DAFTAR ISI
Kekata Sapa.............................................................................................2 Profil Bakti Nusa UNS..............................................................................3 Mengenal Lebih Dekat Laskar Bakti Nusa...............................................4 Transformasi Putih Abu-abu....................................................................8 Perjalanan Sejarah Pasar Tradisional di Solo.........................................10 Silaturahmi ke Ketua Paguyuban Pasar Legi Solo..................................12 Value Budaya Dibalik Pasar Tradisional.................................................14 ACBI “Membumikan (lagi) Pasar Tradisional”........................................17 Berjuang dengan Produk Lokal.............................................................19 Inisiasi Mimpi UNS Mengabdi ..............................................................22 Sedikit Buah Manis Yang Kami Dapat....................................................24 Let Me Say! Menulis di Media Massa Itu Mudah Kok, Just A Try..........26
1
Bismillahirrohmanirrohim Assalamu’alaikum wr wb Taqabballahu minna wa minkum, shiyamana wa syiamakum Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan kita banyak kebaikan sampai dengan hari ini sehingga kita masih bisa bersilaturohmi dalam keadaan beriman. Sholawat serta salam selalu kita lantunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita menjadi manusia yang lebih tahu kemana kita harus melangkah dalam kehidupan ini. Alhamdulillah telah terbit majalah dengan nama AKTIVIS yang diprakarsai oleh BAKTI NUSA UNS Solo. Majalah ini diharapkan menjadi sarana aktualisasi bagi mahasiswa penerima manfaat beasiswa aktivis nusantara Dompet Dhuafa (BAKTINUSA DD UNS) untuk berkreasi dalam menyampaikan ide-ide pembaharuan sekaligus untuk mempertajam skill dasar yang harus dimiliki oleh seorang aktivis. Sebagai aktivis, kita senantiasa diminta untuk mengerjakan minimal dua hal sekaligus, yang pertama para aktivis senantiasa dituntut untuk berkontribusi kepada masyarakat dengan tujuan utama memberikan perbaikan dalam masyarakat sesuai dengan kapasitas yang dimiliki seorang pemuda atau mahasiswa, yang kedua para aktivis juga senantiasa diminta untuk mengembangkan potensi individu yang dimiliki sebagai persiapan untuk mengisi pos-pos kepemimpinan bangsa ini. Sebagai calon pemimpin masa depan, para aktivis dituntut untuk menguasai minimal skill-skill dasar seorang pemimpin. Skill dasar tersebut akan selalu berguna dimanapun aktivis kelak berada. Salah satu skill tersebut adalah membuat tuliasan. Dengan tulisan kita bisa berkomunikasi dengan masyarakat secara luas, skill menulis akan saling melengkapi dengan skill retorika. Hadirnya majalah ini diharapkan bisa menjembatani minimal 2 kebutuhan dasar tersebut. Dengan semakin banyak aktivis menyampaikan gagasan lewat tulisan, diharapkan skill berkomunikasi lewat tulisan akan semakin terasah dan gagasan-gagasan orisinil yang disampaikan menjadi terobosan solusi bagi permasalahan masyarakat. Insya Alloh hadirnya BA UNS akan membuat Indonesia lebih baik Hidup mahasiswa Wassalamu’alaikum wr. wb. Fasilitator BAKTINUSA DD UNS
2
Krisna Dwipayana, S.E.
Menuju Indonesia Berbudaya”. Setiap bulan laskar BAKTI NUSA III UNS memperoleh suplemen dan pembinaan dari Divisi Pendidikan DD Pusat sebagai fasilitas untuk meningkatkan kapabilitas, memperkuat karakter dan jiwa kepemimpinan penerima manfaat. Tak hanya training value, tetapi juga memperoleh training jurnalistik, kunjungan tokoh dan seperangkat pembinaan lainnya. Kunjungan dan diskusi tokoh merupakan sarana memperkaya wawasan, gagasan serta memperluas jaringan penerima manfaat. Selain itu, terdapat agenda temu rutin penerima manfaat. Temu rutin laskar BAKTI NUSA III UNS dilakukan setiap pekan, dimana selain diskusi dan sharring juga merumuskan gerakan sosial yang akan dijalankan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar. (Roffiul Umamil M.)
Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) merupakan salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dari tujuh PTN yang terpilih sebagai penerima manfaat Beasiswa Aktivis Nusantara (BAKTI NUSA). Ketujuh PTN yang terpilih untuk mendelegasikan aktivis – aktivis mahasiswa sebagai penerima manfaat BAKTI NUSA III diantaranya Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjajaran (UNPAD), Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Sebelas Maret (UNS) dan Universitas Sriwijaya (UNSRI). Dalam BAKTI NUSA III, terpilih 10 aktivis mahasiswa UNS sebagai penerima manfaat. Kesepuluh laskar BAKTI NUSA UNS ini berasal dari fakultas dan latar belakang yang berbeda dalam mengemban amanah salah satu program Dhompet Dhuafa (DD). “Dinamis, Produktif, Jaya” itulah jargon penyemangat aktivis mahasiswa Kota Budaya, Solo. Kesepuluh laskar BAKTI NUSA UNS mengawali aktivitas BAKTI NUSA dalam acara Temu Nasional Penerima Manfaat Beasiswa Aktivis Nusantara 2013, 26 – 30 April 2013 di Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. UNS berkesempatan sebagai tuan rumah dengan tema acara yang diangkat “Negarawan Muda
Mengenal Lebih Dekat Laskar BAKTI NUSA III UNS BAKTI NUSA (Beasiswa Aktivis Nusantara) III UNS terdiri dari sepuluh orang yang aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan. Kami adalah sekumpulan pemuda yang dihimpun bersama pemuda-pemuda lain di Indonesia untuk berkhidmat menjadi mahasiswa yang terus belajar dan mencoba berbagi agar memberi manfaat kepada sekitarnya.
3
Lebih Dekat Laskar BAKTI NUSA III UNS
Dwi Prasetyo
Elifas Omega Yusufadisyukur
“Si Depe” panggilan akrab pemuda kelahiran Kabupaten Semarang, 22 Mei 1992. Persentuhan dengan berbagai kalangan dari Pondok Pesantren Mahasiswa Ar Royan, SKI FKIP UNS, BIAS UNS, LSP FKIP UNS hingga kini beramanah sebagai Ketua Umum UKM Studi Ilmiah Mahasiswa (SIM) UNS menjadi goresan yang tak akan pernah lekang oleh waktu. Sebuah hentakan keras “Akan dikenang sebagai apa ketika nanti kamu meninggal?” menjadi tamparan keras untuk terus berkarya dan berkontribusi pada masyarakat. Ya, karena tuntutan profesi pun akhirnya beberapa prestasi akademik dan non akademik diraih oleh pemiliki tinggi badan 162 cm tersebut. Dari mulai juara 1 PKM Battle FILM SIM UNS 2011, finalis LKdTIN LSP FKIP UNS, finalis UIN Sunan Kalijaga, juara lomba esai SHIFT UKMI UNS, MTQ UNS, Hibah PKM DIKTI, Hibah PKM DIPA, Hibah LPPM UNS, Hibah Bina Desa DIKTI dan mengikuti pelatihan Indonesia Leadership Camp UI, Youth Educator Training. Aktivitasnya hari ini lebih berfokus pada pengembangan nilai nilai dasar ke-SIMan dengan sharing experience. Menjadi socioedupreneur adalah impian laskar Bakti Nusa ini.
Aktivis mahasiswa FP UNS kelahiran Surakarta, 10 Maret 1992 ini selain kuliah terlibat aktif dalam organisasi kemahasiswaan dan program-program pemberdayaan masyarakat. Pengalaman yang dimilikinya yaitu menjadi bagian dari Inkubator Bisnis PSP-KUMKM LPPM UNS, Perhimpunan Petani Organik Karanganyar (PERNIK) dan Departemen Organisasi Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Solo. Selain itu, pemuda ini juga aktif di Local Committee Director IAAS Indonesia LC-UNS dan kini menjabat sebagai National Director IAAS Indonesia sekaligus Control Council Local Committee IAAS Indonesia LC-UNS. Beragam kongres pernah diikuti Yoga, sapaan akrabnya, diantaranya National Congress IAAS Indonesia XVI di UNS, National Congress IAAS Indonesia XVII di Unpad, National Congress IAAS Indonesia XVIII di UGM dan MIST UI 2013. Menjadi Chief Executive Officer (CEO) perusahaan berskala internasional adalah visi yang akan diraih pemuda ramah ini.
4
Erma Malindha
Rajin, ulet dan cerdas kata yang menggambarkan gadis kelahiran Klaten, 26 Agustus 1992. Motto hidup laskar Bakti Nusa ini “selalu semangat, semangat, semangat seimbang kehidupan dunia dan akhirat; Q.S Al-Baqoroh : 286,Q.S AlAnfal : 27”. Aktivis mahasiswa FK UNS ini aktif di Kastrat de Geneeskunde FK UNS, SKI FK UNS, KESUMA, Mer-C Cabang Surakarta dan BSMI Cabang Surakarta. jaki pendidikan di SMA N 1 Wonosari, Klaten. Kecintaannya terhadap organisasi dilanjutkannya di bangku kuliah. LKI FISIP UNS, JN UKMI UNS, BK FSLDK Nasional, Biro AAI FISIP UNS, JAMAIKA INDONESIA, KAMMI Komisariat Sholahuddin Al Ayyubi UNS, KIDS KAMMI DAERAH Solo adalah organisasi yang pernah digelutinya. Dedikasinya di organisasi, mengantarkannya menjadi Asisten AAI Terbaik Se-UNS tahun 2012. “Menjadi orang yang dapat menggoreskan sedikit catatan dalam sejarah kebangkitan bangsa,” itulah visi yang dituturkan.
