ARTIKEL IDENTIFIKASI MONUMEN PERJUANGAN KUSUMA MANDALA BHAKTI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS DI SMP DILIHAT DARI KURIKULUM 2013 DAN PERSEPSI SISWA
Oleh I Gede Winaba Kusuma Wardana NIM. 1014021033
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2014
IDENTIFIKASI MONUMEN PERJUANGAN KUSUMA MANDALA BHAKTI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS DI SMP DILIHAT DARI KURIKULUM 2013 DAN PERSEPSI SISWA I Gede Winaba Kusuma Wardana, Nengah Bawa Atmadja, I Gusti Made Aryana e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) latar belakang peristiwa sejarah dibangunnya Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti (Monumen PKMB) Desa Bestala, (2) nilai-nilai yang terkandung di balik Monumen PKMB Desa Bestala dan, (3) nilai-nilai yang terkandung dalam Monumen PKMB bisa dimasukkan ke dalam pembelajaran IPS di SMP dilihat dari sudut pandang Kurikulum 2013 dan persepsi siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Seririt. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan menggunakan metode kualitatif dengan tahap-tahap (1) teknik penentuan lokasi penelitian, (2) teknik penentuan informan, (3) metode pengumpulan data (observasi, wawancara, angket (questionnaire), dan kajian dokumen), (4) teknik validasi data (triangulasi data), dan (5) teknik analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) peristiwa sejarah yang melatarbelakangi pembangunan Monumen PKMB yaitu pristiwa gugurnya Made Anila pada 4 April 1946, Ketut Mudana pada 25 Juni 1946, Putu Sedana 5 Mei 1947 dan Made Cana pada tahun 1948 saat revolusi fisik dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia. (2) nilai-nilai yang terkandung dalam Monumen PKMB adalah nilai religius, nasionalisme, patriotisme dan kejujuran. (3) Nilai-nilai yang terkandung dalam Monumen PKMB dan peristiwa sejarah yang melatarbelakanginya dapat dijadikan sumber pembelajaran IPS di SMP dilihat dari Kurikulum 2013 dan persepsi siswa Kelas VIII A. Pembelajaran dapat dilakukan di luar dan di dalam kelas, dan materi akan dijabarkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mengacu pada silabus kelas IX kurikulum 2013. Kata kunci: Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti, Sumber Belajar IPS, Kurikulum 2013, Persepsi Siswa. ABSTRACT The purposes of this research are knowing (1) the history background of Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti (Monumen PKMB) Desa Bestala construction, (2) the values contained inside Monumen PKMB Desa Bestala, (3) the values contained in Monumen PKMB can be implemented in IPS learning in Junior High School seen from the point of view of Curriculum 2013 and students VIII A SMP Negeri 3 seririt perception. In this research, the data is gathered using quantitative method with these steps (1) technique of determining research location, (2) technique of determining informant, (3) method of gathering data (observation, interview, questionnaire and document investigation), (4) validation of data (data triangulation), and (5) technique of analyzing data. The result of the research shows that, (1) the history background of Monumen PKMB is the dead of Made Anila in April 4, 1946, Ketut Mudana in June 25, 1946, Putu Sedana in May 5, 1947 and Made Cana in 1948 in physic revolution in order to maintain Indonesian freedom, (2) the values contained in Monumen PKMB are religious, nasionalism, patriotism, and honestly values, (3) the values contained in Monumen PKMB and its background history can be source of IPS learning in Junior High School seen from Curriculum 2013 and students VIII A perception. Learning process can be done in outdoor and indoor and the material is distributed in Lesson Plan, reffering to syllabus grade IX curriculum 2013. Key words: Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti, IPS learning sources, Curriculum 2013, Students perception.
