ARTIKEL ILMIAH
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN TIDUR PADA PASIEN POST OPERASI DI RUANG TERATAI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN
Oleh : Agus Supriyanto NIM : ST 14004
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN TIDUR PADA PASIEN POST OPERASI DI RUANG TERATAI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN 1)
Agus Supriyanto, 2) Anita Istiningtyas, 3) Joko Kismanto
1) Mahasiswa Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2) Dosen Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 3) Dosen Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Abstrak
Pasien post operasi sebagian besar kebutuhan tidurnya tidak terpenuhi dengan baik. Langkah awal yang diambil perawat kolaborasi dengan dokter. Perawat dapat melakukan intervensi mandiri untuk mengatasi gangguan tidur tersebut. Salah satunya dengan tehnik relaksasi autogenik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tehnik relaksasi autogenik terhadap pemenuhan kebutuhan tidur pada pasien post operasi. Metode dalam penelitian ini adalah pre eksperimen dengan one group pretest and post test design. Sampel yang digunakan 32 pasien post operasi di Ruang Teratai RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Analisis data menggunakan uji korelasi Wilcoxon. Hasil dari penelitian ini kebutuhan tidur pasien post operasi sebelum dilakukan teknik relaksasi autogenik, sebagian besar tidak terpenuhi yaitu sebanyak 20 responden (62,5%). Sesudah dilakukan teknik relaksasi autogenik, sebagian besar kebutuhan tidur pasien post operasi berada dalam kategori terpenuhi yaitu sebanyak 21 responden (65,6%). Hasil uji bivariate menunjukkan p value = 0,000. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh antara tehnik relaksasi autogenik terhadap pemenuhan kebutuhan tidur pada pasien post operasi di Ruang Teratai RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen. Kata kunci: tehnik relaksasi autogenik, kebutuhan tidur, post operasi.
1
THE EFFECT OF AUTOGENIC RELAXATION TECHNIQUE ON THE FULFILLMENT OF THE NEED TO SLEEP IN POST SURGICAL PATIENTS IN TERATAI WARDS AT dr SOEHADI PRIJONEGORO REGIONAL PUBLIC HOSPITAL OF SRAGEN 1)
Agus Supriyanto, 2) Anita Istiningtyas, 3) Joko Kismanto
1) Student of Bachelor Nursing Program School of Health Sciences of Kusuma Husada Surakarta 2) Lecture of Bachelor Nursing Program School of Health Sciences of Kusuma Husada Surakarta 3) Lecture of Bachelor Nursing Program School of Health Sciences of Kusuma Husada Surakarta Abstract
Most of the need to sleep of post-surgical patients is not well fulfilled. The initial treatment given by a nurse is collaborating with physician. A nurse is allowed to carry out self-directed intervention to cope with patients’ sleep disorders and one of which is using autogenic relaxation technique. This research aims at investigating the effect of autogenic relaxation technique on the fulfillment of the need to sleep of post-surgical patients. This study applied pre-experimental method with one group pre-test and post-test design. The samples comprised 32 post-surgical patients in Teratai Ward in dr. Soehadi Prijonegoro Regional Public Hospital of Sragen. The data were analyzed using Wilcoxon correlational test. The findings indicate that the need to sleep of most of post-surgical the patients (20 respondents or 62.5%) before given treatment with autogenic relaxation technique is mostly unfulfilled. Meanwhile, after given treatment with autogenic relaxation technique, the need of most of the post-surgical patients (21 respondents or 65.6%) is categorized ‘fulfilled’. The bivariate test results in p value=0.000. In conclusion, autogenic relaxation technique contributes to the fulfillment of the need to sleep in post-surgical patients in Teratai Ward at dr. Soehadi Prijonegoro Regional Public Hospital of Sragen. Keywords : autogenic relaxation technique, need to sleep, post-surgical.
2
baik biopsikososial maupun spiritual,
1. Pendahuluan Data World Health Organization
salah satunya adalah gangguan tidur.
(WHO) menunjukkan bahwa selama
Gangguan
lebih dari satu abad perawatan bedah
ketidakmampuan
telah menjadi komponen penting dari
mencukupi kebutuhan tidur baik secara
perawatan kesehatan di seluruh dunia.
kualitas maupun kuantitas (Asmadi,
Diperkirakan setiap tahun ada 230 juta
2008). Pasien apabila tidak terpenuhi
operasi utama dilakukan di seluruh
kebutuhan
dunia, satu untuk setiap 25 orang hidup.