“Modal dalam berorganisasi adalah senang, bermanfaat, dan amanah,” tuturnya. Keuletannya di bidang keilmiahan membawanya menorehkan beragam prestasi, diantarnya finalis lomba Hasanuddin Scientific Fair (HSF) UNHAS, finalis AIMSC Cairo, Juara III Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Scientific Atmosphere 6 UNUD, proposal penelitian didanai DIKTI dan DIPA tahun 2013, KTGT MEDSMOTION UNS, PMC PIM FAK, KTGT PIM FAK, LKTI Nasional Amastigot UNAIR, PMC PIM FAK, Poster Populer IMSF (Islamic Medical Science Fair) FULDFK se-Indonesia, Juara II LKTI-Al Qur’an IMSF FULDFK se-Indonesia, KTGT TEMILNAS BAPIN– ISMKI, PMC TEMILNAS BAPIN-ISMK, Juara III Lomba Essay Ilmiah TEMILNAS BAPIN-ISMKI, KTGT dan Poster Populer SMSO (Sriwijaya Medical Science Olympiade) UNSRI. Menjadi dosen FK UNS dan dokter di RSUP Suradji Tirtonegoro Klaten adalah impian gadis yang sedang menggeluti stem cell.
Putra pamungkas
Mahasiswa Ekonomi Pembangunan FE UNS ini lahir di Bantul, 15 Agustus 1992. Laskar Bakti Nusa UNS ini aktif di berbagai organisasi baik skala universitas, nasional maupun Internasional. Keberjalanan karir organisasinya mencapai puncak saat terpilih menjadi Presiden Kajian Ekonomi Islam UNS periode 2013. Ukhuwah, Dakwah, dan Ilmiah yang menjadi landasan organisasinya dan membuatnya berkecimpung di dunia keilmiahan dan pendidikan. Terbukti dengan kecintaan pada kedua bidang tersebut Putra mendapat berbagai penghargaan
Febrian Indra Rukmana
Indra, itulah sapaan akrab pemuda kelahiran Surakarta, 17 Februari 1991. Pemuda asal Klaten ini sedang menjalani pendidikan sebagai mahasiswa di jurusan Sosiologi FISIP UNS. Berbicara Organisasi, aktivis ini aktif organisasi sejak menja-
5
nasional dan internasional antara lain 1st Winner Call for Essay National Economics Seminar UNPAD, Juara 1 Karya Tulis Ilmiah Ekonomi Kreatif UNUD, Juara 1 Karya Tulis Ilmiah UMKM UNSOED, Juara 2 Karya Tulis Ilmiah Moneter UNSOED, Juara 3 Karya Tulis Ilmiah Pariwisata UNS, Kontributor Sharia Economics Conference Hannover Jerman dan finalis di beberapa ajang nasional lainnya. Mimpi pemuda campuran darah Kalimantan dan Jawa ini yaitu menjadi ekonom kelas dunia yang pro rakyat untuk Indonesia Berdaya dan sadar potensi serta menjadi garda terdepan untuk menggerus gelombang globalisasi ekonomi tidak pro-rakyat dengan Ekonomi Robbani.
Satria Adi Putra
Laskar Bakti Nusa asal Magelang ini sedang menjalani pendidikannya di jurusan Pendidikan Dokter FK UNS. Tulisan ilmiah dan penelitian merupakan dua kerjaan yang selalu menyita waktu Mawapres FK 2013 ini. “Energi itu digunakan atau disia-siakan dah pasti adanya, eman-eman jika tidak terpakai,” alasannya terus berkarya. Prestasi yang berhasil ditorehkannya Juara 2 Essay Diet PIM FKUNS, Juara 3 Proposal Penelitian PMC Diet FK UNS, Juara 3 Poster Ilmiah Medsmotion Nasional, Juara 1 GT Geriatri PIM FK UNS), Juara 1 Mawapres FK UNS, Juara 3 Mawapres UNS, Juara 2 Research Paper SA UNUD Nasional. Calon dokter ini tercatat aktif sebagai sekretaris Yayasan Kesuma Islam Kedokteran, Pengurus Jurnal Mahasiswa Kedokteran Indonesia BAPIN ISMKI, Pengurus Pengmas BSMI, Kadiv Ilmiah Lembaga Penelitian Kastrat de Geneeskunde, Relawan Kesehatan Hilal Ahmar dan Koordinator Akademik Asisten Laboratorium Farmakologi FK UNS.
Roffiul Umamil Marzukoh “Kalem” kesan yang terlintas
laskar Bakti Nusa kelahiran Kab. Semarang, 2 Desember 1990. Delegasi Indonesia dalam program pertukaran pelajar MIT (Malaysia, Indonesia, Thailand) di Universitas Putra Malaysia ini selama kuliah tercatat aktif diberbagai organisasi kampus antara lain BEM FP UNS, Forum Ukhuwah dan Studi Islam (FUSI) FP UNS, Kelompok Studi Ilmiah (KSI), anggota KAMMI Komisariat Sholahuddin Al Ayyubi UNS. Kini amanah yang dipercayakan sebagai sekretaris Departemen Pengelolaan Peserta Asistensi dan Kaderisasi BIRO AAI FP UNS dan sekretaris Departemen Pembinaan Intelektual Muslim Community (IMC). Aktivis mahasiswa tingkat akhir ini menjalankan roda pendidikannya di jurusan
Siswandi
Tenang dan berkarakter itulah dua kata yang bisa mengambarkan diri pemuda ini. Pemuda kelahiran Pemalang, 19 Juli 1992 ini sedang menjalani masa pendidikannya di FP UNS jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan. Alumni SMAN 1 Pemalang tercatat aktif di BEM UNS sebagai kadiv. Advokasi dan Ikatan BEM Pertanian Indonesia (IBEMPI) sebagai Presidium Nasional V. Tak mau ketinggalan, laskar Bakti Nusa ini juga berhasil meraih berbagai penghargaan antara lain juara 3 pencak silat tingkat daerah, finalis lomba debat
Agroteknologi FP UNS. Lakukan yang terbaik dan selalu bermanfaat menjadi motto hidup yang selalu digenggam. Dosen FP sekaligus scientist adalah impian mahasiswi yang sedang menyelesaikan skripsinya ini.
6
JOTI, Minat Saka, Petulangan ke pelosok Jawa Barat “Negeri di atas awan” lewat pendakian ke ketinggian 3000-an mdpl, belajar kepemimpinan di Lampung, Bogor, Jakarta, Semarang. Menjadi psikolog pendidikan berbasis nilai-nilai Islam adalah impian gadis manis ini.
se-Surakarta serta penerima beasiswa prov. Jateng, gudang garam dan data print. Baru saja pemuda yang memiliki hoby futsal ini mewakili UNS dalam acara KIZUNA PROJECT di Jepang. Bupati Pemalang adalah visi yang akan diraih si sulung dari tiga bersaudara.
