ARTIKEL Judul
MASJID AL IMRON: LATAR BELAKANG PENDIRIAN DAN NILAI PENDIDIKAN SEJARAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI DESA TOYAPAKEH, NUSA PENIDA, KLUNGKUNG, BALI
Oleh NI KETUT EKA KRESNA DEWIPAYANTI 0914021036
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2013
0
MASJID AL IMRON: LATAR BELAKANG PENDIRIAN DAN NILAI PENDIDIKAN SEJARAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI DESA TOYAPAKEH, NUSA PENIDA, KLUNGKUNG, BALI
Oleh: Ni Ketut Eka Kresna Dewipayanti, NIM 0914021036 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja e-mail:
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Faktor-faktor yang melatarbelakangi pendirian Masjid Al Imron; (2) Fungsi Masjid Al Imron bagi komunitas muslim setempat; dan (3) Nilai pendidikan sejarah yang dapat diambil dari Masjid Al Imron di Desa Toyapakeh sebagai sumber belajar sejarah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu: (1) Metode penentuan lokasi penelitian; (2) Metode penentuan informan; (3) Metode pengumpulan data (observasi, wawancara, dan studi dokumentasi); (4) Metode analisis data; dan (5) Metode pelaporan hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Faktor-faktor yang melatarbelakangi pendirian Masjid Al Imron yakni (a) Faktor religi yaitu manusia memiliki ikatan batin dengan tuhannya serta rasa takut akan dunia nyata serta alam yang tidak tampak di luar batas kesadaran manusia; (b) Faktor sosial yaitu identitas diri yang menyatakan bahwa manusia sesungguhnya sama tanpa perbedaan sedikit pun; dan (c) Faktor budaya yaitu yaitu peninggalan budaya yang berhubungan dengan masjid seperti suara azan, pembacaan ayat suci Quran, dan hadrah. 2) Fungsi Masjid Al Imron bagi komunitas muslim setempat, di antaranya (a) Fungsi religi; (b) Fungsi sosial; (c) Fungsi budaya; dan (d) Fungsi pendidikan. 3) Nilai pendidikan sejarah yang dapat diambil dari Masjid Al Imron sebagai sumber belajar sejarah yaitu, (a) Nilai religius; (b) Nilai keagungan budaya; (c) Nilai toleransi; dan (d) Nilai kepahlawanan.
Kata Kunci: Masjid, nilai sejarah, sumber belajar.
1
ABSTRAC
This study attempted to investigate: (1) The factors underlying the establishment of Masjid Al Imron , (2) The function of Masjid Al Imron for the local Muslim community, and (3) Educational value of history that can be taken from the mosque in the village of Al Imron Toyapakeh as a source of learning history. This study used qualitative approach, there are: (1) Method of determining research location, (2) Method of determining sources, (3) Data collection methods (observation , interviews , and documentation), (4) Methods of data analysis, and (5) Methods of reporting research results. The results showed that: 1) The factors underlying the establishment of Masjid Al Imron namely (a) Factors that religious people have a bond with god and the fear of the real world and nature seems not beyond the limits of human consciousness, (b) Social factors, namely identity which states that man is essentially the same no difference at all, and (c) Cultural factors that are associated with cultural heritage such as the mosque call to prayer, scripture reading Quran, and tambourine. 2) Function Masjid Al Imron for the local Muslim community, including (a) The function of religion, (b) Social function, (c) The function of culture, and (d) Educational functions. 3) The value of education that can be drawn from the history of Masjid Al Imron as a source of learning history that is, (a) Religious value, (b) The value of cultural greatness ; (c) The value of tolerance, and (d) The value of heroism.
Keywords: Mosque, history value, sources.
2
Pendahuluan Keberadaan Nusa Penida identik
Penida didatangi oleh
seseorang
yang
dengan Pura (Pura Dalem Ped, Pura Batu
bernama Raden Jum’at. Raden Jum’at
Medau, Pura Goa Giri Putri, Pura Puncak
melakukan kesalahan yaitu dia menangkap
Mundi) dengan susunan masyarakat serta
dan menjual sapi-sapi yang berkeliaran serta
kepercayaannya asli Bali. Namun, di balik
menanami pantai Penida dengan pohon
fenomena kehinduan yang menonjol di Nusa
kelapa.