menimbulkan penurunan kemampuan
Penelitian di 56 negara dari 192 negara
untuk
anggota WHO tahun 2004 diperkirakan
keputusan, dan berpartisipasi dalam
234,2
melakukan
juta
prosedur
pembedahan
tidur
merupakan pasien
tidurnya,
untuk
maka
berkonsentrasi,
aktivitas
dapat
membuat
harian,
serta
berpotensi
menyebabkan terjadinya peningkatan
komplikasi dan kematian. Data WHO
kepekaan (iritabilitas) (Potter & Perry,
menunjukkan
2006).
dilakukan
setiap
tahun
komplikasi
utama
pembedahan adalah kecacatan dan rawat
Data mengenai stimulus yang
inap yang berkepanjangan 3-16% pasien
paling banyak mengganggu tidur pasien
bedah
di ruang medikal bedah berdasarkan
terjadi
di
negara-negara angka
penelitian Reimer, M.A adalah kesulitan
kematian kasar berbagai operasi sebesar
menemukan posisi yang nyaman (62%)
0,2-10%. Diperkirakan hingga 50% dari
dan
komplikasi dan kematian dapat dicegah
sedangkan menurut penelitian Nuraini,
di negara berkembang jika standar dasar
dkk gangguan tidur pada pasien pasca
tertentu perawatan diikuti. (Hasri, 2012).
operasi disebabkan oleh nyeri (34,5%)
berkembang.
Secara
Pembedahan
global
atau
operasi
rasa
sakit
(Fahmi,2012).
atau
nyeri
Data
(58%),
pemenuhan
merupakan suatu tindakan pengobatan
kebutuhan tidur pada pasien post operasi
yang menggunakan cara invasif dengan
di Ruang Mawar RSUD dr Soehadi
membuka dan menampilkan bagian
Prijonegoro
tubuh
terpenuhi
yang
akan
ditangani
Sragen yaitu
sebanyak tidak
besar (75%).
(Sjamsuhidayat & Win, 2005). Tindakan
Sedangkan
operasi banyak menimbulkan dampak
sebanyak (25%) (Sulastri, 2014).
3
yang
sebagian
terpenuhi
Perawat hadir 24 jam bersama
tubuh dan pikiran, dengan mengalihkkan
pasien dan memiliki hubungan yang
perhatian pasien kepada relaksasi yang
lebih dekat dengan pasien dibandingkan
bersumber dari diri sendiri sehingga
tenaga kesehatan lain sehingga perawat
dapat membuat pasien tidak fokus
tahu
merasakan
betul
tentang kondisi
pasien.
nyeri
(Aryanti,
2007).
Perawat dapat melakukan intervensi
Respon emosi dan efek menenangkan
keperawatan
untuk
yang ditimbulkan oleh relaksasi ini
mengatasi gangguan tidur yang dialami
mengubah fisiologi dominan simpatis
pasien. Intervensi yang dapat dilakukan
menjadi dominan sistem parasimpatis
pada pasien dengan gangguan tidur
(Oberg, 2009).
antara
secara
lain
mandiri
modifikasi
(menurut
lingkungan
preferensi
Penelitian
tentang
pengaruh
individu),
teknik relaksasi terhadap intensitas nyeri
menggunakan
relaksasi,
membangun
pada pasien post operasi fraktur di ruang
ritual
mengatasi
stress
Irina A BLU RSUP Prof. Dr. R. D.
tidur,
dan
kekhawatiran, intervensi farmakologis
Kandou
Manado,
dan
pengaruh
teknik
strategi
tambahan
(Vaughans,
menunjukan relaksasi
ada
terhadap
2011). Perawat dapat membantu pasien
intensitas nyeri pada pasien post operasi
mengatasi
melalui
fraktur
menciptakan
tentang
gangguan
pendidikan
tidur
kesehatan,
(Nurdin,
2013).
Penelitian
faktor-faktor
yang
lingkungan yang nyaman, melatih pasien
mempengaruhi kualitas tidur pasien post
relaksasi, dan tindakan lainnya. Teknik
operasi laparotomy di ruang rawat inap
relaksasi banyak jenisnya, salah satunya
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
adalah
autogenik.
Gombong didapatkan hasil terdapat
Relaksasi ini mudah dilakukan dan tidak
hubungan antara kualitas tidur dengan
beresiko. Prinsipnya pasien mampu
faktor fisiologis, terdapat hubungan
berkonsentrasi
membaca
antara kualitas tidur dengan faktor
mantra/doa/dzikir dalam hati seiring
psikologis, dan terdapat hubungan antara
dengan ekspirasi udara paru (Asmadi,
kualitas tidur dengan faktor lingkungan.
2008).
Faktor
teknik
Teknik
relaksasi
sambil
relaksasi
autogenik
memberikan efek menenangkan pada
4
psikologi
merupakan
faktor
dominan yang mempengaruhi kualitas tidur (Nurlela, 2009).