Wahyu Ardianti Woro Seto
Titis Sekti Wijayanti
“Salam jempol dulu yuukk,” ajak gadis manis ini. Woro, begitu sapaan akrab aktivis kelahiran Surakarta 23 Agustus 1992. Selain kuliah, laskar Bakti Nusa ini aktif dalam organisasi kemahasiswaan dan pengabdian masyarakat. Alumni MAN 1 Surakarta ini tercatat aktif sebagai Presiden BEM FSSR UNS. Selain itu, juga pernah aktif di HMJ sastra arab UNS, Bendahara Umum Keputrian Khusnul Hanifah Darussalam, Sekertaris Umum Irisma Darussalam, Ketua Karang Taruna dan Anggota HMI. Aktivitas organisasi yang membludak tidak menghentikan semangatnya untuk bergelut dengan dunia anak-anak. Beragam prestasi pun diukir oleh mahasiswi sastra Arab FSSR UNS ini, mulai juara 3 lomba karya Ilmiah Al-Quran UNS, Juara 3 Lomba tafsir AlQur’an dalam bahasa Inggris serta lolos PKM pengabdian dari DIKTI. Menjadi pengamat politik Timur Tengah adalah visi si bungsu. Tak hanya itu, semangat mengabdi membawanya berkeinginan memiliki yayasan sosial dan pengusaha. Salam Perjuangan Solo Spirit of Indonesia, UNS Spirit of Java! Hidup Mahasiswa (Bakti Nusa UNS Angkatan III) For more info: Dwi Prasetyo 085727434156 Krisna Dwipayana 085643018381
Aktivis kelahiran Klaten, 27 November 1992 ini sangat terbuka untuk belajar dan berbagi dengan banyak orang. Aktivitas outdoor (cycling and hiking), aktivitas sosial, membaca dan menulis mewarnai kehidupannya. Tidak malu dan berhenti menjadi berbeda menjadi prinsip hidup andalannya. Mahasiswi Psikologi FK UNS ini kini beramanah sebagai ketua Himpunan Mahasiswa Psikologi (HIMAPSI) ‘SYMPHONY’. Kamu perlu tahu bahwa ada tiga organisasi yang menjadikan gadis ini tangguh : Pramuka, Pencinta Alam URaL 28 (Udara Rimba Laut atau Union Rangers and Long Climbers) dan BEM UNS. Pendewasaan diri pun didapatkannya melalui beberapa kesempatan yang pernah ia lakukan sejak dibangku Sekolah Menengah Pertama hingga sekarang diantaranya Peserta Jambore Daerah, Raimuna Daerah, JOTA-
7
Menjadi Aktivis Integral : Transformasi Putih Abu-abu
Hingar bingar penyambutan mahasiswa baru menggema di berbagai sudut kampus. Awal semester ganjil menjadi hajatan besar pihak kampus, organisasi mahasiswa dan berbagai komunitas untuk mengeruk penerus sejak dini. Ekspektasi yang tidak berlebihan memang, melihat potensi 9000 mahasiswa baru tahun ajaran 2013/2014 yang terus mengalami peningkatan kualitas, terbukti dengan ditasbihkannya Universitas Sebelas Maret (UNS) sebagai universitas peringkat 9 dalam tingkat ketetatan tertinggi pada SBMPTN 2013. Orientasi mahasiswa baru mencerminkan peralihan atau transformasi masa putih abu abu menjadi kebebasan berekspresi dan bertindak. Ruang berpikir, pengem-
bangan diri, dan sosial semakin melebar menyentuh lingkup nasional dan internasional. Kebutuhan terhadap kemandirian diri mengiri derap langkah bertambahnya usia da kedewasaaan. Seperti yang diutarakan Ketua Jurusan P. MIPA FKIP UNS, Bapak Sukarmin, bahwa kampus berupaya menyediakan segala sesuatu yang sekiranya diperlukan mahasiswa untuk kemandirian pasca kuliah. Entah dengan penyediaan beasiswa S2, delegasi lomba dan organisasi hingga berbagai training pembentukan karakter dan ketrampilan. Masa bermain main sudah lewat, waktunya belajar, berkarya dan mengabdi mengemban tugas mulia sebagai cendikiawan dengan hutang amanah rakyat dari subsidi pajak dan investasi sumber daya
8
manusia oleh pemerintah. Ironi kebebasan ini menjadikan kampus sebagai kawah candradimuka, dimana pilihan kebaikan dan keburukan menjadi sangat kentara. Sebagai miniatur peradaban, sepantasnya mahasiswa sebagai iron stock dan agent of change mampu dengan arif mencerna berbagai input untuk diolah secara bijak guna memproduksi kebaikan dan manfaat sebesar besarnya. Perhatian khusus diberikan pada pemuda, karena hanya faktor inilah yang menjadi harapan Indonesia di tengah gempuran globalisasi, pengerukan sumber daya alam oleh kepentingan asing dan kebobrokan moral generasi tua saat ini. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Biro Kemahasiswaan UNS, diperoleh keterangan bahwa pengembangan kegiatan kemahasiswaan dapat dibagi menjadi 3 ranah, yaitu kepemimpinan, penalaran serta minat bakat. Kegiatan ini didukung secara penuh dengan dana kegiatan, delegasi dan penghargaan. Tahun ini saja, UNS telah memberikan lebih dari 200 juta rupiah bagi mahasiswa berprestasi nasional dan internasional. Sementara DIKTI, mengucurkan lebih dari 1,3 milyar rupiah untuk 224 proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari UNS di tahun yang sama. Inilah yang sekiranya penting diketahui mahasiswa baru agar tidak serta merta antipati dengan berbagai penawaran kegiatan non akademik. Selanjutnya, dalam memilih organisasi kemahasiswaan (ormawa) pun kita tidak boleh gegabah. Pertanyaan yang harus dijawab adalah mengapa, bagaimana dan untuk apa kita bergabung dalam suatu lembaga kemahasiswaan? Sudahkah sesuai dengan passion dan visi jangka panjang, ataukah sekadar ikut-ikutan dan
dipaksa kakak tingkat? Setelah itu, tidak lupa pembuatan proposal hidup dan target jangka pendek, menengah dan panjang segera disusun memenuhi kapasitas dan kapabilitas yang ingin dicapai secara individu. Berdasarkan penelitian, lingkungan hanya berpengaruh 70% di awal pada pembentukan karakter dan selanjutnya pilihan terletak pada individu pelakunya. Intinya, dimanapun kita berkecimpung, seperti yang dikatakan oleh B.J. Habibie, harus dengan rasional, profesional dan adil. Merujuk pada pernyataan Bapak Asep Sapa’at, Direktur sekolah guru Dompet Dhuafa, profesionalisme merupakan kondisi dimana kita mengerjakan sesuatu sesuai kompetensi, menerapkan prinsip continous improvement dan dilakukan sepenuh hati (passion) tersirat bahwa dalam melakukan setiap pekerjaan, baik besar maupun kecil, mesti disertai perasaan sungguh sungguh dan menjadikannya sebagai bagian dari visi dan mimpi. Dalam pandangan penulis, setidaknya ada 5 unsur dalam integralisme kapasitas mahasiswa, yaitu nilai akademik, kekokohan organisasi, keunggulan prestasi dan kontribusi sosial ditambah dengan keunikan individu. Hal ini direalisasikan dengan keunggulan kolaboratif yang saling mendukung keunggulan individu menjadi bola salju yang terus berputar memberikan pengaruh positif yang membangun masyarakat. Inilah fungsi ormawa sebagai katalisator pengembangan SDM dan penambahan jaringan. (Dwi Prasetyo)
9
Mengusik Eksistensi Pasar Tradisional di Era Modernisme :
Perjalanan Sejarah Pasar Tradisional di Solo
Merdeka! Merdeka! Merdeka! Semangat para pahlawan merebut kemerdekaan masih berkobar dan kita rasakan sampai saat ini. Perjuangan tak kenal lelah tersebut patut kita teruskan. Lalu, apa yang bisa kita lakukan setelah merdeka? Kita harus merebut KEMERDEKAAN di era penjajahan modern saat ini dan di semua lini kehidupan terutama kesejahteraan. Tidak sedikit orang pedagang kecil yang tergerus arus pasar global dan menjadi ciut dengan berdirinya gedung-gedung megah tempat transaksi era modern saat ini. Kembali ke amanat UUD 1945 pasal 33, Pasar tradisional bisa menjadi jawaban akan besarnya gelombang globalisasi pasar yang kita alami sekarang ini. Sejarah Perkembangan Pasar Tradisional Solo Berbicara tentang pasar tradisional dan sebagai langkah untuk Aksi Cinta Budaya Indonesia (ACBI), kita patut untuk mengetahui sejarah pasar tradisional yang ada di solo. Berkembangnya pasar
tidak lepas dari pindahnya kerajaan Kartasura ke desa Solo (dulunya) dan lama kelamaan Solo sebagai Ibu Kota Kerajaan kian ramai. Maka pasar-pasar tradisional pun berdiri. Dalam masa pasca kemerdekaan, pasar tradisional di solo menjadi paket reviltalisasi Kota Solo yang rusak berat akibat perang. Mulai dari perbaikan jalan dan jembatan serta pembangunan dan mefungsikan pasar tradisional yang sudah ada. Beberapa pasar yang besar di antaranya adalah Pasar Gede (Hardjonegoro) (6.120 m2), Pasar Legi (4.100 m2), Pasar Singosaren (2.773 m2), Pasar Gading (1.746 m2), Pasar Windudjeran (1.253 m2), Pasar Ngapeman (1.123 m2), Pasar Kabangan (674m2) Pasar Ngemplak (37m2) dan Gilingan (27m2). Sesuai dengan ACBI UNS mengenai kebudayaan pasar tradisional, kita akan membahas Pasar Legi. Pasar Legi, Pasar Stategis Bersejarah Pendekatan pembangunan yang berdimensi kemanusiaan Jokowi saat menja-
10
