ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT
OLEH Ahyar Riza NIP: 132 316 965
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Ahyar Riza : Asepsis Sesudah Tindakan Bedah Mulut, 2009
ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT
OLEH Ahyar Riza NIP: 132 316 965
Kepala Bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi USU
Eddy A. Ketaren drg., Sp. BM NIP. 130 810 196
1
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................. 1
BAB II
INFEKSI SILANG ......................................................................
2
BAB III
PRINSIP ASEPSIS ......................................................................
3
BAB IV
ASEPSIS SETELAH PEMBEDAHAN ....................................
4
BAB V
KESIMPULAN ............................................................................
6
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... ........
7
2
BAB I PENDAHULUAN
Infeksi nosokomial timbul secara berkelanjutan dalam seluruh bidang pemeliharaan kesehatan. Resiko dari infeksi nosokomial dapat dengan mudah dikurangi dengan memahami dan melakukan teknik aseptic. Manusia merupakan sumber alamiah untuk mikroba, dimana seluruh mikroba dapat menjadi sumber untuk terjadinya suatu infeksi. Pengontrolan mikroorganisme pada jaringan hidup dengan agen kimia diperlukan. Antisepsis adalah pencegahan infeksi atau sepsis dan didapatkan dengan antiseptik. Bahan kimia diaplikasikan pada jaringan untuk mencegah infeksi dengan membunuh atau menghambat pertumbuhannya, juga mengurangi jumlah total populasi mikroba. Agar tidak merusak jaringan host terlalu banyak, maka antiseptik umumnya tidak memiliki kemampuan toksik sebesar desinfektan. Asepsis merupakan suatu tindakan untuk mengurangi jumlah mikroba semaksimal mungkin. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran mikroba dari orang yang satu terhadap yang lainnya. Usaha dilakukan untuk menjaga agar lingkungan dari pasien dibebaskan dari kontaminasi dan juga pasien dibebaskan dari koloni mikroba. Asepsis merupakan keadaan yang bebas dari infkesi, karena itu teknik aseptik digunakan untuk menggambarkan langkah-langkah yang perlu diambil guna mencegah infeksi yang timbul dari kontaminasi luka selama pembedahan, yang dapat menyebabkan penyembuhan yang terlambat setelah pembedahan.
3
BAB II INFEKSI SILANG
Transmisi dari agen infeksi antara pasien dan staff dalam lingkungan klinis dapat diterangkan sebagai infeksi silang. Transmisi dapat terjadi antara kontak orang yang satu terhadap orang yang lainnya atau melalui objek yang terkontaminasi. Organisme yang dapat menyebabkan infeksi silang pada manusia terdapat dalam : (1) sumber dari manusia lainnya, merupakan yang paling penting, (2) sumber dari hewan, kurang penting, (3) sumber tidak hidup, paling tidak penting. Transmisi infeksi dari satu orang terhadap yang lainnya, memerlukan : sumber infeksi (orang yang terinfeksi), alat transportasi (bagaimana agen infeksi ditransmisikan, contoh : darah), rute transmisi (contoh : inhalasi). Terdapat beberapa elemen di dalam protokol pengontrolan infeksi secara komprehensive, di antaranya : evaluasi pasien, perlindungan personal, pembersihan instrument, sterilisasi dan penyimpanan, penggunaan disposable, desinfeksi, laboratory asepsis, pembuangan sampah, training dari staff meliputi kelanjutan pendidikan.
4
BAB III PRINSIP ASEPSIS
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam asepsis medis adalah sebagai berikut : (1) Mengevaluasi setiap pasien untuk menentukan apakah terjadi proses infeksi, melihat dan menentukan kemungkinan barrier tepat yang terlibat dalam proses infeksi. Isolasi penyakitnya dan bukan pasiennya. (2) Ketika terjadi penetrasi pada tubuh, kulit sebagai barrier ditembus, maka kondisi pasien menjadi rentan terhadap mikroba yang masuk ke dalam tubuh. Meskipun kulit yang merupakan barrier yang baik untuk melawan kontaminasi mikroba, tetap saja mikroba dapat berkoloni jika tidak dilakukan tindakan pencegahan secepat mungkin. (3) Seluruh cairan tubuh dari pasien dipertimbangkan terkontaminasi. Team pemberi layanan kesehatan dan lingkungan dapat menjadi sumber kontaminasi bagi pasien. (4) Agen antiseptik digunakan untuk membunuh atau mencegah mikroba kulit, kulit tidak dapat disterilkan tetapi jumlah mikroba dapat dikurangi, sedangkan agen desinfektan digunakan untuk membunuh atau mencegah mikroba lingkungan. Antiseptik bukan merupakan desinfektan. (5) Karakteristik antiseptik meliputi kemampuan yang cepat untuk mengurangi flora, memiliki spektrum yang luas dalam kemampuan membunuh, tidak dapat diabsorbsi melalui kulit dan membran mukosa, dan harus dengan konsentrasi yang tepat. Terdapat aturan yang berlaku dalam teknik aseptik yaitu hanya personel yang steril yang dapat menyentuh benda steril, dan hanya bahan steril yang dapat menyentuh jaringan pasien. Benda atau bahan yang sudah steril hanya boleh berkontak dengan benda atau bahan steril lainnya, jika bahan steril berkontak dengan bahan tidak steril maka menjadi tidak steril, dan jika suatu bahan diragukan kesterilannya, maka dianggap non steril.
