Aspek Asuransi dalam Piagam...
Aspek Asuransi dalam Piagam Madinah Mahfud Salimi1
Abstrak Asuransi adalah permasalahan yang mengandung aspek bukan saja ekonomi, namun juga hukum, sosial dan bahkan sejarah. Dari segi hukum, hingga sekarang permasalahan asuransi masih menjadi perdebatan di kalangan para ulama tentang status hukumnya. Hal ini wajar karena Al-Qur‟an maupun hadits tidak menjelaskannya secara eksplisit. Tulisan ini mencoba mengungkap akar sejarah dan dasardasar hukum dalam Piagam Madinah yang telah digagas oleh Nabi Muhammad SAW dalam suatu piagam tertulis yang dikenal dengan Konstitusi Madinah atau Piagam Madinah. Konstitusi Madinah, di samping berisi kesepakatan-kesepakatan yang bertujuan untuk terciptanya stabilitas keamanan, kerukunan, dan terjaminnya hak-hak asasi setiap penduduk Madinah, juga berisi perjanjian saling menjamin dan menanggung membayar dan menerima uang tebusan darah (diyat) di antara mereka yang dapat dijadikan landasan hukum asuransi syariah. Kata Kunci: Pengertian asuransi, embrio asuransi syari‟ah, dan aspek asuransi dalam Piagam Madinah.
1
Dosen Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, Jurusan Asuransi Syariah, IAIN SMH Banten
1
Jurnal Syar‟Ínsurance Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2015
A. Pendahuluan Piagam Madinah merupakan naskah perjanjian yang dibuat oleh Nabi Muhammad saw. dengan rakyat Madinah yang terdiri dari kaum Quraisy, kaum Yastrib dan orang-orang yang mengikut dan berjuang bersama mereka. Nabi Muhammad saw. menulis dan menanda tanganinya sebagai pemimpin yang mereka akui bersamasama. Piagam sebagai bukti dan penegasan adanya persetujuan bersama antara Nabi Muhammad SAW. sebagai pimpinan dengan rakyat yang dipimpinnya. Pengakuan tentang keautentikan naskah Piagam Madinah dapat terlihat dari berbagai tulisan dan pengakuan para ilmuan baik dari kalangan muslim maupun non muslim. W. Montgomomery Watt, misalnya menyatakan, sebagaimana yang dikutip oleh Deddy Ismatullah, bahwa secara umum dokumen Piagam Madinah tersebut diakui autentik.2 Bahkan menurut Arent Jan Wensinsh keautentikan Piagam Madinah tersebut ditemukan pada Hadits yang diriwayatkan oleh para ahli hadits yang sangat otoritatif dan dijamin keshahihannya. Seperti Imam Bukhari dan Muslim dalam Bab Fadhail alMadinah. Juga dokumen penting tersebut dikemukakan oleh ahli hadits yang lain, yaitu Abu Dawud dan al-Nasaiy dalam buku sunannya masing-masing.3 Di dalam hadits-hadits tersebut dijelaskan bahwa ketika Nabi Muhammad saw. tiba di Madinah, pada saat itu terdapat tiga kelompok pemeluk agama, yaitu pemeluk Islam, pemeluk agama paganism, dan pemeluk agama 2W. Montgomomery Watt, Mohammad at Madina (London : Oxford University Press, 1972), hlm. 225, dikutip dari Deddy Ismatullah, Gagasan Pemerintahan Modern dalam Konstitusi Madinah, (Bandung: Pustaka Attadbir, 2006), hlm. 131. 3Ibid.
2
Aspek Asuransi dalam Piagam...
Yahudi. Kelompok Muslim terdiri dari Muhajirin dan Anshar. Pemeluk Yahudi terdiri dari tiga kelompok etnik: Bani Quraizah, Bani Nadlir, dan Bani Qunaiqa. Dapat dikatakan bahwa komunitas masyarakat Madinah pada saat Nabi Muhammad saw. pertama kali menginjakkan kakinya di sana adalah sebuah komunitas yang sangat hetrogen dari berbagai kelompok agama, etnis, dan kesukuan, yang rentan terhadap timbulnya konflik horizontal. Oleh karena itu, untuk mempersatukan berbagai kelompok sosial tersebut, strategi yang pertama kali dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dalah menyusun Konstitusi Madinah. Konstitusi Madinah, di samping berisi kesepakatan kesepakatan yang bertujuan untuk terciptanya stabilitas keamanan, kerukunan, dan terjaminnya hak-hak asasi setiap penduduk Madinah, juga berisi perjanjian saling menjamin dan menanggung membayar dan menerima uang tebusan darah (diyat) di antara mereka. B. Pengertian Asuransi 1. Menurut Bahasa Menurut bahasa, kata asuransi berasal dari bahasa Belanda, dari kata assurantie. Dalam hukum Belanda disebut verzekering yang berarti pertanggungan. Dari assurantie timbul istilah assuraeur (penanggung) dan geassureerde (tertanggung). Dalam bahasa Arab, asuransi disebut “at-ta‟minyang berasal dari kata “amana” yang berarti memberi perlindungan, memberi ketenangan, memberi rasa aman dan bebas dari rasa takut, sebagaimana firman Allah dalam Surat Quraisy Ayat 4:
٤ ِ ُىو َو َءا َمىَهُم ِّلم ۡه َ ۡى ٌ أَ ۡط َع َمهُم ِّلمه ٱ َّل ِ ٓي ٖع 3
Jurnal Syar‟Ínsurance Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2015
“(Allah) yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan”. Kata“amana” tersebut di atas merupakan kata dasar “at-ta‟min”. Dari kata“amana” tersebut timbul ungkapanungkapan yang seakar kata dengan kata“amana” dan memiliki kemiripan dari segi arti, antara lain : األمىة مه ا خى (aman dari rasa takut ), ( األماوة ضد ا خُاوةamanah adalah lawan dari khiyanat ), ( اإلَمان ضد ا كفرiman adalah lawan dari kekufuran), األمه/( إعطاء األمىةmemberi rasa aman). Kata yang terakhir ini yang paling dekat dengan istilah “at-ta‟min”. Jadi kalau ada ungkapan: “Menta‟minkan sesuatu”, artinya seseorang membayar atau menyerahkan uang cicilan agar ia atau ahli warisnya mendapatkan jaminan sejumlah uang manakala hartanya hilang, mengalami kerusakan atau kerugian.4 Istilah lain yang sering digunakan untuk asuransi syariah adalah takaful. Kata takaful/ تكافلberasal dari kata تكافل َتكافل تكافالyang secara etimologi berarti saling menjamin atau saling menanggung. Kata تكافلsebenarnya dijumpai dalam Al-Qur‟an. Namun, ada beberapa ayat AlQur‟an menggunakan kata yang seakar kata dengan تكافل, seperti QS. Thaha ayat 40:
ُۖإِ ۡ تَمۡ ِ ٓيٍ أ ُ ۡ تُ َ فَتَ ُى ُو َۡل أَ ُ ُّل ُكمۡ َع ًَٰى َمه ََ ۡكفُ ُ ۥ “(yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia berkata kepada (keluarga Fir´aun): "Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya?” 4Lihat
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari‟ah (Life and General) Konsep dan Sistem Oprasional, (Jakarta : Gema Insani, 2004), hlm. 28.
