HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DESA PENDEM, KECAMATAN SUMBERLAWANG, KABUPATEN SRAGEN
SKRIPSI
Disusun oleh :
AGUS SUPRIYADI NIM. ST 14003
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016
SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Agus Supriyadi NIM
: ST 14003
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1) Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun di perguruan tinggi lain. 2) Skripsi ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan dari Tim Pembimbing dan masukan dari Tim Penguji. 3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4) Pernyataann ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Surakarta, Januari 2016 Yang membuat pernyataan.
Agus Supriyadi ST 14003
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan Skripsi yang berjudul:
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DESA PENDEM, KECAMATAN SUMBERLAWANG, KABUPATEN SRAGEN Oleh: Agus Supriyadi NIM: ST 14003 Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 1 Maret 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan Pembimbing Utama
(Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep) NIK. 201279102
Pembimbing Pendamping
(Anissa Cindy Nurul Afni, S. Kep., Ns., M.Kep) NIK. 201188087
Penguji (Atiek Murharyati, S.Kep., Ns, M.Kep) NIK. 200680021
Surakarta, 1 Maret 2016 Ketua Program Studi S-1 Keperawatan,
Atiek Murharyati, S.Kep., Ns, M.Kep NIK. 200680021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul ”Hubungan tingkat pengetahuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen”. Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Skripsi ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta dan sekaligus sebagai pembimbing utama dalam penulisan Skripsi ini. 2. Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi SI Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta. 3. Anissa Cindy Nurul Afni, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada peneliti. 4. Atiek Murharyati, S.Kep., Ns, M.Kep selaku penguji Skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan Skripsi ini.
5. Kepala Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen yang telah memberi ijin kepada peneliti untuk pengambilan data awal dalam pembuatan Skripsi. 6. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. 7. Seluruh responden masyarakat desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen yang telah berpartisipasi dalam pengisian kuesioner. 8. Semua teman-teman yang telah membantu dalam penulisan Skripsi. 9. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu peneliti membuka kritik dan saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Skrpsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta,
Februari 2016
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
SURAT PERNYATAAN ................................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv DAFTAR ISI .................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 5 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 5 1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori ............................................................................. 8 2.1.1 Pengetahuan....................................................................... 8 2.1.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ......................... 18 2.1.3 Demam Berdarah Dengue (DBD) ..................................... 24 2.1.4 Kerangka Teori .................................................................. 28 2.2 Keaslian Penelitian ...................................................................... 32 2.3 Kerangka Teori ............................................................................ 34 2.4 Kerangka Konsep ......................................................................... 35 2.5 Hipotesis ...................................................................................... 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................... 36 3.2 Populasi, Sampel dan teknik sampling .................................... 36 3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................ 38 3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional
dan Skala Pengukuran ............................................................. 38 3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data .......................... 39 3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ...................................... 43 3.7 Etika Penelitian ........................................................................ 45 3.8 Jalan Penelitian ........................................................................ 46 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Analisis Univariat .................................................................... 49 4.2 Analisis Bivariat ...................................................................... 51 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden ......................................................... 53 5.2 Hubungan tingkat pengetahuan PHBS dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) ........................ 55 BAB VI PENUTUP 9.1 Kesimpulan .............................................................................. 59 9.2 Saran ........................................................................................ 59 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel 2.4
Judul Tabel
Halaman
Keaslian Penelitian
32
3.1
Definisi Operasional
38
3.2
Kisi Pertanyaan Tingkat Pengetahuan
40
3.3
Kisi-kisi Kuesioner Upaya Pencegahan DBD
40
4.1
Karakteristik responden berdasarkan umur
49
4.2
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
49
4.3
Kakateristik responden berdasarkan pekerjaan
50
4.4
Tingkat Pengetahuan PHBS
50
4.5
Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)
51
4.6
Korelasi Somer’s D
51
DAFTAR GAMBAR
Nomor Tabel
Judul Gambar
Halaman
2.4
Kerangka Konsep
34
2.5
Kerangka Teori
35
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran 1.
Jadwal Penelitian
2.
Surat studi pendahuluan
3.
Surat ijin Penelitian
4.
Surat Keterangan Balasan Penelitian
5.
Lembar Permohonan Responden
6.
Lembat persetujuan menjadi Responden
7.
Kuesioner
8.
Tabulasi hasil penelitian
9.
Hasil SPSS
10.
Lembar Konsultasi
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016
Agus Supriyadi
Hubungan Tingkat Pengetahuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Abstrak Pemantauan tentang PHBS di Provinsi seIndonesia, profinsi Jawa tengah memperoleh hasil dari 3.249.436 kepala keluarga terdapat 2.528.896 kepala keluarga yang telah melakukan program PHBS. Sebagian besar penduduk di Jawa Tengah sudah mengetahui tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Tetapi juga masih banyak ditemukan masalah tentang PHBS. Presentase PHBS yang sudah dicapai Provinsi Jawa Tengah yaitu 77,83%. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 64 responden. Pengambilan sampel dengan cluster sampling. Lokasi penelitian dilakukan didesa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen pada bulan Desember 2015.Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan korelasi Somer’s D. Hasil analisis somer’s D dengan ada hubungan tingkat pengetahuan PHBS dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen ditunjukkan dengan signifikan 0,000 dengan arah hubungan positif sebesar 0,668 sehingga menunjukkan hubungan yang kuat antara tingkat pengetahuan PHBS dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD). Ada hubungan tingkat pengetahuan PHBS dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen. Kata Kunci : pengetahuan, PHBS, upaya Dafta Pustaka : 23 literatur (2009-2015)
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2016
Agus Supriyadi Correlation of the Knowledge of clean and Healthy Living Behavior and the Effort to Prevent Dengue in Pendem Village, Sumberlawang Sub-district, Sragen Regency
ABSTRACT
