2. Menilai adanya demam. 3. Memastikan agar ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat. 4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda penyulit. 5. Memberi konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap
V
hangat, dan perawatan bayi sehari-hari. 6 minggu 1. Mengkaji tentang kemungkinan penyulit pada ibu. 2. Memberi konseling keluarga berencana (KB) secara setelah dini. persalinan
Menurut ACOG, 1997 kriteria normal pada masa nifas sebagai berikut : 1) Tidak ada demam dengan nadi dan respirasi dalam frekuensi dan kualitas yang normal 2) Tekanan darah dalam rentang normal 3) Jumlah dan warna lochea sesuai dengan proses involusi yang normal 4) Fundus uteri berkontraksi dnegan baik 18
5) Pengeluaran urine yang adekuat 6) Penyembuhan luka operasi maupun lukla perineum dengan edema yang minimal dan tidak ada tanda-tanda infeksi 7) Dapat melakukan ambulasi dini dan tidak ada gangguan mobilisasi 8) Tidak ada temuan fisik dan emisional yang abnormal 9) Tidak ada masalah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi 10) Kunjungan pada masa nifas terencana dengan baik 11) Pendidikan kesehatan tentang self care dan deteksi komplikasi diberikan dengan lengkap 12) Ibu memperlihatkan kesiapan untuk merawat diri dan bayinya 13) Hasil pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan dalam batas normal 14) Adanya dukungan bagi ibu pada masa nifas 2.1.5
Ketidaknyamanan pada Ibu Nifas 1. After pain adalah rasa sakit atau mules-mules yang disebabkan karena kontraksi rahim, berlangsung 2-4 hari. Mules-mules ini dirasakan pada saat menyusui. Hal ini bisa dikurangi dengan mobilisasi dini, masase dan mendapatkan terapi analgesik 2. Ketidaknyamanan akibat masalah dalam pemberian ASI a. Puting susu lecet, dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok. b. Payudara bengkak akibat pembendungan ASI, segera lakukan pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau gunkana sisir untuk mengurut payudara dengan arah menuju puting. Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak. Susukan bayi setiap 2-3 jam atau sesuai kebutuhan bayi. Apabila tidak dapat mengisap seluruh ASI
sisanya keluarkan dengan tangan. Bersihkan payudara setelah menyusui. 4. Keterbatasan aktifitas merupakan salah satu ketidaknyamanan pada ibu nifas. Hal ini bisa diakibatkan karena merasakan kelelahan akibat persalinan. Ibu dengan keadaan seperti ini lebih baik diberi konseling mengenai pentinganya mobilisasi dini. 5. Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur bisa diakibatkan karena bayi sering meminta ASI saat malam hari ini. Solusi yang bisa dilakukan ialah dengan menyempatkan tidur apabila bayi juga tidur setelah minum ASI. 6. Gangguan pola eliminasi diakibatkan karena Ibu sering merasa takut untuk buang air kecil maupun buang air besar. Pada Ibu nifas pengeluaran air seni akan meningkat 2448 jam pertama sampai sekitar hari ke-5 setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena volume darah meningkat pada saat hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan. Oleh karena itu, ibu perlu belajar berkemih secara spontan dan tidak menahan buang 19
air kecil ketika ada rasa sakit pada jahitan. Menahan buang air kecil akan menyebabkan terjadinya bendungan air seni dan gangguan kontraksi rahim sehingga pengeluaran cairan vagina tidak lancar. Sedangkan buang air besar akan sulit karena ketakutan akan rasa sakit, takut jahitan terbuka atau karena adanya haemorroid (wasir). Obstipasi pada 3 hari post partum adalah fisiologis. Bila melebihi dapat dibantu dengan mobilisasi dini, mengkonsumsi makanan tinggi serat dan cukup minum. 2.1.6