4
Aspek Asuransi dalam Piagam...
QS. An-Nisa ayat 85:
بٞ ِ ََّلمه ََ ۡ َف ۡ َ ٰىفَ َعةًة َ َ ىَ ٗةة ََ ُكه َّل ۥ ُ و بلٞ ُي ِّلم ۡىهَ ۖا َو َمه ََ ۡ فَ ۡ َ ٰىفَ َع ٗةة َ ُِّل َ ٗةة ََ ُكه َّل ۥُ ِ ۡف ٨٥ ِّلم ۡىهَ ۗاا َو َ انَ ٱ َّل ُ َع ًَٰى ُ ِّلل َ ٍۡ ٖعء ُّلم ِ ٗةُتا “Barangsiapa yang memberikan syafa´at yang baik, niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. Dan barangsiapa memberi syafa´at yang buruk, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. Menurut Latif Mukhtar sebagaimana yang dikutip Muhammad Syakir Sula, istilah takaful yang diartikan asuransi kemungkinan dipopulerkan oleh Muhammad Abu Zahrah seorang ahli hukum Islam asal Mesir yang menulis buku dengan judul Takaful al-Ijtima‟i fi al-Islam (Sosial security in Islam/ jaminan sosial Islam). Menurut Abu Zahrah yang dimaksud Takaful alIjtima‟I (jaminan sosial Islam) itu ialah bahwa setiap individu suatu masyarakat berada dalam jaminan atau tanggungan masyarakatnya. Setiap orang yang memiliki kemampuan menjadi penjamin dengan suatu kebajikan bagi setiap potensi kemanusiaan dalam masyarakat sejalan dengan pemeliharaan kemaslahatan individu. Yakni, dalam hal menolak yang merusak dan memelihara yang baik agar terhindar dari berbagai kendala pembangunan masyarakat yang dibangun di atas dasar-dasar yang benar. Ungkapan yang paling tepat untuk makna al-Takaful alIjtima‟i menurut Abu Zahrah, sabda Nabi Muhammad saw5:
5Ibid
5
Jurnal Syar‟Ínsurance Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2015
Takaful dalam pengertian muamalah ialah saling memikul risiko di antara semua orang sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas risiko yang lainnya. Saling pikul risiko ini dilakukan atas dasar saling menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru’ dana ibadah, sumbangan, atau derma yang ditujukan untuk menganggung resiko. 6 Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa takaful dalam pengertian muamalah ditegakkan di atas tiga prinsip dasar: a. Saling bertanggung jawab Nabi Muhammad saw. melalui hadits-haditsnya telah mengajarkan bahwa hubungan orang-orang yang beriman itu dalam satu jalinan rasa kasih sayang satu sama lain, ibarat satu badan. Seperti Hadits berikut : : قال رسول هللا صل هللا عليه وسلم: عن النعمان ابن بشير رضي هللا عنهما قال ترى المؤمنين فى تراحمهم وتوادهم وتعاطفهم كمثل الجسداذاشتكى عضوتداعى سائر جسده بالسهر والحمى )(متفق عليه “Dari Nu‟man bin Basyir ia berkata, Nabi saw. bersabda: Anda akan melihat kaum mukminin dalam kasih sayang dan saling mencintai. Pergaulan mereka bagaikan satu badan, bila satu bagian tubuh sakit, maka seluruh anggota tubuh turut merasakan sakit, sehingga tidak dapat tidur dan badannya terasa panas.” b. Saling bekerjasama dan saling membantu Allah SWT merintahkan agar manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat selalu saling membantu dan tolong menolong dalam hal kebajikan dan taqwa, sebagaimana firman-Nya dalam AlQur‟an Surat Al-Maidah Ayat 2: 6Ibid
6
Aspek Asuransi dalam Piagam...