The result of observation on clean and healthy living behavior in the provinces of Indonesia shows that there were 3,249,436 heads of families, and 2,528,896 of them already conducted the clean and healthy living program. Most of the inhabitants of Central Java province have already known the clean and healthy living behavior, but some problems on the clean and healthy living are still encountered. The percentage of the program has been achieved as much as 77.83%. The objective of this research is to investigate the correlation of the knowledge of clean and healthy living behavior and the effort to prevent dengue in Pendem Village, Sumberlawang Sub-district, Sragen Regency. This research used the descriptive quantitative method with the crosssectional design. Its samples were taken by using the cluster sampling technique and consisted of 64 respondents. The research was conducted in Pendem Village, Sumberlawang Sub-district, Sragen Regency in November 2015. The data of research were analyzed by using the correlation formula claimed by Somer’sD. There was a correlation between the knowledge of clean and healthy living behavior and the effort to prevent dengue in Pendem Village, Sumberlawang Subdistrict, Sragen Regency as indicated by the significance value = 0.000 with the positive correlation value = 0.668, indicating that there was a strong correlation between the knowledge of clean and healthy living behavior and the effort to prevent dengue. Thus, there was a correlation between the knowledge of clean and healthy living behavior and the effort to prevent dengue in Pendem Village, Sumberlawang Sub-district, Sragen Regency. Keywords : Knowledge, clean and healthy living behavior, effort References : 23 (2009-2015)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Penyakit menular Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, dan setelah itu jumlah kasus DBD terus betambah seiring dengan semakin meluasnya daerah endemis DBD. Penyakit ini tidak hanya seiring menimbulkan KLB tetapi juga menimbulkan dampak buruk sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga dan berkurangnya usia harapan penduduk. (Kemenkes RI, 2011) Penyakit ini termasuk salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah, maka sesuai dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, setiap penderita termasuk tersangka DBD harus segera dilaporkan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 24 jam oleh unit pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Poliklinik, Balai Pengobatan, dokter praktik swasta, dan lain-lain) (Depkes RI, 2005). Berdasarkan data yang didapat, Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang rawan terjangkit penyakit ini, hal ini dapat dilihat dari angka kejadian kasus demam berdarah dengue yang terjadi dari tahun ketahun terusmeningkat. Dari data kasus DBD di Dinas Kesehatan provinsi Jawa
Tengah, didapat angka kasus kejadian demam berdarah dengue di Jawa Tengah pada tahun 2007 mencapai angka 20.391 kasus dengan 327 angka kematian (IR = 6,2 dan CFR = 1,6 %). Hal ini berbeda dibandingan dengan tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2006 jumlah kasus kejadian hanya 10.924 kasus dengan 220 angka kematian (IR = 3,39 dan CFR = 2,01 %), pada tahun 2005 jumlah kasus kejadian hanya 7.144 kasus dengan 181 angka kematian (IR = 2,17 dan CFR = 2,53 %), pada tahun 2004 jumlah kasus kejadian hanya 9.742 kasus dengan 169 angka kematian (IR = 3,00 dan CFR = 1,73 %), pada tahun 2003 jumlah kasus kejadian hanya 8.670 kasus dengan 153 angka kematian (IR = 2,70 dan CFR = 1,76 %). Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa angka kejadian tertinggi siklus lima tahunan DBD Jawa Tengah terjadi pada tahun 2007 (Dinkes Prov Jateng, 2006). Hasil Riskesdas 2007 diketahui bahwa rumah tangga yang telah mempraktekkan perilaku hidup sehat (PHBS) baru mencapai 38,7%. Oleh karena itu, Rencana Strategis (Renstra) Kementrian Kesehatan Tahun 20102014 menetapkan target 70% rumah tangga sudah mempraktekkan PHBS pada tahun 2014. Persentase rumah tangga yang melakukan PHBS memang merupakan salah satu Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Kementrian Kesehatan (Kemenkes RI, 2012). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan
informasi
dan
melakukan
edukasi
untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku guna membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat (Dinkes JawaTengah, 2009). Pemantauan tentang PHBS di Provinsi seIndonesia, profinsi Jawa tengah memperoleh hasil dari 3.249.436 kepala keluarga terdapat 2.528.896 kepala keluarga yang telah melakukan program PHBS. Sebagian besar penduduk di Jawa Tengah sudah mengetahui tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Tetapi juga masih banyak ditemukan masalah tentang PHBS. Presentase PHBS yang sudah dicapai Provinsi Jawa Tengah yaitu 77,83% (Direktorat PTM, 2011). Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010 menunjukkan, dari 10 indikator PHBS tatanan rumah tangga yang telah ditetapkan ada beberapa indikator yang presentasinya masih jauh dari harapan. Presentasi bayi yang menyusui secara eksklusif sampai dengan enam bulan hanya 15,3%. Kemudian hanya 49,4% bayi/balita yang melakukan pemantauan pertumbuhan atau penimbangan empat kali atau lebih dalam enam bulan terakhir. Data yang diperoleh dari petugas P2P Puskesmas Sumberlawang Desa Pendem termasuk desa yang mempunyai kawasan pariwisata yang padat penduduknya dengan berbagai tingkat ekonomi dan bermacam macam usaha, baik itu usaha kecil rumah tangga sampai usaha yang besar. Tingkat pendidikannya ada yang rendah sampai berpendidikan tinggi dan juga ada pondok pesantren yang kurang memperhatikan berperilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS). Jika musim kemarau penduduk berbondong-bondong menuju sendang (sumber mata air) yang dipakai warga untuk mandi, mencuci baju, perabot rumah tangga dan juga untuk memasak. Setiap ada petugas dari puskesmas yang melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) banyak sekali dirumah warga penampungan air yang jarang dikuras sehingga banyak jentik-jentiknya, didapur banyak peralatan dapur yang berserakan dan dikamar banyak sekali gantungan baju sehingga banyak nyamuknya. Berdasarkan data DKK Sragen, jumlah kasus DBD pada 2014 melonjak dibandingkan 2013. Pada 2014, ada 575 kasus DBD, sedangkan pada 2013 hanya 389 kasus DBD. Sementara untuk 2015 Penderita DBD yang meninggal dunia pada tahun lalu naik 100% dibandingkan pada 2013 di mana ada enam orang masyakarat meninggal dunia akibat DBD. Berdasarkan pencatatan kasus DBD oleh petugas P2PL di Puskesmas Sumberlawang, dari tahun 2013 sampai tahun 2015 dan ada penderita yang meninggal dunia terutama didaerah endemis salah satunya adalah desa pendem. Tahun 2013 penderita DBD ada 35 kasus dan 1 kasus meninggal dunia, tahun 2014 penderita DBD ada 25 kasus dan 2 kasus meninggal dunia, tahun 2015 penderita DBD ada 36 kasus dan 1 kasus meninggal dunia. Faktor penyebab dari tingginya DBD diantaranya adalah : Kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat kurang, pengetahuan dan pendidikan masyarakat yang rendah, informasi atau KDRS dari rumah sakit yang terlambat, petugas kesehatan yang kurang dan kerjasama lintas sektor yang kurang. Berbagai cara juga telah diupayakan oleh pelayanan kesehatan khusus
di
wilayah
Sumberlawang,
baik
dengan
cara
penyuluhan
kemasyarakat, pemberian abate pada tempat-tempat penampungan air dan penyemprotan didaerah yang diduga tempat sarang nyamuk dan daerah yang terjadi KLB. Dari data tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan PHBS dengan upaya pencegahan Demam
Berdarah
Dengue
(DBD)
di
Desa
Pendem,
Kecamatan
Sumberlawang, Kabupaten Sragen.
1.2 Rumusan masalah Faktor penyebab dari tingginya DBD diantaranya adalah : Kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat kurang, pengetahuan dan pendidikan masyarakat yang rendah, informasi atau KDRS dari rumah sakit yang terlambat, petugas kesehatan yang kurang dan kerjasama lintas sektor yang kurang. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan dalam latar belakang, maka peneliti merumuskan masalah penelitian “Bagaimanakah hubungan tingkat Pengetahuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen“.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1
Tujuan umum Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen.
1.3.2
Tujuan Khusus 1. Mendeskripsikan karakteristik responden di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen 2. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen. 3. Mendeskripsikan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen. 4. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang PHBS dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen.
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1.4.1
Rumah Sakit atau masyarakat Hasil penelitian ini
semoga bermanfaat bagi masyarakat didesa
pendem sehingga nantinya dapat mengerti pentingnya PHBS, yangmana sangat berperan dalam pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) selain itu juga akan bermanfaat bagi puskesmas dalam menerapkan program PHBS diseluruh desa se kecamatan Sumberlawang. 1.4.2
Institusi pendidikan Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada di dalamnya, dan penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan dalam ber PHBS.
1.4.3
Peneliti lain Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang sejenis.