Tanda-tanda Bahaya pada Masa Nifas Tanda-tanda bahaya yang sering terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut : 1) Kelelahan dan sulit tidur. Kelelahan dan sulit tidur bisa timbul dari depresi, kekhawatiran berlebih, atau merupakan refleksi dari adanya tanda-tanda bahaya yang lain. 2) Demam. Deman merupakan salah satu tanda infeksi. 3) Nyeri atau terasa panas ketika buang air kecil. Hal ini bisa disebabkan karena adanya infeksi pada traktus urinarius. 4) Sembelit atau haemoroid. Adanya sembelit / haemoroid ini bisa diperparah jika ibu mengalami BAB yang susah / keras. 5) Sakit kepala terus menerus, nyeri, bengkak. Merupakan gejala awal
dari
preeklampsia postpartum. 6) Nyeri abdomen. Bisa karena diastasis muskulus rektus abdominalis yang abnormal karena kehamilan yang overdistensi. 7) Cairan vagina (lokhea) berbau busuk. Hal ini merupakan salah satu tanda infeksi. 8) Sangat sakit saat payudara disentuh, pembengkakan, puting yang pecah-pecah. Hal ini dapat meningkatkan morbiditas ibu serta kesulitan dalam menyusui. 9) Kesulitan dalam menyusui. Hal ini dapat membuat ibu gelisah dan merasakan ketidakmampuan dalam merawat bayi. Jika hal itu terus berlanjut dapat menyebabkan bayi kekurangan nutrisi yang dibutuhkan. 10) Kesedihan dan merasa kurang mampu merawat bayi secara memadai. Dua hal di atas dapat membuat ibu jatuh ke dalam depresi yang tentu saja akan lebih mengganggu perawatan yang optimal terhadap bayi. 11) Rabun senja. Merupakan gangguan mata akibat kekurangan vitamin A, ibu berkurang daya penglihatannya menjelang matahari terbenam (saat senja)
20
12) Tromboflebitis. Gejala-gejalanya adalah rasa sakit yang sangat, merah, lunak, dan/atau pembengkakan pada kaki. 13) Perdarahan vagina yang banyak atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam setengah jam) 14) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama, sangat letih, atau nafas terengah-engah. 2.1.7 Gangguan Psikologis Ibu Post Partum Gangguan psikologis post partum biasanya dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu postpartum blues, depresi non psikotik, dan psikosis postpartum. Resiko terjadinya gangguan psikologis postpartum meningkat pada wanita yang mempunyai riwayat atau keluarganya mengalami gejala depresi selama masa kehamilan, perselisihan hubungan suami istri, dan stres yang berat pada masa kecil. Diperkirakan wanita yang mempunyai riwayat depresi postpartum sebelumya akan beresiko terulang kembali sekitar 50% sampai 62%. Penyebab dari gangguan psikologi postpartum ini masih belum jelas. Perubahan hormon mempunyai pengaruh terhadap perkembangan perubahan psikologi sejak masa nifas. Penurunan estradiol yang drastis setelah melahirkan dihubungkan dengan peningkatan pengeluaran serotonin yang mengakibatkan timbulnya gejala depresi, tetapi hasil penelitian tidak menunjukkan adanya perbedaan perubahan jumlah estradiol pada wanita yang depresi dan wanita yang tidak depresi. Penurunan progesteron saat persalinan juga mempengaruhi timbulnya gejala depresi, tetapi penelitian gagal menemukan hubungan antara gejala depresi dengan jumlah total progesteron. Penelitian juga tidak menemukan adanya hubungan antara kadar oksitosin, vasopresin, prolaktin, dan kortisol dengan gangguan depresi. Wanita dengan antibodi thyroid kemungkinan beresiko terhadap depresi postpartum, dan gangguan thyroid juga berkontribusi terhadap gangguan mood. Kadar yang rendah pada tryptophan dihubungkan dengan depresi postpartum. Perubahan fungsi neurotransmisi, hiperaktivitas dari hipotalamus-pituitari-axis adrenal, dan penurunan respon dari hipotalamus-pituitari-axis adrenal adalah perkiraan yang mungkin dapat menjelaskan gangguan psikologis postpartum blues dan depresi postpartum.