PENDAHULUAN Indonesia mencapai kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, setelah diproklamasikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta serta disaksikan oleh rakyat Indonesia. Berita tentang proklamasi kemerdekaan disebarkan ke seluruh daerah di Indonesia. Berita proklamasi kemerdekaan baru sampai dan diketahui oleh masyarakat di Bali pada tanggal 23 Agustus 1945, Setelah kedatangan I Gusti Ketut Pudja dari Jakarta untuk memangku jabatan sebagai Gubernur Sunda Kecil (Mirsha, 1989:52). Perjalanan bangsa Indonesia tidak terlepas dari peran serta rakyat Bali dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, karena Bali merupakan salah satu basis perjuangan melawan Belanda (Agung, 1989: 22). Indonesia setelah merdeka, dalam rangka mempertahankan kemerdekaan, seluruh daerah berjuang mempertahankan wilayahnya dari ancaman pendudukan NICA (Netherlands Indies Civil Administration). Perlawanan pemuda yang tidak kalah hebat dalam upaya menentang kembalinya kekuasaan kolonial Belanda yang dalam hal ini bernama NICA adalah Bali (Agung, 1985: 43). Dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia banyak pertempuran yang terjadi di berbagai daerah di Bali, seperti Buleleng yang menjadi medan pertempuran melawan Belanda. Diawali dengan insiden penurunan Bendera Belanda di Pelabuhan Buleleng pada 27 Oktober 1945 (Zailani, 2004 : 4). Pertempuran juga terjadi di berbagai daerah di Buleleng, seperti pertempuran di Ringdikit (23 Maret 1946), pertempuran Banjar Jawa di Singaraja (4 April 1946) (Mirsha, 1989 : 69), penghadangan NICA di Pangkung Bangka (Km. 16-17), Desa Gitgit (10 Juni 1946), dan Pertempuran di Desa Sekumpul (12 Juni 1946) (Meraku, 2000 : 85). Dalam pertempuran-pertempuran yang terjadi banyak pejuang yang gugur, seperti Made Merta pada insiden penurunan Bendera Belanda di Pelabuhan Buleleng. Jejak-jejak pertempuran yang dilakukan oleh para pejuang untuk
mempertahankan kemerdekaan yang ingin direbut oleh Belanda pada revolusi fisik 1945, kini terekam dan diwujudkan dalam sebuah bangunan yang disebut dengan monumen atau lebih dikenal dengan tugu pahlawan oleh masyarakat. Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti merupakan monumen berukuran kecil yang terletak di Desa Bestala, Kecamatan Seririt. Monumen ini berbentuk patung yang menggambarkan ketokohan dari pejuang yang terlibat dalam peristiwa perjuangan melawan tentara NICA. Monumen ini dibangun untuk mengenang para pejuang dalam pertempuran melawan tentara NICA di daerah tersebut. Selain untuk mengenang kembali perjuangan para pejuang, secara umum di balik pembangunan dan bentuk monumen juga terkandung makna penting dan nilai-nilai luhur yang diwariskan bagi generasi berikutnya. Pada umumnya pembangunan monumen dilatarbelakangi oleh peristiwa sejarah yang terjadi di tempat monumen itu berdiri. Namun hasil observasi awal penulis melalui wawancara dengan pemuda dari Desa Bestala, seperti Kadek Dedek Juliarta (17) dan Kadek Diva Yasa (15) menyatakan bahwa mereka tidak tahu tentang peristiwa sejarah yang melatarbelakangi pembangunan Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti dan nilai-nilai yang terkandung di balik monumen tersebut. Monumen yang merupakan bangunan bersejarah belum bisa dimanfaatkan secara optimal oleh tenaga pendidik dalam mendukung sebuah pembelajaran di sekolah. Begitu pula dengan Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti yang ada di Desa Bestala belum pernah dimanfaatkan oleh guru dalam mendukung pembelajaran IPS di SMP. Ini dapat diketahui dari hasil observasi awal penulis melalui wawancara dengan Gede Pandeyasa (53) guru IPS di SMP N 3 Seririt yang mengatakan bahwa beliau tidak pernah memanfaatkan Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti sebagai sumber belajar IPS di SMP meskipun letak monumen hanya berjarak kurang lebih 300 meter dari sekolah. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti guna mendapat jawabannya.