1.4.4
Peneliti Menambah wawasan peneliti mengenai PHBS dalam upaya pencegahan KLB DBD, sehingga wawasan ini bisa dipraktekkan diwilayah lingkungan kerja puskesmas sumberlawang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori 2.1.1
Pengetahuan 1. Definisi pengetahuan Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan (Notoatmodjo, 2010). Menurut Nasir (2011), pengetahuan adalah gambaran subjektif tentang sesuatu yang ada dalam alam menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengalami dan mengetahuinya. 2. Jenis pengetahuan Menurut Nasir (2011), jenis pengetahuan meliputi: a. Pengetahuan biasa Pengetahuan biasa disebut juga knewledge of the man in the street atau ordinary knowledge atau common sense knowledge. Pengetahuan seperti ini memiliki inti kebenaran yang sifatnya subyektif artinya sangat terikat pada subjek yang mengenal dengan demikian pengetahuan tahap pertama ini memiliki sifat selalu benar
sejauh mana untuk memperoleh pengetahuan bersifat normal atau tidak ada penyimpangan. b. Pengetahuan ilmiah Pengetahuan yang telah menetapkan objek khas dengan menerapkan metodologis yang khas pula. c. Pengetahuan filsafat Pengetahuan
filsafat
adalah
sejenis
pengetahuan
yang
pendekatannya melalui metodologi pemikiran filsafat yang bersifat mendasar dan menyeluruh dengan model pemikiran yang analitis, kritis dan spekulatif. d. Pengetahuan agama Pengetahuan agama adalah jenis pengetahuan yang terkandung dalam pengetahuan agama. Pengetahuan agama memiliki sifat dogmatis, artinya pernyataan dalam suatu agama selalu dihampiri oleh keyakinan yang telah ditentukan sehingga pernyataanpernyataan dalam ayat-ayat kitab suci pada agama memiliki nilai kebenaran sesuai dengan keyakinan. 3. Tingkat pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2011), ada 6 tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu. : a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. b. Memahami (comprehention) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya, aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya
satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya. e. Sintesa (syntesis) Sintesa adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang, baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya
dapat
menyusun,
dapat
menggunakan,
dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. 4. Cara memperoleh pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yakni cara tradisional atau non ilmiah yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara modern atau cara ilmiah yakni melalui proses penelitian. Lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari: 1) Cara coba – salah (trial and Error) Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin
sebelum
adanya
peradaban
apabila
seseorang menghadapi persoalan atau masalah upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. 2) Secara kebetulan Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan. 3) Cara kekuasaan atau otoritas Kehidupan
sehari-hari
ditemukan
banyak
sekali
kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan seperti ini bukan hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan ini seolah diterima dari sumbernya
sebagai
kebenaran
yang
mutlak.
Sumber
pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal. Para pemuka
agama, pemegang pemerintahan dan lain sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas, yakni orang mempunyai wibawa atau kekuasaan,
baik
tradisi,
otoritas
pemerintah,
otoritas
pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan. 4) Berdasarkan pengalaman sendiri Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah.
Pepatah
ini
mengandung
maksud
bahwa
pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan.
Oleh
sebab
itu
pengalaman
pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. 5) Cara akal sehat (common sense) Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Misalnya pemberian hadiah dan hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
6) Kebenaran melalui wahyu Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia. 6) Kebenaran secara intuitif Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara yang rasional dan yang sistematis. 7) Melalui jalan pikiran Sejalan
dengan
perkembangan
perkembangan
kebudayaan umat manusia cara manusia berfikir ikut berkembang. Dari sini manusia mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Induksi dan deduksi
pada
dasarnya
merupakan
cara
melahirkan
pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataanpernyataan yang dikemukan. Apabila proses pembuatan
kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan yang khusus kepada yang umum dinamakan induksi sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus. 8) Induksi Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalamanpengalaman empiris yang ditangkap oleh indra kemudian disimpulkan ke dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala. 9) Deduksi Deduksi
adalah
pembuatan
kesimpulan
dari
pernyataan-pernyataan umum ke khusus. Di dalam proses berpikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua persitiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu. b. Cara ilmiah atau modern Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian
ilmiah,
atau
metodologi
penelitian
(research
metodology). Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon yang mengembangkan
metode
berpikir
induktif
kemudian
dikembangkan oleh Deobold van Dallen yang menyatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek
yang diamatinya.
Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok : 1) Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan. 2) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan. 3) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu. 5. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut
Wawan
dan
Dewi
(2011),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pengetahuan, yaitu: 1) Faktor internal a) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak.
Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
Pengetahuan
sangat
erat
kaitannya
dengan
pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
Peningkatan
pengetahuan
tidak
mutlak
diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. b) Pekerjaan Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu akan mempuyai pengaruh tehadap kehidupan keluarga.
c) Umur Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja, dari segi kepercayaan masayarakat seseorang yang dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagaian dari pengalaman dan kematangan jiwa. 2) Faktor eksternal a) Faktor Lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. b) Sosial budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerim informasi
2.1.2
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
2.1.2.1 Pengertian Menurut Proverawati (2012), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Menurut Maryunani (2013), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku upaya untuk memberikan pengamalan belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok
dan
masyarakat
dengan
membuka
jalan
komunikasi
memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advokasi, bina
suasana
(social
support)
dan
pemberdayaan
masyarakat
(empowerman) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenal dan mengatasi masalahnya sendiri dalam tatanan masing-masing agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan. 2.1.2.2 Tujuan PHBS Menurut Maryunani (2013), tujuan PHBS adalah sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan, petugas lintas sektor, media masa, organisasi masyarakat, LSM, tokoh masyarakat, tim penggerak PKK dan dunia usaha dalam pembinaan PHBS. 2. Meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan PHBS berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat 2.1.2.3 Manfaat Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Menurut Maryunani (2013), manfaat yang melaksanakan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), yaitu: 1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit 2. Anak tumbuh sehat dan cerdas
3. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat daengan meningkatnya kesehatan maka biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan, pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga. 2.1.2.4 Sasaran PHBS Menurut Maryunani (2013), sasaran PHBS, yaitu: 1. Pasangan usia subur 2. Ibu hamil dan ibu menyusui 3. Anak dan remaja 4. Usia lanjut 5. Pengasuh anak 2.1.2.5 Indikator PHBS Menurut Sudayasa (2009), rumah tangga ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu: persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi ASI ekslusif, menimbang bayi dan balita, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah. 1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan Pertolongan pertama pada persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan dan paramesi lainnya)
2. Memberi ASI Eksklusif Bayi termuda usia 0 – 6 bulan mendapat ASI sejak lahir sampai usia 6 bulan. 3. Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Anggota rumah tangga mempunyai pembiayaan pra upaya kesehatan seperti ASKES, Kartu Sehat, Dana Sehat, Jamsostek dan Asuransi Perusahaan. 4. Menggunakan air bersih Gunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari seperti memasak, mandi, hingga untuk kebutuhan air minum. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit (Sudayasa, 2009). Menurut Maryunani (2007), agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan kesehatan. Air yang sehat harus memenuhi persyaratan yaitu sebagai berikut: 1) Syarat fisik yaitu persyaratan air untuk minum yang sehat adalah bening (tidak berwarna), tidak berasa, suhu di bawah suhu udara di luarnya. 2) Syarat bakteriologis yaitu air minum yang sehat harus bebas ari segala bakteri. 3) Syarat kimia yaitu air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan
salah satu zat kimia dalam air akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia. 5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Mencuci tangan di air mengalir dan memakai sabun dapat menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang menempel di tangan sehingga tangan bersih dan bebas kuman. Cucilah tangan setiap kali sebelum makan dan melakukan aktifitas yang menggunakan tangan, seperti memegang uang dan hewan, setelah buang air besar, sebelum memegang makanan maupun sebelum menyusui bayi (Sudayasa, 2009). Waktu untuk cuci tangan pakai sabun yang harus diperhatikan, yaitu: a. Sebelum makan b. Sebelum menyiapkan makanan c. Setelah buang air besar d. Setelah menceboki bayi/anak e. Setelah memegang unggas/hewan f. Sebelum menyusui bayi g. Setelah battuk/bersin dan membersihkan hidung h. Setelah membersihkan sampah i. Setelah bermain di tanah atau lantai (terutama bagi anak-anak) Ada beberapa manfaat yang diperoleh setelah seseorang melakukan cuci tangan pakai sabun, yaitu antara lain: a. Membunuh kuman penyakit yang ada ditangan
b. Mencegah penularan penyakit, seperti disentr, flu burung, flu babi, typhus dan lain-lain. c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman Menurut Proverawati (2012,) Cara mencuci tangan yang benar yaitu: a. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun seperlunya. b. Gosok tangan setidaknya selama 15 – 20 detik c. Besihkan bagian pergelagnan, tangan, punggung tangan, sela-selasela jari dan kuku. d. Basuh tangan sampai bersih dengan air yang mengalir 6. Menggunakan jamban sehat Jamban
adalah
suatu
ruangan
yang
mempunyai
fasilitas
pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Ada beberapa syarat untuk jamban sehat, yakni tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau, tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan dan ventilasi udara yang cukup, lantai kedap air, tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu Lakukan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di lingkungan rumah tangga. PJB adalah pemeriksaan tempat perkembangbiakan nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak mandi, WC, vas bunga, tatakan kulkas, dan di luar rumah seperti talang air, dll yang dilakukan secara teratur setiap minggu. Selain itu, juga lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M (Menguras, Mengubur, Menutup) (Dinkes, 2010) 8. Makan buah dan sayur setiap hari Konsumsi sayur dan buah sangat dianjurkan karena banyak mengandung berbagai macam vitamin, serat dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh. Menurut Proverawati (2012), sayur dan buahbuahan merupakan sumber makanan yang mengandung gizi lengkap dan sehat. Sayur berwarna hijau merupakan sumber kaya karoten (provitamin A). semakin tua warna hijaunya, maka semakin banyak kandungan karotennya. 9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari Aktifitas fisik, baik berupa olahraga maupun kegiatan lain yang mengeluarkan tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Jenis aktifitas fisik yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yakni berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian, dan lain-lainnya (Dinkes, 2010).