21
Gangguan psikologis ibu yang tidak diatasi, akan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif, emosional, masalah sosial pada anak (Nonacs and Cohen, 1998). Depresi yang tidak diatasi, berkembang menjadi kronis dan gangguan mood yang berat di masa mendatang. 1) Postpartum Blues/Postnatal Blues/Baby Blues Postpartum blues/postnatal blues/baby blues merupakan gangguan mood yang menyertai suatu persalinan. Biasanya terjadi dari hari ke-3 sampai ke-10 dan umumnya
terjadi akibat hormonal. Ditandai dengan menangis, mudah
tersinggung, cemas, menjadi pelupa, dan sedih. Hal ini tidak berhubungan dengan kesehatan ibu ataupun bayi, komplikasi obstetrik, perawatan di rumah sakit, status sosial, atau pemberian ASI atau susu formula. Gangguan ini dapat terjadi dari berbagai latar belakang budaya tetapi lebih sedikit terjadi pada budaya di mana seseorang bebas mengemukakan perasaannya dan adanya dukungan dari lingkungan sekitarnya. 2) Depresi Postpartum Depresi postpartum dialami oleh 34% ibu, biasanya timbul pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan dan menetap selama satu tahun atau lebih. Depresi bukan satu-satunya gejala utama, meskipun hal itu biasanya tampak jelas. Gejala lain misalnya rasa kelelahan, mudah tersinggung, mudah menangis, tingkat energi dan motivasinya rendah, tidak berdaya, tidak mempunyai harapan, kehilangan libido dan nafsu makan serta gangguan tidur. Dapat pula mengalami sakit kepala, asma, sakit punggung, keputihan, dan sakit perut. Juga termasuk pikiran terobsesi, takut menciderai bayinya atau dirinya sendiri, pikiran bunuh diri dan depersonalisasinya. Bila terjadi depresi postpartum perlu dilakukan konseling psikologi dan bantuan kegiatannya sebagai berikut: (1) Berikan dukungan psikologi dan bantuan kegiatannya (pada bayinya atau juga dengan perawatan di rumah). (2) Dengarkan yang dikatakan ibu tersebut, berikan support. (3) Yakinkan bahwa ibu mengalami kejadian yang sering timbul dan banyak ibu lain yang juga mengalami hal yang sama. (4) Dukunglah ibu tersebut untuk memikirkan kembali gambaran seorang ibu, dan bantulah pasangan tersebut untuk memikirkan peran masing-masing sebagai orangtua baru.
22
(5) Pada depresi berat, pertimbangkan untuk memberikan obat anti depresan. Akan tetapi perlu diingat bahwa obat-obatan dapat keluar melalui ASI dan pemberian ASI hendaknya dipertimbangkan kembali. (6) Perawatan dapat dilakukan di rumah atau poliklinik. (7) Dukungan anggota keluarga yang lain serta kelompok ibu-ibu setempat yang mempunyai pengalaman yang sama sangat bermanfaat. 3) Psikosis Postpartum Psikosis postpartum biasanya terjadi selama proses kelahiran dan dialami oleh kurang dari 1% ibu. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi kurang lebih separuh ibu yang mengalami psikosis mempunyai riwayat kelainan jiwa. Gejala dan tandatanda psikosis postpartum meliputi ibu mendadak mengalami halusinasi atau delusi, insomnia, sibuk dan asik dengan bayinya, depresi berat, rasa ketakutan, putus asa, keinginan bunuh diri atau ingin membunuh bayinya. Prognosis untuk sembuh sangat baik, tetapi 50% dari ibu tersebut akan mengalami kekambuhan pada persalinan berikutnya. Penanganan secara umum: (1) Dengarkan yang dikatakan ibu tersebut, berikan support. (2) Kurangi beban mentalnya. (3) Hindari membahas masalah emosi bila ibu tersebut belum stabil. (4) Pertimbangkan pemberian ASI karena pemberian obat antipsikotik dapat melewati ASI.
2.2
KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS FISIOLOGI HARI KE 1 Pengkajian
2.2.1
No. Rekam Medik
:
Tanggal/ Jam pengkajian
:
Tempat Pengkajian
:
Pengkajian Data 1. Data Subjektif a. Biodata - Nama : Nama klien dan suami perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan dengan klien lain (Ibrahim. C : 2009:84) - Umur : Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun (Prawirohardjo.S : 2009 : 23) 23
- Agama : Untuk kehidupan termasuk kesehatan dan mudah dalam mengatasi masalah (Ibrahim C, 2009: 23) - Pekerjaan Pekerjaan suami dan ibu sendiri dikaji agar mengetahui bagaimana taraf kehidupan sosial ekonominya sehingga nasihat kita sesuai. Hal ini digunakan juga untuk mengetahui aakah pekerjaan tersebut mengganggu atau tidak (Ibrahim C, 2009: 85) - Alamat Digunakan untuk mengetahui Ibu tinggal dimana, menjaga kemungkinan apabila ada ibu yang bernama sama (Ibrahim C, 2009:84) b. Keluhan utama Pada Ibu dengan nifas fisiologis akan merasakan sakit atau mules mules pada perutnya yang disebabkan kontraksi rahim. Hal ini biasanya berlangsung 2-4 hari. (Saifuddin, 2008) c. Riwayat Obstetri yang lalu Kehamilan N Sua o mi Ke
Ha mil ke
Pen yuli t
Persalinan U K
Pen Jen olo is ng
K B
Anak Pen yuli t
Nifas Peny ulit
Seks
BB
Hid up Um ur
Mati Umur
.
