HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI GORENGAN DENGAN OBESITAS SENTRAL PADA WANITA USIA 25 – 45 TAHUN DI KELURAHAN GEDANGANAK KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG
ARTIKEL PENELITIAN
Oleh YOGY DWI SAPUTRA NIM. 060110a029
PROGRAM STUDI ILMU GIZI SEKOLAH TINGGI KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN SEPTEMBER, 2014
1
HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI GORENGAN DENGAN OBESITAS SENTRAL PADA WANITA USIA 25–45 TAHUN DI KELURAHAN GEDANGANAK KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG Yogy Dwi Saputra, Indri Mulyasari, Meilita Dwi Paundrianagari E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Latar Belakang: Obesitas sentral merupakan kondisi kelebihan lemak tubuh yang terpusat didaerah perut (intra-abdominal or visceral fat). Konsumsi gorengan lebih dari enam kali dalam seminggu dapat memicu terjadinya obesitas sentral. Tujuan: Mengetahui hubungan frekuensi konsumsi gorengan dengan obesitas sentral pada wanita usia 25-45 tahun di Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Metode: Rancangan penelitian ini adalah studi korelasi dengan pendekatan crosssectional dengan populasi seluruh wanita usia 24-45 tahun dan jumlah sampel sebanyak 85 orang diambil dengan metode teknik propotional random sampling. Obesitas sentral diukur dengan menggunakan metlin (meteran line). Frekuensi konsumsi gorengan diukur menggunakan FFQ Semiquantitatif dan wawancara. Analisis bivariat menggunakan uji korelasi Chi Square dengan nilai α=0,05 Hasil: Sebagian besar mengkonsumsi gorengan dengan kategori selalu (≥6 kali seminggu) 76,5% (n=65), sisanya kategori sering (3-5 kali seminggu) 12,9% (n=11) dan kategori kadang (1-2 kali seminggu) 10,6% (n=9). Responden yang mengalami obesitas sentral sebanyak 76,5% (n=65), dan tidak obesitas sentral 23,5% (n=20). Ada hubungan frekuensi konsumsi gorengan dengan obesitas sentral pada wanita usia 25-45 tahun di Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang (p=0,001). Simpulan: Ada hubungan frekuensi konsumsi gorengan dengan obesitas sentral pada wanita usia 25-45 tahun di Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Kata kunci: frekuensi konsumsi gorengan, obesitas sentral.
*Program Studi Ilmu Gizi STIKes Ngudi Waluyo
2
THE CORRELATION BETWEEN THE FREQUENT OF CONSUMING FRIED FOOD WITH CENTRAL OBESITY IN 25-45 YEARS OLD WOMEN IN GEDANGANAK VILLAGE EAST UNGARAN SEMARANG REGENCY Yogy Dwi Saputra, Indri Mulyasari, Meilita Dwi Paundrianagari E-mail :
[email protected] ABSTRACT Background: Central obesity is a condition of excessive body fat centralized in stomach area (intra-abdominal or visceral fat). The consumption of fried foods more than six times a week can lead to central obesity. Objective: Knowing the correlation between the frequent of consuming fried food with central obesity in 25-45 years old women in Gedanganak village East Ungaran Semarang regency. Method: The design of this study was a correlation study with cross-sectional approach to the entire population of women aged 24-45 years old and total samples of 85 were people taken by the method of proportional random sampling technique. Central obesity was measured by using meter line. The frequency of fried food consumption was measured by using a FFQ Semiquantitatif. Bivariate analysis used Chi Square test correlation with α = 0.05. Result: Most of the respondents consumed fried foods in always category (≥6 times week) as many as 76.5% (n = 65), and often category (3-5 times a week) as many as 12.9% (n = 11) and sometimes category (1-2 times a week) as many as 10.6% (n = 9). The respondents who had central obesity were 76.5% (n = 65), and non central obesity were 23.5% (n = 20). Bivariate analysis showed no correlation between the frequency fried food consumption with central obesity in 25-45 years old women in Gedanganak Village, East Ungaran Semarang Regency (p=0,001) Conclusion: There was a correlation between fried food consumption with central obesity in 25-45 years old women in Gedanganak village, East Ungaran Semarang regency. Keywords
