ARTIKEL ILMIAH PENERAPAN MODEL EXPLICIT INTRUCTION DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN SAINS DI KELAS IV SD N 99/I BENTENG RENDAH KABUPATEN BATANGHARI
Oleh:
NURHAYATI NIM : A1D109167
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2014
Page | 1
PENERAPAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DI KELAS IV SD N 99/I BENTENG RENDAH KABUPATEN BATANGHARI Oleh : Nurhayati Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan F.KIP Universitas Jambi ABSTRAK Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Dalam meningkatkan kualitas belajar siswa dimulai sejak dini yaitu dibangku Sekolah Dasar. Seorang guru harus terampil menentukan strategi, metode, dan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Sehingga pembelajaran dalam kelas dapat lebih bermakna dan dengan kebermaknaan pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Dalam hal ini guru berupaya membelajarkan siswasiswanya dan sebaliknya siswa menjadi pembelajaran yang aktif, kritis dan kreatif. Perlunya model pembelajaran untuk mendukung proses belajar, siswa sulit untuk memperoleh nilai yang sesuai dengan kritera ketuntasan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran Sains dengan penerapan Model Pembelajaran Explicit Intruction siswa kelas IV SD N 99/I Benteng Rendah Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek dan tempat dalam penelitian adalah siswa kelas IV SD N 99/I Benteng Rendah dengan jumlah 28 siswa. Sesuai dengan ketercapaian tujuan penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus. Data-data dalam penelitian diperoleh dari hasil observasi, dokumentasi, dan tes. Analisis data dilakukan secara diskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan ketuntasan siswa (nilai ketuntasan 70) pada siklus I sebesar 21,42 % setelah direfleksi terdapat 22 siswa yang tidak tuntas (nilai di bawah 70), pada siklus II sebesar 64 % setelah direfleksi terdapat 10 siswa yang tidak tuntas dan pada siklus III menjadi 92 % setelah dilakukan refleksi hamper semua siswa mencapai ketuntasan. Berdasarkan hasil penelitian yang di dapat maka dapat disimpulkan Penerapan Model Pembelajaran Explicit Intruction dalam meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran Sains siswa kelas IV SD N 99/I Benteng Rendah.
Kata kunci: Model Pembelajaran Explicit Intruction, Minat belajar siswa
Page | 2
1.PENDAHULUAN Dalam proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan hal yang paling pokok. Proses belajar mengajar adalah inti dari kegiatan pendidikan yang berfungsi untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan tidak akan pernah tercapai apabila kegiatan belajar mengajar tidak pernah berlangsung dalam pendidikan. Pada kegiatan belajar, minat mempunyai peranan yang sangat penting. Bila seorang siswa tidak memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap objek yang dipelajari maka sulit diharapkan siswa tersebut akan tekun dan memperoleh hasil yang baik dari belajarnya. Sebaliknya, apabila siswa tersebut belajar dengan minat dan perhatian besar terhadap objek yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh lebih baik. Seperti yang diungkapkan oleh Efendi dkk (1993:122) bahwa “belajar dengan minat akan lebih baik daripada belajar tanpa minat”. Dengan demikian siswa yang memiliki minat dengan siswa yang tidak memiliki minat dalam belajar akan terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut tampak jelas dengan ketekunan yang terus menerus. Siswa yang memiliki minat maka ia akan terus tekun ketika belajar sedangkan siswa yang tidak memiliki minat walau pun ia mau untuk belajar akan tetapi ia tidak terus untuk tekun dalam belajar. Berdasarkan observasi di kelas IV SD Negeri No 99/I Benteng Rendah. Kegiatan belajar mengajar yang terjadi di lapangan aktifitas guru masih sangat minim. Berdasarkan observasi yang dilakukan kegiatan guru dalam pembelajaran atau dalam menyampaikan materi pelajaran masih sangat menonton dan guru masih menggunakan metode lama. Dalam proses pembelajaran banyak diwarnai dengan ceramah. Bimbingan guru kepada peserta didiknya masih sangat kurang sekali, sehingga guru tersebut tidak mengetahui perkembangan peserta didiknya dalam belajar sains. Dalam kegiatan belajar yang seperti ini siswa merasa bosan dan motivasi dalam mengikuti kegiatan belajar sangat minim, karena hanya guru saja yang aktif sedangkan siswanya hanya pasif. Sehingga suasana belajar terkesan kurang kondusif dan siswa kurang termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran atau dapat dilihat dari kemampuan membaca , hanya beberapa siswa saja yang bisa membaca dan memahami isi pelajaran yang diberikan oleh guru. Dalam rangka meningkatkan minat belajar Siswa IV SD Negeri No 99/I Benteng Rendah, diperlukan sebuah upaya yang harus dilakukan oleh guru yaitu dengan melakukan pemilihan pada sebuah strategi pembelajaran yang tentunya dapat meningkatkan minat belajar siswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran Explicit Intruction (Pengajaran langsung). Model pembelajaran Explicit Intruction (Pengajaran langsung) adalah model pembelajaran yang menumbuhkan rasa percaya diri dan bisa mengembangkan pengetahuan ayng ada pada diri anak. Menurut Rosenshina dkk, (1986:86) strategi pembelajaran Explicit Intruction (Pengajaran langsung) adalah “Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan proseduran dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah”. Berdasarkan permasalahan yang ada maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: penerapan model explicit instruction dalam meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran SAINS pembahasan tentang perubahan kenampakan bumi dan benda langit di kelas IV SD N 99/I Benteng Rendah.