d. Riwayat obstetri sekarang Mengetahui keadaan ibu dan janin dan melihat riwayat persalinannya sehingga memudahkan kita mengidentifikasi dan pemberian asuhan yang tepat. Sehingga kita bisa mengetahui keadaan ibu saat kala I, kala II, kala III dan kala IV (Manuaba, 2007:109) e. Riwayat penyakit Ibu Dalam masa kehamilan sampai masa nifas, Ibu tidak pernah merasakan atau menderita suatu penyakit TBC, Asma, DM, hipertensi, asma dan tidak ada yang mempunyai keturunan kembar (Manuaba, 2007: 287) f. Riwayat Kesehatan Keluarga Dalam keluarga pasien tidak ada yang mempunyai penyakit menular/ TBC dan penyakit menahun ataupun penyakit menurun seperti DM, hipertensi dan tidak ada yang memiliki keturunan kembar (Manuaba, 2007 : 287) g. Pola Fungsional Kesehatan 1) Pola Nutrisi 24
K et
Jumlah kalori yang diperlukan ibu nifas adalah 500 kalori perhari dengan komposisi menu seimbang yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air (Prawirohardjo : 2009:637) 2) Pola Eliminasi Yang perlu ditanyakan adalah apakah ibu sudah BAB, bagaimana konsistensinya, warna, bau, dan kapan. Begitu juga dengan BAK nya, berapa kali sehari, apakah mengalami kesulitan atau sudah pergi ke kamar mandi sendiri. Dalam keadaan normal, klien dapat BAK secara spontan 8 jam setelah melahirkan, sedangkan BAB biasanya tertunda 2-3 hari setelah melahirkan. 3) Pola Aktifitas Ditanyakan sejauh mana klien melakukan mobilisasi dini, apakah mengalami hambatan atau kesulitan. 4) Pola Istirahat Setelah melahirkan apakah klien dapat istirahat atau tidur sesuai kebutuhannya. Berapa jam klien tidur dalam sehari, dan apakah ada kesulitan selama ibu melakukan istirahat. 5) Pola personal hygiene Setelah melahirkan apakah klien dapat mandi sendiri di kamar mandi, berapa kali klien mandi dalam sehari, bagaimana kebersihan alat kemaluannya apakah dicuci memakai sabun, bagaimana mengenai pembalut, kapan ganti dan berapa kali. 2. Data Objektif a. Pemeriksaan Umum - Keadaan umum: mengetahui keadaan ibu dan mengetahui perubahan-
perubahan fisik pada ibu nifas. Kesadaran : compos mentis bisa dilihat saat diajak nerkomunikasi bisa atau tidak Tanda-tanda vital : Tekanan darah normalnya pada ibu nifas fisiologis maksimal 140/90 mmHg, pada suhu dalam 24 jam setelah melahirkan kemungkinan suhu akan meningkat sedikit (380C) sebagai respon terhadap stress persalinan dan pada nadi batas normal antara 60-80 x/menit, pada ibu post partum keadaan nadi
lebih stabil daripada suhu b. Pemeriksaan Fisik - Muka Perlu dikaji apakah wajah terlihat pucat atau tidak, konjunctiva pucat atau -
tidak dan bibir pucat atau tidak Leher
25
Untuk mengetahui tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfa dan -
adanya pembendungan vena jugularis atau tidak Abdomen Setelah plasenta lahir uterus menjadi kecil dan TFU teraba kira-kira 1 jari dibawah pusat. Hari ke 1-2 : TFU 2 jari dibawah pusat, Hari ke 3 :TFU 2-3 jari dibawah pusat, Hari ke 4-5 : TFU pertengahan pusat-symphisis, Hari ke 7 : TFU 2-3 jari diatas symphisis, Hari ke 9 : TFU 1 jari diatas symphisis, Hari ke 10-12 : TFU tak teraba dari luar. Kontraksi uterus juga diperiksa, kadangkadang klien merasa perutnya mules-mules pada saat uterus berkontraksi, hal
-
ini terjadi 2-3 hari pertama post partum. Kandung kemih Penuh atau tidak Genetalia Dikaji kebersihannya dan pengeluaran pervaginamnya, warna lochea : Hari ke 1-2 : lochea rubra, warna merah, Hari ke 3-7 : lochea sanguinolenta, warna merah kekuningan, Hari ke 7-14 : lochea serosa, warna kuning dan pada setelah14 hari : lochea alba, warna putih. Banyaknya lochea : setelah melahirkan pengeluaran keseluruhan adalah 400-1200 ml. Bau lochea : lochea normal memiliki bau apek. Luka episiotomi apakah luka sudah dijahit dan
apakah sudah tidak terjadi perdarahan. Anus Ada hemorrhoid atau tidak - Ekstrimitas Ada oedem atau tidak, ada varises atau tidak c. Pemeriksaan Penunjang - Pemeriksaan darah Beberapa hari pertama setelah melahirkan terjadi fluktuasi kadar Hb, -
kemungkinannya karena kehilangan banyak darah. Pemeriksaan urine Pada post partum terjadi dieresis antara hari ke 2-5, terutama pada pre eklamsi
2. 2. 2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah 1. 2.