: Frequency of fried food consumption, central obesity
*Program Studi Ilmu Gizi STIKes Ngudi Waluyo
3
PENDAHULUAN Pola hidup masyarakat saat ini lebih mengarah kepada tingkat kepraktisan dalam segala hal, termasuk dalam pemilihan jenis dan pengolahan makanan. Makanan jenis ini dipilih karena dapat mengefisiensikan waktu. Pada dasarnya pola makan yang demikian ini merupakan kebiasaan yang tidak baik karena merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi dan dapat mengganggu kesehatan individu dan masyarakat (Depkes, 2014). Menurut Data Susenas modul konsumsi tahun 2009 menyebutkan bahwa gorengan merupakan salah satu jenis makanan praktis yang dipilih oleh 51% rumah tangga di Indonesia. Gorengan terutama menjadi pilihan masyarakat karena selain harganya yang murah, enak, gurih, mudah didapat, juga dapat memberikan asupan energi di antara waktu makan serta belum banyaknya pengetahuan mengenai dampak konsumsi gorengan terhadap kesehatan (Marbun, 2009). Salah satu aspek yang dapat menyebabkan gorengan tidak baik bagi kesehatan adalah penggunaan minyak jelantah dalam jangka waktu terus menerus dapat mengakibatkan penurunan sensivitas insulin yang berhubungan dengan obesitas sentral yaitu dapat berkurangnya efisiensi ransangan transduksi insulin pada postbinding receptor level (Kavanagh, 2007). Konsumsi gorengan 6 – 7 kali dalam seminggu dengan asupan lemak rata – rata lebih dari 62 gram perhari serta adanya konsumsi natrium yang lebih dari 1500 mg/hari akan mempengaruhi rendahnya stimulasi produksi insulin dan terganggunya fungsi kinerja hormon leptin yang dapat mengakibatkan nafsu makan meningkat dan penggunaan energi menurun (Castillo’n, 2011). Menurut Nurmalina (2011), ketika nafsu makan bertambah maka akan terjadi peningkatan tambahan kalori didalam tubuh dan jika disertai dengan aktivitas fisik yang kurang maka tubuh akan menerima banyak asupan kalori dari yang dibutuhkan, maka kalori
lebih ini akan disimpan sebagai lemak ditubuh sebagai energi cadangan. Ketika kelebihan kalori ini terus berlanjut maka akan berakibat kelebihan berat badan dan bahkan dapat terjadi obesitas sentral (Nurmalina, 2011). Menurut WHO (World Health Organization) (2011), obesitas sentral adalah kondisi kelebihan lemak perut atau lemak pusat. Obesitas sentral lebih berhubungan dengan risiko kesehatan dibandingkan dengan obesitas seluruh tubuh (Shen W, 2006; Wittchen HU, 2006). Adapun bahaya obesitas sentral yang dapat terjadi adalah gangguan metabolisme yaitu sindrom metabolik yang meningkatkan risiko diabetes melitus serta penyakit jantung dan pembuluh darah (Dinkes, 2013). Prevalensi obesitas sentral pada tahun 2007 di Provinsi Jawa Tengah sebesar 18,8 persen dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 26,6 persen, serta untuk proporsi nasional penduduk dengan perilaku konsumsi makanan berlemak, berkolesterol dan makanan gorengan ≥1 kali per hari yaitu tertinggi di atas rerata nasional adalah Jawa Tengah (60,3%). Prevalensi obesitas sentral yang terdapat di Kabupaten Semarang berdasarkan usia 2534 tahun sebesar 16,7 persen, usia 35-44 tahun sebesar 22,8 persen, dan usia 45-54 tahun 25,1 persen, untuk jenis kelamin laki – laki sebesar 7,2 persen dan perempuan sebesar 28,4 persen, dan dengan jenis pekerjaan sebagai Wiraswasta sebesar 24,6 persen dan prevalensi obesitas sentral tertinggi dengan pekerjaan Ibu Rumah Tangga sebesar 34,6 persen (Riskesdas, 2013). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang pada bulan Maret 2014, didapatkan hasil pengukuran langsung dan wawancara bahwa 80% dari 10 wanita usia dewasa mengalami obesitas sentral. Lima responden (50%) mengatakan sering (6 – 7 kali seminggu) mengkonsumsi gorengan, kemudian dari tiga responden (30%) 4