Hasil studi pendahuluan tanggal
kebanyakan langkah awal yang diambil
11 - 12 Juni 2015 peneliti memperoleh
adalah kolaborasi dengan dokter untuk
data dari bagian Rekam Medis RSUD dr
pemberian obat penenang, masih jarang
Soehadi Prijonegoro Sragen jumlah
yang menggunakan teknik relaksasi. Hal
operasi tahun 2014 sebanyak 3296
ini dilakukan karena sudah rutinitas
pasien. Jumlah pasien operasi di Ruang
sejak lama dan biar pasien cepat tidur.
Teratai dari bulan Januari sampai April
Berdasarkan beberapa fenomena
2015 sebanyak 99 pasien (Data Rekam
diatas maka peneliti merasa tertarik
Medik RSUD Sragen, 2015). Hasil
untuk mengadakan penelitian tentang “
wawancara dengan pasien post operasi
Pengaruh tehnik relaksasi autogenik
di Ruang Teratai didapatkan 3 dari 5
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur
pasien post operasi, kebutuhan tidurnya
pada pasien post operasi di Ruang
tidak terpenuhi dengan baik. Seorang
Teratai RSUD dr Soehadi Prijonegoro
pasien mengatakan semalaman tidak
Sragen.”
bisa tidur dan sulit untuk memulai tidur. Seorang pasien juga mengatakan setelah
2. Metodologi
bangun tidur badan terasa letih dan tidak semalaman
Penelitian ini dilaksanakan pada
sebentar sebentar terbangun. Ada juga
bulan Oktober sampai November 2015
yang mengatakan ketika tidur sering
di Ruang Teratai RSUD dr. Soehadi
terbangun dan tidak dapat tidur kembali.
Prijonegoro Sragen. Desain penelitian
Dari hasil observasi pada pagi hari
ini adalah pre eksperimen dengan one
ditemukan beberapa dari pasien terlihat
group pretest and post test design yaitu
masih sering menguap, mata tampak
penelitianyang
memerah, dan pasien terlihat letih dan
mengungkapkan hubungan sebab akibat
tidak bersemangat. Hasil wawancara
dengan cara melibatkan satu kelompok
dengan beberapa perawat yang bertugas
subjek yang telah ditentukan. Kelompok
di Ruang Teratai didapatkan fenomena
subjek diobservasi sebelum dilakukan
bahwa perawat jaga ketika dihadapkan
intervensi, kemudian diobservasi lagi
dengan keluhan pasien yang tidak dapat
setelah intervensi (Nursalam, 2013).
tidur pada pasien post operasi selama ini
Populasi penelitian ini adalah seluruh
merasa
5
segar
karena
berbertujuan
untuk
pasien post operasi di Ruang Teratai
3. Hasil dan Pembahasan
RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 32
1. Hasil Uji Univariat
responden.
a. Karakteristik jenis kelamin. Tabel 3.1
Hipotesis
dalam
penelitian
ini
adalah hipotesa nol (H0) adalah tidak ada
Distribusi Jenis Kelamin No
pengaruh tehnik relaksasi autogenik terhadap pemenuhan kebutuhan tidur
1. 2.
pada pasien post operasi di Ruang
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
Jml 15 17
Total
32
% 46,9% 53,1% 100%
Teratai RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen. Hipotesa alternative (Ha) adalah Hasil penelitian menunjukkan
ada pengaruh tehnik relaksasi autogenik terhadap pemenuhan kebutuhan tidur pada pasien post operasi di Ruang Teratai RSUD dr Soehadi Prijonegoro
bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah laki-laki, dimana perempuan 17
Sragen.
responden
(53,1%).
Dari
pemenuhan kebutuhan tidur sebelum Teknik
data
dilakukan teknik relaksasi autogenik,
Kuesioner
jumlah responden yang kebutuhan
pemenuhan kebutuhan tidur berisi 20
tidurnya tidak terpenuhi perempuan
item pertanyaan tertutup jenis dichotomy
lebih banyak dibandingkan dengan
question. Masing-masing pertanyaan ada
laki-laki. Responden perempuan yang
2 pilihan jawaban yaitu “Ya” atau
kebutuhan tidurnya tidak terpenuhi
“Tidak”, untuk jawaban “Ya” diberi
sebanyak 11 responden (34,4%),
skor 0 dan untuk jawaban “Tidak” diberi
sedangkan
skor 1. untuk teknik relaksasi autogenik
(28,1%).
menggunakan
pengumpulan kuesioner.