bat Walikota Solo yaitu “Jangan Sampai Perkembangan Kota Membunuh Sejarahnya” Disini Pasar juga merupakan bagian dari Sejarah Perkembangan kultural selain pusat pertumbuhan ekonomi. Pasar Legi merupakan pusat perdagangan hasil bumi terbesar di Jawa Tengah yang terletak di jalan S. Parman No. 23 Kelurahan Stabelaan Kecamatan Banjarsari,Surakarta. Diperkirakan transaksi yang terjadi di pasar ini 10 milyar/ hari, bahkan sampai 15 milyar lebih pada hari – hari tertentu. Pada tahun 1930, pasar legi masih berupa pasar yang masih sangat tradisional dimana para pedagang membuka lapak di tanah terbuka. Dibawah pengelolaan Kraton Mangkunegaran, pada tahun 1935 berdiri sebuah bangunan pasar permanen tersusun dari tembok berwarna putih yang bila dilihat dari samping mirip sebuah benteng. Mulai saat itulah pasar ini mulai berkembang dan mengalami pemugaran pada tahun 1992 oleh pemerintah kota Surakarta sehingga menjadi wujud pasar
Legi dengan 2 lantai. Dari sisi sejarah pasar legi dalam perkembangannya bisa dikaitkan dengan Perkembangan Gerakan Nasional pada tahap-tahap awal, di sekitar lokasi Pasar Legi dulu berlangsung pertemuan-pertemuan pergerakan yang dilakukan oleh dokter Tjiptomangunkusumo, Tjokroaminoto, Raden Djojopanatas, Sosrokardono, Douwes Dekker, Sukarno dan lain-lain. Aksi Cinta Pasar Tradisional Pasar tradisional adalah integral dari perkembangan sejarah masyarakat. Di tempat ini pula terjadi berbagai nilai nilai kehidupan yang syarat dengan kultur budaya yang kental di masyarakat. Mari kita kembali ke pasar tradisional. Tempat dimana ekonomi bukan sekedar teori tapi ekonomi yang hakiki. Wujudkan Program yang pro UUD 1945 pasal 33. Salam Perjuangan!!! (Putra Pamungkas) (diolah dari berbagai sumber)
11
Progress eksekusi gerakan cinta pasar tradisional
SilaturahmikeKetuaPaguyubanPasarLegi Pada hari Kamis yang cerah tepatnya pada tanggal 25 Juli 2013, Para Penerima Beasiswa Aktivis Nasional Dompet Dhuafa Republika bersilahturahim ke rumah Ketua Paguyuban Pasar Legi Solo, bapak Sulis di Mojosongo untuk menjalin Ukhuwah persaudaraan sekaligus melakukan penawaran tentang Sosial Project “ Gerakan Cinta Pasar Tradisional” yang digagas oleh Para Penerima Beasiswa Aktivis Nasional Dompet Dhuafa Republika. Di sana kita disambut oleh Bapak Sulis sekelurga dengan hangat. Sedikit ramah tamah diawal dilakukan oleh Para Penerima Beasiswa Aktivis Nasional Dompet Dhuafa Republika. Kemudian, Mas Krisna Dwipayana Purnomo,S.E. Selaku fasilitator Republika mewakili Para Penerima Beasiswa Aktivis Nasional Dompet Dhuafa Republika menyampaikan maksud dan tujuan dari kedatangan Para Penerima Beasiswa Aktivis Nasional Dompet Dhuafa Republika. Disana beliau menyampaikan bahwa Para Penerima Beasiswa Aktivis Nasional Dompet Dhuafa Republika ingin berkontribusi dalam masyarakat dalam hal ini membantu para pengelola pasar untuk memberikan “Memakmurkan” pasar dengan Sosial Projectnya “ Gerakan Cinta Pasar Tradisional”. Project ini dipilih
karena salah satu karakteristik budaya dari segi sosial ekonomi adalah pasar tradisional. Pasar legi merupakan salah satu pasar tradisional yang menjadi ciri khas di kota solo yang merupakan alternative setelah pasar Gedhe yang sudah mulai memasuki modernisasi pada pasarnya dan banyak kaum china yang sudah memasuki wilayah pasar tersebut. Kontribusi yang ingin diberikan oleh Para Penerima Beasiswa Aktivis Nasional Dompet Dhuafa Republika, hanyalah langkah – langkah kecil yang dimungkinkan akan memberikan sebuah dampak yang besar bagi pasar Legi, seperti Bakti sosial Rutin berupa Cek kesehatan Gratis bagi para pedagang, Kerja Bakti Rutin Membersihkan Pasar, Pengajian Rutin untuk Pedagang pasar,dll. Sehingga Membuat masyarakat akan lebih nyaman dan menjatuhkan pilihannya ke pasar karena tempatnya bersih, nyaman dan harganya pun lebih murah daripada harga – harga yang ditawarkan di Supermarket. Setelah menerima penjelasan dari Mas Krisna, Pak Sulis merespon dengan baik niatan tersebut. Beliau sangat senang dengan niatan dari Para Penerima Beasiswa Aktivis Nasional Dompet Dhuafa Republika yang mau “Memakmurkan” pasar. Tetapi beliau meminta Para Penerima Beasiswa Aktivis Nasional Dompet Dhuafa Republika untuk mengikuti pengajian atau beliau akan membuatkan forum diskusi antara dari Para Penerima Beasiswa Aktivis Nasional Dompet Dhuafa Republika dengan Para pedagang di pasar legi sehingga di sana nanti dapat di jelaskan tentang Project sosial tersebut dan dapat di ketahui respon yang akan di sampaikan oleh para pedagang, Sehingga tidak terjadi sebuah kesepatan sepihak. (Akh Ind)
12
Value Budaya Dibalik Pasar Tradisional Sejak lama, kota dipahami sebagai ruang pasar. Ruang transaksional barang dan jasa. Di mana berbagai dinamika kehidupan berkembang bersamaan. Karena alasan itulah orang-orang dari pinggiran menyerbu kota. Membentuk satu relasi perdagangan melalui kesadaran kolektif secara ekonomi, sosial dan budaya sekaligus. Bedanya, dibanding pasar modern yang cenderung kapitalistik, iklim perdagangan pasar yang masih terbentuk bersifat tradisional. Bentukan dari tindakan-tindakan terdahulu yang terproses panjang oleh perjalanan waktu. Bisa dipahami, dalam beberapa hal, termasuk bagaimana harga pasar disepakati tidak didorong oleh hasrat pengayaan individu yang berlebih. Dengan demikian kalkulasi untung atau rugi tidak harus melahirkan ketegangan. Naik-turunnya jenis-jenis kebutuhan pokok tidak selalu ditentukan faktor fluktuasi supply dan demand yang terlalu rumit. Apalagi dimain-mainkan atau ‘digoreng’. Melainkan, berdasar kesepahaman dan
kesepakatan-kesepakatan sosial antara penjual dan pembeli,itulah kelebihan dari pasar tradisional. Ruang Mediasi Informasi-informasi ringan sering hilir mudik tanpa batas ruang dan perbedaan kelas. Demikian pula masing-masing kebiasaan dan tindakan masyarakat yang satu saling bertukar dengan adat kebiasaan masyarakat lainnya, membentuk tesis perilaku baru melalui proses keseharian yang panjang. Ini alasan mengapa, pasar dilihat secara lebih dekat, tak ubahnya ruang komunal yang solid, yang mampu memediasi berbagai perbedaan dan keberagaman. Bahkan sejak jaman kerajaan kuno, pada zaman Airlangga dan Majapahit, petugas telik sandi atau badan intelejen negara kerap memasang hidung, mata dan telinga di pasar-pasar untuk menemukan deteksi awal gerak-gerik publik. Apalagi keadaan ini memiliki signifikansi dengan hilangnya fungsi-fungsi adat
13
seperti rembug desa, bersih desa, kenduri, dan lainya yang semula bermanfaat sebagai media untuk membangun kesadaran bersama dalam iklim keberagaman. Dengan berkurangnya ruang-ruang aktualisasi, termasuk pasar tradisional, masyarakat semakin kesepian dan individualistik. Tidak memiliki ruang dalam berdaya ucap. Daya Pikat Tradisional Bahkan dalam semangat globalisasi sekalipun, unsur-unsur tradisi tidak mudah ditepikan begitu saja. Tidak kurang dari pemerintah Jepang, Korea, Thailand, Flipina, dan juga beberapa negara Eropa, sangat peduli dengan keberlangsungan pasar-pasar tradisional mereka. Keunikan
sosial-budaya yang melekat dalam kehidupan pasar sengaja dikonservasi dan sekaligus dimodernisasi pengelolaannya agar bisa menonjolkan beberapa daya pikat sekaligus sebagai pemicu gairah pariwisata. Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala geografis, lokasi, jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang dan jasa yang diperdagangkan. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual
14
pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan seharihari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian, barang elektronik, jasa dan lain-lain. Pasar juga dianggap sebagai tempat interaksi sosial, bertemunya masyarakat, saling berkomunikasi dan pusat keramaian. Mereka mengenal pepatah “Tuna satak bathi sanak” yang artinya rugi uang, tapi mendapat saudara. namun mendapat pertemanan atau persaudaraan (loyal custommer). Faktor pertemanan atau social relation, dalam konteks ini, dipandang sebagai aset berharga berupa harapan yang tak terhingga –dibanding keuntungan material yang bersifat temporer. Ini pula yang dalam teori ekonomi modern dikenal dengan istilah Social Asset Factor. Dan pada perkembangan mutakir dikenal denga konsep CSR (Corporate Social Responsibility). Masuk akal setiap pedagang di pasar-pasar tradisional memiliki pelanggan setianya masing-masing. Masyarakat tidak mengejar keuntungan semata, tetapi juga hubungan kekeluargaan dapat dibina terus. Hal ini terjadi karena di pasar tradisional ada kesempatan bagi para pembeli dan penjual untuk saling tawar menawar yang berakibat timbulnya kesempatan untuk saling berkomunikasi. Jika dibandingkan dengan pasar modern atau supermarket, Mall, Waralaba, Mini Market dan sebagainya kesempatan untuk tawar menawar yang akan menimbulkan sebuah proses untuk berkomunikasi tidak ada. Mereka hanya