diantaranya mengatakan kadang – kadang (3 – 5 kali seminggu) mengkonsumsi gorengan, dan dua responden (20%) tidak mengalami obesitas sentral serta jarang (1– 2 kali seminggu) mengkonsumsi gorengan selain itu hasil wawancara dari keseluruhan responden mengatakan bahwa tidak tahu mengenai bahaya dari obesitas sentral dan juga jarang melakukan aktivitas fisik sehari – hari, sehingga secara keseluruhan responden kebanyakan mengalami obesitas sentral. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan frekuensi konsumsi gorengan dengan kejadian obesitas sentral pada wanita usia 25 – 45 tahun di Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi konsumsi gorengan dengan kejadian obesitas sentral pada wanita usia 25 – 45 tahun di Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Manfaat dalam penelitian ini adalah bagi peneliti sebagai sarana dalam menerapkan metodologi penelitian serta manambah pengetahuan dan wawasan terutama dalam memberikan informasi untuk mahasiswa ilmu gizi yang profesional. Bagi masyarakat sebagai bahan informasi bagi masyarakat tentang pentingnya memperhatikan frekuensi konsumsi gorengan dalam rangka mengurangi status gizi obesitas khususnya pada wanita usia 25 – 45 tahun. Bagi pihak institusi penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi untuk pengembangan mahasiswa dan sebagai sumber data untuk penelitian berikutnya yang berkaitan dengan frekuensi konsumsi gorengan dengan obeitas sentral pada wanita usia 25-45 tahun di Kelurahan Gedanganak. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber informasi pengetahuan dan sumber prevalensi data mengenai frekuensi konsumsi gorengan dengan obesitas
sentral khususnya pada wanita usia 25 – 45 tahun. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian studi korelasi, yang bertujuan mengetahui hubungan antara frekuensi konsumsi gorengan dengan obesitas sentral. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Pengukuran frekuensi konsumsi gorengan dilakukan dengan wawancara, dan FFQ Semikuantitatif, sedangkan pengukuran lingkar pinggang menggunakan meter line. Kriteria inklusi dalam peneletian ini adalah wanita usia 25-45 tahun. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia 25 – 45 tahun di Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dengan jumlah 2.797 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik proportional random sampling adapun jumlah sampel yang didapatkan sebanyak 85 responden Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan program SPSS. Analisis dilakukan secara deskriptif untuk menggambarkan frekuensi konsumsi gorengan dengan obesitas sentral yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Analisis bivariat hubungan frekuensi konsumsi gorengan dengan obesitas sentral menggunakan uji statistik kolerasi kai kuadrat (chi square) dengan α=0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik usia responden yang terdapat di Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang diketahui bahwa sebagian besar responden berusia 35-45 tahun dan sisanya responden dengan usia 25-45 tahun. Tabel 4.1 Usia Responden di Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Usia (tahun) n % 25-34 29 34,12 35-45 56 65,88 Total 85 100,0 5