Page | 3
II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian minat Menurut Hilgard (1977:19) memberi rumusan pengertian tentang minat sebagai berikut: “Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content” yang berarti minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan”. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang dan diperoleh suatu kepuasan. . Menurut Slameto (2003:57) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati siswa, diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang dan diperoleh rasa kepuasan. Lebih lanjut dijelaskan minat adalah suatu rasa suka dan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat adalah “kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada sesuatu objek atau menyenangi sesuatu objek” Suryabrata, (1988:109). Minat adalah “sesuatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungan” (Gunarsa, 1980:65). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan tertarik pada sesuatu yang relatif tetap untuk lebih memperhatikan dan mengingat secara terus-menerus yang diikuti rasa senang untuk memperoleh suatu kepuasan dalam mencapai tujuan pembelajaran. 2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi minat Minat yang timbul dalam diri seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri (faktor intern) maupun yang datang dari luar individu itu sediri (faktor ekstern). Gunarsa (1980:68) mengatakan bahwa “minat dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor dari dalam (intern) seperti rasa senang/tertarik (gembira, semangat), perhatian (ketertarikan, intensitas, frekuensi, sedangkan faktor dari luar (ekstern) lingkungan (masyarakat, keluarga, sekolah) dan sistem pengajaran (materi pembelajaran, metode)”. Syukur (1996:17) menyatakan bahwa “faktor intern merupakan kecenderungan seseorang untuk berhubungan dengan aktivitas itu sendiri, sedangkan faktor ekstern merupakan kecenderungan seseorang untuk memilih aktivitas tersebut berdasarkan tujuan agar dapat memenuhi kebutuhan orang tertentu”. 2.1.3 Ciri-ciri minat Hurlock (1993: 117) mengatakan bahwa cirri-ciri minat yaitu: 1) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental 2) Minat berngantung pada kesiapan belajar 3) Minat bergantung pada kesiapan belajar 4) Perkembangan minat mungkin terbatas 5) Minat dipengaruhi pengaruh budaya 6) Minat berbobot emosional Page | 4
7) Minat itu egosentris 2.2 pengertian belajar Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi belajar. Menurut Ma’mur, (2010:63) mengatakan belajar adalah “proses membangun makna atau pemahaman oleh pembelajar terhadap pengalaman dan informasi yang disaring dengan pandangan, pikiran pengetahuan yang dimiliki dan perasaan”. Selaras dengan pendapat diatas, Bahri dkk (2010:10-11) menyatakan bahwa belajar adalah “proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan”. Artinya , tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Dengan demikian, siswa harus aktif untuk mencari informasi, pengalaman, maupun keterampilan tersebut, dalam rangka membangun sebuah makna dari hasil proses belajar. Sedangkan Yamin (2007:7) mengemukakan belajar adalah “proses perubahan perilaku yang diakibatkan oleh interaksi dengan lingkungan”. Merujuk pendapat Abdillah dalam Aunurrahman (2009:35) mengatakan bahwa belajar adalah “suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek aspek kognitif, psikomotorik,afektif untuk memperoleh tujuan tertentu”. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan peningkatanpengetahuan, keterampilan serta perubahan perilaku, maka sebenarnya belum mengalami proses belajar. Faktor yang dapat mempengaruhi belajar yaitu factor intern dan ekstern. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah, psikologis dan kelelahan. Sedangkan faktor ekstern meliputi faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. 2.3 Pembelajaran SAINS di sekolah dasar Menurut Aunurahman (2009:123) mengajar pada hakikatnya adalah “membentuk suatu kebiasaan sehingga melalui pengulangan-penguangan siswa akan terbiasa melakukan sesuatu dengan baik sesuai periaku yang diharapkan”. Menurut Natawidjaya (1992:73) membelajarkan adalah “pekerjaan yang dilakukan seorang guru atau oleh suatu tim dalam rangka pencapaian setinggitingginya terkait kematangan dan tujuan belajar anak didik”. Dalam hal ini, tugas utama seorang guru bukanlah mengajar melainkan membelajarkan”. Mengajar lebih memfokuskan pada kegiatan transfer ilmu, sedangkan membelajarkan merupakan kegiatan untuk membuat siswa belajar. Jadi fungsi guru adalah sebagai motivator dan fasilitator. Tujuan pelajaran SAINS secara umum membantu agar siswa memahami konsep-konsep dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar maupun menerapkan berbagai konsep untuk menjelaskan gejala-gejala alam yang harus dibuktikan kebenarannya di laboratorium, dengan demikian pelajaran SAINS tidak saja sebagai produk tetapi juga sebagai proses.