tidak memerlukan kuesioner karena
laki-laki
9
responden
Hal ini sesuai dengan pendapat
teknik relaksasi autogenik merupakan
Myers
suatu perlakuan. Uji statistik yang
bahwa perempuan lebih cemas akan
digunakan adalah uji wilcoxon.
ketidakmampuannya
(2012)
yang
mengatakan
dibanding
dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif,
6
eksploratif, sedangkan
perempuan
Tahun 2014). Seseorang pada umur
lebih sensitif. Laki-laki lebih rileks
36-45
dibanding perempuan. Kecemasan
dalam bekerja maupun mengejar
dapat
pemenuhan
karier. Seseorang yang masih usia
kebutuhan tidur seseorang. Peneliti
kerja atau usia produktif apabila
berpendapat bahwa perempuan lebih
menderita suatu penyakit maka akan
menggunakan
emosinya
segera mencari penyembuhan agar
dibandingkan akal, sehingga ketika
tidak mengganggu aktivitas maupun
menjalani operasi maka perempuan
pekerjaannya, sehingga tidak akan
cenderung
lebih
cemas,
terlalu
sehingga
akan
mempengaruhi
mempengaruhi
takut
tahun
sedang
menganggu
giat-giatnya
perekonomian
keluarganya. Umur merupakan faktor yang
kebutuhan tidurnya.
mempengaruhi
pengetahuan
dari
seseorang. Pengetahuan seseorang
b. Karakteristik umur Tabel 3.2
dipengaruhi oleh beberapa faktor
Distribusi Frekuensi Umur
salah satunya adalah faktor umur.
No
Umur
Jml
%
Meningkatnya umur seseorang, akan
1. 2. 3. 4. 5.
16 - 25 Thn 26 – 35 Thn 36 – 45 Thn 46 – 55 Thn 56 – 65 Thn
5 7 8 6 6
15,6% 21,9% 25,0% 18,8% 18,8%
meningkat
Total
32
100%
seseorang semakin bertambah pula
pula
kemampuan
kebijaksaan
seseorang
dan dalam
mengambil keputusan dan berpikir rasional.
Semakin
tinggi
umur
ilmu atau pengetahuan yang dimiliki Hasil penelitian menunjukkan
2012).
Peneliti
bahwa jumlah responden yang paling
berpendapat bahwa semakin dewasa
banyak berusia 36-45 tahun sebanyak
umur seseorang, makin tinggi tingkat
8 responden (25,0%). Umur 36-45
pengalamannya
sehingga
akan
tahun dalam penelitian ini lebih
mempengaruhi
responden
dalam
banyak
menerima teknik relaksasi yang telah
dibandingkan
yang
lain
karena umur ini termasuk kategori usia kerja (Permenakertrans No 1
7
(Notoatmodjo,
diajarkan oleh peneliti.
terutama tentang cara yang tepat
c. Karakteristik Tingkat Pendidikan
mengatasi
Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan
tidurnya
pemenuhan post
pendidikan No 1. 2. 3. 4. 5.
Pendidikan SD SMP SMA DIII S1 Total
Jml 7 15 7 1 2 32
% 21,9% 46,9% 21,9% 3,1% 6,3% 100%
kebutuhan
operasi.
seseorang
Tetapi bukanlah
jaminan satunya indikator dalam pengetahuan seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2012) pendidikan
akan
mempengaruhi
kognitif seseorang dalam peningkatan Hasil penelitian mengenai tingkat
pengetahuan. Karena pengetahuan
pendidikan terlihat bahwa sebagian
sebenarnya tidak dibentuk hanya satu
besar tingkat pendidikan adalah SMP
sub saja yaitu pendidikan tetapi ada
yaitu
sub bidang lain yang akan juga akan
sebanyak
15
responden
(46,9%). Pengetahuan sangat erat
mempengaruhi
pengetahuan
kaitannya dengan pendidikan, dengan
seseorang
pengalaman,
pendidikan tinggi maka individu
informasi, keperibadian dan lainya.
tersebut
akan
semakin
pengetahuannya.
luas
berpendapat
bahwa
(Notoatmodjo,
diperlukan program latihan teknik
2012). Semakin tinggi pendidikan
relaksasi autogenik bagi pasien post
seseorang,
semakin
operasi dalam rangka meningkatkan
menerima
informasi,
yang
dimilikinya
mudah
pula
pengetahuan
akan
semakin
pengetahuan responden
dan dalam
keterampilan mengatasi
banyak. Pendidikan yang rendah akan
gangguan tidur yang dialaminya post
menghambat perkembangan terhadap
operasi.
informasi (Mubarok, 2011). Pendidikan yang dimiliki oleh sebagian besar responden adalah SMP. Pendidikan ini masih tergolong rendah. umumnya
Pendidikan akan
yang
rendah
mengakibatkan
kurangnya pengetahuan seseorang
8
Peneliti
misalnya
dapat
d. Karakteristik Pekerjaan
membuat
sawahnya
Tabel 3.4
terbengkalai yang berakibat tidak
Distribusi Frekuensi Pekerjaan
dapat panen tepat waktu. Biaya untuk perawatan sawahnya juga meningkat.