tinggal mengambil barang yang sudah ada label harga dan kemudian membayarnya di kasir. Dari sisi karakter kita dapat melihat bahwa budaya sebenarnya masyarakat Surakarta itu adalah sosialis dan ramah. Jika dilihat dari budaya pemanfaatan waktu, pasar tradisional akan memperlihatkan sebuah identitas budaya masyarakat Jawa sesungguhnya. Di pasar tradisional aktivitas sudah mulai sejak dini hari atau waktu subuh, sedangkan pasar modern yang kini membanjiri kotakota besar, aktivitas atau jam buka batu dimulai sekitar pukul sembilan sampai sepuluh pagi. Terlihat bahwa budaya asli masyarakat Jawa sebenarnya tidak pemalas, mereka sudah beraktivitas di pagi hari betul. Dari segi budaya penetapan lima skala prioritas, pasar tradisional adalah tempat bagi orang yang memang betul-betul membutuhkan barang atau makanan yang akan dibeli karena memang barang atau makanan tersebut betul-betul mereka butuhkan. Sedangkan orang yang datang ke pasar modern adalah orang yang mengejar prestige saja dan juga mereka akan kewalahan ketika datang ke mall karena beragam penawaran yang sebenarnya tidak dibutuhkan karena barang tersebut dibeli berdasar bujuk rayu program diskon. Selama ini hilangnya pasar tradisional di wilayah-wilayah desa dan kota, tidak pernah penulis cemaskan hanya karena pertimbangan angka-angka. Melainkan lebih menitikberatkan pada kajian dan kegalauan akan hilangnya ruang-ruang sosial masyarakat dalam mentranformasi berbagai dinamika budaya desa mereka ke dalam pergaulan kota, dan sebaliknya. (Woro)
15
AKSI CINTA BUDAYA INDONESIA
“Membumikan (lagi) Pasar Tradisional” Pasar Legi, Sabtu pagi, 22 Juni 2013. Enam laskar Bakti Nusa berjalan bersama menyusuri jalan-jalan sempit di keramaian pasar. Pukul 07.30, beberapa mbok masih sibuk menggendong jualan mereka, meniti langkah mantap setiap anak tangga. Sejenak menoleh dan memberikan seulas senyum ke arah kami. Kulit wajah yang semakin keriput menjadi sebuah paradoks bagi semangat hidup mereka yang tidak pernah larut. Pagi yang menyenangkan bagi kami saat
kembali harus bergetar hati dan gelisah melihat potret kehidupan kaum marginal di kota pergerakan. Solo, The Spirit of Java. Jawa, jaga wibawa. Kepiawaian dalam menjaga wibawa ini kemudian menjadikan orang-orang Jawa sebagai tokoh masyarakat yang disegani. Sebutlah Soekarno dan Soeharto, keduanya adalah cerminan kepemimpinan Jawa. Sorot mata mereka tegas, bernas! Mereka adalah diktator ulung dalam sebuah
16
kebijakan, namun selalu bersahaja dalam menjaga nilai-nilai budaya bangsa. Budaya laksana rasa manis dalam buah yang dihasilkan oleh sebuah pohon. Prosesnya panjang. Menanam bibit, menyiram, memberi pupuk. Hingga akhirnya menjadi pohon yang kokoh, berbuah lebat, dan semua orang merasakan manisnya hasil pemeliharaan pohon tersebut. Butuh orang sabar dan berkomitmen untuk memelihara pohon, begitu juga menjaga values budaya. Geliat kegelisahan akan nilai-nilai budaya yang semakin pupus tergerus karena modernisasi dalam segala bidang menjadikan Beasiswa Aktivis Nusantara UNS (Bakti Nusa UNS) mendedikasikan baktinya dalam wujud Aksi Cinta Budaya Indonesia (ACBI). ACBI adalah gerakan sosial yang berorientasi terhadap pemberdayaan mahasiswa sebagai insan cendekia pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk peka dalam menjawab tantangan yang ada di masyarakat. Pasar tradisional menjadi sasaran utama gerakan ini. “Membumikan (lagi) Pasar Tradisional” menjadi inisiasi mimpi agar pasar tradisional dalam 10-20 tahun mendatang masih menjadi salah satu stabilitator pertumbuhan ekonomi rakyat. Terlebih lagi banyaknya nilai-nilai filosofis yang dapat diambil oleh masyarakat melalui dinamika sebuah pasar. Solo sebagai kota yang menjadi basis gerakan pun sudah menawarkan sebuah tatanan pasar baru yang mulai dirintis sejak kepemimpinan Joko Widodo, beberapa tahun kemarin. Revitalisasi pasar terus dilakukan dengan harapan walaupun banyak pasar modern yang tumbuh di Solo, hal tersebut tidak mematikan pasar tradisional. Secara teknis gerakan Bakti Nusa UNS
sudah merumuskan beberapa agenda diantaranya: 1. Bakti Sosial I (Pemeriksaan Kesehatan Gratis) di Pasar Legi bekerja sama dengan BSMI. 2. Kampanye melalui sosial media dan media cetak serta online (Joglo Semar, Solo Pos, Semar TV, Republika Online dll). 3. Grand Opening (GO) ACBI dalam acara Festival Ilmiah Mahasiswa (kerja sama dengan SIM UNS). 4. Bakti Sosial II, Gerakan Bersih Pasar 5. Bakti Sosial III, Gruduk Pasar dan Panggung Seni dengan mengajak semua elemen untuk membeli produk pedagang (Kerjasama dengan Komunitas Pintu dan penggerak seni). 6. Temu Anak Pedagang Pasar. 7. Perekrutan terbuka volunteer ACBI Berkaitan dengan perekrutan terbuka volunteer ACBI akan dijelaskan secara mendetail dalam GO ACBI dalam acara Festival Ilmiah Mahasiswa pada bulan Oktober 2013. Bakti Nusa UNS membuka kesempatan besar bagi mahasiswa yang memiliki semangat bakti muda berbudaya terlebih memiliki kemampuan khusus dalam dunia sosial dan media. Sinergisitas pun akan dilakukan pada beberapa lembaga kemahasiswaan baik di tingkat Fakultas maupun Universitas. Mekanisme perekrutan akan diinformasikan melalui media cetak atapun elektronik terutama melalui website resmi Bakti Nusa UNS www.baktinusauns.com. Bagi kamu yang tertarik untuk bermanfaat lebih maka ACBI adalah pilihan dalam meng-upgrade kualitas dan kapabilitas diri. Baiklah, tunggu kejutan dari kami dalam acara GO ACBI, ya. Salam Negarawan Muda! (Titis)
17
Berjuang dengan Produk Lokal
Di era kemajuan teknologi yang pesat dan media yang saling terhubung, tantangan global yang dihadapi Indonesia semakin signifikan. Peperangan yang semula dalam bentuk angkat senjata dengan wilayah yang diperebutkan kini menjadi peperangan antar korporasi dengan keuntungan yang diperebutkan. Dengan wawasan, jaringan dan kesadaran untuk berfikir global maka kita dapat ikut andil dalam peperangan ini
melalui produk lokal kita yang sudah kita asimilasikan dengan quality, standart, style dan taste internasional. Berikut adalah beberapa langkah yang sudah didahului bangsa kita, 1. Gitar Rick Hanes-Sidoarjo Gitar buatan anak bangsa ini baru sekitar 8 bulan beroperasi dan langsung diterima dengan terbuka oleh pasar industri musik Amerika Serikat (AS). Bahkan, gitar tersebut berhasil menyabet 4 gelar dengan predikat ‘Guitar of The Year 2012′ seperti yang dirilis oleh www.guitar-planet.co.uk ., yang menyisihkan gitar merek Gibson, Fender, dan Ibanez yang lebih dahulu dikenal di dunia. Doddy Hernanto, VP Artist Relationship and Business Development Rick Hanes, menegaskan bahwa
18
gitar yang diproduksi di kawasan Tambak Sawah, Sidoarjo, Jawa Timur tersebut adalah murni buatan tangan masyarakat lokal di Indonesia khususnya Jatim. 2. SepedaPolygon-Sidoarjo Sepeda buatan PT. Insera Sena, sebuah perusahaan produsen sepeda yang didirikan pada 1989 di Sidoarjo, Desa Wadungasih, Bunduran, Jawa Timur. Saat ini sepeda merek Polygon sudah tersebar untuk wilayah Asia, Jepang, Korea, Singapura dan Malaysia. Untuk Eropa, Inggris, Jerman, Prancis, Spanyol, Swiss, Yunani, Denmark, Swedia, Finlandia, Norwegia, Rusia dan Polandia. Beberapa negara di Amerika dan Afrika pun sudah menggunakannya, USA, Kanada, Costa Rica, dan Argentina, Mauritius dan Afrika Selatan. Australia, Selandia Baru dan Kepulauan Fiji juga telah menjadi pasar
ekspor sepeda buatan Sidoarjo ini. 3. PeterSaysDenim Adalah nama merek celana jins yang cukup terkenal di Bandung, didirikan oleh Peter Firmansyah. Produk-produknya sudah diekspor ke beberapa negara. Bahkan jins, kaus, dan topi yang menggunakan merek PeterSaysDenim dikenakan para personel kelompok musik di luar negeri seperti Of Mice & Man, We Shot The Moon, dan Before Their Eyes, dari Amerika Serikat (AS), I am Committing A Sin, dan Silverstein dari Kanada, serta Not Called Jinx dari Jerman. 4. J.Co Donuts & Coffee Johnny Andrean yang sebelumnya terkenal sebagai pengusaha salon yang sukses. Tak kurang dari 168 jaringan salon dan 41 sekolah salon dimilikinya, namun insting sang penata rambut kemudian
19