Penelitian Ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang peristiwa sejarah dibangunnya Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti, nilai-nilai yang terkandung dalam monumen, dan bagaimana nilai-nilai yang terkandung dalam Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti bisa dimasukkan ke dalam pembelajaran IPS di SMP dilihat dari sudut pandang Kurikulum 2013 dan persepsi siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Seririt Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: konsep umum pendirian monumen, Menurut Alya dalam Kamus Bahasa Indonesia, monumen adalah bangunan atau tempat yang mempunyai nilai sejarah yang penting sehingga dipelihara dan dilindungi negara (Alya, 2009: 472) Pendapat lain mengenai arti dari sebuah monumen juga dikemukakan oleh Pendit yang menyatakan bahwa “monumen adalah simbol dan mitos suatu zaman. Simbol dan mitos terkandung dalam “warisan budaya kemanusiaan dunia” yang merupakan struktur, arsitektur dan landskap yang unik, menakjubkan, dan terhormat” (Pendit, 1993: 1). Di Indonesia, banyak sekali didirikan monumen. Monumen-monumen tersebut memiliki banyak bentuk dan cirinya tersendiri, sesuai dengan dasar filsafat dan tujuan pendiriannya. Salah satu contohnya adalah Monumen Nasional yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas. Tugu Monas merupakan tugu yang mengandung falsafah Lingga Yoni yang melambangkan kebadian dunia. Selain memiliki bentuk yang menyerupai Lingga dan Yoni ada pula monumen yang berbentuk patung dengan menokohkan para tokoh yang berjasa dalam perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Salah satunya adalah Tugu Proklamasi atau Monumen Soekarno-Hatta (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Unit Pengelola Monumen Nasional, 2013). Monumen memiliki fungsi, seperti fungsi edukatif (memberikan nilai-nilai pendidikan bagi orang yang mempelajarinya), inspiratif (memberikan inspirasi untuk memecahkan masalah-
masalah kekinian), rekreatif (mengarah pada sifat estetis sehingga merasakan kenikmatan berkenalan dengan masa silam), dan instruktif (dapat menunjang pengembangan bidang lain yang berkaitan dengan keterampilan). Nilai-nilai sejarah dalam sebuah monumen,nilai yang dalam bahasa Inggrisnya Value, berasal dari kata Valere bahasa latin atau dalam bahasa Perancis kuno Valoir yang bisa diartikan sebagai harga, penghargan, atau taksiran (Muchson dan Samsuri, 2013: 21). Monumen yang dibangun atas dasar penghormatan terhadap para pejuang, tidak bisa dilepaskan dari nilai kepahlawanan yang terkandung di dalamnya. Menurut Suparno (1995: 4) nilai-nilai kepahlawanan itu seperti keteladanan, nasionalisme dan patriotisme. penanaman nilai, dalam merealisasikan nilai-nilai dalam konteks innate idea itu ke dalam kehidupan nyata diperlukan berbagai perangkat pendukung agar ianya menjadi nilai sejati dalam dirinya. Di sinilah letak peran dan tanggung jawab pendidikan sebagai wadah untuk memunculkan nilai-nilai absolut itu ke dalam realitas tindakan (Muhmidayeli, 2011: 106). Pembelajaran nilai melalui pembelajaran IPS, pendidikan IPS untuk tingkat sekolah bisa diartikan sebagai : (1) Pendidikan IPS yang menekankan pada tumbuhnya nilai kewarganegaraan, moral ideologi Negara dan agama; (2) Pendidikan IPS yang menekankan pada isi dan metode perpikir ilmuan sosial; (3) Pendidikan IPS yang menekankan pada replective inquiry ; (4) Pendidikan IPS yang mengambil kebaikan dari butir 1,2,3, di atas (Somantri, 2001: 42-44). Tinjauan tentang sumber pembelajaran, sumber pembelajaran mencakup semua sumber yang mungkin dapat digunakan oleh si-pelajar agar terjadi perilaku belajar. Dalam proses belajar komponen sumber pembelajaran itu mungkin dimanfaatkan secara tunggal atau secara kombinasi, baik sumber pembelajaran yang direncanakan maupun sumber pembelajaran yang dimanfaatkan peserta didik berasal (Degeng, 1990:83 dalam Karwono 2007). Jenis-jenis sumber
pembelajaran dapat berupa buku refrensi, buku cerita, gambar-gambar, nara sumber, benda dan hasil budaya (Sudono, 2000: 7-10). Tinjauan tentang persepsi. menurut kamus besar Bahasa Indonesia istilah persepsi adalah penerimaan langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya (Depdiknas, 2003: 863). Syarat terjadinya persepsi yaitu ada objek yang dipersepsi, alat indera dan perhatian (Bimo Walgito,2004:
54). METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Lokasi penelitian adalah di Desa Bestala, kec. Seririt, Bueleng, Bali merupakan tempat berdirinya Monumen Perjuangan Kusuma mandala Bhakti sekaligus tempat berdirinya SMP Negeri 3 Seririt sebagai lembaga penanaman nilai-nilai yang terkandung dalam monumen. Penentuan informan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik purposive sampling, untuk menentukan seseorang menjadi sampel atau tidak didasarkan pada tujuan tertentu, misalnya dengan pertimbangan profesionalitas yang dimiliki oleh peneliti dalam usahanya memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian (Sukardi, 2007: 64). Teknik purposive sampling kemudian dikembangkan lagi dengan teknik “Snow Ball” yaitu penentuan informasi dengan bantuan informan kunci. Kemudian informan kunci tersebut menunjuk lagi orang-orang yang dianggap mengetahui permasalahan terkait dengan penelitaian yang diteliti. Informan kunci pada penelitian ini adalah Wayan Nasa dan Made Mangku. Metode pengumpulan data yang digunakan penulis berupa observasi langsung ke Desa Bestala untuk melihat secara langsung Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti. Observasi juga dilakukan di SMP N 3 untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan monumen tersebut sebagai sumber pembelajaran
IPS. Untuk memperoleh data, penulis melakukan wawancara (interview). Wawancara (interview) dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data) dari responden dengan cara bertanya langsung secara bertatap muka atau face to face (Suyanto dan Sutinah, 2007 : 69). Dalam melaksanakan wawancara, penulis menanyakan langsung kepada informan yang mengetahui mengenai sejarah didirikanya Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti, seperti kepada Wayan Mangku (90), Wayan Nasa (81), Wayan Padma (60), Ketut Teken (74), Ketut Wirya (54), Gede Pandeyasa (53) dan siswa SMP N 3 Seririt. Studi dokumen seperti buku juga dilakukan untuk memperoleh data. Validasi yang terdiri dari trianggulasi data dilakukan untuk membandingkan dan mengecek data yang diperoleh dari informan. Untuk mengetahui persepsi siswa mengenai potensi Monumen PKMB sebagai sumber pembelajaran IPS, penulis melakukan pemyebaran angket (questionnaire) terbuka di Kelas VIII A SMP Negeri 3 Seririt. HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Peristiwa Sejarah Dibangunnya Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti Desa Bestala Kemerdekaan yang diproklamasikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 baru sampai di Bali pada 23 Agustus 1945, setelah kedatangan I Gusti Ketut Pudja dari Jakarta untuk memangku jabatan sebagai Gubernur Sunda Kecil. Berita proklamasipun menyebar ke pelosokpelosok daerah di Bali termasuk sampai ke telinga masyarakat Desa Bestala. Namun kebahagiaan akan kemerdekaan yang diraih oleh bangsa Indonesia hanya berlangsung sangat singkat. Pada tanggal 28 September 1945, lewat radio sekutu mengumumkan dari Singapura bahwa akan dikirimkan pasukan ke Indonesia dengan tugas membebaskan para tawanan, melucuti tentara Jepang dan menjaga ketertiban (Djojoadisuryo dalam Sugiarta,1987). Keesokan harinya disusul
lagi dengan pengumuman tambahan bahwa kedatangan tentara sekutu (Inggris) di Indonesia hanya untuk melakukan tugas-tugas administratif militer, sedangkan tugas-tugas politik akan dilakukan oleh Van Mook, Gubernur Jendral Hindia Belanda (Meraku T.Y, 2000:44). Pengumuman Sekutu tersebut segera dibuktikan dengan mendaratnya tentara Inggris di Jakarta pada tanggal 29 September 1945 yang dipimpin oleh Let. Jen Sir Philip Christion. Pendaratan ini segera disusul oleh pendaratanpendaratan lainnya sambil membonceng tentara Inggris dengan tentara NICA-nya. Situasi yang sudah genting semenjak singgahnya kapal milik Belanda Abraham Grijn di Singaraja. Pendaratan kapal ini membawa awak kapal yang bersenjatakan serba otomatis. Beberapa awak kapal turun dan ke darat dan merampas berkarung-karung beras. Pada 27 Oktober 1945 semua awak kapal Abraham Grijns turun ke darat dan memasuki kota. Mereka mengadakan hubungan dengan orang-orang Jepang yang ada di kota Singaraja. Pada senja hari mereka kembali ke kapal, Bendera Merah Putih yang berada di depan kantor beacukai diturunkan diganti dengan Bendera Merah Putih Biru. Serentak para pemuda membalas sakit hati kepada Belanda dan melakukan penyerbuan secara gerilya untuk mengibarkan bendera Merah Putih yang dipimpin oleh I Made Putu. Bendera Belanda diturunkan dan diganti dengan bendera Merah Putih, namun peristiwa tersebut diketahui Belanda dari kapalnya. Mereka lalu melepaskan tembakan, di saat-saat tembakan yang gencar seorang pemuda tertembak dan tewas ketika itu. Pemuda tersebut adalah I ketut Merta dari Br. Liligundi, Singaraja. Para pemuda akhirnya mundur dan bendera Merah putih diganti lagi dengan bendera Belanda. Malam harinya para pemuda kembali melakukan penyerbuan, kali ini penyerbuan dipimpin oleh Gde Muka. Gde Muka dibantu oleh Wayan Mudana, Nengah Tamu, Ida bagus Suambem dan Anang Ramli berhasil menurunkan bendera Belanda dan merobek warna biru sehingga yang tersisa hanya merah putih
