Arus Bolak-Balik Arus bolak balik dihasilkan oleh generator yang menghasilkan tegangan bolak-balik dan biasanya dalam bentuk fungsi sinusoida (sinus atau cosinus). Tegangan dan arus bolak balik dapat dinyatakan dalam bentuk
V (t ) =Vm cos(ωt ) atau V (t ) =Vm sin ωt +
π
I (t ) = I m cos(ωt ) atau I (t ) = I m sin ωt +
2
π 2
Transformator Misalkan tegangan dari generator dinyatakan dengan
ε =Vm sin(ωt ) Karena ε berubah terhadap waktu maka arus I1 pada kumparan 1 juga fungsi dari waktu yaitu yang dinyatakan dengan
ε 1 = −L
dI 1 dt CK-FI5082.09-1
GGL induksi yang timbul pada kumparan 2 adalah
ε 2 = −M
dI 1 ε =M 1 dt L
Karena M dan L adalah konstan, maka terlihat bahwa ε2 juga akan berbentuk fungsi harmonik sebagaimana ε1. Jika kedua kumparan adalah berbentuk solenoida ideal, maka
M = µA
N1
L = µA
1
N2
N1 2 1
sehingga
ε 2 µAN1N2 1 N = = 2 2 ε1 1 µAN1 N1
Rangkaian R Perhatikan rangkaian AC dengan sebuah hambatan (R), rangkaian ini dinamakan rangkaian resistif. Misalkan
V(t)
R
VR(t)
V (t ) =Vm cos(ωt )
CK-FI5082.09-2
Artinya
VR (t ) = V (t ) = VRm cos(ωt ) =Vm cos(ωt )
Dengan menggunakan aturan Kirchhoff, arus pada rangkaian adalah
V (t ) − IR = 0 → atau
I (t ) =
V (t ) VRm cos(ωt ) = R R
I R (t ) = I Rm cos(ωt )
Arus dan tegangan pada resistor mempunyai fasa yang sama (sefasa)
IRm = VRm/R
Kaitan antara arus maksimum adalah
maksimum
I Rm =
dengan
tegangan
VRm R
Grafik VR(t) dan IR(t) V(t) I(t) t
CK-FI5082.09-3
Rangkaian L Perhatikan rangkaian AC dengan komponen induktor (L), rangkaian ini dinamakan rangkaian induktif. Misalkan
V(t)
L
VL(t)
V (t ) =Vm cos(ωt ) VL (t ) = VLm cos(ωt ) =Vm cos(ωt )
Maka
Dengan menggunakan aturan Kirchhoff
V (t ) − L
V (t ) dI dt = 0 → dI = dt L
Bila diintegralkan akan diperoleh
I (t ) =
VLm VLm cos ( ω t ) dt = sin(ωt ) L ∫ ωL
I L (t ) =
Arus dan tegangan mempunyai beda fasa sebesar π/2 (tegangan mendahului arus)
VLm π sin(ωt ) = I Lm sin(ωt ) = I Lm cos ωt − 2 ωL ILm = VLm/ωL
Besaran ωL dinamakan reaktansi induktif (XL) yang menyatakan resistansi efektif pada rangkaian induktif.
X L = ωL
CK-FI5082.09-4
I Lm =
Jadi
VLm XL
Grafik VL(t) dan IL(t) pada induktor VL(t) I(t)
Rangkaian C Perhatikan rangkaian AC dengan komponen kapasitor (C), rangkaian ini dinamakan rangkaian kapasitif.
V(t)
C
Misalkan
V (t ) =Vm cos(ωt )
Maka
VC (t ) = VCm cos(ωt ) =Vm cos(ωt )
VC(t)
Dengan menggunakan aturan Kirchhoff
V (t ) −
I (t ) =
Q = 0 → Q = CV (t ) = CVm cos(ωt ) C
dQ d (CVm cos(ωt )) = −ωCVm sin(ωt ) = dt dt CK-FI5082.09-5
I C (t ) = −ωCVCm sin(ωt ) = −I Cm sin(ωt ) = I Cm cos ωt +
ICm = ωCVCm
Besaran
1
ωC
π 2
Arus dan tegangan mempunyai beda fasa sebesar π/2 (arus mendahului tegangan)
dinamakan reaktansi kapasitif (XC) yang
menyatakan resistansi efektif pada rangkaian kapasitif.