Penida terselip pula penganut agama lain
mendapatkan
lengkap
Klungkung.
dengan
sarana
peribadatannya
Atas
perbuatannya hukuman
Beberapa
ini
dari
tahun
dia Raja
kemudian
seperti masjid yang berlokasi di Desa
datang lagi seorang yang bernama Haji
Toyapakeh. Masjid tersebut dikenal dengan
Abdul Rahim, kedatangannya disambut
sebutan Masjid Al Imron.
gembira oleh Raja Klungkung sehingga lambat laun Haji Abdul Rahim diberikan
Setiap Masjid memiliki keunikan tersendiri, misalnya Masjid Jamik Singaraja dan Masjid Keramat Singaraja dari segi bangunan memakai Style Bali. Begitu pula dengan Masjid Al Imron, dilihat dari segi bangunan masjid yaitu bentuk gapura yang memakai style Bali serta terdapat ukiran pada dinding gapura dan angkul-angkul pada gapura juga memakai style Bali. Keunikan lain dilihat dari segi sejarah yaitu ada
hubungannya
dengan
Kerajaan
Klungkung, dalam kaitan ini Muhsyin (2010: 1) menyatakan bahwa sebelum dikalahkan oleh penjajah Belanda, Nusa
seorang dayang untuk diperistri. Atas jasajasa
yang dilakukan,
Raja Klungkung
memberikan hadiah sebidang tanah di Nusa Penida kepada Haji Abdul Rahim. Haji Abdul Rahim beserta keturunan dari Raden Jum’at mendirikan sebuah musholla. Seiring berjalannya waktu, semakin lama semakin banyak orang-orang muslim berdatangan ke Nusa
Penida.
masyarakat
Hal
muslim
ini
menyebabkan
mendirikan
sebuah
masjid di pinggir pantai namun karena jumlah
masyarakat
semakin
bertambah
masjid yang berukuran kecil dan rusak ini dipindahkan di atas sebidang tanah milik 3
seorang warga yang berada dekat dengan
sampai abad ke-16 telah menjadi salah satu
pasar Toyapakeh.
daerah tujuan migrasi terutama migrasinya orang-orang Islam. Kedatangan orang Islam
Masjid selama ini identik dengan tempat peribadatan umat muslim dalam menjalankan ibadah. Masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ritual harian shalat lima waktu, tetapi masjid juga memiliki fungsi lain yaitu fungsi pendidikan. Dalam masyarakat
yang
memegang
peranan
terhadap
eksistensi
dinamis,
pendidikan
yang
menentukan
dan
perkembangan
masyarakatnya. Hal ini karena pendidikan merupakan
proses
mengalihkan,
serta
usaha
melestarikan,
ke Bali berdasar atas berbagai motif seperti motif dakwah, mengabdi kepada raja dan motif
mencari
keuntungan
ekonomis.
Namun, sebenarnya kedatangan orang Islam ke
Bali
lebih
didasari
oleh
motif
perdagangan, dibandingkan motif dakwah keagamaan. Perpindahan orang Islam ke Bali umumnya mengikuti suatu pola yang selalu diawali oleh adanya suatu migran pelopor yang menempati areal tertentu (Saidi, 2000: 14).
mentransformasikan
nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspek
Penyebaran orang Islam terdapat
dan jenisnya kepada generasi penerus.
hampir di seluruh Bali dan salah satu tempat
Demikian pula dengan peranan pendidikan
penyebaran orang Islam tersebut adalah di
Islam,dan bila dilihat dari aspek kultural
Desa Toyapakeh, terutama di sekitar pasar
umat
manusia
pembudayaan
merupakan masyarakat
salah
satu
Toyapakeh. Di Desa Toyapakeh terdapat
manusia
itu
sebuah pasar yang mencakup pasar sayur mayur kebutuhan pokok dan hal-hal lain
sendiri (Arifin, 2003: 8).