ىا َع ًَ ٱ ۡ ِ ِّلر َوٱ تَّل ۡ َى ٰى ۖي َو َ تَ َعا َووُ ْا َوتَ َعا َووُ ْا ىا َع ًَ ٱ ۡ ِإل ۡ ِم َوٱ ۡ ع ُۡد ٰى َو ِن “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. c. Saling melindungi Nabi Muhammad saw. telah mengajarkan dan memberi contoh tentang pentingnya saling melindungi dalam kehidupan bermasyarakat, bukan saja sesama muslim, namun juga dengan non-muslim. Sebagaimana digambarkan di beberapa pasal dalam Piagam Madinah, yang uraiannya akan penulis paparkan pada akhir tulisan ini. 2. Menurut Istilah Banyak definisi asuransi dalam perspektif konfensional. Di antaranya, menurut Robet I Mehr, sebagaimana yang dikutip Muhammad Syakir Sula, bahwa asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi resiko dengan menggabungkan sejumlah unit-unit yang beresiko agar kerugian individu secara kolektif dapat diprediksi. Kerugian yang dapat diprediksi tersebut kemudian dapat dibagi dan didistribusikan secara proporsional di antara semua unit-unit dalam gabungan tersebut. Sedangkan C Arthur William Jr. dan Richard M Heins, mendefinisikan asuransi bukan hanya alat untuk mengurangi resiko, tapi melihatnya dari dua sudut pandang. Pertama, asuransi adalah perlindungan terhadap resiko finansial oleh penanggung. Kedua, asuransi adalah alat yang mana resiko 7
Jurnal Syar‟Ínsurance Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2015
dua orang atau lebih atau perusahaan-perusahaan digabungkan melalui kontribusi premi yang pasti atau yang ditentukan sebagai dana yang dipakai untuk membayar klaim.7 Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, “asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian di mana penanggung dengan menikmati suatu premi mengikat terhadap tertanggung untuk membebaskannya dari kerugian karena kehilangan, kerugian, atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan, yang akan dapat diderita olehnya karena suatu kejadian yang tidak pasti.”8 Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian Ayat (1) dan (2) dijelaskan bahwa yang dimaksud: 1. “Asuransi” adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk: a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang 7Ibid,
hlm.26. Suparman Sastrawidjaya dan Endang, Hukum Asuransi Perlindungan Teratanggung Asuransi Deposito Usaha Perasuransian, (Bandung : Alumni, 2004), hlm. 118. 8Man
8
Aspek Asuransi dalam Piagam...
didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengolahan dana. 2. Asuransi Syariah adalah kumpulan perjanjian yang terdiri atas perjanjian antara perusahaan asuransi syariah dan pemegang polis dan perjanjian di antara pemegang polis, dalam rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna saling menolong dan melindungi dengan cara: a. Memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita peserta atau pemegang polis karena terjadinya sutu peristiwa yang tidak pasti; atau b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya peserta atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya peserta dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengolahan dana. Menurut Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI),asuransi syariah(ta‟min, takaful, atau tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui infestasi dalam bentuk asset dan/atau tabarru‟ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.9 9Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)Bank Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Naasional MUI, Jilid 1,Edisi Refisi Tahun 2006, hlm. 131.
9
Jurnal Syar‟Ínsurance Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2015
Menurut Kuat Ismanto, asuransi adalah akad yang mengharuskan perusahaan asuransi (muammin) untuk memberikan kepada nasabah (muamman) sejumlah uang/harta sebagai konsekuensi dari pada akad itu, baik itu berbentuk imbalan, gaji, ganti kerugisn barang dalam bentuk apa pun ketika terjadi bencana maupun kecelakaan atau terbuktinya subuah bahaya sebagaimana tertera dalama akad sebagai imbalan uang (premi) yang dibayarkan secara rutin dan berkala atau secara konstan dari klien/nasah tersebut (muamman) kepada perusahaan asurani (muammin) di saat hidupnya.10 Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa asuransi ialah pertanggungan (perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu akan membayar uang kepada pihak yang lain, bila terjadi kecelakaan dsb, sedang pihak yang lain itu akan membayar iuran) mengenai kematian, kebakaran dsb.11 Dengan kata lain pihak yang satu bertanggung jawab untuk menanggung resiko kerugian sebagai yang ditetapkan dalam surat perjanjian (polis) bila terjadi kebakaran, pencurian, dan sebagainya ataupun mengenai kehilangan jiwa (kematiaan) atau kecelakaan lainnya, sedangkan pihak yang tertanggung membayar premi sebanyak yang ditentukan kepada penanggung tiap-tiap bulan. Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa asuransni merupakan salah satu cara pembayaran ganti rugi kepada pihak yang mengalami musibah, yang dananya diambil dari uraian premi seluruh peserta asuransi. 10Kuat Ismanto, Asuransi Syari‟ah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam, ( Yoyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), hlm.6 11W.S.J. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 66
10
Aspek Asuransi dalam Piagam...
Terdapat bebagai macam istilah yang sering dipergunakan dalam asuransi, antara lain: 1) tertanggung, yaitu individu atau badan hukum yang memiliki atau yang berkepentingan atas harta benda; 2) penanggung, yakni perusahaan asuransi, yang merupakaan pihak penerima premi asuransi dari tertanggung dan menanggung resiko atas kerugian/musibah yang menimpa harta benda yang diasuransikan.12 C. Embrio Asuransi Syari’ah Dalam perspektif Islam ada beberapa istilah yang oleh para ulama disamakan dengan praktik-praktik asuransi. Istilah-istilah tersebut oleh para ulama dianggap embrio asuransi syari‟ah. Di antara istilah-istilah tersebut adalah: 1. Al-Aqilah Al-Aqilah yaitu suatu tradisi atau kebiasaan suku Arab saling memikul atau tanggung jawab untuk keluarganya. Jika ada salah seorang dari anggota suatu suku yang terbunuh oleh anggota satu suku yang lain, ahli waris korban akan dibayar dengan sejumlah harta sebagai diyat (uang darah/kompensasai) oleh saudara terdekat dari pembunuh. Saudara terdekat pembunuh tersebut yang disebut aqilah, harus membayar sejumlah harta sebagai diyat (uang darah/kompensasai) atas nama pembunuh.13 Namun di dalam diyat yang menjadi sebab bukan kesengajaan, melainkan karena kekeliruan. Apabila diyat
12Kuat
Ismanto, Asuransi Syari‟ah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam,( Yoyakarta : Pustaka Pelajar,2009), hlm.7. 13Thomas Patrick, Dictionary of Islam. Dalam MM. Billah, Prinsiples and Practices of Takaful and Insurance Comparated, (Malaysia : Internasional Islamic University, 201), hlm. 14. Dikutip dari Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari‟ah (Life and General) Konsep dan Sistem Oprasional, (Jakarta : Gema Insani, 2004), hlm.30.