XC =
Jadi
1
ωC
I Cm =
VCm XC
Grafik VC(t) dan IC(t)
VC(t) I(t)
CK-FI5082.09-6
Rangkaian RLC seri Perhatikan rangkaian AC yang terdiri dari hambatan (R), induktor (L) dan kapasitor (C) yang tersusun seri
VR(t)
VL(t)
R
L
VC(t) C
V(t)
Misalkan tegangan sumber adalah V (t ) =Vm cos(ωt ) , sedangkan arus pada rangkaian adalah I (t ) = I m cos(ωt + ϕ ) , ϕ menyatakan beda fasa antara arus dan tegangan. Karena rangkaian seri, maka arus pada setiap komponen sama dengan arus total, yaitu I (t ) = I m cos(ωt + ϕ ) . Tegangan pada masing-masing komponen Komp onen
I(t)
R
I (t ) = I m cos(ωt + ϕ )
V(t)
L
VR (t ) = VRm cos(ωt + ϕ ) π I (t ) = I m cos(ωt + ϕ ) VL (t ) = VLm cos ωt + ϕ +
C
I (t ) = I m cos(ωt + ϕ ) VC (t ) = VCm cosωt + ϕ −
Dengan
2
π 2
VRm = I RmR = I mR VLm = I LmX L = I mX L = I m (ωL )
CK-FI5082.09-7
VCm = I CmX C = I mX C =
Im (ωC )
Sehingga
V (t ) =VR (t ) +VL (t ) +VC (t ) π R cos(ωt + ϕ ) + ωL cos ωt + ϕ + 2 Vm cos(ωt ) = I m 1 π cos ωt + ϕ − + 2 ωC “hambatan efektif” total (Vm/Im) dan beda fasa antara arus dan tegangan (ϕ) sulit ditentukan melalui cara aljabar trigonometri
Rangkaian RLC paralel Perhatikan rangkaian AC yang terdiri dari hambatan (R), induktor (L) dan kapasitor (C) yang tersusun paralel
IR(t) V(t)
R
IL(t) L
IC(t) C
Misalkan tegangan sumber adalah V (t ) =Vm cos(ωt ) , sedangkan arus pada rangkaian adalah I (t ) = I m cos(ωt + ϕ ) , ϕ menyatakan beda fasa antara arus dan tegangan.
CK-FI5082.09-8
Karena rangkaian paralel, maka tegangan pada setiap komponen sama dengan tegangan sumber, yaitu V (t ) =Vm cos(ωt ) . Arus pada masing-masing komponen Komp onen
V(t)
I(t)
R
V (t ) =Vm cos(ωt )
L
V (t ) =Vm cos(ωt )
I R (t ) = I Rm cos(ωt ) π I L (t ) = I Lm cos ωt −
C
V (t ) =Vm cos(ωt )
I C (t ) = I Cm cos ωt +
2
π 2
Dengan
I Rm =
Vm R
I Lm =
Vm V = m X L (ωL )
I Cm =
Vm =Vm (ωC ) XC
Sehingga
I (t ) = I R (t ) + I L (t ) + I C (t )
π 1 1 cos ωt + cos(ωt ) + ωL 2 R I m cos(ωt + ϕ ) =Vm ωt − π ω + C cos 2 “hambatan efektif total” dan beda fasa antara arus dan tegangan sulit ditentukan dengan cara seperti ini
CK-FI5082.09-9