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Konsumsi Gorengan Responden di Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Frekuensi Konsumsi n % Gorengan Selalu 65 76,5 Sering 11 12,9 Kadang 9 10,6 Total 85 100,0 Pada Tabel 4.2 diketahui bahwa responden yang mengkonsumsi gorengan dengan kategori selalu (≥6 kali seminggu) didapatkan hasil bahwa konsumsi gorengan memang sudah menjadi makanan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan hasil studi Hidayat (2007), menyatakan bahwa konsumsi gorengan saat ini merupakan suatu hal yang biasa dikonsumsi setiap hari atau dengan kategori selalu (≥6 kali seminggu) oleh suatu masyarakat yang dikarenakan gorengan adalah jenis makanan yang harganya relatif murah, gurih, dan mudah didapat baik dikalangan anak-anak hingga dewasa dan lanjut usia. Responden yang frekuensi konsumsi gorengan dengan kategori sering (3-5 kali seminggu) menyatakan bahwa umumnya saat pagi hari responden mengkonsumsi gorengan sebagai lauk untuk sarapan, sedangkan pada sore hari responden mengkonsumsi gorengan sebagai cemilan, namun ada juga responden yang menyatakan konsumsi gorengan hanya pada saat bertamu kerumah tetangga. Selanjutnya untuk responden yang frekuensi konsumsi gorengan dengan kategori kadang (1-2 kali seminggu) menyatakan bahwa gorengan dikonsumsi pada saat bertamu kerumah kerabat, sahabat, maupun keluarga. Adapun hasil wawancara kepada responden yang memiliki kategori jarang mengkonsumsi gorengan adalah rata-rata reponden memiliki aktivitas sebagai buruh pabrik yang bekerja selama 12 jam dan hampir sedikit ada waktu untuk membeli maupun
memasak gorengan sehingga responden jarang mengkonsumsi gorengan. Tabel 4.3 Kejadian obesitas sentral pada responden di Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Kejadian Obesitas Sentral n % Tidak Obesitas Sentral 20 23,5 (<80cm) Obesitas Sentral (≥80 cm) 65 76,5 Total 85 100,0 Pada Tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar sebagian besar dari responden mengalami obesitas sentral yaitu sebanyak 76,5% dengan hasil pengukuran lingkar pinggang ≥80 cm sedangkan responden yang tidak mengalami obesitas sentral dengan hasil pengukuran lingkar pinggang <80 cm adalah sebanyak 23,5%. Pengukuran lingkar pinggang secara langsung dengan menggunakan metlin (meteran line) pada responden dengan posisi berdiri, dikarenakan posisi berdiri merupakan posisi yang menjadikan lingkar pinggang berada dalam posisi normal dan stabil, sehingga dapat meminimalkan bias pada pengukuran lingkar pinggang (Depkes, 2007; Gibson, 2005).
6
Hubungan Frekuensi Konsumsi Gorengan Dengan Obesitas Sentral Pada Wanita Usia 25–45 Tahun Di Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Tabel 4.4 Tabulasi silang frekuensi konsumsi gorengan dengan kejadian obesitas sentral pada wanita usia 25 – 45 tahun di Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Frekuensi Konsumsi Kejadian Obesitas Sentral p value Gorengan Tidak Obesitas Total Obesitas Sentral Sentral n % n % n % Selalu 2 3,1 63 96,9 65 100,0 0,0001 Sering dan kadang 18 90,0 2 10,0 20 100,0 Total 41 44,1 52 55,9 93 100,0 gr. Menurut Angka Kecukupan Gizi Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukan (AKG) tahun 2013, jumlah energi yang bahwa 65 responden mengkonsumsi dibutuhkan oleh wanita usia 24-45 tahun gorengan dengan kategori selalu sebagian sebesar 2200 kkal, lemak 67,5 gr, dan besar mengalami obesitas sentral dan dua serat 31 gr. Responden pada penelitian ini responden tidak mengalami obesitas dengan asupan energi dan lemak termasuk sentral. Hasil penelitian ini sesuai dengan tinggi dan dengan asupan serat rendah jika hasil studi Lestari (2013), yang dibandingkan dengan AKG 2013 menunjukkan bahwa sebanyak 80,8% menghasilkan persen pencapaian energi responden mengalami obesitas sentral sebesar 62,4%, lemak 108,8%, dan serat karena seringnya mengkonsumsi makanan 21,09%, artinya gorengan merupakan gorengan serta makanan yang berlemak makanan penyumbang energi serta lemak dan hasil pada penelitian ini adalah yang tinggi dan dengan asupan serat yang dengan nilai p=0,0001 atau p≤α (α=0,05) rendah. Hasil penelitian ini juga sesuai maka ada hubungan antara frekuensi dengan hasil dari data Riskesdas tahun konsumsi gorengan dengan obesitas 2013 juga menyatakan bahwa penduduk sentral pada wanita usia 25-45 tahun di di Provinsi Jawa Tengah (60,6%) Kelurahan Gedanganak Kecamatan merupakan lima provinsi tertinggi di atas Ungaran Timur Kabupaten Semarang. rerata nasional dengan perilaku konsumsi Hasil penelitian ini sejalan dengan makanan berlemak, berkolesterol dan penelitian Pujiati (2010) mengenai makanan gorengan ≥1 kali per hari (40,7 prevalensi dan faktor risiko obesitas %). Pola makan yang sedemikian ini jika sentral pada penduduk dewasa kota dan berkelanjutan maka akan berdampak kabupaten Indonesia tahun 2007, buruk terhadap kesehatan, sehingga hal ini ditemukan bahwa ada hubungan yang sesuai dengan teori yaitu jika kapasitas bermakna antara faktor risiko obesitas energi dan lemak yang tinggi ini jika tidak sentral dengan pola konsumsi makanan dibakar makan akan disimpan dalam berlemak seperti gorengan, makanan jaringan adiposa. Peningkatan lemak pada bersantan serta makanan fast food lainnya jaringan adiposa akan meningkatkan dengan nilai p=0,044. Gorengan hormon leptin, sehingga memiliki mengandung lemak serta energi yang pengaruh terhadap pengaturan tinggi. Hasil penelitian ini didapatkan keseimbangan energi didalam tubuh dan bahwa responden dengan kategori selalu pada akhirnya dapat menyebabkan rerata asupan energi responden sebanyak obesitas sentral (Murray, 2009), serta 1372 kkal, lemak 73,43 gr, dan serat 6,54 apabila menurut Beck (2011) jika 7
konsumsi serat yang kurang dari 12 gr per hari dan yang sudah dianjurkan oleh AKG (2013) adalah sebanyak 31 gr per hari maka akan meningkatkan risiko penyakit sindroma metabolik dan peningkatan lingkar pinggang sebanyak 0,63cm dalam waktu 9 tahun (Koh-Banerjee, 2003). Dua responden yang tidak mengalami obesitas sentral namun memiliki frekuensi konsumsi gorengan dengan kategori selalu, hal ini disebabkan karena responden memiliki aktivitas fisik tingkat sedang selama 15 menit yaitu sebagai ibu rumah tangga serta setiap malam responden rajin melakukan olahraga badminton setiap malam bersama suami dan anaknya. Menurut Proverawati (2010), mengatakan bahwa jika konsumsi lemak dan energi yang tinggi setiap hari serta jika aktivitas fisik ±15 menit selalu dilakukan setiap hari maka sistem metabolisme didalam tubuh akan baik sehingga energi yang masuk akan tidak akan tersimpan menjadi lemak melainkan dapat digunakan menjadi energi untuk bergerak maupun untuk berlari. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini tidak meneliti faktor lain yang dapat mempengaruhi obesitas sentral seperti jumlah konsumsi gorengan, aktivitas fisik, genetik, dan faktor psikologis responden. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian tentang hubungan frekuensi konsumsi gorengan dengan obesitas sentral pada wanita usia 25-45 tahun di Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dapat disimpulkan bahwa: 1. Sebagian besar responden mengkonsumsi gorengan dengan kategori selalu sebanyak 76,5%%, sisanya konsumsi gorengan kategori sering sebanyak 12,9%, dan konsumsi gorengan kategori kadang sebanyak 10,6%.