11
Jurnal Syar‟Ínsurance Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2015
itu disebabkan kesengajaan, maka tidak ada asuransi yang memikul tanggung jawab ini. Karena itu, disyaratkan agar kerusakan itu tidak disebabkan kesengajaan. Dalam masalah diyat para ulama berpendapat bahwa wajib membayar diyat terhadap sebagian kerusakan yang disebabkan kekekliruan seperti pembunuhan atau melukai anggota tubuh karena kekeliruan atau kelalaian. Kata aqilah sama dengan ashabah dalam ilmu waris yaitu kerabat sesorang dari jurusan ayah.14 Ide pokok dari aqilah adalah bahwa suku Arab pada zaman dahulu sudah terbiasa memberikan kontribusi finansial atas nama pembunuh untuk membayar kerugian kepada ahli waris korban. Menurut Muhammad Sakir Sula. Kesiapan untuk membayar kontribusi finansial tersebut sama dengan premi dalam praktek asuransi. Sementara itu, kompensasi (diyat) sama dengan nilai pertanggungan dalam praktek asuransi sekarang. Karena, merupakan bentuk perlindungan finansial untuk ahli waris terhadap kematian yang menimbulkan kerugian sangat besar, yang tentunya tidak diharapkan oleh sang korban.15 Tradisi sistem aqilah ini berlangsung sampai masa Rasulullah. Bahkan dengan datangnya Islam diterima oleh Rasulullah menjadi bagian dari sistem hukum Islam. 2. At-Tanahud At-Tanahud merupakan tradisi mengumpulkan makanan dari para peserta safar (perjalanan) yang dicampur menjadi satu. Setelah makanan tersebut terkumpul menjadi satu, kemudian pada saat dibutuhkan 14Lihat, Fatchur Rahman, Ilmu Waris, (Bandung : Pt. Almaarif, 1981), cetakan kedua, hlm. 339. 15Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari‟ah (Life and General) Konsep dan Sistem Oprasional, (Jakarta : Gema Insani, 2004), hlm. 31.
12
Aspek Asuransi dalam Piagam...
dibagikan kepada peserta safar (perjalanan). Makanan yang mereka serahkan tidak selamanya sama. Begitu juga, makanan yang mereka terima tidak selamanya mendapat porsi yang sama, tapi kadang kala mereka mendapat porsi yang berbeda-beda. Imam Bukhari meriwayatkan, bahwa “Marga Asy‟ari („Asy‟ariyin) ketika keluarganya mengalami kekurangan makanan, maka mereka mengumpulkan makanan apa saja yang mereka miliki dalam satu kumpulan. Kemudian dibagi di antara mereka secara merata. Mereka berkata: “Mereka adalah bagian dari kami dan kami adalah bagian dari mereka” (HR. Bukhari). 3. Aqd al-Hirasah Aqd al-Hirasah kontrak atau perjanjian pengawalan keselamatan antarindividu. Misalnya, ada seseorng yang inging terjamin keselamatannya, lalu ia membuat suatu kontrak atau perjanjian pengawalan keselamatan dengan seseorang untuk menjaga keselamatannya dengan membayar sejumlah uang kepada pengawal. Kompensasi yang diterima dari pihak pertama adalah keamanannya akan dijaga oleh pangawal (piah kedua). 4. Dhiman Khair Thariq Dhiman Khair Thariq merupakan jaminan keselamatan berlalulintas. Para pedagang muslim masa lampau apabila ingin mendapatkan jaminan keselamatan dalam perjalanan dagangnya, ia biasaanya membuat kontrak atau perjanjian dengaan seseorang yang dianggap kuat dan pemberani di daerah-daerah yang rawan kejahatan dengan membayar sejumlah uang kepada pengawal. Kompensasi yang diterima dari pedagang (pihak pertama) adalah keamanan
13
Jurnal Syar‟Ínsurance Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2015
dalam perjaalan membawa barang-barang dagangannya akan dijaga oleh pangawal (pihak kedua). Bentuk-bentuk mu‟amalah tersebut di atas (AlAqilah,At-Tanahud, dan Aqd al-Hirasah), oleh sebagian ahli asuransi syari‟ah dianggap sebagai embrio dan acuan oprasional asuransi syari‟ah. Krena, memiliki kemiripan dengan prinsip-prinsip dan oprasional asuransi syari‟ah. Bedanya, sistem mu‟amalah tersebut (Al-Aqilah,AtTanahud, dan Aqd al-Hirasah) berorientasi pada murni amal tathawwu‟ dan tabarru‟, tidak berorientasi pada profit (keuntungan). D. Akad Asuransi Syari’ah Asuransi sebagai kontrak yang dalam praktiknya melibatkan dua pihak yang terikat oleh perjanjian untuk saling melaksanakan kewajiban, yaitu peserta asuransi dengan perusahaan asuransi sudah barang tentu membutuhkan bentuk akad tertentu. Untuk lebih jelas tentang hal ini, penulis perlu menjelaskan dahulu tentang akad berikut ini. Secara etimologi (bahasa) „Aqad mempunyai beberapa arti, antara lain: 1. Mengikat (ar-rabthu), yaitu:
ْمَج ْمَج ْمَج ْمَجر ْمَج ْبْمَج ْمَج ْمَج ُش ُّد ْمَج ْمَج ُش ُشُهْمَجا ا ْمَجال ْمَج ىَّت ْمَجْبىَّت ْمَج فْمَجْبيُش ْمَجحا ْمَجكقط ْمَجعة ْمَجا ْمَج ة
“Mengumpulkan dua ujung tali dan mengikat salah satunya dengan yang lain sehingga bersambung, kemudian keduanya menjadi sebagai sepotong benda.” 2. Sambungan (aqdatun), yaitu:
ُش اىَّتذى ُشُيس ُشك ُشه ْمَج ا ْمَج ْبُش ْمَجثْبّ ُشق ُشه ْمَج ا 14
اْمَج ْمَج
Aspek Asuransi dalam Piagam...