membawanya terjun ke bisnis makanan. Sejak tahun 2003 ia aktif mengembangkan J.CO. J.COadalah produk dalam negeri dengan menggunakan konsep dari luar negeri dan disempurnakan dengan modernisasi dan kualitas terbaik. J.CO ditujukan untuk menyerbu pasar asing. 5. Sri Rejeki Isman (Sritex) Seragam (North Atlantic Treaty Organization) (NATO), Zara-Solo PT. Sri Rejeki Isman (Sritex) membuat pakaian anti peluru untuk 30 army di selurun dunia, sampai seragam militer anti nyamuk ,cover, rompi, tenda, sepatu dan anti peluru, bahkan anti radiasi. Produk tekstil Sritex telah diakui memenuhi standar North Atlantic Treaty Organization (NATO) sehingga dipercaya memproduksi seragam militer anggota NATO dan juga seragam militer dari 30 negara di dunia seperti Amerika, Rusia, Jerman, Inggris, Australia, Swedia, Belanda, Indonesia, Norwegia, Kwait, Saudi Arabia, dan lainlain. 6. Zara Selain itu Sritex sejak 3 tahun lalu dipercaya pihak prinsipal Zara di Spanyol untuk memproduksi pakaian Zara di Sukoharjo. Produk Zara yang dibuat di Sritex jenis pakaian blus maupun kemeja, bahkan kancingnya pun dibuat di pabrik tersebut. Selain produk pakaian Zara, Sritex juga memproduksi pakaian JCPenney, Breshka, dan Timberland. Semua pakaian brand terkenal itu dibuat di Desa Jetis, Sukoharjo, Jawa Tengah melalui 20.000 pekerja dengan tangan-tangan terampil. Selain itu Sritex melayani prinsipal terkenal lainnya seperti Sears, Wal-Mart, GUESS, Quicksilver, Gymboree, Charles Vogele, Okaidi. Ada beberapa tesis yang bisa dikemuka-
kan untuk menjadi bahan perenungan dan kita cari solusi bersama dalam menghadapi peperangan tersebut. Pertama, bangsa kita mengidap semacam inferioritas kebudayaan. Kita selalu ingin mengidentifikasi diri kita sebagai bangsa asing. Kita mudah terjebak dengan pesona sebuah label atau merek, dan di saat bersamaan mengabaikan fakta bahwa barang tersebut sesungguhnya adalah produk khas negeri sendiri. Kedua, ini adalah buah dari kesuksesan pihak korporasi yang menanamkan image atau gambaran tentang merek yang ideal di kepala kita semua. Pihak korporasi berhasil memaksakan kategori bermerek dan tidak bermerek. Ketiga, masih kurangluasnya pemahaman bangsa Indonesia mengenai kebanggaan terhadap produk bangsa sendiri. Selain itu juga masih kurang bersatunya seluruh elemen masyarakat dalam membudayakan sikap bangga tersebut. Hal ini bisa dimulai dari para pemimpin bangsa ini dengan mengenakan produk lokal. Dari bermacam produk tersebut dapat kita gunakan sebagai referensi untuk turut mengembangkannya sesuai dengan passion dan keahlian kita. Dengan semangat Cinta Produk Lokal, Kedisiplinan, Komitmen, Kualitas, Jaringan, Kerja Keras dan Doa, kelak kita menjadi salah satu patriot yang ikut ambil bagian dalam peperangan ini dengan karena masa depan Indonesia ada pada tangan kita, mahasiswa Indonesia! (Elifas Omega Y.) (dari berbagai sumber) Inisiasi Mimpi UNS Mengabdi Bermula dari teguran moral Bu Nur Hidayah, Direktur Pendidikan Dompet Dhuafa, dalam training Bakti Nusa UNS serta sindiran mahasiswa awam yang kerap memekakkan telinga atas
20
dasar pandangan parsial terhadap pragmatisme Program Kegiatan Mahasiswa (PKM). Maka, sebagai mas’ul lembaga keilmiahan universitas, adalah sebuah keharusan bagi saya untuk memutar otak mencari jalan keluar bahaya laten ini. Tercatat 224 proposal PKM UNS didanai DIKTI hingga 1,3 milyar rupiah ditahun 2013. Sebuah angka yang tidak kecil yang mesti diselamatkan agar berkelanjutan. Harus diakui memang banyak mahasiswa yang belum bisa mengoptimalkan dana yang telah dihibahkan dari DIKTI ini. Tetapi saya kira hal ini tidak dapat digenerelasikan, jalan tengahnya kita harus bijak menyebut mereka sebagai ‘oknum’. Maka tatkala menyelami nilai nilai dasar UKM SIM UNS (Belajar Berkarya Mengabdi), hati ini terketuk menerima ilham untuk membangun “Gerakan Sosial UNS Mengabdi.” Waktu terus berjalan hingga kemudian diri ini memberanikan untuk menyusun siyasah dan membuka semua pintu yang sekiranya dapat mendukung agenda besar ini. Saya katakan bahwa gerakan ini tidak membawa kepentingan golongan apapun! Kita bicara tentang universitas, tentang sebuah lembaga yang telah memberikan kesempatan bagi kita untuk mengenyam pendidikan tinggi. Bicara tentang sebuah bangsa yang merindukan uluran tangan pahlawan generasi pembaharu. Program ini terbuka untuk semua orang yang merasa terpanggil mengembalikan amanat rakyat, menjadi jembatan kebaikan dalam kerangka Tri Dharma Perguruan Tinggi. Awal Ramadhan 1434 H menjadi ajang perdana bertemunya anak anak UKM Keilmiahan UNS guna berbicara tentang UNS Mengabdi. Berbekal trust relationship kami membangun kerjasama
dengan manajemen Dompet Dhuafa dalam pengembangan SDM, LPPM UNS untuk mitra program serta ormawa dan komunitas untuk realisasinya. Bersama mengisi kemerdekaan, berjihad melawan kemiskinan dan kebodohan untuk mewujudkan visi pemberdayaan umat. Secara teknis, kita akan membangun program ini dengan segitiga berikut: Alurnya adalah kita mengumpulkan sebanyak mungkin gerakan sosial yang ada di UNS, baik yang berwujud komunitas, PKM, ormawa ataupun institusi resmi menjadi satu titel “UNS MENGABDI”. Kemudian, data dikumpulkan untuk diolah dan didokumentasikan di website festivalilmiah.uns.ac.id/web. Portal ini akan menunjukkan seberapa besar potensi sinergi mahasiswa hingga muncul interaksi dan komunikasi menghasilkan forum bertukar ide dan pengalaman. Data dan informasi di landing page terus diedukasikan melalui social media hingga setiap orang diberbagai sudut kampus tertarik mengunjungi website. Selanjutnya, bagi yang berminat menjadi pengelola, volunteer dan kontributor, mereka akan dikumpulkan pada workshop pemberdayaan masyarakat di FILM SIM UNS pada 27 Oktober 2013. Kemudian, langkah keberlanjutan akan dibahas bersama sesuai prioritas dengan berbagai pertimbangan. Misalnya dengan memunculkan UNS Mengajar, Forum Peduli Bengawan Solo dan Aksi Cinta Budaya Indonesia. Dengan ini, saya yakin nantinya akan terbentuk sebuah forum dengan kesamaan visi yang terorganisir rapi untuk transformasi berbagai ide kreatif. (Dwi Prasetyo)
21
Sedikit Buah Manis Yang Kami Dapat (Prestasi Anak BA3 UNS yang Sempat Tertulis)
“Hadiah terindah dalam menggapai cita-cita adalah buah-buah manis dalam perjalanan menggapainya” –Andrea Hirata-
Berikut adalah kisah prestasi salah satu laskar Bakti Nusa UNS III, Satria Adi Putra. Yuk, disimak~
Konon ada yang bilang aktivis adalah calon pemimpin bangsa. Ya, saya juga setuju karena mereka-lah yang lebih
banyak berkelut dengan masalah kontekstual dan realita diikuti dengan solusi dan tindakan nyata. Konon ada juga yang bilang, menjadi aktivis itu berarti melepas kewajiban berprestasi. Katanya sih karena kegiatan aktivis sudah menyita waktu tidur mereka. Hmm, kalau seperti itu pasti gak setuju kan yaa? Kalau kegiatan aktivis kita sampai membuat kita gak tidur, gak makan, gak mandi malah justru itu nunjukin aktivis gadungan bro. Gak profesional kali ya, atur waktu dan diri sendiri aja gak bisa. Aktivis itu yang punya tugas banyak tapi selesai juga, punya segudang masalah rumit tapi
22
akhirnya menjadi sederhana dan selesai juga. Sama-sama kita berusaha menjadi seperti itu kan ya, walau diakui memang susah Atau ada juga alasan, gak perlu berprestasi bagi aktivis karena mereka yang akan mengendalikan orang-orang pinter dan punya prestasi sehingga buat apa menjadi seperti mereka. Hmm, kalau ini lebih gak setuju kan ya? Gak mau kan, dipimpin oleh orang yang nol besar dalam bidangnya. Pemimpinnya orangorang berprestasi juga perlu berprestasi dong. Nah, teman-teman pasti sudah tahu kan kalau mahasiswa berprestasi dipilih bukan karena unggul di kegiatan organisasi saja, tetapi juga di bidang kepenulisan, pengabdian, dan prestasi/penghargaan. Itu tu buktinya bahwa yang dibutuhkan itu bukan hanya yang pinter nyuruh-nyuruh anak buahnya, tapi juga yang punya kualitas diri yang tinggi dulu sebelum mempimpin anak buahnya. Aktif organisasi, banyak menulis/meneliti, mengabdikan ilmunya ke masyarakat langsung, serta memiliki prestasi/penghargaan, itu tu kayaknya mahasiswa ideal. Heehe ada gak ya? Alhamdulilah, tahun ini saya diberi kesempatan menjadi Juara I Mawapres FK UNS dan Juara III Mawapres UNS. Secara garis besar ketika pemilihan mahasiswa berprestasi sama antara kampus satu dengan yang lain. Yaitu dinilai tulisan ilmiah kita, cara kita menyampaikan gagasan dan memberikan jawaban, dinilai penghargaan-penghargaan yang dimiliki, kepribadian diri, riwayat pengabdian. Selain itu, beberapa bulan lalu saya mengikuti research paper di FK UNUD (Bali) itu gambarannya adalah presentasi laporan penelitian yang sudah dilakukan. Tegang-tegang gimana gitu deh, pasti