yang berkaitan dengan kebutuhan hidup Berdirinya
masjid
di
setiap
kabupaten tidaklah sama tetapi memiliki ciri khas masing-masing. Masjid berdiri berawal dari perkembangan
orang-orang Islam
sehingga membentuk suatu pemukimanpemukiman seperti adanya kampung Islam yang sekaligus memberi warna keberagaman di Pulau Bali. Pulau Bali memang sejak
manusia. Di pasar inilah seluruh pedagang yang berasal dari seluruh penjuru Desa Toyapakeh untuk melakukan perdagangan, sehingga dengan demikian dapat menarik minat para migran untuk menetap di Desa Toyapakeh untuk mengais rezeki, termasuk orang-orang
muslim.
Dengan
semakin
berkembangnya pasar yang ada di Desa
ratusan tahun yang lalu, sekitar abad ke-14 2
Toyapakeh membuat komposisi migran
masyarakat baik dari kalangan anak-anak,
khususnya warga muslim yang ada di Desa
dewasa,
Toyapakeh semakin meningkat.
perempuan, orang kaya ataupun miskin serta
orang
tua,
laki-laki
maupun
manusia dalam keadaan apapun. Secara Penelitian mengetahui
ini
bertujuan
untuk
faktor-faktor
yang
melatarbelakangi pendirian masjid, fungsi masjid, serta nilai pendidikan sejarah yang dapat diambil dari Masjid Al Imron di Desa Toyapakeh sebagai sumber belajar sejarah. Kajian
teori
yang
digunakan
dalam
penelitian ini menyangkut latar belakang pendirian tempat ibadah disebabkan adanya kepercayaan
bahwa
tempat
ibadah
merupakan suatu tempat yang dijadikan oleh manusia sebagai tempat bersujud untuk memuja Tuhannya baik perendahan diri kepada Tuhan karena faktor kecintaan dan pengagungan melaksanakan
yaitu
dengan
perintah-perintah-Nya
cara dan
menjauhi larangan-larangan-Nya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pendirian tempat ibadah di antaranya faktor religi, faktor sossial, dan faktor budaya. Tempat ibadah juga memiliki beberapa fungsi di antaranya (1) fungsi religi yaitu hidup manusia tidak dapat dipisahkan dengan tempat ibadah karena beberapa ibadah wajib di antaranya harus dilaksanakan di tempat ibadah masing-masing. (2) fungsi sosial budaya yaitu sebagai tempat pemersatu
umum agama sendiri dinyatakan sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur
hubungan
manusia
dengan
Tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan
manusia
lainnya,
mengatur
hubungan manusia dengan lingkungannya. Hubungan antara agama dan kebudayaan, sangat jelas bila diacu konsepsi agama menurut Geertz (1992) agama sebagai sistem
simbol
yang
berfungsi
untuk
menanamkan semangat dan motifasi yang kuat, mendalam dan bertahan lama dengan menciptakan
konsepsi-konsepsi
yang
bersifat umum tentang eksistensi, dan membungkus
konsepsi-konsepsi
itu
sedemikian rupa dalam suasana faktual sehingga suasana dan motifasi itu kelihatan sangat realistis. Pada hakekatnya agama dan kebudayaan dalam hal tertentu sama, yaitu sama-sama sebagai suatu sistem simbol atau sistem
pengetahuan
yang
menciptakan,
menggolong-golongkan,meramu/merangkai dan menggunakan simbol-simbol untuk berkomunikasi
dan
untuk
menghadapi
lingkungannya. Kajian teori selanjutnya yaitu nilai pendidikan sejarah, yaitu sikapsikap yang terbentuk dari kebiasaan perlu 3
didalami dan diperkenalkan akan adanya
Faktor-faktor
nilai-nilai hidup yang mendasarinya serta
pendirian Masjid Al Imron di Desa
dapat dijadikan cerminan tingkah laku
Toyapakeh
sehari-hari.