“Sambungan yang memegang kedua ujung itu dan mengikatnya.” 3. Janji (al-„ahdu) sebagaimana dijelaskan dalam Alquran:
“Ya siapa saja menepati janjinya dan takut kepada Allah, sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang taqwa.” (QS. Ali Imran: 76)
“Hai orang-orang yang beriman tepatilah janji-janjimu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al-Maidah: 1) Istilah „ahdu dalam Alquran mengacu kepada pernyataan seseorang untuk mengerjakan sesuatu dan tidak ada sangkut pautnya dengan orang lain, Perjanjian yang dibuat seseorang tidak memerlukan persetujuan 15
Jurnal Syar‟Ínsurance Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2015
pihak lain, baik setuju maupun tidak, tidak berpengaruh kepada janji yang dibuat oleh orang tersebut, seperti yang dijelaskan dalam surat Ali Imran: 76 bahwa janji tetap mengikat orang yang membuatnya. Perkataan „aqdu mengacu terjadinya dua perjanjian atau lebih yaitu bila seseorang mengadakan janji kemudian ada orang lain yang menyetujui janji tersebut serta menyatakan pula suatu janji yang berhubungan dengan janji yang pertama, maka terjadilah perikatan dua buah janji („ahdu) dari dua orang yang mempunyai hubungan antara yang satu dengan yang lain disebut perikatan („aqad). Dari uraian di atas dapat dicermati bahwa setiap „aqd (persetujuan) mencakup tiga tahap, yaitu: a. perjanjian („ahdu), b. Persetujuan dua buah perjanjian atau lebih, dan c. Perikatan („aqdu). Menurut istilah (terminologi), yang dimaksud dengan akad adalah:
ْمَج ْمَجْب ْمَج ُش ْمَج ُش ْمَج ْمَجاااا ْمَجْب ُشق ُش ْمَجْبيْبْمَجْب ُشه ْمَج ا, ْمَج ْمَجعق ُش ُش ْمَج ا ىَّت ْمَج ُّد ُش اىَّتذي ْمَجْب ْمَج ْمَجْمَجفْمَجْب Aqad yaitu tasarruf antara dua pihak dan timbulnya ikatanikatan/kewajiban-kewajiban yang dipelihara oleh 16 keduanya. Dalam definisi yang lain dikemukakan:
16Yusuf
Musa, Al-Fiqh al-Islami (Kairo, Maktabah Dar al-Kutub alArabi, 19850), hlm..332
16
Aspek Asuransi dalam Piagam...
اا اا ْمَجاا ْمَجقُشْب ٍل ْمَجْمَجى ْمَج ٍل ْمَجا ُش ٍل ْبُشْمَجِّب ُش ا ىَّتْبْمَجاضى ْمَج ُش “Perikatan ijab qabul yang dibenarkan syara‟ yang menetapkan keridhaan kedua belah pihak.”
اا اا ْمَجاا ْمَجقُشْب ٍل ْمَجْمَجى ْمَج ٍل ْمَجا ُش ٍل ي ظه ْمَجث ه ىف حم ْمَج ُش “Perikatan ijab dengan qabul yang dibenarkan syara‟ yang nampak apa yang diakadkan.”17 Akad juga disebut dengan:
ااْمَجال ْمَج ا ْمَجك ْمَج ُش ا ْمَجا ُش ا ْمَجقاا ُش ْمَجا ْمَجق ْمَجاا ُشه ْمَج ا ْمَج ُش ُش ْمَجاا ْمَج ْمَج ا طىَّت فْمَجْب ْمَجا ْمَج ْمَجْبُشْب ْمَج “Berkumpulnya serah terima di antara dua belah pihak atau perkataan seseorang yang berpengaruh pada kedua pihak.” Juga disebutkan:
ىَّتد ْمَجا ْمَجْب ُشق ُش ْمَجا ْمَجق ْمَجاا ُشه ْمَج ْمَجاا ْمَج ْمَج ْمَج اا ْمَجاا ااُشك ِّب
ْمَج ُش ُش اا ْمَجاا ْمَجا ْمَجقُشْب
“Terkumpulnya persyaratan serah terima atau sesuatu yang menunjukan adanya serah terima yang disertai dengan kekuatan hukum.”
17Hasbi
Ash-Shiddieqy,Pangantar Pustaka Rizki Putra, 2009), hlm. 12.