Penggunaan diagram Phasor (Phase vector) Analisa rangkaian AC menggunakan aljabar trigonometri ternyata sulit dilakukan terutama bila rangkaiannya tidak sederhana. Dengan menggunakan diagram phasor, beberapa kesulitan aljabar diselesaikan dengan bantuan gambar (geometri). Suatu phasor adalah seperti vektor biasa yang mempunyai besar (panjang) dan arah (sudut terhadap sumbu tertentu). Besaran yang dinyatakan dengan fungsi harmonik (sinus dan cosinus) seperti tegangan dan arus dapat digambarkan sebagai sebuah phasor. V (t ) =Vm cos(ωt + ϕ ) dalam notasi phasor Misalnya →
dinyatakan sebagai V (t ) = Vm∠(ωt + ϕ ) Panjang phasor
Sudut phasor yang menyatakan arah
Bila digambarkan dalam diagram phasor
Vm
(ωt + ϕ) V(t) = Vmcos(ωt + ϕ) CK-FI5082.09-10
Tinjau kembali rangkaian RLC seri
V (t ) = VR (t ) +VL (t ) +VC (t )
π R cos(ωt + ϕ ) + ωL cos ωt + ϕ + 2 Vm cos(ωt ) = I m 1 ωt + ϕ − π cos + 2 ωC Bila menggunakan cara phasor
→
→
→
→
V = VR +VL +VC
Vm → ( ) = ∠ + = ∠(ωt + ϕ ) V V t ω ϕ R Rm R → π π Vm ∠ ωt + ϕ + VL = VLm∠ ωt + ϕ + = 2 ωL 2 → ωt + ϕ − π = ωCV ∠ ωt + ϕ − π V = V ∠ m Cm C 2 2 Penggambaran dalam diagram phasor VLm VRm
(ωt + ϕ + π/2)
VLm VRm
(ωt + ϕ)
VCm Vm
(ωt + ϕ − π/2)
VCm
VLm − VCm
δ
VRm
CK-FI5082.09-11
Vm = (VLm −VCm )2 + (VRm )2 = Im
(X L − X C )2 + R 2
V −V δ = arctan Lm Cm VRm X − XC = arctan L R
→
V = Vm ∠(ωt + ϕ + δ )
ϕ menyatakan beda fasa antara arus dan tegangan
Dengan demikian
V = Vm cos(ωt ) = Vm cos(ωt + ϕ + δ ) → artinya ϕ = −δ Jadi
Berarti tegangan mendahului arus
V (t ) =Vm cos(ωt ) I (t ) =
Besaran
Vm R 2 + (X L − X C )2
X − XC cos ωt − arctan L R
R 2 + (X L − X C )2 dinamakan impedansi, yang
menyatakan “hambatan efektif total” untuk rangkaian RLC seri, dilambangkan dengan Z.
Z seri = R 2 + (X L − X C )2
CK-FI5082.09-12
Daya Pada resistor
Daya sesaat P = I 2R = (I Rm cos(ωt ))2 R = (I Rm )2 R cos2 (ωt )
Daya rata-rata dalam satu perioda adalah T
∫ Pdt
P =
0
0
=
T
2π
(IRm ) R ∫ cos2 (ωt )dt 2
2π ω
Dari tabel integral diperoleh hasilnya adalah π
( I Rm )2 R = 2
Pada induktor
Daya sesaat
P = IVL = (I Lm ) sin(ωt )(VLm ) cos ωt = (I LmVLm ) sin(ωt ) cos(ωt ) (I V ) = Lm Lm sin(2ωt ) 2
Daya rata-rata
I LmVLm 2π ∫ sin(2ωt )dt 2 0 P = =0 (2π ω )
Pada kapasitor
CK-FI5082.09-13
Daya sesaat
P = IVC = (I Cm ) sin(ωt )(VCm ) cos ωt = (I LmVLm ) sin(ωt ) cos(ωt ) (I V ) = Lm Lm sin(2ωt ) 2
Daya rata-rata
I LmVLm 2π ∫ sin(2ωt )dt 2 0 P = =0 (2π ω )
Jadi daya didisipasikan hanya pada hambatan saja.
Contoh Tentukan beda fasa antara arus dan tegangan serta besar impedansi pada rangkaian RLC paralel.
CK-FI5082.09-14