saja. Keesokan harinya orang melihat Sang Dwiwarna berkibar kembali dan kapal Abraham Grijns berlayar meninggalkan perairan Buleleng (Pendit, 1979: 91-92). Kebutuhan akan senjata semakin mendesak, sebab tidak mungkin mempertahankan kemerdekaan hanya dengan semangat saja (Meraku T.Y,Gusti Bagus,2000:44). NICA mulai tersebar ke plosok-plosok daerah di Buleleng seperti sampai ke Desa Bestala. Kedatangan NICA di Bali umumnya dan di Buleleng khususnya mendapat perlawanan dari rakyat. Desa Bestala yang merupakan desa kecil, juga melakukan perlawanan terhadap NICA. Pada 4 April 1946 tentara NICA melakukan kurungan atau pengepungan di Desa Bestala karena dicurigai ada pejuang di Desa Tersebut. Semua warga dikumpulkan di jalan desa dan diperiksa satu persatu oleh tentara NICA. Kurungan tidak hanya dilakukan di desa namun tentara NICA juga menyisir daerah-daerah pinggiran Desa Bestala yang dicurigai menjadi tempat persembunyian dari para pejuang. Setelah tentara NICA sampai di daerah Munduk (dataran tinggi di sebelah Timur Desa Bestala), ternyata salah satu mantan tentara sukarela yang dibentuk pada jaman Jepang yang bernama Made Anila menghadang pasukan tersebut dengan mmencoba melemparkan sebuah geranat ke arah pasukan NICA. Namun pasukan NICA yang berada lebih rendah dari tempat Made Anila dengan cepat melepaskan tembakan dan mengenai Made Anila. Pada saat itu juga Made Anila gugur sedangkan granat yang ia lempar tidak berhasil mengenai pasukan NICA, sehingga dalam peristiwa tersebut tidak ada korban dari pihak NICA. Lama setelah peristiwa penembakan Made Anila 4 April 1946, para pejuang kembali melakukan perlawanan terhadap tentara NICA dengan melakukan penghadangan terhadap patroli tentara NICA. Penghadangn dilakukan di daerah Munduk Kauh sebelah Barat Desa bestala dan Sebelah Utara Desa Gunung Sari. Dipilihnya tempat tersebut karena
dianggap strategis, karena di pinggir jalan terdapat persawahan dan kebun kopi yang rimbun sehingga baik untuk penyerangan dan persembunyian. Ketika sore hari menjelang malam, satu mobil truk dengan mengngkut tentara NICA datang dari arah Selatan menuju ke Utara. Ketika patroli NICA datang para pejuang dengan cepat melemparkan geranat ke arah truk tersebut namun hal tersebut di ketahui oleh sopir truk dan dengan cepat membanting truknya ke kanan untuk menghindari ledakan granat. Baku tembak terjadi antara tentara NICA dengan para pejuang namun dengan senjata yang minim dan sederhana pejuang tidak mampu menandingi serangan dari senjata otomatis yang dimiliki tentara NICA. Merasa dalam posisi terdesak akhirnya para pejuang memilih mundur dan kembali ke Desa Bestala. Tentara NICA merasa marah terhadap kejadian tersebut, dan ke esokan harinya mereka melakukan kurungan besar-besaran di daerah Munduk Kauh dan di Desa Bestala. Tentara NICA memeriksa seluruh penduduk yang memiliki luka goresan pada tubuhnya. Salah satu warga yang bernama Made Nuradi yang bertempat tinggal di Munduk Kauh ditahan karena diduga terlibat dalam peristiwa penghadangan karena terdapat luka gores pada tangannya. Di desa, semua warga dikumpulkan di jalan dan dikelilingi oleh tentara NICA. Tentara NICA yang marah juga menyiksa Jro Empu Sangging dengan memukulinya dengan batang senapan karena dianggap menghianati tentara NICA. Beberapa warga ditangkap seprti Redana dan Wandres, pada saat itu Wandres yang tidak tahan dengan penyiksaan dari tentara NICA akhirnya membocorkan rahasia para pejuang dan akhirnya satu demi satu warga mengaku dan mengatakan siapa-siapa saja yang bergabung menjadi pejuang. Jumlah orang yang ditangkap pada peristiwa itu berjumlah 28 orang termasuk Wayan Nasa yang pada waktu itu sebagai ketua penghubung. Seluruh warga yang ditangkap dibawa ke tangsi NICA di Seririt (wawancara dengan Wayan Mangku dan Wayan Nasa, 6,7 Mei 2014).