Fiqh Muamalat, (Semarang:
17
Jurnal Syar‟Ínsurance Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2015
اا ْمَجاا ْمَجا ْمَجقُشْب ْمَجش ًا
ْمَج ُش ْمَج ْمَجاا اّ ْمَج ُّد
“Ikatan atas bagian-bagian tasharruf menurut syara‟ dengan cara serah terima.” Akad dapat dibagi kepada beberapa macam, tergantung dari sudut mana meninjaunya. Di antaranya dari segi: (a) penamaan (tasmiyah), (b) pemindahan hak (tabadul al-huquq), (c) dari segi pertanggungan (dhaman). Ditinjau dari segi penamaan (tasmiyah), akad dibagi dua, yaitu: Pertama, aqad musamma, yaitu akad yang telah jelas penamaannya dalam al-Qur‟an dan sunnah dan telah mempunyai hukum tersendiri, seperti akad jual-beli, hibah, ijarah, syirkah, dan lainnya. Kedua, akad ghairu musamma, yaitu akad yang belum ada penamaannya secara khusus, seperti akad bai al-wafa, aqd al-ijaratain, attahkir, dan lainnya.18 Sedangkan akad ditinjau dari segi pemindahan hak (tabadul al-huquq) dibagi menjadi tiga, yaitu : (a) Akad mu‟awadhah, yaitu akad yang berdasarkan atas kewajiban saling mengganti antara dua orang yang saling mengganti antara kedua belah pihak, seperti akad jual-beli, dan semacamnya (b) akad tabarru‟at, yaitu akad yang didasarkan atas pemberian dan pertolongan dari salah satu yang melakukan akad, seperti akad hibah, I‟arah dan yang semacamnya (c) akad yang awalnya tabarru‟ dan berakhir dengan mu‟aradhah, seperti akad qiradh dan akad hibah dengan syarat al-I‟rdh.19 Adapun akad ditinjau dari pertanggungannya (dhaman) dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : (a) Akad 18Mushthafa
Ahmad Zarqa, al-Madkhal al-Fiqh al-„Am, Juz I, (Beirut: Dar al-Fikr, 1968), hlm. 291. 19Ibid.
18
Aspek Asuransi dalam Piagam...
dhaman yaitu suatu akad yang memberikan tanggung jawab kepada penanggung (al-qabidh) untuk menjaga agar barang tidak rusak, jika rusak menjadi tanggung jawab alqabidh seperti akad qiradh, akad qismah, dan akad mukharajah, (b) akad amanah, yaitu akad yang memberikan tanggung jawab suatu barang (yang dipertanggungkan) pada penanggung untuk dijaga, dan penanggung (alqabidh) tidak bertanggung jawab terhadap kersakan barang tersebut kecuali ada unsur kesengajaan, akad al-ida‟, akad al-I‟arah, akad syirkah, akad al-wakalah, dan akad al-washaya, (c) akad muzdajat al-atsar yaitu akad yang sebagian terbentuk dari unsur dhaman dan sebagian yang lain dari unsur amanah, seperti akad al-ijarah, akad rahn, dan semacamnya. Dari urain mengenai pembagian akad tersebut, maka asuransi dapat dikategorikan sebagai akad ghairu musamma, karena meupakan akad baru dan merupakan pembahasan dalam fiqh kontemporer. Namun ada yang dapat dianalogikan (diqiyaskan) dengan beberapa akad yang telah dikenal (musamma). Salah satunya adalah akad muawalat, yaitu akad dua pihak yang secara biologis tidak terikat hubungan nasab, namun salah satunya menjadi penanggung terhadap musibah pertanggungan diyat terhadap peristiwa pembunuhan.20 Di sisi lain, asuransi juga dapat dikategorikan pada ُ ََتَ َ َّلر- و akad tabarru‟. Tabarru‟ berasal dari kata تَ َرُّل عًةا- و َ تَ َ َّلر yang artinya sumbangan, hibah, dana kebajikan, atau derma. Orang yang menderma atau memberi sumbangan
20AM.
Hasan Ali, MA. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analisis Historis, teoritis dan Praktis, (Jakarta : Prenada Media, 2004), hlm. 139.
19
Jurnal Syar‟Ínsurance Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2015
disebut mutabarri ( ) مت رyang berarti dermawan.21 Dalam Al-Qur‟an, kata tabarru‟ tidak diketemukan. Akan tetapi, kalau tabarru‟ itu diartikan dengan dana kebajikan memiliki akar kata yang hampir sama dengan kata al-birr yang terdapat dalam Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah Ayat 177 yang artinya kebajikan, seperti firman Allah:
َّل ُۡ َ ٱ ۡ ِ َّلر أَن ت ُ َى ُّل ْا َىا ُو ُى َ ُكمۡ ِ َ َل ٱ ۡ َم ۡ ِر ِ َوٱ ۡ َم ۡ ِر ِ َو ٰى َ ِك َّله ٱ ۡ ِ َّلر َم ۡه َءا َمه ٓي ٌي َوٱ ى َّل ُِِّلهَ َو َءاتًَ ٱ ۡ َما َو َع ًَٰى ُ ِّل ِۦ َ ِو ِ َٱ ِ َّل ِ َوٱ ۡ َُ ۡى ِ ٱ ۡألٓي ِ ِر َوٱ ۡ َم ٰى َ ِ َك ِة َوٱ ۡ ِك ٰىت َ ٱ ۡ ُ ۡر َ ٰىً َوٱ ۡ َُ ٰىتَ َم ٰىً َوٱ ۡ َم ٰى َ ِكُهَ َوٱ ۡ هَٱ َّل ُِ ِل َوٱ َّل آي ِ ُِهَ َوفٍِ ٱ ِّلر َا ِ َوأَ َا ٱ َّل َىٰى َ َو َءاتًَ ٱ َّلل َىٰى َ َوٱ ۡ ُمىفُىنَ ِ َع ۡه ِد ِمۡ إِ َ ا ٰى َعهَ ُد ۖ ْا ٍِوا َوٱ ٰى َّل ِ ِرَهَ ف ٓي ل َّلرآي ِء َو ِ ُهَ ٱ ۡ َ ۡ ۗا ِ أ ُ ْاو ٰى َٓي ِ َ ٱ َّل ِ َهَ َ َد ُ ۖ ْا ٱ ۡ َ ۡ َ آي ِء َوٱ َّل َىا َوأ ُ ْاو ٰى َ ِ َ ُ ُم ٱ ۡ ُمت َّل ُىن ١٧٧ “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”. Dari pengertian bahasa terebut dapat dipahami bahwa tabarru‟ merupakan pemberian suka rela seseorang 21Muhammad
Syakir Sula, Asuransi Syari‟ah (Life and General) Konsep dan Sistem Oprasional, hlm.35
20
Aspek Asuransi dalam Piagam...