10. Tidak merokok di dalam rumah. Satu puntung rokok yang diisap, akan dikeluarkan lebih dari 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya adalah nikotin, tar, dan karbon monoksida (CO). Jika ada anggota keluarga yang merokok (perokok aktif), terlebih di dalam rumah, maka asap yang dihasilkan dari rokok tersebut tidak hanya berbahaya bagi perokok itu sendiri, melainkan juga orang-orang disekitarnya (perokok pasif) yang tentu saja berefek buruk bagi kesehatan. Rumah sebagai tempat berlindung bagi keluarga, termasuk dari asap rokok. Oleh karena itu, perokok pasif harus berani menyuarakan haknya untuk bebas dari kepulan asap rokok.
2.1.3
Demam Darah Dengue (DBD)
2.1.3.1 Pengertian Demam Dengue (DBD) adalah demam disertai 2 atau lebih gejala penyerta seperti sakit kepala, nyeri di belakang bola mata, nyeri sendri (athralgia), rash, mual, muntah dan manifestasi perdarahan. Dengan hasil laboratorium leukopenia (lekosit < 5000/mm3), jumlah trombosit cenderung menurun <150.000/mm3 dan didukung oleh pemeriksaan serologis (Depkes RI, 2011). Demam berdarah dengue adalah demam 2- 7 hari disertai dengan manifestasi perdarahan, jumlah trombosit < 100.000/mm3, adanya tanda kebocoran plasma (peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai normal dan efusi pleura atau ascites, hipoproteinemia (albuminemia) dan atau hasil pemeriksaan serologis pada penderita tersangka DBD menunjukkan hasil
positif atau terjadi peningkatan (positif) IgG saja atau IgM dan IgG pada pemeriksaan dengue rapid test (Depkes RI, 2011). Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue adalah peningkatan jumlahkasus DBD (total kasus DBD dan DSS) di suatu desa/kelurahan atau wilayah yanglebih luas 2 (dua) kali atau lebih dalam kurun waktu satu minggu/bulan dibandingminggu/bulan sebelumnya atau bulan yang sama tahun lalu (Dinkes Prov Jateng,2006: 29). 2.1.3.2 Diagnosis Menurut Depkes RI (2011), untuk menegakkan diagnosis Demam Berdarah Degue, yaitu meliputi: 1. Klinis a. Demam tinggi mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari. b. Terdapat manifestasi atau tanda-tanda perdarahan dengan uji bendung. c. Pembesaran hasi d. Syok ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi ≥ 20 mmHg, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah. 2. Laboratorium a. Trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang) b. Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler yang ditandai dengan hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit
≥ 10% dari data baseline saat pasien belum sakit atau sudah sembuh atau
adanya
efusi
pleura,
asistes
atau
hipoproteinemia
(hipoalbuminemia). 2.1.3.3 Tanda dan gejala utama DBD Menurut Depkes RI (2011), gejala dan tanda utama DBD sebagai berikut: demam, tanda-tanda perdarahan, hepatomegali dan syok. 1. Demam Demam tinggi mendadak, sepanjang hari, berlangsung 2-7 hari. Fase kritis ditandai saat demam mulai turun biasanya setelah hari ke 36. 2. Tanda perdarahan Penyebab perdarahan pada pasien DBD adalah gangguan pada pembuluh darah, trombosit dan faktor pembekuan. Jenis perdarahan yang terbanyak adalah perdarahan. 3. Hepatomegali Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit, bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba (just palpable) sampai 2 – 4 cm di bawah lengkungan iga kanan dan di bawah procesus xifodeus. Derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan adanya penyakit, namun nyeri tekan di hipokondrium kanan disebabkan oleh karena peregangan kapsul hati, nyeri perut lebih tampak jelas pada anak besar dari pada anak kecil. 4. Syok
Tanda-tanda syok, yaitu kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari tanan dan kaki, capilary refill time memanjang > 2 detik, penderita menjadi gelisah, sianosis di sekitar mulut, nadi cepat, lemah kecil sampai tak teraba dan perbedaan tekana nadi sistolik dan diastolik menurun ≤ 200 mmHg. 2.1.3.4 Derajat Beratnya Penyakit DBD Menurut Depkes RI (2011), derajat penyakti DBD dikalisifikasikan dalam 4 derajat, yaitu: 1. Derajat 1 : demam dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji tourniquest positif 2. Derajat II terdapat perdarahan spontan antara lain perdarahan kulit (petekie), perdarahan gusi, epitaksis, atau perdarahan lain (menstruasi berlebihan perdarahan saluran cerna) 3. Derajat III derajat I dan II disertai kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak tampak gelisah. 4. Derajat IV : seperti derajat III disertai syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur. 2.1.3.5 Penularan DBD Nyamuk Aedes betina biasanya terinfeksi virus dengue pada saat menghisap darah dari seseorang yang sedang berada pada tahap demam akut (viraemia). Setelah melalui periode inkubasi ekstrinsik selama 8 sampai 10 hari, kelenjar ludah Aedesakan menjadi terinfeksi dan virusnya
akan ditularkan ketika nyamuk menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya kedalam luka gigitan ke tubuh orang lain. Setelah masa inkubasi instrinsik selama 3-14 hari (rata-rata selama 4-6 hari) timbul gejala awal penyakit secara mendadak, yang ditandai dengan demam, pusing, myalgia (nyeri otot), hilangnya nafsu makan dan berbagai tanda atau gejala non spesifik seperti nausea (mual-mual), muntah dan rash(ruam pada kulit). Viraemia biasanya muncul pada saat atau persis sebelum gejala awal penyakit tampak dan berlangsung selama kurang lebih 5 hari setelah dimulainya penyakit. Saat-saat tersebut merupakan masa kritis dimana penderita dalam masa sangat infektif untuk vektor nyamuk yang berperan dalam siklus penularan. Penularan DBD antara lain dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya, tempat yang potensial untuk penularan penyakit DBD antara lain: 1. Wilayah yang banyak kasus DBD atau rawan endemis DBD. 2. Tempat-tempat
umum
yang
merupakan
tempat
berkumpulnya
orang,orang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar seperti sekolah, pasar, hotel, puskesmas, rumah sakit dan sebagainya. 3. Pemukiman baru di pinggir kota, karena dilokasi ini, penduduk umumnya berasal dari berbagai wilayah, maka memungkinkan diantaranya terdapat penderita atau karier yang membawa tipe virus dengue yang berlainan dari masing-masing lokasi asal.