melatarbelakangi
Adapun pendirian Masjid Al Imron dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yang
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam
yang
penelitian
ini
metode
Faktor religi, yaitu setiap manusia yakin
melalui langkah-
bahwa selain dunia nyata juga ada alam
langkah (1) Penentuan Lokasi Penelitian.
yang tidak tampak dan berada diluar batas
Lokasi penelitian adalah di Desa Toyapakeh
akalnya.
sebagai tempat berdirinya Masjid Al Imron;
Supernatural
(2)
(3)
Kesadaran itu akan menimbulkan pemikiran
dengan
dan rasa takut dari manusia itu sendiri yang
studi
tidak dapat menaklukan alam; 2) Faktor
dokumentasi; (4) Metode analisis data; dan
sosial, yakni Kehidupan sosial masyarakat
(5) Metode pelaporan hasil penelitian.
Islam tidak terlepas dari masjid. Hal tersebut
penelitian kualitatif
Metode
Pengumpulan observasi,
adalah
amat kuat dalam pendiriannya yakni 1)
penentuan Data
Informan;
dilakukan
wawancara,
dan
Dunia atau
itu
adalah
Dunia
alam
Dunia gaib.
dapat dilihat pada kehidupan masyarakat muslim pada saat suka duka dan peristiwa-
HASIL 1)
peristiwa terjadi, yang secara langsung
melatarbelakangi
berhubungan dengan kesatuan sosial di
pendirian Masjid Al Imron yakni faktor
sekitar masjid diumumkan di masjid. Selain
religi, faktor sosial, dan faktor budaya. 2)
itu, di sinilah tiap warga muslim disadarkan
Fungsi Masjid Al Imron bagi komunitas
bahwa sesungguhnya mereka semua sama.
muslim setempat, di antaranya fungsi religi,
Di dalam masjid hilanglah perbedaan kulit,
fungsi sosial, fungsi budaya, dan fungsi
suku, kedudukan, kekayaan serta ideologi;
pendidikan. 3) Nilai pendidikan sejarah yang
dan 3) faktor budaya, yakni Masyarakat
dapat diambil dari Masjid Al Imron sebagai
Islam yang menyebar pada komunitas
sumber belajar sejarah yaitu nilai religius,
khususnya Umat Islam di Desa Toyapakeh,
nilai keagungan budaya, nilai toleransi, dan
yang umumnya memiliki budaya yang sudah
nilai kepahlawanan.
berakar dan diwarisi secara turun temurun
Hasil
penelitian
faktor-faktor
yang
menunjukan
dari nenek moyang mereka. Islam ketika PEMBAHASAN 4
berhadapan dengan budaya yang sudah
Imron dijadikan tempat untuk mendidik
mapan dituntut menunjukkan kearifannya.
manusia agar memegang teguh keimanan,
Nilai budaya memang benar-benar harus
cinta kepada ilmu pengetahuan, mempunyai
dibina dalam aktivitas keagamaan seperti
kesadaran sosial yang tinggi dan mampu
yang ada dalam Masjid Al Imron, seperti
melaksanakan hak dan kewajiban dalam
suara azan, pembacaan ayat suci Al Quran,
kehidupan sehari-hari.