No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pekerjaan Petani Ibu Rumah Tangga Pelajar PNS Pedagang Swasta Total
Jml 11 5 2 3 3 8 32
% 34,4% 15,6% 6,3% 9,4% 9,4% 25,0% 100%
Keadaan
tersebut
responden
bertambah
Kecemasan
membuat
tersebut
cemas.
berpengaruh
terhadap kebutuhan tidur responden sebelum dilakukan teknik relaksasi. 2. Hasil uji bivariat.
mengenai
a. Kebutuhan tidur pasien post
pekerjaan terlihat bahwa sebagian
operasi sebelum diberikan teknik
besar pekerjaan responden adalah
relaksasi
Hasil
penelitian
petani yaitu 11 responden (34,4%).
Tabel 3.5
Bekerja dikaitkan dalam masalah
Kebutuhan Tidur Sebelum Teknik
ekonomi.
Simamora
kegiatan
menghasilkan
masyarakat
untuk
Autogenik
(2006)
menyatakan bahwa ekonomi adalah uang
di
memenuhi
kebutuhan hidup, termasuk dalam
No 1. 2.
Perilaku Tidak terpenuhi Terpenuhi Total
Jml 20 12 32
% 62,5% 37,5% 100%
pembiayaan perawatan selama sakit
Hasil
dan di rawat di rumah sakit.
bahwa sebelum dilakukan teknik
Peneliti
berpendapat
penelitian
menunjukkan
bahwa
relaksasi autogenik, sebagian besar
sebagian besar pekerjaan responden
kebutuhan tidur pasien post operasi
sebagai
dalam kategori tidak terpenuhi
petani
mempengaruhi
kebutuhan tidur pasien. Hal ini
yaitu
dikarenakan sebagai petani, selama
(62,5%). Tidur adalah pengalaman
menjalani operasi dan di rawat di
subjektif, hanya klien yang dapat
rumah
melaporkan apakah tidurnya cukup
sakit
pasien
tidak
dapat
melaksanakan pekerjaannya dalam waktu yang agak lama. Kondisi ini
9
autogenik.
sebanyak
20
dan nyenyak atau tidak.
responden
Orang dewasa dalam keadaan
kebutuhan tidur pasien (Tarwoto
normal tidur pada malam hari rata-
dan Wartonah, 2015). Hal ini
rata 6 sampai 8½ jam, tetapi hal ini
diperkuat dengan penelitian yang
bervariasi.
juga
dilakukan oleh Indri (2014) tentang
jarang sekali tidur siang. Orang
hubungan antara nyeri, lingkungan
dewasa yang sehat membutuhkan
dan kecemasan terhadap kualitas
cukup tidur untuk dapat tetap
tidur pasien post operasi apendisitis
berpartisipasi
kesibukan
di RSUD AA Pekanbaru dengan
aktifitas yang mengisi hari-hari
hasil penelitian yang menyatakan
mereka.
bahwa mayoritas responden post
Orang
dewasa
dalam
Perubahan
kesehatan,
stres
status
fisik
dan
operasi
memiliki
psikologis, perubahan lingkungan,
kualitas tidur buruk yaitu sebanyak
stres
37 responden (68,5%).
pekerjaan,
perubahan
hubungan keluarga, dan aktifitas sosial
dapat
Hasil observasi dari peneliti,
menyebabkan
faktor – faktor yang mempengaruhi
seseorang kesulitan memulai dan
pasien post operasi mengalami
atau mempertahankan tidur (Potter
gangguan
dalam
pemenuhan
& Perry, 2006).
kebutuhan
tidurnya
di
Hasil
penelitian
ini
Ruang
sesuai
Teratai antara lain perubahan status
dengan teori yang mengatakan
kesehatan yaitu nyeri karena luka
seseorang yang menderita penyakit
post
tertentu dan dirawat di rumah sakit
karena
mempunyai
sakitnya
masalah
kesulitan
operasi,
stress
psikologis
memikirkan
kondisi
dan
memikirkan
tertidur atau tetap tertidur. Rasa
pekerjaannya sehingga membuat
sakit
pasien tidak dapat rileks. Faktor
yang
dialami,
kesulitan
memperoleh posisi yang nyaman,
lainnya
adalah
penggunaan
beberapa
alat
kecemasan,
obat-obatan, motivasi,
kelelahan
membuat
adalah
nyaman.
beberapa
faktor
yang
terpenuhinya
terpasangnya
invasive
seperti
terpasang infus dan kateter yang
serta perubahan lingkungan fisik
mengganggu
10
appendicitis
pasien
merasa
tidak
Peneliti berpendapat bahwa pada pasien post operasi yang dirawat di rumah mengalami
sakit
gangguan
pemenuhan
Table 3.6 Kebutuhan Tidur Sesudah Teknik
dapat
Relaksasi
dalam
kebutuhan
tidurnya.