Diagnosa Papah Post Partum fisiologis hari ke ….. Masalah pada masa nifas Nyeri pada jahitan perineum, nyeri rahim karena involusi, keterbatasan aktifitas, gangguan Laktasi, gangguan pemenuhan kebutuhan tidur, gangguan pola eliminasi dan depresi post partum(Saifuddin, 2008)
26
2. 2.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial Terjadi perdarahan atau infeksi 1.2.4 Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera Mencakup tentang tindakan segera untuk menangani diagnosa atau masalah potensial yang dapat berupa kolaborasi dan rujukan 1.2.5
Perencanaan 1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu R/ Informasi yang jelas mengoptimalkan asuhan yang diberikan 2. Menjelaskan ketidaknyamanan pada ibu nifas dan solusi untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan tersebut seperti : a. Rasa sakit atau mules-mules yang disebabkan karena kontraksi rahim, berlangsung 2-4 hari. Mules-mules ini dirasakan pada saat menyusui. Hal ini bisa dikurangi dengan mobilisasi dini, masase dan mendapatkan terapi analgesik b. Ketidaknyamanan akibat masalah dalam pemberian ASI : Puting susu lecet, dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok; Payudara bengkak akibat pembendungan ASI, segera lakukan pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau gunkana sisir untuk mengurut payudara dengan arah menuju puting. Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak. Susukan bayi setiap 2-3 jam atau sesuai kebutuhan bayi. Apabila tidak dapat mengisap seluruh ASI sisanya keluarkan dengan tangan. Bersihkan payudara setelah menyusui. c. Keterbatasan aktifitas merupakan salah satu ketidaknyamanan pada ibu nifas. Hal ini bisa diakibatkan karena merasakan kelelahan akibat persalinan. Ibu dengan keadaan seperti ini lebih baik diberi konseling mengenai pentinganya mobilisasi dini. d. Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur bisa diakibatkan karena bayi sering meminta ASI saat malam hari ini. Solusi yang bisa dilakukan ialah dengan menyempatkan tidur apabila bayi juga tidur setelah minum ASI. e. Gangguan pola eliminasi diakibatkan karena Ibu sering merasa takut untuk buang air kecil maupun buang air besar. Pada Ibu nifas pengeluaran air seni akan meningkat 24-48 jam pertama sampai sekitar hari ke-5 setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena volume darah meningkat pada saat hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan. Oleh karena itu, ibu perlu belajar berkemih secara spontan dan tidak menahan buang air kecil ketika ada rasa sakit pada jahitan. Menahan buang air kecil akan menyebabkan terjadinya bendungan air seni dan gangguan 27