dan pergelaran kesenian “hadrah”.. Nilai pendidikan sejarah yang dapat Fungsi
Masjid
Toyapakeh
Al
bagi
Imron komunitas
di
Desa
muslim
diambil dari Masjid Al Imron sebagai sumber belajar sejarah Setiap pembangunan pada Masjid
setempat
tentunya Fungsi
Masjid
Al
Imron
bagi
komunitas muslim setempat, di antaranya (a) Fungsi religi yaitu masjid ini dijadikan sebagai
tempat
sholat
yaitu
mengumandangkan nama Allah melalui Azan, Gamat, Tasbih, Tahmid, Tahlil, Istigtar dan ucapan lain yang selain itu masjid ini juga digunakan sebagai tempat perayaan hari raya besar agama Islam. (b) Fungsi sosial yaitu masjid ini menjadi tempat bertemunya masyarakat muslim, mereka yang melaksanakan sholat jamaah akan saling jumpa, berkenalan satu dengan yang lainnya, mendekatkan hati, mempererat tali persaudaraan, dan menambah keakraban di antara mereka. (c) Fungsi budaya yaitu aktivitas kebudayaan yang dilakukan di dalam masjid yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan keagamaan masyarakat
akan
menghasilkan
nilai-nilai
Pendidikan Sejarah yang dapat dipetik oleh masyarakat sekitar khususnya bagi generasi penerus. Nilai-nilai tersebut antara lain : (a) Nilai religius, dalam hal ini agama punya kontribusi yang besar dalam kehidupan manusia, oleh masyarakat Desa Toyapakeh di Masjid inilah mereka menyembah Tuhan Yang Maha Esa dalam berbagai bentuk yang akan dapat menyucikan pikiran, hati, dan jiwa. (b) Nilai keagungan budaya, Masjid Al Imron sangat disakralkan karena masjid ini di bangun berdasarkan aturan-aturan sesuai dengan ajaran Agama Islam. (c) Nilai toleransi,
masjid
penerapan
nilai
ini
bisa
toleransi
dijadikan antarumat
beragama di mana nilai toleransi dapat membantu masyarakat muslim terhadap kehidupan yang aman, damai dan tentram. (d) Nilai kepahlawanan yang terkandung
muslim. Fungsi pendidikan yaitu, masjid Al 5
Bagi Generasi Muda agar mendalami
dalam Masjid Al Imron dapat digali dan diteladani oleh generasi penerus.
dan mengaplikasikan nilai-nilai pendidikan
SIMPULAN
sejarah yang terkandung pada Masjid Al
Pendirian
Masjid
Al
Imron
Imron, seperti nilai religius, nilai keagungan
dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yang
kebudayaan,
nilai
toleransi,
nilai
amat kuat dalam pendiriannya yakni faktor
kepahlawanan terlebih lagi menjaga sikap
religi, faktor sosial, dan faktor budaya.
toleransi terhadap budaya dan agama lain
Fungsi Masjid Al Imron bagi komunitas
yang dekat dengan Desa Toyapakeh agar
muslim setempat, di antaranya fungsi religi,
terhindar dari kasus yang berujung pada
fungsi sosial, fungsi budaya, dan fungsi
kekerasan.
pendidikan. Adapun nilai pendidikan sejarah
Ucapan terimakasih ditujukan kepada:
yang dapat diambil dari Masjid Al Imron
Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum
sebagai sumber belajar sejarah yaitu nilai
selaku pembimbing akademik sekaligus
religius, nilai keagungan budaya, nilai
sebagai Pembimbing I yang senantiasa
toleransi, dan nilai kepahlawanan.
bersabar membimbing, memotivasi, dan
SARAN
memberikan saran sehingga penulis bisa
Saran yang disampaikan antara lain:
menyusun skripsi ini dengan baik dan tepat
Bagi
Guru
Sejarah
dalam
waktu.
menyampaikan materi pelajaran sejarah
Drs. Gusti Made Aryana, M.Hum
khususnya sejarah yang menyelipkan nilai-
selaku pembimbing II yang telah banyak
nilai pendidikan sejarah pada mata pelajaran
memberikan bimbingan, motivasi, arahan
Sejarah Indonesia hendaknya menyelipkan
dan saran sehingga penulis bisa menyusun
keberadaan fakta sejarah yang bersifat local,
skripsi ini dengan tepat waktu.
yang ada di sekitar peserta didik. Bagi Desa Toyapakeh, tetap menjaga dan melestarikan Masjid Al Imron serta mampu menjadikan masjid ini sebagai
DAFTAR RUJUKAN Muhsyin, 2010. Makalah Profil Masjid Al Imron Desa Toyapakeh.
media pendidikan sejarah bagi Masyarakat
Arifin, M.Ed. 2003. Ilmu Pendidikan Islam
Nusa Penida, khususnya bagi masyarakat
(Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
muslim Desa Toyapakeh yang berkunjung ke Masjid ini. 6
Saidi, Shaleh. 2000. Sejarah Keberadaan Umat Islam Di Bali. Jakarta: Majelis Ulama Indonesia.
7