2.1.3.6 Upaya pemberantasan DBD Upaya pemberantasan penyakit demam bedarah dengue dilaksanakan dengan cara tepat guna oleh pemeritah dan peran serta masyarakat yang meliputi: 1. Pencegahan Pencegahan dilaksanakan oleh masyaraat di rumah dan tempat umum dengan melakuan pemberantasan sarang nyamuk yang meliputi: a.
Membersihkan tempat penampungan air seminggu sekali Seperti divas bunga, air tempat minum burung.
b.
Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti : 1) Seperti : tempayan, bak mandi, dan tempat penempungan air bersih yang memungkinkan tempat berkembang biak nyamuk, hendaknya ditutup rapat-rapat. 2) Menguras tempat penampungan air sekurang-kurangnya 1 minggu sekali Seperti bak mandi, tempayan, dan tempat penampungan air bersih, hendaknya dikuras maksimal 1 minggu sekali. 3) Mengubur Barang-barang bekas bekas Barang-barang yang memungkinkan air tergenang seperti ban bekas, kaleng-kaleng bekas, plastik bekas, tempurung kelapa (Depkes RI, 2006).
c.
Membuang sampah pada tempatnya atau membakarnya Seperti plastik bekas air mineral, potongan bambu, tempurung kelapa dan lain-lain, yang dapat menampung air hujan hendaknya dibuang di tempat sampah dan segeralah membakarnya.
d.
Menggantung pakaian, Faktor risiko tertular penyakit demam berdarah adalah rumah atau lingkungan dengan baju atau pakaian bergantungan yang disukai nyamuk untuk beristirahat (Dinkes Jateng, 2006).
e.
Memakai kelambu, Orang yang tinggal di daerah endemis dan sedang wabah demam berdarah sebaiknya waktu tidur memakai kelambu. Terutama waktu tidur siang hari, karena nyamuk Aedes aegypti menggigit pada siang hari.
f.
Memakai lotion anti nyamuk. Pada waktu tidur lengan dan kaki dibaluri minyak sereh atau minyak anti nyamuk agar terhindar dari gigitan nyamuk Aedes aegypti.
g.
Menaburkan bubuk abate Satu sendok makan (± 10 gram) untuk 100 liter air (Depkes RI, 2006). Obat abate ini mirip dengan garam dapur. Bubuk abate ditaburkan ke dalam wadah-wadah air di dalam rumah. Setelah ditaburkan obat ini kan membuat lapisan pada dinding wadah yang ditaburi
obat ini. Lapisan ini bertahan sampai beberapa bulan kalau tidak disikat dan memelihara ikan pemakan jentik 2. Penemuan, pertolongan dan pelaporan Keluarga yang anggotanya menunjukkan gejala penyait demam berdarah dengue memberikan pertolongan pertama (memberi minum banyak, kompres dingin dan obat penurun panas yang tidak mengandung asam salisilat) dan dianjutkan segera memeriksakan kepada dokter atau unit pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan, penentuan diagnosa dan pengobatan atau perawatan sesuai dengan keadaan penderita dan wajib melaporkan kepada puskesmas. 2.1.3.7 Kriteria KLB Kriteria Kejadian luar biasa DBD, yaitu 1. Timbulnya suatu penyakit/kesakitan yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal. 2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya. 3. Peningkatan kejadian/penyakit, 2 (dua) kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya. 4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenakan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahu sebelumnya.
5. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan 2 (dua) kalilipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya. 6. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam kurun waktu tertentu menunjukkan 50% atau lebih dibandingkan CFR pada periode sebelumnya. 7. Propotial Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali dibandingkan periode yang sama dalam kurun waktu/tahun sebelumnya (Dinkes Prov Jateng, 2006: 1).
2.2 Keaslian Penelitian Tabel 2.2 Keaslian Penelitian Nama Peneliti Judul Penelitian Yulian Taviv, Pengendalian DBD melalui dkk Pemanfaatan Pemantau Jentik dan Ikan Cupang di Kota Palembang, 2010
Metode Penelitian Kuasi Eksperimen
Hasil Penelitian Pemanfaatan ikan cupang plus pemantau jentik lebih efektif meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ) dan menurunkan House Index (HI), Container Index (CI), Breteau Index (BI) dibandingkan hanya dengan pemantau jentik.
Yuli Kusumawati dan S. Darnoto
Pelatihan Peningkatan Kemampuan Kader Posyandu dalam Penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Joyotakan Kecamatan Serengan Surakarta, 2008
Pre experimental design dengan pendekatan one group pretestposttest design
Terjadi peningkatan pengetahuan peserta menjadi baik sebanyak 93,3%. Hasil pemantuan jentik menunjukkan bahwa 60% dari sampel rumah yang dipantau ternyata positif terdapat jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti
Marini Avilia Wowiling
Hubungan Pengetahuan dan Sikap keluarga dengan Pencegahan Demam berdarah dengue (DBD) di kelurahan Mogolaing. Kuranji Padang , 2010
Cross sectional,
Hasil uji didapatkan nilai probabilitas untuk hubungan pengetahuan keluarga dengan pencegahan demam berdarah dengue sebesar 0,000 (p>0,05), sedangkan untuk hubungan sikap keluarga dengan pencegahan demam berdarah dengue sebesar 0,002 (p<0.05). Kesimpulan: Ada Hubungan Pengetahuan dan Sikap keluarga dengan Pencegaha demam berdarah dengue di kelurahan Mogolaing. Disarankan kepada petugas-petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan pencegahan demam berdarah dengue dengan penyuluhan kepada keluargakeluarga agar tetap melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk secara rutin.
2.3 Kerangka Teori
Demam berdarah Dengue (DBD)
Upaya Pencegahan Demam berdarah Dengue (DBD)
Pengetahuan tentang PHBS
Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan 1. 2. 3. 4. 5.
Pendidikan Pekerjaan Umur Faktor lingkungan Sosial budaya
Keterangan :
= diteliti
= tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Notoatmodjo (2012) dan Depkes RI (2011)
2.4 Kerangka Konsep Variabel Independent
Variabel dependent
Pengetahuan tentang PHBS
Upaya Pencegahan KLB DBD
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
2.5 Hipotesis Ha
: Ada hubungan pengetahuan PHBS dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen
Ho
: Tidak ada hubungan pengetahuan PHBS dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis/desain penelitian Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Menurut Nursalam (2013), penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa yang penting yang terjadi pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual daripada penyimpulan. Penelitian kuantitatif adalah teknik yang digunakan untuk mengolah data yang berbentuk angka, baik sebagai hasil pengukuran maupun hasil konvensi (Notoatmodjo, 2012). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dimana data yang menyangkut variabel independen dan variabel dependen dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden.
3.2 Populasi, sampel dan teknik sampling 1. Populasi Populasi adalah total dari seluruh unit atau elemen dimana peneliti tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang atau satu kelompok, masyarakat, organisasi, benda, obyek, peristiwa atau laporan yang semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara spesifik (Silalahi, 2012). Populasi dalam penelitian ini seluruh masyarakat desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen yang berjumlah 1615 orang.