kontraksi rahim sehingga pengeluaran cairan vagina tidak lancar. Sedangkan buang air besar akan sulit karena ketakutan akan rasa sakit, takut jahitan terbuka atau karena adanya haemorroid (wasir). Obstipasi pada 3 hari post partum adalah fisiologis. Bila melebihi dapat dibantu dengan mobilisasi dini, mengkonsumsi makanan tinggi serat dan cukup minum. R/ untuk mengurangi rasa kecemasan dan kekhawatiran atas ketidaknyamanan yang dirasakan oleh ibu 2. Kolaborasi dengan dr SPOG dalam pemberian terapi oral (Vit A dan tablet Fe ) R/ tablet penambah darah untuk mencegah anemia 3. Ajarkan ibu cara menyusui bayinya dengan benar R/ untuk mengoptimalkan pemberian ASI eksklusif kepada bayi 4. Anjurkan Ibu untuk memakan makanan bergizi seperti makan makanan yang banyak mengandung protein R/ untuk mempercepat proses penyembuhan luka 5. Berikan HE dan diskusikan bersama mengenai : - Personal Hygiene (mandi, ganti pembalut, cebok yang benar) - Tanda- tanda bahaya nifas (demam, keluar darah banyak dan berbau dari kemaluan, payudara bengkak, keluar darah atau nanah dari luka jahitan, nyeri perut yang hebat, pandangan mata kabur, pusing, bengkak di muka dan punggung tangan. R/ konseling yang diberikan dapat menambah pengetahuan dan wawasan Ibu dalam merawat diri dan bayinya 6. Observasi kontraksi uterus, TFU, pengeluaran lochia dan payudara R/ memantau kondisi Ibu post partum fisiologis 1.2.6
Implementasi Melaksanakan rencana asuhan yang telah direncanakan secara menyeluruh dengan efisien dan aman sesuai perencanaan
1.2.7 Evaluasi Pengukuran antara keberhasilan melaksanakan tindakan sesuai dengan kriteria hasil yang ditetapkan dan apakah perlu untuk melakukan asuhan lanjutan atau tidak
BAB 3 TINJAUAN KASUS PENGKAJIAN No.Reg
: 15.03.xx
Tanggal
: 21 Maret 2015
Oleh
: Yalis Surya R D 28
Pukul
: 21.00 WIB
Tempat: RSIA IBI Surabaya
a. DATA SUBJEKTIF a. BIODATA / IDENTITAS Nama Ibu
: Ny. “DA”
Nama Suami : Tn. “JA”
Umur
: 23 tahun
Umur
Suku/bangsa
: Jawa / Indonesia
Suku/ bangsa : Jawa / Indonesia
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Tidak bakerja
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Dukuh Setro
Alamat
: Dukuh Setro
: 25 tahun
Surabaya
Surabaya
b. Keluhan Utama Perut mules c. Riwayat Obstetri Yang Lalu Suami Kehamilan
Persalinan
ke
Ke
UK
1
1
Nifas ini
Peny
penol tempat cara
Anak peny
JK
Nifas BB/TB H/M
Lama
peny
laktasi
d. Riwayat Persalinan Sekarang Data Rekam Medis
MKB tanggal 19 Maret 2015 pukul 23.00 WIB, ibu hamil dengan GIP1001 38/39 mg
dengan keluhan keluar air ketuban sejak 19 Maret 2015 pukul 22.00 Pada tanggal 19 Maret 2015 pukul 17.45 WIB, pemeriksaan dalam menunjukkan
pembukaan serviks lengkap, hodge III, ketuban jernih. Bayi lahir pada tanggal 20 Maret 2015, jam 18.02 jenis kelamin: perempuan, BB:
2800 gram, PB: 49 cm, A-S: 8-9. Jenis persalinan : spontan belakang kepala Ditolong oleh : dokter Perdarahan : ±150 cc Heacting : robekan derajat 2 e. Riwayat KB dan psikososial KB : Ibu tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya Perkawinan dan Psikososial 29
.