5
BAB IV ASEPSIS SETELAH PEMBEDAHAN
Terdapat 2 hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan asepsis setelah pembedahan, yaitu penanganan luka dan penanganan benda tajam. Beberapa prinsip perawatan setelah pembedahan berguna dalam mencegah penyebaran dari pathogen. Luka sebaiknya diinspeksi atau ditutup dengan tangan operator yang dilindungi oleh sarung tangan yang bersih. Ketika akan memeriksa beberapa pasien, maka pasien tanpa masalah infeksi sebaiknya dilihat terlebih dahulu, dan yang meliliki masalah seperti abses yang didrain, dilihat sesudahnya. Selama dan setelah pembedahan, bahan-bahan yang terkontaminasi sebaiknya di tangani dengan cara dimana staff dan pasien lainnya tidak akan terinfeksi. Resiko yang paling umum dalam penyebaran penyakit dari pasien terinfeksi terhadap staff adalah dengan tusukan jarum atau laserasi akibat scalpel. Oleh karena itu maka jarum, blade scalpel, dan instrument tajam lainnya perlu ditangani secara hati-hati untuk mencegah terjadinya luka. Luka tajam dapat dicegah dengan penggunaan jarum anestesi lokal yang dimasukkan kembali ke dalam tutupnya setelah digunakan. Jika pasien membutuhkan suntikan yang multiple dengan menggunakan satu syringe, maka jarum sebaiknya ditempatkan kembali diantara waktu pakai untuk menghindari kemungkinan tertusuk oleh jarum suntik. Jarum dapat dengan aman ditutup kembali dengan menempatkan tutupnya pada holder, dengan forcep atau instrument lainnya untuk memegang penutupnya, atau dengan mengarahkan jarum ke penutupnya yang terletak di atas tray sampai jarum secara keseluruhan berada dalam penutupnya. Karena itu, sewaktu menutupkan, penutupnya sebaiknya tidak dipegang oleh tangan operator, karena posisi ini memiliki resiko yang tinggi untuk tertusuk oleh jarum.
6
Gambar 1. Jarum ditempatkan pada penutupnya
Jarum disopable tidak boleh dibengkokkan atau dihancurkan setelah digunakan, dan jarum sebaiknya tidak dilepaskan secara manual dari disposable syringe atau ditangani secara manual. Forcep atau instrument lainnya dapat digunakan untuk menangani benda tajam. Berhati-hati untuk tidak menempatkan atau melepaskan blade dari pegangan scalpel tanpa menggunakan instrument. Disposable syringe, blade, jarum, dan benda tajam lainnya sebaiknya dibuang ke dalam suatu wadah yang kaku, yang telah didesain khusus untuk benda tajam yang terkontaminasi, dan juga mudah diakses. Untuk perlindungan lingkungan, bahan-bahan terkontaminasi seharusnya dibuang dalam tas yang diberi label dengan tepat dan diambil oleh perusahaan yang memiliki reputasi yang baik dalam menangani sampah berbahaya. Sampah klinik tidak boleh dicampur dengan sampah domestik karena berbahaya, yang mana dapat diangkat ke pengadilan.
7
BAB V KESIMPULAN
Pengontrolan mikroorganisme pada jaringan hidup dengan agen kimia diperlukan. Antisepsis adalah pencegahan infeksi atau sepsis dan didapatkan dengan antiseptik. Bahan kimia diaplikasikan pada jaringan untuk mencegah infeksi dengan membunuh atau menghambat pertumbuhannya, juga mengurangi jumlah total populasi mikroba. Hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan asepsis setelah pembedahan, yaitu penanganan luka dan penanganan benda tajam.
8
DAFTAR PUSTAKA Peterson, L. J. 2003. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 4th ed. Mosby. St. Louis, Missouri. ven though intact skin is a good
Crow, S. Asepsis – The Foundation of Infection Control Practices. Louisiana State University Health Care Centre Samaranayake, L. P. 2nd ed. Essential Microbiology for Dentistry. Harcourt Publishers Limited. Edinburgh.
9