kepada orang lain, tanpa ganti rugi, yang mengakibatkan berpindahnya kepemilikan harta dari pemberi kepada orang yang diberi.22 Menurut Jumhur Ulama sebagaimana dikemukakan oleh Al-Syarbini Al_Khathib bahwa tabarru‟ adalah akad yang mengakibatkan pemilikan harta, tanpa ganti rugi, yang dilakukan seseorang dalam keadaan hidup kepada orang lain secara suka rela.23 Menurut Moch. Fadzli Yusof, menjelaskan bahwa secara umum tabarru‟ mempunyai arti luas. Dana tabarru‟ boleh digunakan untuk membantu siapa saja yang mendapat musibah. Tapi dalam arti sempit, yakni dalam bisnis takaful, karena akadnya melalui akad khusus, maka kemanfaatannya khusus pula, hanya terbatas pada peserta takaful saja. Dengan kata lain, dana tabarru‟ hanya dapat digunakan untuk kepentingan para peserta takaful yang mendapat musibah saja. Dengan demikian, dana tabarru‟ tidak boleh digunakan untuk kepentingan yang lain, sekiranya danatabarru‟ digunakan untuk kepentingan yang lain, berarti melanggar syarat aakad.24 Dalam asuransi syariah tabarru‟ merupakan salaah satu bentuk akad, yaitu akad yang dilakukan dalam rangka memberikan dana kebajikan dengan niat ikhlas (mendapatkan ridha Allah) untuk tujuan saling membantu di antara sesama anggota asuransi syariah, apabila di 22Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)Bank Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Naasional MUI Jilid 1,Edisi Refisi Tahun 2006, hlm. 131. 23Al-Syarbini Al_Khathib, Mughni al-Muhtaj, ( Beirut : Dar al-Fikr, 1978), Jilid II, hlm. 296. 24Moch. Fadzli Yusof,Takaful Insurans Islam (Malaysia : Utusan Publication and Distributor SDN BHD, 1996), ditutif dari Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari‟ah (Life and General) Konsep dan Sistem Oprasional, hlm.38.
21
Jurnal Syar‟Ínsurance Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2015
antara mereka ada yang terkena musibah. Dana klaim yang diberikan diambil dari rekening dana tabarru‟ yang sudah terkumpul dari peserta dan sudah diniatkan sejak akad menjadi peserta asuransi syari‟ah untuk menjadi dana tabarru. Menurut Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), akad tabarru‟adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebaikan dan tolong menolong, bukan semata untuk tujuan komersial. Dalam akad tabarru‟ hibah, peserta memberikan hibah yang akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah. Sedangkan perusahaan hanya bertindak sebagai pengelola. E. Aspek Asuransi dalam Piagam Madinah Di bawah ini penulis kemukakan beberapa pasal Piagam Mdinah yang otentik yang mengandung aspekaspek asuransi : Pasal 2
ا دَة واعطا ها و م
ا مها رون مه رَش ع ً ر عتهم َتعا ىن ُىهم ا َفدون عاوُهم ا معرو وا ط ُه ا مؤمىُه
“Kaum Muhajirin dari Quraisy tetap mempunyai hak asli mereka, yaitu saling tanggung menanggung membayar dan menerima uang tebusan darah (diyat) di antara mereka (karena suatu pembunuhan), dengan cara yang baik dan adil di antara orang-orang beriman.”
22
Aspek Asuransi dalam Piagam...
Pasal 3
و ىىعى ع ً ر عتهم َتعا ىن معا هم ا و ً و ل طا فة تفدي عاوُها ا معرو وا ط ُه ا مؤمىُه “Banu „Auf (dari Yatsrib ) tetap mempunyai hak asli mereka, yaitu saling tanggung menanggung membayar dan menerima uang tebusan darah (diyat), dan tiap keluarga dari mereka membayar bersama akan uang , dengan cara yang baik dan adil di antara orang-orang beriman”. Pasal 4
و ىى اعد ع ً ر عتهم َتعا ىن معا هم ا و ً و ل طا فة مىهم تفدي عاوُها ا معرو وا ط ُه ا مؤمىُه “Banu Sa‟idah (dari Yatsrib ) tetap mempunyai hak asli mereka, yaitu saling tanggung menanggung membayar dan menerima uang tebusan darah (diyat), dan tiap keluarga dari mereka membayar bersama akan uang, dengan cara yang baik dan adil di antara orang-orang beriman.” Pasal 5
و ىىا حرث ع ً ر عتهم َتعا ىن معا هم ا و ً و ل طا فة مىهم تفدي عاوُها ا معرو وا ط ُه ا مؤمىُه “Banu Harts (dari Yatsrib ) tetap mempunyai hak asli mereka, yaitu saling tanggung menanggung membayar dan menerima uang tebusan darah (diyat), dan tiap keluarga dari mereka membayar bersama akan uang ,
23
Jurnal Syar‟Ínsurance Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2015
dengan cara yang baik dan adil di antara orang-orang beriman”. Pasal 6
و ىى م ع ً ر عتهم َتعا ىن معا هم ا و ً و ل طا فة مىهم تفدي عاوُها ا معرو وا ط ُه ا مؤمىُه “Banu Jasym (dari Yatsrib ) tetap mempunyai hak asli mereka, yaitu saling tanggung menanggung membayar dan menerima uang tebusan darah (diyat), dan tiap keluarga dari mereka membayar bersama akan uang , dengan cara yang baik dan adil di antara orang-orang beriman”. Pasal 7
و ىىا ىجار ع ً ر عتهم َتعا ىن معا هم ا و ً و ل طا فة مىهم تفدي عاوُها ا معرو وا ط ُه ا مؤمىُه “Banu Najjar (dari Yatsrib ) tetap mempunyai hak asli mereka, yaitu saling tanggung menanggung membayar dan menerima uang tebusan darah (diyat), dan tiap keluarga dari mereka membayar bersama akan uang , dengan cara yang baik dan adil di antara orang-orang beriman”. Pasal 8
و ىىعمرو ه عى ع ً ر عتهم َتعا ىن معا هم ا و ً و ل طا فة مىهم تفدي عاوُها ا معرو وا ط ُه ا مؤمىُه “Banu „Amr bin „Awf (dari Yatsrib ) tetap mempunyai hak asli mereka, yaitu saling tanggung menanggung 24
Aspek Asuransi dalam Piagam...