yang berpengalaman presentasi sudah tahu kan gimana rasanya? Penilaian meliputi konten, cara presentasi, dan media yang digunakan. Kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab, mereka yang bisa mempertahankan gagasan, memberikan solusi dan jawaban kepada dewan juri Insya Allah bisa mendapatkan hati dewab juri. Jadi, tidak ada penilaian berdasarkan siapa yang cantik, yang ganteng mana, tapi yang terbaik di keilmuan itu, mereka lah yang menang. Dalam seleksi lomba Scientific Atmosphere bidang research paper ini, disini memperoleh Juara 2 nasional. Semuanya tidak lepas dari lingkungan yang mendukung seperti teman-temanku. Ada juga pihak beasiswa aktivis yang selalu mengajarkan saya (dan teman-teman) menjadi aktivis sebenarnya. Aktif tapi tetap berprestasi. Juga memberikan nilai-nilai baik kepada kita melalui kegiatan-kegiatan di dalamnya. Sekian dulu ya, jika ada yang kurang atau kelebihan saya mohon maaf. Ingat masih bulan syawal perlu dijaga kesucian diri heehe. Ganbatte semua, doakan keluargaku dan teman-temanku untuk mencapai visi mereka yah. Maturnuwun ^_^b @adisaptras Baiklah, itu tadi cerita prestasi Adi sebagai seorang aktivis. Bagaimana dengan kamu? Ikuti terus edisi majalah AKTIVIS selanjutnya ya. Salam Dinamis, Produktif, Jaya! Editor : Titis
23
Let Me Say! Menulis di Media Massa Itu Mudah Sebuah tulisan untuk dimuat di media massa sebenarnya tidak selalu harus benar-benar “tulisan pribadi” atau yang sering kita bayangkan sebagai karya asli/ original, meluncur dari kata-kata sendiri, buah pikiran asli, murni. Ada jenis naskah yang lebih enak ditulis dengan cara “mengarang“, yaitu yang keluar dari hati nurani atau pikiran sendiri. Misalnya, saat menulis surat pribadi atau surat pembaca, menulis cerita, menulis essay/opini, menulis hasil pengamatan, pengalaman atau observasi. Tulisan di
media massa dapat berbentuk artikel ilmiah populer berita/informasi, puisi, cerpen, novel, dkk Akan tetapi untuk tulisan jurnalistik, cara “mengarang” ini biasanya belum pas sebagai naskah jadi. Kekuatan naskah karya jurnalistik sebenarnya terletak pada “isi atau materi” alias substansi. Dan hal ini tidak mungkin dihasilkan hanya mengandalkan pikiran sendiri apalagi melulu suara hati penuh emosi. Pembaca berita tidak akan peduli dengan pikiran Anda, juga perasaan Anda. Yang mereka mau,
24
fakta-fakta apa yang Anda temukan dan laporkan. Yang perlu kita fokus ya pada fakta-fakta itu. Jadi, kalau mau menulis untuk mediamassa, rahasianya: BAHAN! Skill menulis apapun yang Anda miliki saat ini, pakai sajalah. Asal bisa menulis kalimat yang orang lain mengerti, sudah cukup itu. Soal bagus atau jelek, biarkan saja. Nanti juga diperbaiki sama editor/redaktur, asalkan memang isinya “layak terbit”. Sambil terus berjalan, saking seringnya menulis, lama-lama skill atau cara kita menulis itu akan baik juga secara otomatis. Akan berlaku teori “kuantitas akan melahirkan kualitas“. Try, Menulis Tanpa Beban Proses menulis yang sering digunakan
bagi kalangan penulis pemula adalah FreeWriting dan Re-Writing. Dengan teknik Free Writing, Anda dapat menulis secara bebas tanpa mempedulikan bagus tidaknya tulisan yang sedang dikerjakan. Pokoknya terus saja menulis sampai capek, sampai tidak ada lagi yang mau ditulis. Sekalipun tidak urut biarkan saja. Tidak bagus dicuekan saja. Bahkan karena bingung, akhirnya kita hanya menulis: “… apa ya? Aku tak tahu mau nulis apa? Ah gimana nih? dst”. Yang ada dalam pikiran kita cuma: what next, next, next! Perhatikan saja kalau kita lagi emosi (khususnya marah atau gembira), atau dalam pengaruh tekanan (seperti lagi ujian essay). Secara harfiah sebagian
25
besar kita akan menulis dengan cara free writing. Disinilah saatnya Anda mulai menyunting, mulai dari membuang yang tidak perlu, menyusun lagi urutannya serta membaguskan bahasanya. Bisa bolak-balik berkali-kali, sampai akhirnya Anda menyukai hasil akhirnya. Cara lain adalah menulis dengan teknik Re-Writing atau menulis ulang. Ini sangat cocok dan sangat mudah bagi para pemula. Yang kita lakukan adalah mengumpulkan bahan-bahan (referensi atau hasil wawancara) lalu kemudian menulis ulang bahan tersebut, tentu saja dengan memakai gaya bahasa sendiri. Sebut sajalah hasilnya sebagai naskah ramuan. Ramuan yang baik biasanya selalu berupa pernyataan yang disusun dengan kalimat lain, yang berbeda dengan kalimat sumber informasi yang asli. Sedang ramuan yang buruk seringnya berbentuk kumpulan kalimat sama dengan sumber aslinya. Kadang-kadang malah ada semacam ramuan atau rangkuman yang tidak merangkum, tapi mengutip berbagai pernyataan sesuai dengan aslinya, walaupun dengan kata-kata yang disana-sini diganti dengan kata lain, agar agak berbeda. Selama naskah-ramuan itu tidak menunjukkan hasil pengumpulan berbagai informasi (lebih dari satu sumber), ia belum dapat disebut naskah-ramuan namanya, tapi itu jiplakan yang ringkas. Sebaiknya dalam menulis naskah ramuan gunakan gaya bebas saja, seperti sedang menyampaikan informasi kepada seorang teman akrab. Apa yang ditulis biasanya memakai kata lain yang berbeda dengan kata dalam informasi aslinya. Hanya idenya saja yang sama. Sesudah ramuan itu selesai ditulis, tetap saja sebaiknya naskah itu disunting lagi
minimal mengedit bahasanya, atau paling tidak ya judul dan leadnya. Bila perlu, agar lebih gurih rasanya, mungkin masih bisa kita selipkan dan perbaiki intonasinya, nadanya, gaya bahasanya, atau bahkan sedikit digarami dengan humorhumor jenaka. Indahnya Seni Sebuah Tulisan Agar sebuah tulisan tersaji dengan rapi, ramping dan enak dibaca, ia harus dirangkai dengan pola urut-urutan tertentu. Pola urut-urutan ini disebut kerangka tulisan, yang pada dasarnya terdiri atas: (1) Judul/Wajah yang mencerminkan tema; (2) Lead (sapaan/pendahuluan) yang memancing minat dan gairah; (3) Tubuh yang ramping dan dinamis; serta (4) Penutup yang bergaya pamit. Setelah semua bahan penulisan Anda kumpulkan, pasti ada satu yang paling menarik. Inilah yang kita jadikan pembicaraan utama. “Perihal”-nya kita pasang sebagai pemancing minat dalam lead, dan nanti kita ceritakan lebih jauh dalam tubuh tulisan. Kalau dapat, ”perihal” yang paling menarik ini kita expose secara besar-besaran dan kita ceritakan habis-habisan sampai tuntas. Tak ada lagi informasi lain yang menyisa. Point-point (atau perihal-perihal) yang lain tidak usah diceritakan panjang lebar, karena toh tidak menarik. Judul itu Pandangan Pertama Selain harus mencerminkan isi tulisan, judul mesti mampu menarik perhatian calon konsumen/pembaca. Sebab, siapapun yang akan membaca, pasti akan membaca judul lebih dulu. Sekaligus juga ingin tahu, apa gerangan yang akan disajikan dalam tulisan itu, setelah perhatiannya terlambat pada judul. Kalau judul ini ternyata melempem, tidak menarik karena tidak mencerminkan apa-apa,
26
pembaca tidak akan tertarik membaca tulisan itu lebih lanjut. Intinya adalah kita harus mampu mengiklankan naskah kita lewat judul itu. Jadi karena itu berpikirlah tiga kali lebih keras dari sebelumnya saat benarbenar menetapkan judul. Bayangkan saja bahwa nasib naskah Anda benar-benar 90% bergantung pada judul. Karena itu bikin judul sebaiknya di akhir saja sesudah naskah selesai. Sebenarnya sih boleh-boleh saja ditulis sebelum mulai menulis. Keuntungannya paling tidak ini akan membantu kita mengarahkan ide utama tulisan tsb. Tapi sebaiknya anggap saja judul itu hanya untuk sementara. Yang benerannya nanti setelah naskah benar-benar selesai. Untuk menciptakan judul yang bagus dijual (saleable), carilah dari seluruh isi tulisan kita itu beberapa kata kunci (key-
word) lalu rancanglah paling sedikit tiga ide-judul, untuk dipilih salah satu yang paling jelas mencerminkan isi sekaligus paling “laku”. Ide-judul ini belum resmi sebagai sebuah kalimat-judul, melainkan baru focus pada ide-promosinya saja, sedangkan kalimatnya biarlah nanti diperbaiki lagi. Sesudah memilih satu, kita tulis ulang lagi judul yang satu ini agar memenuhi tema. Itu dapat panjang (mula-mula), karena memang ingin menjelaskan isi tulisan yang bersangkutan. Tetapi kemudian kita ringkas lagi dengan kata lain yang lebih kena dan lebih menarik perhatian. Kita juga tidak boleh “terlalu ekstrem” menciptakan judul yang bersifat semu, atau yang kebangetan menipu pembaca, karena ingin sekali mengejutkan dan menarik perhatian, lalu tidak lagi mencerminkan isi sebenarnya.
27
.............judul memang harus dibuat sependek-pendeknya (dalam arti ringkas), namun tetap harus jelas maknanya. .....