2. Sampel Sampel adalah bagian tertentu
yang dipilih dari populasi
(Silalahi, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien desa Pendem, Kecamatan
Sumberlawang,
Kabupaten
Sragen
Arikunto
(2010)
menyatakan bahwa apabila subjeknya lebih dari 100 boleh diambil 10 – 15% atau 20 – 25%, sehingga 1615 : 25% = 64 responden. Hasil perhitungan sampel tiap RT, yaitu
187 x 64 = 7 orang 1615 203 x 64 = 8 orang RT 8 = = 1615 198 x 64 = 8 orang RT 9 = = 1615 216 x 64 = 9 orang RT 10 = = 1615 208 x 64 = 8 orang RT 11 = = 1615 226 x 64 = 9 orang RT 12 = = 1615 179 x 64 = 7 orang RT 13 = = 1615 198 x 64 = 8 orang RT 14 = = 1615
a. RT 7 = b. c. d. e. f. g. h.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini, yaitu: a. Dapat membaca dan menulis b. Usia 15 – 60 tahun c. Bersedia menjadi responden Dalam penelitian ini tidak ada kriteria eksklusi 3. Teknik Sampling Teknik pengambilan sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah
sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada. Dalam penelitian ini menggunakan cluster sampling. Cluster sampling adalah teknik yang digunakan bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas (Sugiyono, 2010). 3.3 Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian dilakukan didesa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen pada bulan Desember 2015. 3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran 3.4.1
Varibel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan tentang PHBS.
3.4.2
Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah upaya pencegahan demam berdarah dengue.
3.4.3
Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional
Defisinisi Operasional Variabel Independent : Pengetahuan Hasil tahu tentang dan seberapa PHBS jauh dapat menjawab dengan benar tentang PHBS Variabel Dependen : Upaya Cara yang pencegahan dilakukan DBD untuk mencegah terjadinya demam bedarah dengue Variabel
Alat ukur
Skala
Kategori
Kuesioner terdiri dari 30 pernyataan dengan jawaban benar dan salah
Ordinal
1. Baik : 76% – 100% 2. Cukup : 56% – 75% 3. Kurang :< 56
Kuesioner yang terdiri dari 25 pernyatan
Ordinal
1. Baik : 76% – 100% 2. Cukup : 56% – 75% 3. Kurang :< 56
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data 3.5.1
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis. Instrumen dalam penelitian yaitu kuesioner. Kuesioner adalah daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna (Riduwan, 2012). Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup adalah
daftar
pernyataan
dimana
sudah
disediakan
jawabannya
(Arikunto, 2010). 1. Variabel pengetahuan Untuk variabel pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diukur degnan kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini dengan kriteria positif (favorable) dengan skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 bila jawaban salah, pernyataan negatif (unfavorable) dengan skor 0 untuk jawaban benar dan dengan skor 1 untuk jawaban salah. Dalam kuesioner dalam penelitian menggunakan skala
guttman. Menurut
Hidayat (2011), skala guttman merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban ya dan tidak, benar dan salah.
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pertanyaan tingkat pengetahuan Variabel Tingkat pengetahuan tentang PHBS
Indikator
Pengertian Tujuan PHBS 3. Manfaat PHBS 4. Sasaran PHBS 5. Indikator PHBS 1. 2.
Total
Pernyataan Favorable Unfavorable 1,2,4 3 6 5 8,10 7,9 11,13,14 12 16,18,19,21,22 15,17,23, 27,29 24,25,26,30 20 10
Jumlah Soal 4 2 4 4 16 30
2. Variabel upaya pencegahan DBD Tabel 3.3 Upaya pencegahan DBD Variabel 1. Upaya 2. pencegahan 3. DBD 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Pernyataan Membersihkan tempat penampungan air Membersihan vas bunga 1 kali seminggu Membersihkan tempat minum burung 2 kali seminggu Menutup bak-bak yang tergenang air Menutup rapat-rapat tempat penampungan air Tidak menggantung pakaian Mengubur plastik bekas Mengubur tempurung kelapa Menutup lubang pohon Mengubur kaleng-kaleng bekas Mengubur ban bekas Mengubur plastik bekas Membuang sampah pada tempatnya Membuang sampah dan membakarnya Mendaur ulang sampah-sampah Memakai kelambu Memakai lotion anti nyamuk Menaburkan bubuk abate Menyemprotkan obat anti nyamuk Mengupayakan pencahayaan yang memadai Memperbaiki saluran talang air yang rusak Menanam tumbuhan pengusir nyamuk Memelihara ikan pemakan jentik Menata ruangan Menyediakan alat perangkap nyamuk Total
Jumlah Soal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25
Kuesioner untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan karakteristik seperti sejenis di luar lokasi penelitian.
1. Uji validitas Uji validitas dilakukan pada bulan 12 November 2015 di Desa Pendem RT 15 Sumberlawang Sragen dikarenakan karakteristik responden sama dengan tempat penelitian. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus product moment (Arikunto, 2010). Suatu item dikatakan valid jika nilai r hitung > rtabel dan bernilai positif. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan bantuan SPSS for windows versi 16.0 rumus product moment. Menurut Hidayat (2011), rumus product moment yaitu:
rxy =
N . SXY - SX.SY {N SX 2 - (SX ) }{N SY 2 - (SY ) } 2
2
Keterangan: N
: Jumlah responden
rxy
: Koefisien korelasi product moment
x
: Skor pertanyaan
y
: Skor total
xy
: Skor pertanyaan dikalikan skor total Dikatakan valid jika rhitung > rtabel. Pada penelitian ini menggunakan
taraf signifikan 0,05 dan rtabel. Setelah dilakukan uji validitas dari variabel pengetahuan yang terdiri 30 pernyataan didapatkan 2 nomor tidak valid yaitu nomor 23 dan 28 karena nilai r hitung lebih kecil dari r tabel (0,361), untuk selanjutnya pernyataan yang tidak valid tidak digunakan dalam kuesioner penelitian. Sedangkan untuk kuesioner upaya pencegahan dari 25 pernyataan didapatkan pernyataan nomor 23 tidak valid.
2. Uji reliabilitas Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2010). Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for Windows. Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut: 2 é k ù é Ssb ù r11 = ê ú ê1 - s 2 t ú ë k - 1û ë û
Keterangan: r11
= Reliabilitas Instrument
k
= Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2 = Jumlah varian butir σt2
= Varians total Instrumen dikatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > rkriteria
(0,60) (Ghozali, 2009). Setelah dilakukan uji reliabilitas kuesioner pengetahuan didapatkan nilai alpha cronbach’s sebesar 0,875 > 0,60 dan kuesioner upaya pencegahan didapatkan nilai alpha cronbach’s sebesar 0,872 > 0,60, sehingga instrumen cukup dapat dipercaya sebagai alat pengumpulan data.
3.5.2
Pengumpulan Data Menurut Hidayat (2011), teknik pengumpulan data adalah cara peneliti
mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini diiperoleh dari primer dan data sekunder, yaitu: 1. Data primer Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2013). Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta upaya pencegahan DBD. 2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian (Riwidikdo, 2013). Data sekunder didapatkan dari Desa Pendem yaitu jumlah masyarakat Desa Pendem.
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1
Pengolahan data Teknik pengolahan data dan analisa data adalah langkah terpenting untuk memperoleh hasil atau simpulan dari masalah yang diteliti. Data yang sudah terkumpul sebelum dianalisis harus selalu melalui pengolahan data terlebih dahulu. Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Proses pengolahan data (Notoatmodjo, 2012) adalah:
a. Editing Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak sesuai dapat segera dilengkapi. b. Coding Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahaptahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya. Untuk variabel pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diukur degnan kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini dengan kriteria positif (favorable) dengan skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 bila jawaban salah, pernyataan negatif (unfavorable) dengan skor 0 untuk jawaban benar dan dengan skor 1 untuk jawaban salah. c. Tabulating Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke dalam tabel. d.