Gangguan tidur yang dialami pada pasien post operasi dapat berupa
No 1. 2.
Perilaku Tidak terpenuhi Terpenuhi Total
Jml 11 21 32
% 34,4% 65,6% 100%
kesulitan memulai tidur, gangguan dalam mempertahankan diri untuk
yang
kebutuhan
tetap tertidur serta gangguan dalam
tidurnya terpenuhi prosentasenya
kuantitas
tidur.
meningkat dari 37,5% menjadi
Gangguan pemenuhan kebutuhan
65,6%, sedangkan responden yang
tidur ini terjadi sebagai akibat
kebutuhan tidurnya tidak terpenuhi
perubahan status kesehatan, kondisi
prosentasenya turun dari 62,5%
nyeri post operasi yang dialami
menjadi 34,4%.
dan
kualitas
serta perubahan lingkungan rumah
Kebutuhan tidur yang kurang
peneliti
terpenuhi dapat diatasi dengan
didapatkan bahwa kebutuhan tidur
distraksi, relaksasi, stimulasi kulit,
pasien post operasi tidak terpenuhi
mengatur posisi tidur yang nyaman
dikarenakan sebagian besar pasien
untuk klien, masase punggung,
belum
pengelolaan
psikologis
lebih
dari
sakit.
Hasil
bisa
memikirkan
observasi
relaks
masih
kondisi
tubuhnya
b. Kebutuhan tidur pasien sesudah diberikan
teknik
kuat
pada
(pikiran tubuh),
mendengarkan musik lembut, serta
setelah menjalani operasi.
relaksasi
mengkaji kebiasaan pasien sebelum tidur (Prihardjo, 2008). Hasil penelitian ini didukung
autogenik.
11
Responden
Hasil penelitian menunjukan
oleh teori yang yang menyatakan
bahwa sesudah dilakukan teknik
bahwa relaksasi merupakan suatu
relaksasi
keadaan
autogenik,
responden
dimana
seseorang
yang kebutuhan tidurnya terpenuhi
merasakan bebas mental dan fisik
mengalami peningkatan.
dari ketegangan dan stres. Teknik
relaksasi bertujuan agar individu
= 0,000 yang berarti < 0,05 maka
dapat mengontrol diri ketika terjadi
Ho
rasa ketegangan dan stres yang
sehingga
membuat individu merasa dalam
pengaruh
tehnik
relaksasi
kondisi yang tidak nyaman (Potter
autogenik
terhadap
pemenuhan
& Perry, 2006).
kebutuhan tidur pada pasien post
Berdasarkan teoritis
di
uraian
atas
dan
secara dikaitkan
dan
dapat
Ha
diterima
dikatakan
ada
operasi di Ruang Teratai RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen. Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian, peneliti pemenuhan
pendapat yang mengatakan teknik
kebutuhan tidur pada pasien post
relaksasi dikatakan efektif apabila
operasi di Ruang Teratai RSUD dr
setiap individu dapat merasakan
Soehadi Prijonegoro Sragen setelah
perubahan pada respon fisiologis
pemberian
relaksasi
tubuh seperti penurunan tekanan
autogenik mengalami peningkatan.
darah, penurunan ketegangan otot,
Hal
pemberian
denyut nadi menurun, perubahan
tehnik relaksasi autogenik yang
kadar lemak dalam tubuh, serta
dilakukan
akan
penurunan proses inflamasi. Teknik
berupa
relaksasi memiliki manfaat bagi
kondisi relaks dan peningkatan
pikiran kita, salah satunya untuk
kenyamanan
meningkatkan gelombang alfa (α)
berpendapat
ini
bahwa
tehnik
disebabkan
dengan
memberikan
baik
manfaat
sehingga
dengan
mudah pasien dapat tertidur dan
di
kebutuhan tidurnya terpenuhi.
keadaan
d. Pengaruh tehnik relaksasi autogenik terhadap
pemenuhan
kebutuhan
tidur pada pasien post operasi di Ruang Teratai RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen.