Masa kekuasaan tentara NICA di Desa Bestala membuat keresahan dan penderitaan terhadap masyarakat. Hukuman bagi penentang adalah siksaan dan kematian. Di Desa Bestala terdapat beberapa korban akibat keganasan tentara NICA. Selain Made Anila yang tewas karena tertembak saat berusaha menyerang tentara NICA dengan granat, ada tiga orang lainnya yang menjadi korban, seperti Ketut Mudana, Putu Sedana dan Made Cana. Ketut Mudana yang pada saat itu menjadi guru mengajar di Desa Kekeran di tembak oleh tentara NICA di perbatasan Desa Mayong dengan Desa Busungbiu saat pulang dari mengajar. Tentara NICA mengira Ketut Mudana adalah seorang pejuang karena pakaian yang ia pakai mirip dengan pakaian para pejuang, peristiwa itu terjadi pada 26 Juni 1946. Sedangkan Putu Sedana gugur pada pertempuran di Desa Selat ketika ia bergabung dengan pejuang-pejuang yang ada di Buleleng (wawancara dengan Ketut Wirya, 18 Mei 2014). Setelah hampir dua tahun NICA menguasai daerah seririt dan daerahdaerah lainnya, NICA masih saja melakukan patroli ke desa-desa yang dicurigai menjadi daerah basis perjuangan. Salah satunya adalah Desa Bestala, tentara NICA masih saja mencurigai ada pejuang yang berasal dari desa tersebut sehingga Desa Bestala selalu dipantau oleh NICA. Pada tahun 1948 warga mendengar bahwa akan ada patroli atau kurungan dari tentara NICA beberapa masyarakat bersembunyi untuk menghindari tentara NICA. Saat itu Made Cana bersama Wayan Nasa yang merupakan penghubung bersembunyi bersama-sama di kebun miliknya, tepatnya di sebelah Selatan desa. Tidak lama berselang Made Cana memutuskan untuk berpindah dari tempat persembunyian sebelumnya. Made Cana memilih untuk bersembunyi ke sebelah Barat dari tempat persembunyian sebelumnya yaitu menuju daerah perkebunan yang berada di sebelah Barat Sungai Mendaum dan Kali Ringdikit. Hal tersebut sempat di cegah oleh Wayan Nasa, namun Made Cana bersikeras untuk berpindah. Ditengah perjalanan,
tiba-tiba datang tentara NICA sekitar dua pleton dari arah Selatan atau dari daerah Benyah. Made Cana yang mengetahui kedatangan tentara NICA segera melarikan diri karena takut tertangkap. Tentara NICA mengetahui hal tersebut dan mulai mengejar dan melepaskan tembakan kearah Made Cana. Made Cana yang berlari kearah yang lebih tinggi, memudahkan tentara NICA untuk menembak. Akhirnya Made Cana berhasil ditembak oleh NICA di bagian kepala. Untuk Mengenang dan menghormati pengorbanan dan jasa para pejuang khususnya Made Anila maka dibangunlah Monumen yang berbentuk patung menyerupai tentara yang sedang bersiap untuk melemparkan granat. Monumen tersebut diberi nama Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti yang memiliki arti ”tempat pengabdian yang baik”. Monumen dibangun di petigaan jalan yang mengubungkan Desa Bestala dengan Desa mayong dan Munduk Bestala. Pembangunan monumen dilakukan dengan gotong royong, untuk pendanaan didapatkan dari donatur yang berasal dari masyarakat Desa Bestala.
Gambar 1. Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti Fungsi yang terkandung dalam Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti adalah Fungsi edukatif (sebagai wahana pendidikan), fungsi inspiratif (dapat menginspirasi para generasi muda khususnya pemuda Desa Bestala), fungsi religie (sebagai tempat persembahyangan sehari-hari atau pada hari-hari tertentu) (wawancara dengan Ketut mangku, Made Padma dan Ketut Wirya, Juni 2014).
Nilai-Nilai yang Terkandung di Balik Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti Nilai yang terkandung dalam Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti dan Peristiwa sejarahnya adalah nilai religus,Nasionalisme,Patriotisme, dan Kejujuran. Nilai religius merupakan nilai kerokhanian yang tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan (Budiyono, 2007: 79). Nilai religius dapat dilihat dari kepercayaan masyarakat yang melihat bahwa monumen tersebut bukan hanya sebagai bangunan biasa yang menghiasi Desa Bestala, namun memiliki kesucian di balik peristiwa sejarahnya sehingga masyarakat melakukan persembahyangan dengan menghaturkan canang sari di monumen tersebut. Nilai Nasionalisme, Nasionalisme merupakan rasa kecintaan masyarakat terhadap tanah airnya. Nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya (Mustari dalam Atmadja, 2012). Nilai Nasionalisme ditunjukkan oleh para pejuang seperti Made Anila dan yang lainnya yang berani menentang tentara NICA karena kesetiaannya terhadap Bangsa dan Negara Indonesia dan rasa peduli terhadap Proklamasi KemerdekaanIndonesia pada 17 Agustus 1945. Nilai patriotime merupakan rasa semangat membela tanah air. Nilai patriotisme menempati tempat tertinggi dan mulia untuk mendukung gerak dinamka perjuangan bangsa Indonesia. Menempati urutan tertinggi karena nilai patriotisme merupakan unsur utama yang dapat menumbuh kembangkan semangat perjuangan (Budiyono, 2007: 93). Nilai Patriotisme dapat dilihat dari semangat para pejuang yang rela berkorban demi bangsa dan negaranya. Mendahulukan kepentingan orang banyak dari pada kepentingan pribadi.