Ibu menikah 1x dengan lama + 1 tahun, ibu dan suami serta keluarga Keadaan sangat senang atas kelahiran anaknya. f. Riwayat Kesehatan Tidak mempunyai penyakit hipetensi, hepatitis, TBC, ataupun DM. g. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak mempunyai penyakit hipetensi, hepatitis, TBC, DM, dan gemeli. h. Data Fungsional Kesehatan - Nutrisi Terakhir makan tadi malam dengan menghabiskan makanan yang diberikan oleh rumah sakit (1 porsi nasi, sayur, lauk), tidak ada pantangan dan terakhir minum 1 gelas air putih setelah bangun pagi pada pukul 05.00 WIB - Eliminasi Terakhir buang air kecil pada pukul 05.00 WIB dan belum BAB - Istirahat Ibu bisa tidur dari pukul 22.00 WIB sampai pukul 05.00 WIB dan sering terbangun untuk menyusui bayinya. - Aktivitas Ibu sudah dapat berjalan ke kamar sendiri - Personal Hygiene Ibu sudah mandi dan sudah ganti pembalut
DATA OBYEKTIF A. Pemeriksaan Umum Kesadaran
: compos mentis
Nadi
: 84 x/menit
TD
: 108/66 mmHg
Suhu
: 36,3 ºC
RR
: 20 x/menit
B. Pemeriksaan fisik - Wajah - Mata - Leher
: tidak ada oedema : konjungtiva merah muda, sklera putih : tidak ada bendungan vena jugularis, pembesaran kelenjar
-
Dada Payudara
tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe. : Tidak ada massa, tidak ada ronchi dan wheezing. : puting susu menonjol, tidak ada benjolan dan sudah keluar
-
Abdomen
ASI : TFU : 2 jari di bawah pusat. UC : baik 30
.
-
Genetalia Anus Ekstrimitas
: Lochea : rubra, banyaknya: 1 pembalut. : tidak ada hemorroid : Ektremitas atas : oedema -/Ektremitas bawah : oedema -/Varices -/-
ANALISIS DATA P1001 postpartum fisiologis hari ke-1 dengan perut mules PENATALAKSANAAN 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu, Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan menerima keadaan dirinya. 2. Menjelaskan bahwa mules pada perutnya adalah hal yang normal karena rahim sedang berkontraksi untuk kembali pada ukuran sebelum hamil dan untuk mengurangi rasa nyeri dengan melakukan mobilisasi, Ibu mengerti dan dapat mengulang informasi yang diberikan. 3. Memberikan HE kepada ibu tentang personal hygiene, mengganti softex sesering mungkin apabila terasa penuh dan mengajarkan cara cebok yang benar dari depan ke belakang, Ibu mengerti dan dapat mengulangi informasi yang diberikan, serta bersedia melakukan anjuran yang diberikan. 4. Mendiskusikan bersama ibu tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi bayi, Ibu mengerti dan dapat mengulang informasi yang diberikan. 5. Menjelaskan pada ibu cara melakukan perawatan bayi sehari-hari : Memandikan bayi Merawat tali pusat dengan menggunakan kasa kering. Mengganti popok bayi jika basah. E/: ibu mengerti dan dapat mengulanginya kembali. 6. Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya bayi baru lahir yaitu: malas minum, gerak dan tangis lemah atau tidak ada, demam, merintih dan sesak, infeksi tali pusat (tali pusat kemerahan, perdarahan, bernanah, dan berbau tajam), infeksi mata, diare dan dehidrasi, warna kulit bayi kuning, hipotermi, kejang, ibu mengerti dan dapat mengulanginya kembali. 7. Memfasilitasi pemberian terapi atas advice dokter spesialis obgyn antar lain amoxan 3x500 mg, asam mefenamat 3x 500 mg). E/ Ibu bersedia meminum obat sesuai jadwal.
31
BAB 4 PEMBAHASAN Dari asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny “DA” dengan P1001 postpartum fisiologis hari ke-1 di RSIA IBI Surabaya didapatkan : Pengumpulan data terlaksana dengan baik karena adanya kerjasama yang baik antara klien dengan petugas. Pada data subjektif, ibu mengeluhkan nyeri luka jahitan, hal ini sesuai dengan teori yang disebutkan oleh Saifuddin (2008) pada ibu dengan nifas fisiologis akan merasakan sakit atau mules mules pada perutnya yang disebabkan kontraksi rahim. Hal ini biasanya berlangsung 2-4 hari. Pada data fungsional kesehatan, pada data nutrisi, ibu sudah makan dengan menu yang disediakan oleh rumah sakit yang terdiri dari 1 porsi nasi, sayur, lauk dan tidak melakukan pantangan. Hal ini sesuai dengan teori yang disebutkan oleh Wiknjosastro, H (2008) diet yang diberikan pada ibu nifas harus bermutu tinggi dengan cukup kalori, mengandung cukup protein, cairan, sayur-sayuran, dan banyak buah-buahan. Menurut Manuaba (2008) Ibu nifas yang konsumsi nutrisinya semakin baik maka penyembuhan luka perineumnya juga akan semakin cepat karena makanan yang memenuhi syarat gizi dapat mempercepat penyembuhan luka. Pada data eliminasi, ibu sudah bisa buang air kecil dan belum bisa buang air besar. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan 32