2. Sebagian besar responden mengalami obesitas sentral sebanyak 76,5% dan sisanya tidak obesitas sentral sebanyak 23,5% 3. Ada hubungan frekuensi konsumsi gorengan dengan obesitas sentral pada wanita usia 25-45 tahun di Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Saran 1. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini hanya meneliti tentang berapa kali frekuensi konsumsi gorengan dalam seminggu yang berkaitan dengan obesitas sentral, sehingga disarankan perlu adanya penelitian tentang jenis gorengan yang digoreng secara berulang yang berdampak pada penyakit lain selain obesitas sentral seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan risiko penyakit jantung koroner. 2. Bagi Masyarakat Sebaiknya frekuensi konsumsi gorengan dibatasi sebanyak 1-2 kali seminggu, berolahraga yang teratur untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan tubuh. 3. Bagi Dinas Kesehatan Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang dampak konsumsi gorengan bagi tubuh serta memberikan penyuluhan tentang konsumsi tinggi buah dan sayur serta teratur untuk menjaga kesehatan tubuh. DAFTAR PUSTAKA Angka Kecukupan Gizi. 2013. Angka Kecukupan Gizi 2013. Edisi Revisi Beck, ME. 2011. Ilmu Gizi dan Diet. Yogyakarta : ANDI Castillo’n, PG, et al. 2007. Intake of fried foods is associated with obesity in the cohort of Spanish adults from the European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition. Am J Clin Nutr Vol.86:198–205. 8
http://www.ajcn.org/content/86/1/198.f ull.pdf. [September 10, 2013] Depkes. 2007. Cara Pengukuran Antropometri. www.depkes.go.id. [Juli 18, 2013] Depkes. 2014. Pedoman Gizi Seimbang (PGS) 2014. http://gizi.depkes.go.id/pgs-2014-2. [Februari 17, 2014] Dinkes. 2013. Bahaya Obeitas Sentral. www.dinkes.go.id. [Maret 11, 2014] Gibson, RS. 2005. Principles of Nutritional Assessment. New York : Oxford University Press Hidayat, SM. 2007. Deskripsi Kolesterol Dan Makanan Gorengan. Health Promotion and Informatics. Depok : Universitas Indonesia. [April 11, 2014] Kavanagh, K. et al. 2007. Trans Fat Diet Induces Abdominal Obesity and Changes in Insulin Sensitivity in Monkeys. Obesity vol. 15 no 7. www.nature.com/oby/journal/v15/n7/pd f/oby2007200a.pdf. [Oktober 20, 2013] Koh-banerjee, et al. 2003. Prospective study of the association of changes in dietary intake, physical activity, alcohol consumption, and smoking with 9-y gain in waist circumference among 16 587 US. Am J Clin Nutr 78, 719727. [Maret 12, 2014] Lestari, P. 2010. Pemanfaatan Minyak Goreng Jelantah Pada Pembuatan Sabun Cuci Piring. Universitas Sumatera Utara. Tesis. [Januari 31, 2014] Marbun, NB. 2009. Analisis Kadar Timbal (Pb) Pada Makanan Jajanan Berdasarkan Lama Waktu Pajanan yang Dijual Di Pinggir Jalan Pasar I Padang Bulan Medan Tahun 2009. Jurnal Kesehatan, 1 (2), hal. 12-25. [Februari 20, 2014]
Murray, et al. 2009. Biokimia Harper. Edisi ke-27. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Nurmalina R dan Valley B. 2011. Pencegahan dan Manajemen Obesitas. Jakarta: Elex Media Komputindo Gramedia. Proverawati, A. 2010. Obesitas dan Gangguan Perilaku Makan Pada Remaja. Yogyakarta : Muha Medika Pujiati S. 2010. Prevalensi Dan Faktor Risiko Obesitas Sentral Pada Penduduk Dewasa Kota Dan Kabupaten Indonesia Tahun 2007. Tesis. Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia, Jakarta. [Februari 16, 2014] Riskesdas. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. http://riskesdas2013-140203225438phpapp02.pdf. [Februari 26, 2014] Shen, W. et al. Waist circumference correlates with metabolic syndrome indicators better than percentage fat. Int J Obes. 2006;14:727-36. Susenas. 2009. Modul Konsumsi Masyarakat Indonesia. Jakarta : Badan Pusat Statistik World Health Organization, 2011. Obesity And Overweight. www.who.int/nutrition. [Februari 27, 2014] Wittchen, HU. et al. 2006. International day for the evaluation of abdominal obesity: rationale and design of a primary care study on the prevalence of abdominal obesity and associated factors in 63 countries. Eur Heart J. Vol. 8(suppl B): B26-33
9