Memasukkan data (data entri) atau processing Memasukkan data yaitu jawaban dari masing-masing responden dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau soffware komputer.
e. Pembersihan data (cleaning) Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan kode, ketidak
lengkapan dan sebagainya,
kemudian di lakukan pembetulan atau koreksi, Proses ini disebut pembersihan data (data cleaning). 3.6.2
Rencana Analisis data 1. Analisis univariat Analisis univariat hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau menilai karakteristik responden, pengetahuan dan upaya pencegahan DBD. 2. Analisis bivariat Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Teknik analisa ini digunakan untuk menganalisis ada tidaknya hubungan antara variabel, jika ada hubungan maka berapa besar pengaruhnya. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan korelasi Somer’s D. Teknik analisis ini digunakan untuk menyelesaikan kasus dengan skala data ordinal. Rumus yang digunakan sebagai berikut :
Dimana : Ns: Concordant (P) Nd: Discordant (Q) Ty: Pasangan Kolom
Dikatakan ada hubungan yang signifikan jika nilai Z Score > +Z Tabel, maka ada hubungan yang siginifikan tingkat Pengetahuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) atau H1 diterima dan H0 ditolak .
3.7 Etika Penelitian Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subyek penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia. Menurut Hidayat (2011), etika penelitian meliputi: 1. Informed Consent Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui damapaknya, jika subyek bersedia maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Apabila responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut anatara lain pratisipasi responden, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, mafaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.
2. Anonymity (Tanpa Nama) Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 3. Kerahasiaan (Confidentiality) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2011).
3.8 Jalannya Penelitian 1. Tahap Persiapan a. Penyusunan proposal Sebelum melakukan penyusunan proposal terlebih dahulu peneliti melakukan survey dan observasi awal di Desa Pendem, Sragen. b. Permohonan izin tempat penelitian Mengajukan permohonan surat izin penelitian kepada pihak akademis yang digunakan sebagai surat tembusan kepada Kepala Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen. 2. Tahap Pelaksanaan a. Meminta data nama dan jumlah pasien di di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen.
b. Mengambil sampel di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen. c. Meminta pasien dibantu peneliti untuk mengisi kuesioner tersebut. 3. Tahap Akhir Setelah seluruh data terkumpul oleh peneliti, kemudian data diolah dalam bentuk penyajian kategorik dan dianalisis menggunakan bantuan SPSS dan dilakukan penyusunan bab IV dan V yang berisi hasil dan pembahasan dan selanjutnya dilakukan seminar skripsi.
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden Penelitian mengambil judul hubungan tingkat pengetahuan PHBS dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen dengan 64 responden. Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut: 4.1.1
Umur responden Hasil karakteristik umur responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur No Umur Frekuensi % 1 26 – 40 tahun 29 45,3 33 51,6 2 41 – 55 tahun 2 3,1 3 56 – 58 tahun Total 64 100 Sumber: Data Primer (2015) Berdasarkan tabel 4.1 tersebut dapat diketahui responden mayoritas berumur 41 – 55 tahun yaitu sebanyak 33 responden (51,6%).
4.1.2
Pendidikan Responden Hasil karakteristik pendidikan responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan No Pendidikan Frekuensi % 1 SD 2 3,1 2 SMP 31 48,4 3 SMA 28 43,8 4 Sarjana 3 4,7 Total 64 100 Sumber: Data Primer (2015)
Berdasarkan tabel 4.2 mayoritas responden dengan tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 31 responden (48,4%). 4.1.3
Pekerjaan Hasil karakteristik pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.3 Kakateristik responden berdasarkan pekerjaan No 1 2 3 4
Pekerjaan Petani Buruh PNS Pensiunan
Total Sumber: Data Primer (2015)
Frekuensi 41 18 3 2 64
% 64,1 28,1 4,7 3,1 100
Berdasarkan tabel 4.3 pekerjaan responden dapat diketahui mayoritas bekerja sebagai petani dengan jumlah sebanyak 41 responden (64,1%).
4.2 Tingkat Pengetahuan PHBS Hasil tingkat pengetahuan PHBS dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.4 Tingkat Pengetahuan PHBS No 1 2 3
Tingkat Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total Sumber: Data Primer (2015)
Frekuensi 6 38 20 64
% 9,4 59,4 31,2 100
Berdasarkan tabel 4.4 mayoritas pengetahuan tentang PHBS mayoritas tingkat pengetauan cukup yaitu sebanyak 38 responden (59,4%) .
4.3 Upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) Hasil Upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.5 Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) No 1 2 3
Upaya Pencegahan DBD Baik Cukup Kurang Total Sumber: Data Primer (2015)
Frekuensi 5 37 22 64
% 7,8 57,8 34,4 100
Berdasarkan tabel 4.5 mayoritas upaya pencegahan demam berdarah dengue pada kategori cukup yaitu sebanyak 37 responden (57,8%).
4.4 Analisa bivariat Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yaitu tingkat pengetahuan PHBS dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan korelasi Somer’s D dengan program SPSS dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.6 Korelasi Somer’s D Asymp. Std. Approx. Value Errora Tb Ordinal by Ordinal
Approx. Sig.
Somers' d Symmetric
.668
.097
6.013
.000
Pengetauan Dependent
.668
.098
6.013
.000
Upaya Pencegahan Dependent
.669
.101
6.013
.000
Hasil analisis somer’s D dengan ada hubungan tingkat pengetahuan PHBS dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen ditunjukkan dengan signifikan 0,000 dengan arah hubungan positif sebesar 0,668 sehingga menunjukkan hubungan yang kuat antara tingkat pengetahuan PHBS dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD).
BAB V PEMBAHASAN
Pada bab V atau pembahasan berisi tentang hasil penelitian yang didapat oleh peneliti yang dibandingkan dengan teori serta peneliti-peneliti sebelumnya yang meliputi kesenjangan atau kesamaan teori yang ada atau mendukung penelitian terdahulu. 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan umur responden mayoritas berumur 41 – 55 tahun yaitu sebanyak 33 responden (51,6%). Menurut Wawan dan Dewi (2011), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja, dari segi kepercayaan masayarakat seseorang
yang
dewasa
dipercaya
dari
orang
yang
belum
tinggi
kedewasaannya. Hal ini akan sebagaian dari pengalaman dan kematangan jiwa. Bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar, pertumbuhan fisik terdiri atas empat (4) kategori pertumbuhan yaitu pertumuhan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa (Wawan dan Dewi, 2011).
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini (Wawan dan Dewi, 2011). Berdasarkan
tingkat
pendidikan
responden
mayoritas
tingkat
pendidikan SMP yaitu sebanyak 31 responden (48,4%). Menurut Wawan dan Dewi (2011), pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan
tinggi,
maka
orang
tersebut
akan
semakin
luas
pula
pengetahuannya. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal (Wawan dan Dewi, 2011). Berdasarkan hasil penelitian pekerjaan responden dapat diketahui mayoritas bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 41 responden (64,1%). Menurut Wawan dan Dewi (2011), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.
5.2 Tingkat pengetahuan PHBS Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan tentang PHBS mayoritas tingkat pengetauan cukup dengan menjawab dengan benar dari 28 kuesioner pengetahuan PHBS sebesar 55 – 75% yaitu sebanyak 38 responden (59,4%). Menurut Notoatmodjo (2010), pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan. Sedangkan menurut Nasir (2011), pengetahuan adalah
gambaran subjektif tentang sesuatu yang ada dalam alam menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengalami dan mengetahuinya. Menurut Nasir (2011), pengetahuan biasa disebut juga knowledge of the man in the street atau ordinary knowledge atau common sense knowledge. Pengetahuan seperti ini memiliki inti kebenaran yang sifatnya subyektif artinya sangat terikat pada subjek yang mengenal dengan demikian pengetahuan perilaku hidup sehat dan bersih pada tahap pertama memiliki sifat selalu benar sejauh mana untuk memperoleh pengetahuan bersifat normal atau tidak ada penyimpangan. Pengetahuan tingkat perilaku hidup sehat dan bersih ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan tentang perilaku hidup sehat dan bersih.