. III. METODOLOGI PENELITIAN
Page | 5
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan di SD N 99/I Benteng Rendah pada semester II Tahun pembelajaran 2014, dengan keadaan sekolah yang cukup kondusif karena cukup jauh dari keramaian dan wilayahnya cukup rapi, bersih serta teratur sehingga nyaman untuk melaksanakan proses pembelajaran. Adapun kelas yang diteliti yaitu siswa kelas IV SD N 99/I Benteng Rendah, yang jumlah siswa nya terdiri dari 28 siswa. Untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran dan hasil penyajian materi diambil data yang diolah adalah data deskriptif kuantitatif. Pengambilan data kuantitatif menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung menggunakan lembar observasi. IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian berikut yang akan dijelaskan adalah hasil penelitian yang merupakan penjelasan dari pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti dengan menerapkan media gambar pada pelajaran sains di SD N 99/I Benteng Rendah, penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Dari pelaksanaan siklus I, II dan III dapat dijabarkan hasil penelitian secara lengkap sebagai berikut : Tabel 4.8 Hasil Tes Siklus I, II dan III Hasil Peningkatan minat Belajar Siswa melalui penerapan model explicit intruction Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Nilai % Ketuntasan
Siklus I 10 25 18 21,42
Siklus II 15 25 20 64
Siklus III 19 25 22 92
1. Nilai terendah yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu 10 pada siklus II naik menjadi 15 dan pada siklus III naik menjadi 19 2. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu 25, pada siklus II naik menjadi 25 dan pada siklus III naik menjadi 25. 3. Nilai rata-rata kelas juga mengalami penigkatan yaitu pada siklus I sebesar 18, pada siklus II sebesar 20 dan pada siklus III sebesar 92 4. Untuk ketuntasan siswa (nilai ketuntasan 70) pada siklus I sebesar 21,42 % setelah direfleksi terdapat 22 siswa yang tidak tuntas (nilai di bawah 70), pada siklus II sebesar 64 % setelah direfleksi terdapat 10 siswa yang tidak tuntas dan pada siklus III menjadi 92 % setelah dilakukan refleksi hampir semua siswa mencapai ketuntasan. Dari analisis data dan diskusi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus III , secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Peneliti dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode yang semakin baik dan siswa merasa nyaman.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Page | 6
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Penerapan model explicit instruction dapat meningkatkan minat belajar siswa pada pembahasan perubahan kenampakan bumi dan benda langit di kelas IV SD N 99/1 Benteng Rendah 2. Terdapat peningkatan persentase dari siklus I, II dan III yaitu 21,42% pada siklus I, 64% pada siklus II dan 92% pada siklus III. 5.2 Saran Dengan memperhatikan hasil yang diperoleh di atas yang membuktikan bahwa model explicit intstruction dan meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran sains siswa untuk itu disarankan bagi guru hendaknya dapat menerapkan model explicit instruction untuk meningkatkan minat belajar baik pelajaran sains ataupun pelajaran yang lainnya.
Page | 7
DAFTAR PUSTAKA Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran.Penerbit Alpabeta Bahri, Adi. 2010. Strategy Petunjuk Proses Mengajar, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama Efendi. 1993. Hasil Belajar Mengajar, Jakarta: Remaja Rosdakarya. Gunarsa. 1980. Belajar dan Membelajarkan, Jakarta: Rajawali Press Hilgard, Ernest R, 1977. Theories of Learning, New York: Appleton Century CroftsInc. Ma’mur. 2010. Strategi Belajar dan Mengajar, Jakarta: Teaching. Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta. Suryabrata. 1988. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press. . 1989. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press. Syukur. 1996. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Umar Efendi.1993.Media Pendidikan.Bandung:Aditya Aksara. . Yamin. Suprayekti. 2007. Interaksi Belajar Mengajar, Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Dikdasmen. Depdiknas
Page | 8