membayar dan menerima uang tebusan darah (diyat), dan tiap keluarga dari mereka membayar bersama akan uang , dengan cara yang baik dan adil di antara orang-orang beriman”. Pasal 9
و ىىا ى ُت ع ً ر عتهم َتعا ىن معا هم ا و ً و ل طا فة مىهم تفدي عاوُها ا معرو وا ط ُه ا مؤمىُه “Banu Nabit (dari Yatsrib ) tetap mempunyai hak asli mereka, yaitu saling tanggung menanggung membayar dan menerima uang tebusan darah (diyat), dan tiap keluarga dari mereka membayar bersama akan uang , dengan cara yang baik dan adil di antara orang-orang beriman”. Pasal 10
و ىىا و ع ً ر عتهم َتعا ىن معا هم ا و ً و ل طا فة مىهم تفدي عاوُها ا معرو وا ط ُه ا مؤمىُه “Banu Aws (dari Yatsrib ) tetap mempunyai hak asli mereka, yaitu saling tanggung menanggung membayar dan menerima uang tebusan darah (diyat), dan tiap keluarga dari mereka membayar bersama akan uang , dengan cara yang baik dan adil di antara orang-orang beriman”.25
25
Zainal Abidin Ahmad, Piagam Nabi Muhammad S.A.W. Konstitusi Negara Tertulis Yang Pertama Di Dunia, Jakarta : Bulan Bintang, Cetakan Pertama, 1973. 25
Jurnal Syar‟Ínsurance Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2015
F. Penutup Asuransi syariah dalam arti mu‟amalah yang luas adalah saling memikul risiko di antara dua orang atau lebih sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas risiko yang lainnya. Saling pikul risiko ini dilakukan atas dasar tolong-menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru‟ dana ibadah, sumbangan, atau derma yang ditujukan untuk menganggung resiko. Pada dasarnya, dalam ajaran Islam telah ada dalildalil hukum yang dapat dijadikan rujukan, bukan hanya dalam Al-Qur‟an dan hadits tapi juga dalam Piagam Madinah yangmerupakan naskah perjanjian yang dibuat oleh Nabi Muhammad saw.dalam suatu piagam tertulis yang dikenal dengan Konstitusi Madinah atau Piagam Madinah.Konstitusi Madinah, di samping berisi kesepakatan-kesepakatan yang bertujuan untuk terciptanya stabilitas keamanan, kerukunan, dan terjaminnya hak-hak asasi setiap penduduk Madinah, juga berisi perjanjian saling menjamin dan menanggung membayar dan menerima uang tebusan darah (diyat) di antara mereka yang dapat dijadikan landasan hukum atau model pengembangan dan praktik asuransi syariah.
26
Aspek Asuransi dalam Piagam...
Daftar Pustaka Abidin Ahmad, Zainal, Piagam Nabi Muhammad S.A.W. Konstitusi Negara Tertulis Yang Pertama Di Dunia, Jakarta: Bulan Bintang, Cetakan Pertama, 1973. Ahmad Zarqa,Mushthafa, al-Madkhal al-Fiqh al-„Am, Juz I, Beirut: Dar al-Fikr, 1968. Ali,AM. Hasan, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analisis Historis, teoritis dan Praktis, Jakarta: Prenada Media, 2004. Ash-Shiddieqy,Hasbi, Pengantar Fiqh Muamalah, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSNMUI)- Bank Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Naasional MUI, Jilid 1,Edisi Refisi Tahun 2006. Fadzli Yusof, Moch, Takaful Insurans Islam,Malaysia: Utusan Publication and Distributor SDN BHD, 1996. Ismatullah, Deddy,Gagasan Pemerintahan Modern dalam Konstitusi Madinah, Bandung: Pustaka Attadbir, 2006. Ismanto, Kuat,Asuransi Syari‟ah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam,Yoyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Musa,Yusuf, Al-Fiqh al-Islami (Kairo, Maktabah Dar alKutub al-Arabi, 19850
27
Jurnal Syar‟Ínsurance Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2015
Khathib, Syarbini Al_,Mughni al-Muhtaj, Beirut: Dar alFikr, 1978, Jilid II. Syakir Sula, Muhammad,Asuransi Syari‟ah (Life and General) Konsep dan Sistem OprasionalJakarta: Gema Insani, 2004. Man Suparman Sastrawidjaya dan Endang, Hukum Asuransi Perlindungan Teratanggung Asuransi Deposito Usaha Perasuransian, Bandung: Alumni, 2004. Ismanto, Kuat, Asuransi Syari‟ah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam,Yoyakarta: Pustaka Pelajar,2009. Patrick, Thomas, Dictionary of Islam. Dalam MM. Billah, Prinsiples and Practices of Takaful and Insurance Comparated, Malaysia: Internasional Islamic University, 2011 Rahman, Fatchur, Ilmu Waris, Bandung: Pt. Almaarif, 1981. Watt, W. Montgomomery, Mohammad at Madina, London : Oxford University Press, 1972.
28