bahwa pada ibu nifas fisiologis sudah harus dapat buang air kecil secara spontan dalam 8 jam postpartum dan buang air besar harus dapat dilakukan pada hari ke 2-3 postpartum. Pada data aktifitas, ibu sudah bisa berjalan ke kamar mandi sendiri. Hal ini sesuai dengan teori yang disebutkan bahwa beberapa jam setelah melahirkan, ibu dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini seperti segera bangun dari tempat tidur dan bergerak, agar lebih kuat dan lebih baik. Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointestinal, dan alat perkemihan. Selain itu juga meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran metabolism (Dewi dan Tri, 2011). Pada data objektif didapatkan data bahwa pada pemeriksaan abdomen, teraba tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat dan kontraksi uterus baik. Hal ini sesuai dengan teori yang disebutkan oleh Sofian (2013) bahwa setelah bayi lahir tinggi fundus uteri teraba setinggi pusat, setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri teraba 2 jari di bawah pusat, 1 minggu setelah melahirkan teraba di pertengahan pusat simfisis, 2 minggu setelah melahirkan sudah tidak teraba. Pada ibu nifas rahim akan teraba keras, hal ini menandakan bahwa rahim sedang berkontraksi dengan baik dan sedang mengalami proses kembalinya ke dalam keadaan sebelum hamil. Pada pemeriksaan genetalia, terdapat pengeluaran lochea yaitu lochea rubra. Hal ini sesuai dengan teori yang disebutkan Sofian (2013) bahwa lochea rubra keluar selama 2 hari pasca persalinan, lochea sanguinolenta keluar pada hari ke 3-7 pasca persalinan, lochea serosa keluar pada hari ke 7-14 pasca persalinan dan lochea alba setelah 2 minggu pasca persalinan. Pada kasus diatas didapatkan analisis bahwa ibu dengan post partum fisiologi hari ke 1. Hal ini sesuai dengan teori yang disebutkan bahwa masa nifas atau puerpurium adalah masa setelah melahirkan dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Saifuddin, 2008). Pada Penatalaksanaan kasus sesuai dengan tugas bidan yaitu secara mandiri dan kolaborasi. Bidan melaksanakan asuhan kebidanan secara mandiri sesuai dengan wewenangnya dan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi.
33
BAB 5 PENUTUP
5.1 SIMPULAN Simpulan yang dapat diambil dari uraian asuhan kebidanan pada ibu nifas yang telah disusun adalah sebagai berikut : 1.
Nifas adalah masa masa setelah persalinan yang dimulai setelah 2 jam persalinan sampai 6 minggu berikutnya. Masa-masa ini ditandai dengan pulihnya kembali alatalat reproduksi yang telah berubah saat hamil. Dalam masa ini sangat diperlukan pengawasan, maka peran bidan di komunitas khususnya dalam asuhan yang berkelanjutan pada masa nifas sangat penting. Untuk itu bidan harus memperhatikan kualitas asuhan yang akan diberikan kepada setiap ibu dengan meninjau kembali standar dan kajian teori mengenai pengelolaan nifas yang tepat.
2.
Dari hasil pengkajian data subyektif dan data obyektif , mahasiswa mampu membuat diagnosa sesuai teori, masalah muncul sesuai dengan teori dan tidak ada diagnosa atau masalah potensial. 34
3.
Perencanaan yang disusun oleh bidan harus sesuai dengan kebutuhan klien dan tindakan yang dilakukan sesuai rencana, dan dilaksanakan secara “Plan of action”.
5.2.SARAN 1 .Bagi Institusi Diharapkan dapat menambah kepustakaan yang telah dimiliki dan diharapkan juga dapat menambah kajian baru serta dapat dijadikan bahan rujukan untuk penyusunan laporan yang akan datang 2. Bagi Tempat Praktik Dapat menjadikan laporan ini sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pelayanan 3. Bagi Mahasiswa Dapat menjadikan laporan ini sebagai pertimbangan dasar atau bahan data untuk penyusunan laporan selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA Coad, Jane dan Dunstall M.2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan. Jakarta : EGC. Depkes RI.2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Muchtar, R.1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC. Saifuddin, Abdul Bari.2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Walsh. Linda.V.2001. Midwifery Community-Based Care During the Childbirth Year. Philadelphia : W.B Saunders Company
35