5.3 Upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue Hasil penelitian menunjukkan mayoritas upaya pencegahan demam berdarah dengue pada kategori cukup yaitu menjawab dengan benar dari 24 kuesioner sebesar 55 – 75% sebanyak 37 responden (57,8%). Menurut Depkes (2006), upaya pemberantasan penyakit demam bedarah dengue dilaksanakan dengan cara tepat guna oleh pemeritah dan peran serta masyarakat yang meliputi: membersihkan tempat penampungan air seminggu sekali Seperti divas bunga, air tempat minum burung, Menutup rapat-rapat tempat
penampungan air, seperti : tempayan, bak mandi, dan tempat penempungan air bersih yang memungkinkan tempat berkembang biak nyamuk, hendaknya ditutup rapat-rapat, menguras tempat penampungan air sekurang-kurangnya 1 minggu sekali Seperti bak mandi, tempayan, dan tempat penampungan air bersih, hendaknya dikuras maksimal 1 minggu sekali, mengubur Barangbarang bekas bekas Barang-barang yang memungkinkan air tergenang seperti ban bekas, kaleng-kaleng bekas, plastik bekas, tempurung kelapa (Depkes RI, 2006). Membuang sampah pada tempatnya atau membakarnya Seperti plastik bekas air mineral, potongan bambu, tempurung kelapa dan lain-lain, yang dapat menampung air hujan hendaknya dibuang di tempat sampah dan segeralah membakarnya, faktor risiko tertular penyakit demam berdarah adalah rumah atau lingkungan dengan baju atau pakaian bergantungan yang disukai nyamuk untuk beristirahat, memakai kelambu, memakai lotion anti nyamu, pada waktu tidur lengan dan kaki dibaluri minyak sereh atau minyak anti nyamuk agar terhindar dari gigitan nyamuk Aedes aegypti, Menaburkan bubuk abate Satu sendok makan (± 10 gram) untuk 100 liter air. Obat abate ini mirip dengan garam dapur. Bubuk abate ditaburkan ke dalam wadah-wadah air di dalam rumah. Setelah ditaburkan obat ini kan membuat lapisan pada dinding wadah yang ditaburi obat ini. Lapisan ini bertahan sampai beberapa bulan kalau tidak disikat dan memelihara ikan pemakan jentik.
5.4 Hubungan tingkat pengetahuan PHBS dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)
Hasil analisis somer’s D dengan signifikan 0,000 sehingga dikatakan ada hubungan tingkat pengetahuan PHBS dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen. Hasil penelitian menunjukkan menunjukkan tingkat pengetahuan baik sebanyak 6 responden (9,4%) dengan upaya pencegahan cukup sebanyak 2 responden (3,1%) dan upaya pencegahan kurang sebanyak 1 responden (1.6%). Menurut Wawan dan Dewi (2011), faktor yang mempengaruhi pengetahuan salah satunya adalah pekerjaan. Pekerjaan merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Tingkat pengetahuan cukup sebanyak 38 responden dengan upaya pencegahan baik sebanyak 2 responden (3,1%), upaya pencegahan cukup sebanyak 32 responden (50%) dan upaya pencegahan kurang sebanyak 4 responden (6,2%). Tingkat pengetahuan kurang terdapat sebanyak 20 responden (31,2%) dengan upaya pencegahan baik tidak ada, upaya pencegahan cukup sebanyak 3 responden (4,7%) dan upaya pencegahan kurang sebanyak 17 responden (26,6%). Menurut Wawan dan Dewi (2011), faktor yang mempengruhi pengtahuan salah satunya yaitu pendidikan. Berdasarkan tingkat pendidikan responden mayoritas tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 31 responden (48,4%). Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang,
semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilainilai yang baru diperkenalkan. Hasil penelitian sejalan penelitian yang dilakukan oleh Wowiling yang meneliti hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan pencegahan demam berdarah dengue di kelurahan Mogolaing dengan hasil uji didapatkan nilai probabilitas untuk hubungan pengetahuan keluarga dengan pencegahan demam berdarah dengue sebesar 0,000 (p>0,05), sedangkan untuk hubungan sikap keluarga dengan pencegahan demam berdarah dengue sebesar 0,002 (p<0.05).
BAB VI PENUTUP
Hasil penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan PHBS dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen dapat disimpulkan sebagai berikut: 6.1 Kesimpulan 6.1.1
Karakteristik responden mayoritas berumur 41 – 55 tahun yaitu sebanyak 33 responden (51,6%), mayoritas responden dengan tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 31 responden (48,4%) dan mayoritas bekerja sebagai petani dengan jumlah sebanyak 41 responden (64,1%).
6.1.2
Tingkat pengetahuan tentang PHBS mayoritas tingkat pengetauan cukup yaitu sebanyak 38 responden (59,4%).
6.1.3
Upaya pencegahan demam berdarah dengue pada kategori cukup yaitu sebanyak 37 responden (57,8%).
6.1.4
Ada hubungan tingkat pengetahuan PHBS dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen.
6.2 Saran 6.2.1
Tenaga kesehatan Perlunya peningkatan penyuluhan dengan memberikan edukasi tentang pemberantasan penyakit DBD pada seluruh warga masyarakat melalui kader-kader peserta pelatihan serta pembentukan petugas pemantau jentik
berkala, yang memantau jentik di rumah-rumah warga dan memberikan saran untuk melakukan 3M dalam mencegah terjangkitnya penyakit DBD. 6.2.2
Puskesmas Diharapkan dapat memberikan suatu kebijakan terkait dengan pengawasan terhadap praktik pencegahan DBD serta memfasilitasi penyediaan kader PSN sehingga dapat memantau secara langsung praktik pencegahan DBD di masyarakat.
6.2.3
Peneliti selanjutnya Diharapkan dapat mengembangkan lebih lanjut penelitan yang sejenis dengan meneliti faktor-fakto yang mempengaruhi terjadi kejadian DBD
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Dinkes Jawa Tengah. (2009). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. http://www.kemkes.go.id. Diakses tanggal 20 Mei 2015 Depkes Jawa Tengah. (2011). Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI. (2012). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. http://www.kemkes.go.id. Diakses tanggal 20 Juli 2015
Hidayat, Alimul Aziz. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medik Marini Avilia Wowiling (2010). Hubungan Pengetahuan dan Sikap keluarga dengan Pencegahan Demam berdarah dengue (DBD) di kelurahan Mogolaing. Kuranji Padang. portalgaruda.org/article.php?...diakses tanggal 15 Agustus 2015 Maryunani, Anik. (2013). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta: Trans Info Media Mubarak, Wahid Iqbal. (2012). Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika Nasir. Abd, (2011). Buka Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Medikal Book. Nototatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nototatmodjo, Soekidjo. (2011). Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Proverawati, Atikah. (2012). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Yogyakarta: Nuha Medika Riduwan. (2012). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta Riwidikdo, Handoko. (2013). Statistik Kesehatan. Yoyakarta: Mitra Cendikia Press Silalahi, Ulber. (2012). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama Sudayasa, P. (2009). 10 Indikator PHBS Tatanan http://www.puskel.com. Diakses 20 Agustus 2015
Rumah
Tangga.
Sugiyono. (2010). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Wawan dan Dewi (2011). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Medical Book Yulian Taviv, dkk, (2010). Pengendalian DBD melalui Pemanfaatan Pemantau Jentik dan Ikan Cupang di Kota Palembang. Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 38, No. 4, 2010: 215 – 224. digitaljournals.org/index.php/BPKESE/article/download/.../102. Diakses tanggal 20 Juli 2015 Yuli Kusumawati dan S. Darnoto (2008). Pelatihan Peningkatan Kemampuan Kader Posyandu dalam Penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Joyotakan Kecamatan Serengan Surakarta. Warta, Vol .11, No. 2, September 2008: 159 – 169 https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/.../159-169.pdf. Diakses tanggal 20 Juli 2015