12
ditolak
Hasil
analisa
menggunakan
uji
otak
rileks,
tercapailah peningkatan
konsentrasi serta peningkatan rasa bugar dalam tubuh (Potter & Perry, 2006). Peneliti berpendapat bahwa seseorang
data
sehingga
bergantung
untuk pada
dapat
relaks
kemampuan
wilcoxon
individu sendiri. Teknik relaksasi
didapatkan hasil nilai Sig. (2-tailed)
dapat membantu mencegah atau
meminimalkan gejala fisik akibat
ada 3 hal yang harus diperhatikan,
stres ketika tubuh bekerja terlalu
yaitu: posisi yang nyaman, pikiran
berlebihan, sehingga mengganggu
yang
kebutuhan tidur. Dengan teknik
nyaman,
relaksasi
autogenik yang diberikan pada
dapat
mengembalikan
pasien
Beberapa teknik relaksasi selain
relaksasi
menyebabkan
yang
memberikan
dapat
pasien
efek fisik
menenangkan relaksasi
juga
pikiran.
dapat
Teknik
membuat
tidur
menjadi lebih baik.
mampu
yang
relaksasi
meningkatkan
otot-otot
besar
yang
kenyamanan
pada
sehingga
mendapatkan
pasien pemenuhan
kebutuhan istirahat tidurnya sesuai kualitas
Teknik relaksasi autogenik ini mempunyai
lingkungan
sehingga
tubuh ke kondisi yang tenang.
menenangkan
dan
kuantitas
kebutuhannya.
keunikan
tersendiri
teknik
relaksasi
membantu tubuh untuk membawa
lainnya yaitu teknik relaksasi yang
perintah melalui autosugesti untuk
mudah
rileks
dibandingkan
dilakukan
dan
tidak
Relaksasi
autogenik
sehingga
akan
dapat
berisiko. Prinsipnya pasien mampu
mengendalikan pernafasan, tekanan
berkonsentrasi
darah, denyut jantung serta suhu
sambil
mantra/doa/dzikir
membaca hati
tubuh. Imajinasi visual dan mantra-
seiring dengan ekspirasi udara paru
mantra verbal yang membuat tubuh
(Asmadi, 2008). Teknik relaksasi
merasa hangat, berat dan santai
ini merupakan teknik relaksasi
merupakan standar latihan relaksasi
yang bersumber dari diri sendiri
autogenik (Varvogli, 2011).
dengan
dalam
menggunakan
kata-kata
Respon
emosi
dan
efek
atau kalimat pendek yang bisa
menenangkan
membuat pikiran menjadi tenang
oleh
(Aryanti, 2007).
fisiologi dominan simpatis menjadi
Peneliti
berpendapat
untuk
mendapatkan hasil yang optimal dalam pemberian teknik relaksasi,
13
tenang,
yang
relaksasi
dominan
sistem
(Oberg, 2009).
ini
ditimbulkan mengubah
parasimpatis
Hasil penelitian ini sejalan
(46,9%), dan sebagian besar responden
dengan penelitian yang dilakukan
bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 11
Haris (2011) bahwa pemenuhan
responden (34,4%).
kebutuhan
istirahat-tidur
klien
Sebagian besar kebutuhan tidur
sebelum diberikan tehnik relaksasi
pasien post operasi sebelum dilakukan
progresif didapatkan bahwa 100%
teknik relaksasi autogenik, berada dalam
responden dengan kategori tidur
kategori tidak terpenuhi yaitu sebanyak
kurang.
20 responden (62,5%).
Terjadi
peningkatan istirahat-
Sebagian besar kebutuhan tidur
tidur klien setelah pemberian tehnik
pasien post operasi sesudah dilakukan
relaksasi progresif, 12 orang (60%)
teknik relaksasi autogenik, berada dalam
responden dengan kategori tidur
kategori terpenuhi yaitu sebanyak 21
cukup dan sebanyak 8 orang (40%)
responden (65,6%).
pemenuhan
kebutuhan
responden dengan tidur baik atau terpenuhi tidurnya
kebutuhan sedangkan
istirahat
yang tidur
kurang tidak ada (0%).