28
Pada dasarnya, judul memang harus dibuat sependek-pendeknya (dalam arti ringkas), namun tetap harus jelas maknanya. Tetapi sebaliknya, judul yang terlalu pendek juga tidak akan mampu mencerminkan tema atau sinopsis isinya. Karena itu terpaksa kita kembangkan dulu. Kalau tidak mungkin (karena terpaksa mengorbankan kekhususan judul pendek), boleh juga membiarkan judul pendek itu tetap pendek, tetapi dengan ditambah sub judul dibawahnya. Baik judul yang terlalu panjang, terlalu pendek, maupun yang kabur, tidak dikehendaki. Karena itu diperlukan pemikiran dan penulisan ulang beberapa kali dulu sebelum akhirnya ditemukan judul yang paling cocok. Lead, Bagaimana Caranya? Setelah tertawan oleh judul, minat para pembaca selalu akan tergugah oleh sapaan pertama (alinea awal) yang merupakan lead (pelopor/pendahuluan). Itulah wajah atau daerah paling depan yang akan membuat pembaca sudi masuk ke maksud utama penulis. Karena itu, pada waktu membaca pendahuluan ini mereka berharap akan bertemu dengan hal-hal yang menarik. Kalau ternyata tidak berhasil, minat bacanya menurun. Kapan bagusnya menulis lead? Apakah saat awal menulis? Saya punya saran bagus. Lupakan dulu teori lead yang sudah Anda pelajari saat menulis. Ketika sedang menulis teruskan saja. Yang Penting semua gagasan dan fakta yang mau diungkap sudah tersampaikan. Nah setelah selesai menulis, barulah mikirin lead. Carilah di sekujur tubuh tulisan kita itu content apa yang paling menggugah selera. Apa yang baru bagi kebanyakan orang? Apa yang tampak langka? Apa yang penting? Yang dilihat dan dicari
content. Apabila sudah ketemu ambil paragraph itu. Jadikan dia lead. Tentu kalimat dalam paragraph itu harus dipoles ulang. Dan tentu saja karena lead diambil dari bagian tengah tulisan, jadinya struktur naskah kita perlu ditata ulang. Mainkan copy paste. Pindahkan paragraf-paragraf sesuai keinginan Anda. Mungkin jika agak sulit ambil kertas dan cobalah merancang ulang desain naskah itu. Saya suka menyebutnya rekayasa pikiran. Apabila susunan naskah sudah Anda sukai, barulah konsentrasi pada kalimat-kalimat yang ada. Buatlah agar tubuh tulisan benar-benar ramping dan menarik. Isi Mudah di Mengerti dan Penuh Makna Karena hal paling menarik sudah ditulis dalam pendahuluan, sebenarnya tubuh tulisan hanya kebagian sisa-sisa perihal yang kurang menarik saja. Ini bisa jadi akan membuat tubuh tulisan agak melempem. Untuk menghindari hal ini , Para penulis beken bilang poleslah alinea yang menyusun, isi itu sedikit menarik. Biasanya kan satu alinea terdiri atas beberapa kalimat. Kalimat pertama menegaskan “apa” (gagasan, gambaran, definisi) yang akan diceritakan. Kalimat kedua menjelaskan pengertian yang tersirat dalam kalimat pertama tadi, agar pembaca mempunyai gambaran yang lebih jelas tentang gagasan itu. Kalau dengan kalimat kedua masih dirasa kurang cukup menjelaskan materi pokok tadi, disusunlah kalimat ketiga yang harus dapat menjelaskan kedua kalimat sebelumnya itu agar pembaca mempunyai “a clearer picture” (gambaran yang jelas) tentang hal yang dituturkan itu. Begitu seterusnya, kalimat belakangan selalu menjelaskan kalimat sebelumnya. Tidak merupakan kalimat baru yang
29
mencetuskan ide lain yang baru. Apalagi ide yang tidak ada hubungannya dengan kalimat-kalimat sebelumnya. Kalau ada gagasan baru buat saja alinea baru. Tetapi jangan lupa selesaikan juga alinea sebelumnya sampai tuntas. Alinea yang banyak dibaca ialah yang beruntun. Kalimat-kalimatnya saling berkaitan, menuju ke arah suatu gambaran tertentu yang gamblang (terang benderang). Tubuh tulisan yang tersusun dari sejumlah alinea beruntun itu sebaiknya dibagi-bagi menjadi beberapa bagian, yang jumlahnya sesuai dengan materi (hal, topik, masalah) yang ada. Supaya tulisan terasa lebih ringan, sebaiknya juga dibatasi jangan sampai terlalu panjang melebihi empat bagian. Memang boleh saja terdiri atas satu bab yang amat panjang, tapi tulisan semacam itu pasti melelahkan pembaca. Dan usaha menggugah minat baca yang sudah berhasil dilakukan oleh alinea pendahuluan sebelumnya jadi sia-sia, karena tubuh tulisan terlalu melelahkan. Tiap bagian dari tubuh tulisan harus diberi judul bab sebagai pemisah. Selain memberi kesempatan pembaca agar beristirahat sejenak (pikirannya) sebelum meneruskan membaca, judul bab bertugas sebagai penyegar, pemberi semangat baca yang baru. Isi tulisan akan terasa enak dibaca, kalau terasa lancar membacanya. Dan agar tercipta kelancaran ini, alinea-alinea yang membentuk bab atau bagian dari tubuh tulisan harus dinamis. Artinya harus cepat beralih ke topik berikutnya, kalau memang sudah waktunya beralih. Itu berarti tidak boleh terlalu lama berhenti membicarakan sesuatu topik panjang lebar sehingga jalan cerita terasa lam-
ban. Yah kadang terpaksa deh kita harus membuang ulangan kalimat, ulangan ungkapan, bahkan sering pula ulangan kata yang sama. Setiap bagian dari tubuh tulisan itu sendiri sebaiknya dibatasi, jangan sampai terlalu panjang. Paling banyak sampai lima alinea saja. Bahkan yang masih terlalu banyak harus diringkas dulu sebelum dijadikan bagian yang terdiri dari atas lima alinea. Sebuah tulisan akan mengesankan, kalau ia sudah dapat tamat dibaca dalam waktu lima belas menit. Waktu sesingkat ini tidak melelahkan pikiran untuk menyerap informasi. Apakah Perlu Kata Penutup? Tulisan akan janggal rasanya, kalau ditutup dengan kata “penutup” (seperti makalah skripsi). Meskipun tulisan itu harus ditutup dengan penutup, tetapi lebih enak rasanya kalau tidak dikatakan terus terang dengan judul ”penutup”, melainkan langsung saja berupa alinea baru yang bergaya pamit dan terasa sebagai alinea akhir. Gaya pamit biasanya bisa dihasilkan dengan menyelipkan kata “demikian”, “jadi”, atau “maka”. Kata “akhirnya” juga memberi kesan bahwa alinea ini bergaya pamit, asal diikuti dengan nada yang menurun. . Tetapi, Menulis di Media Massa Kok Sulit ya? Menulis itu mudah kok Dan, banyak manfaatnya. Dengan menulis, kita bisa mengisi waktu luang dengan hal yang bermanfaat. Menulis dapat meningkatkan pola pikir kita untuk berimajinasi. Nah ini, karya tulisan pun bisa diikirimkan ke penerbit media massa. Media, terutama Koran, sangat banyak menerima artikel dari luar. Rata-rata 10-30 artikel per hari. Karena banyaknya pengirim, maka persainganpun me-
30
mang sangat tinggi. Lha apakah berarti tidak bisa ditembus?. Bisa kok, tetapi harus tahu trik dan tipsnya. Lalu caranya seperti apa biar tulisan kita bisa dibuat di media massa?. Nah, pertama mencari tahu karakteristik media yang akan Anda kirimi artikel. Kedua, mencari moment yang tepat saat Anda mengirim artikel. Ketiga, mencari tahu bagaimana media massa media yang akan Anda kirimi artikel menerima artikel dari luar. Dan yang keempat, mempelajari seperti apa model artikel yang diterima oleh media yang akan Anda kirimi artikel. Tidak dapat dielakkan, media massa memiliki karakteristik yang berbedabeda. Perbedaan itu terkait misi dan segmen media. Contoh: Jika Anda mau mengirim artikel keagamaan, jangan kirim ke Jawa Pos. Karena Jawa Pos suka artikel actual karena Jawa Pos berbasis
umum. Kirimlah ke Republika atau media yang berbasis agama. Jadi sekali Anda keliru mengirim ke media yang tidak sesuai dengan misi tulisan, maka akan sangat sulit menembus media itu. Media massa menyukai momen dan aktualitas. Maka dari itu perhatikan momen, karena itu sangat penting. Dengan mengetahui momen, Anda akan bisa dengan cepat menentukan akan menulis artikel model apa. Biasanya, model artikel bisa berbentuk: artikel situasional, artikel aktualitas, artikel getaran, dan artikel misi. Biasanya media menunjukkan cara bagaimana orang luar mengirim artikel. Ada banner atau disclaimer yang dibuat media tersebut. Lakukan apa permintaan dalam disclaimer media itu.
31
Nah harus diingat pula, media sangat memperhatikan kapabilitas penulis. Karena itu jika Anda ingin artikelnya diterima, maka kapabilitas harus diperhatikan. Jika Anda ahli bidag kesehatan menulislah all about kesehatan, dan lain sebagainya. Tapi saya bingung memulai untuk menulis?. Ya, tidak jarang ada tiga masalah klasik yang dihadapi penulis. Pertama, tidak punya ide menulis. Kedua, sudah punya ide tetapi tak bisa memulai. Dan ketiga, sudah bisa menulis tetapi di tengah jalan macet. Karena itu tiga masalah klasik ini harus dipecahkan dulu. Mau menulis ide tetapi buntu, bagaimana membukanya?. Berpikirlah peka terhadap hal-hal yang aktual, kedekatan, getaran kuat, ketokohan, situasional, sensasional, human interest, dan sesuatu yang baru. Karena itu, banyak membaca merupakan kewajiban bagi penulis. Bagaimana memulai menuliskan ide?. Jangan takut memulai menulis. Mulai menulis dari hal-hal ringan, misalnya kutipan (langsung atau tak langsung), pertanyaan, atau data-data ringan. Kalau Anda mengalami kemacetan dalam menulis, kembalikan lagi ke konsep bahwa menulis itu sebenarnya menjalankan segitiga pemikiran ide – pertanyaan - jawaban. Maka, jika berhenti pertanyakan dan jawablah kembali ide awal Anda. Menulis bisa ada outline, tetapi bisa juga tidak ada outline. Terserah. tetapi yang terpenting menulis itu harus mengalir. Anda masih merasa, kok menulis itu sulit?. Menulis artikel itu mudah kok. Jika Anda bisa bicara, maka Anda pula bisa menulis. (Erlindha)
32