Adanya pengaruh tehnik relaksasi autogenik
terhadap
pemenuhan
kebutuhan tidur pada pasien post operasi di Ruang Teratai RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen. b. Saran
4. Simpulan dan Saran
Bagi pasien, hasil penelitian ini
a. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
maka
dapat
ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Teratai RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen, jumlah perempuan lebih banyak laki-laki
sendiri untuk mengatasi masalah tidur post
Karakteristik responden di Ruang
dibandingkan
diharapkan dapat diterapkan oleh pasien
mempersingkat
sehingga hari
dapat
perawatan
dan
menghemat biaya perawatan. Bagi RSUD dr Soehadi Prijonegoro,
17
hasil penelitian ini diharapkan dapat
responden (53,1%), umur paling banyak
sebagai acuan bagi manajemen bidang
umur 36-45 tahun sebanyak 8 responden
keperawatan
rumah
(25,0%),
menetapkan
SPO
tingkat
yaitu
operasi
pendidikan
paling
banyak SMP sebanyak 15 responden
14
sakit
dalam
tentang
teknik
relaksasi autogenik yang pada akhirnya
dapat digunakan sebagai pedoman bagi
post operasi dengan variabel yang lebih
perawat Ruang Teratai untuk mengatasi
luas dan berbeda.
masalah tidur pada pasien post operasi dengan menggunakan teknik relaksasi autogenik. Bagi
institusi
penelitian
ini
digunakan
pendidikan, diharapkan
untuk
hasil dapat
menambah
kepustakaan dan pengetahuan tentang teknik
relaksasi
autogenik
yang
merupakan salah satu tindakan mandiri perawat untuk mengatasi permasalahan tidur pada pasien post operasi, dan instansi pendidikan sebaiknya dapat menyediakan
buku
bacaan
yang
REFERENSI Aryanti, N.P. 2007. Terapi Modalitas Keperawatan. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Asmadi, 2008, Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar klien, Jakarta : Salemba Medika. Fahmi. 2012. Pengaruh Terapi Musik terhadap Tingkat Gangguan Tidur pada pasien pasca operasi Laparotomy di Irna B (Teratai) dan Irna Ambun Pagi RSUP Dr. M. Djamil, Padang. Skripsi. Universitas Andalas Padang.
berhubungan dengan teknik relaksasi autogenik dan kebutuhan tidur pada pasien post operasi. Bagi penelitian
peneliti ini
lain,
hasil
diharapkan
dari dapat
digunakan sebagai data dasar bagi peneliti-peneliti selanjutnya dan dapat melakukan penelitian dengan perluasan
Haris, 2011. Pengaruh Tehnik Relaksasi Progresif Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Istirahat–Tidur Klien di Ruangan VIP-B Rumah Sakit Umum Daerah Bima. Jurnal Kesehatan Prima Vol. 5 No.1, Februari 2011. Hasri, 2012. Praktek Keselamatan Pasien Bedah di RSUD X, Tesis, Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
sampel dengan menggunakan kelompok kontrol
serta
melakukan
penelitian
pengaruh teknik relaksasi autogenik pada pasien dengan penyakit dalam.
Indri. 2014. Hubungan Antara Nyeri, Lingkungan dan Kecemasan Terhadap Kualitas Tidur Pasien Post Operasi Apendisitis di RSUD AA Pekanbaru. Skripsi.
Bagi peneliti, diharapkan dapat melakuan penelitian yang lebih luas lagi megenai teknik relaksasi autogenik dan pemenuhan kebutuhan tidur pada pasien
15
Myers G, David. 2012. Psikologi Sosial, edisi 10. Jakarta : penerbit Salemba Humanika.
Mubarak,Wahid Iqbal, et al. 2011. Pomosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Edisi pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu Notoatmodjo, 2012, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. Nurdin, S. 2013. Pengaruh teknik relaksasi terhadap intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur di Ruang Irina A BLU Prof. Kandou Manado. Skripsi. Nurlela, S. 2009. Faktor - faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pasien post operasi laparatomi di RS PKU Muhammadiyah Gombong. Skripsi. Nursalam, 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Oberg, E. 2009. Mind-body techniques to reduce hypertension's chronic effects integrative medicine. Permenakertrans No 1 Tahun 2014. Perubahan Atas Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.250/MEN/XII/2008 Tentang Klasifikasi Dan Karakteristik Data Dari jenis Informasi Ketenagakerjaan. Perry Anne Griffin, Potter Patricia A. 2006. Fundamental keperawatan, konsep, klinis dan praktek, Ed 4, Vol 2, alih bahasa: Renata Komalasari, Dian Evriyani, Enie Novieastari, Alfrina Hany dan Sari Kurnianingsih. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
16
Priharjo, R. 2008. Konsep & Prespektif Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC Sjamsuhidajat, R & Jong de Wim. 2005. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Sulastri, 2014. Hubungan intensitas nyeri dengan pemenuhan kebutuhan tidur pada pasien post operasi di Ruang Mawar RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen. Skripsi. Universitas Sahid Surakarta. Tarwoto dan Wartonah, 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses keperawatan, Jakarta : Salemba Medika. Varvogli, L., & Parviri, C. 2011. Stress management techniques: evidencebased procedurs that reduce stress and promote health. Health Science Journal 5, Issue 2. Vaughans, BW. 2013. Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Rapha Publishing.