Nilai kejujuran, nilai kejujuran termasuk dalam nilai nurani (Budiyono, 2007), nilai ini sangat penting dimiliki oleh setiap orang. terlihat dari pengakuan atas apa yang sudah diperbuat oleh pejuang kepada tentara NICA untuk menyelamatkan orang lain (wawancara dengan Made Padma, Ketut Wirya, Juni 2014). Memasukkan Nilai-Nilai yang Terkandung Dalam Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti ke Dalam Pembelajaran IPS di SMP Dilihat Dari Sudut Pandang Kurikulum 2013 dan Persepsi Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 3 Seririt Monumen yang memiliki nilai-nilai luhur di balik peristiwa sejarahnya memiliki potensi untuk dijadikan sumber belajar. Ini tidak terlepas dari fungsi edukatif yang terdapat pada monumen. Fungsi edukatif ini dapat dilakukan dengan mengunakan lembaga formal seperti sekolah sebagai tempat untuk menanamkan nilai-nilai yang terkandung di dalam monumen. Monumen dijadikan sebagai sumber belajar IPS merupakan langkah kreatif dari seorang guru dalam mengajar. Pemanfaatan lingkungn sekitar dalam usaha mewujudkan proses belajar mengajar yang menyenangkan merupakan bagian dari tujuan kurikulum baru yang akan digunakan dalam dunia pendidikan di Idonesia, yakni Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Adapun criteria dalam pendekatan scientific antara lain materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika,menginspirasi siswa, dan pembelajaran disajikan secara menarik (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013). Jadi berdasarkan penjelasan di atas mengenai Kurikulum 2013, Monumen Kusuma Mandala Bhakti dengan nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya, memiliki potensi dan dapat dijadikan sumber belajar IPS di SMP. Potensi Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti Desa Bestala sebagai sumber belajar IPS di SMP dapat ditinjau dari isi silabus dalam kurikulum 2013. Dimana dalam kompetensi inti ada penekanan-penekanan kompetensi yang harus dicapai, seperti yang termuat dalam Kompetensi Inti (KI) antara lain : Kompetensi Inti 1 (KI 1) yang isinya menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. Ini berkaitan dengan nilai religius yang terdapat pada Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti. Dengan mempelajari monumen akan timbu rasa syukur kepada tuhan karena generasi sekarang tidak mengalami masa penjajahan. Kompetensi Inti 2 (KI 2) yang isinya menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Kaitannya dengan pemanfaatan monumen sebagai sumber belajar adalalah menumbuhkan nilai disiplin, tanggungjawab dan kepedulian siswa seperti halnya sikap-sikap yang dimiliki oleh para pejuang terdahulu. Kompetendsi Inti 3 (KI 3) yang isinya memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013). Dalam hal ini siswa mempelajari pengetahuan yang tampak mata, tidak mengajak siswa untukk banyak berhayal. Kompetensi Inti 4 (KI 4) isinya mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. Dalam Hal ini setelah siswa belajar dengan menggunakan monumen sebagai sumber
belajar siswa dapat mengolah informasi dan pengetahuan yang mereka dapatkan untuk menyimpulkan bahwa perlawanan melawan NICA terjadi di berbagai daerah, khususnya di Bali. Potensi Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti sebagai sumber belajar IPS di SMP diperkuat oleh persepsi siswa Kelas VIII A SMP Negeri 3 Seririt. sebanyak 11 siswa (37,9%) menjawab mengetahui Monumen PKMB dan 18 siswa (62,1%) menjawab tidak mengetahui keberadaan monumen tersebut. 29 siswa (100%) menjawab bahwa monumen tersebut tidak pernah dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran IPS di SMP Negeri 3 Seririt. Dan siswa yang menjawab setuju monumen sebagai sumber pembelajaran IPS sebanyak 21 siswa (72, 4 %), dan yang menjawab tidak tahu sebanyak 8 siswa (27, 6 %). Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa setuju jika Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti dijadikan sumber pembelajaran IPS di SMP Negeri 3 Seririt. Dari 21 responden yang menyatakan setuju, terdapat berbagai alasan yang dikemukakan siswa, seperti pentingnya pelajaran IPS dan sejarah dikemukakan oleh 4 siswa (19%), kagum dan ingin mengetahui lebih banyak mengenai monumen dan perjuangan di baliknya dikemukakan oleh 9 siswa (42,9%), monumen memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya perlu diamalkan dikemukakan oleh 3 siswa (14,3%), dan untuk mengingat jasa-jasa para pahlawan dikemukakan oleh 2 siswa (9,5%) sedangkan sebanyak 3 siswa (14,3%) tidak berpendapat. Dari persepsi siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat diterima oleh siswa SMP Negeri 3 Seririt sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran IPS di sekolah tersebut. Potensi Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti sebagi sumber pembelajaran IPS juga didukung oleh persepsi guru IPS di sekolah tersebut, seperti yang disampaikan oleh Gede Pandeyasa (54) menyatakan bahwa
“monumen tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran disiplin bagi siswa, dengan cara menampilkan gambar monumen saat pembelajaran di kelas. Karena untuk mengajak siswa ke lapangan rasanya sulit karena terbentur masalah waktu”. (wawancara, 14 Juni 2014). Strategi Pembelajaran yang Diterapkan Untuk Memasukkan Nilai-nilai Yang Terkandung Dalam Monumen Perjuanagn Kusuma Mandala Bhakti, Dalam Pembelajaran IPS Berbasis Kurikulum 2013 Di SMP Negeri 3 Seririt Pembelajaran merupakan cara yang tepat untuk memasukkan nilai-nilai yang terdapat pada Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti dalam pembelajaran IPS. Dalam pembelajaran akan terjadi interaksi antara siswa dengan guru, begitu pula dalam pembelajaran guru akan mentransfer ilmunya kepada siswa. Untuk memanfaatkan Monumen perjuangan Kusuma Mandala Bhakti sebagai sumber pembelajaran IPS di SMP Negeri 3 Seririt pada khususnya dapat dilakukan pembelajaran di luar kelas dan di dalam kelas. Pembelajaran di Luar Kelas Penerapan pembelajaran yang dilakukan di luar kelas adalah dengan mengajak siswa langsung ke lapangan. Kelebihan pembelajaran di luar kelas adalah dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, dapat merangsang kreatifitas siswa, informasi dapat lebih luas dan aktual, dan siswa dapat mencari dan mengolah informasi sendiri. Dalam hal ini siswa akan langsung diajak ke Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti untuk mengamati monumen tersebut. Dengan pengamatan yang dilakukan oleh siswa, diharapkan siswa memiliki inisiatif untuk menanyakan apa yang ingin mereka ketahui dari monumen tersebut. Melalui pengamatan yang dilakukan siswa diberikan kesempatan untuk mencoba memberikan pendapatnya mengenai latar belakang
pendirian dan nilai-nilai yang terkandung dalam monumen. Penerapan pembelajaran di luar kelas dapat dilakukan dengan model pembelajaran tertentu, untuk mendukung tercapainya pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Salah satu model pembelajaran yang dapat dipilih dalam melaksanakan pembelajaran ini adalah model pengajaran berdasarkan masalah (PBL= Problem Base Learning). Penggunaan model PBL dalam pembelajaran akan mendorong siswa untuk dapat berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Dalam pelaksanaan pembelajarannya, siswa akan membentuk sebuah kelompok dan menyelesaikan masalah yang diberikan. Kaitannya dengan penelitian ini, siswa akan diarahkan untuk menyelesaikan masalah berupa latar belakang pendirian Monumen PKMB Desa Bestala, nilai-nilai yg terkandung dan bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran di Dalam Kelas Pembelajaran di dalam kelas dilakukan dengan cara membawa miniatur atau memperlihatkan gambar monumen kepada siswa. Siswa diberikan kesempatan untuk mengamati dan mendalami monumen tersebut. Untuk melakukan pembelajaran di luar ataupun di dalam kelas dengan baik setiap guru tentunya harus mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Siabus. Penyusunan RPP merupakan strategi guru sebelum mengajar yang bertujuan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Strategi merupakan istilah yang banyak dipakai dalam berbagai konteks dengan makna yang tidak selalu sama. Dalam konteks belajar-mengajar, strategi berarti pola umum perbuatan guru-murid di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Sifat umum pola tersebut berarti bahwa macam dan urutan perbuatan yang dimaksud nampak dipergunakan atau diperagakan oleh gurumurid dalam berbagi peristiwa belajar. Dengan demikian, konsep strategi dalam hal ini menunjuk kepada karakteristik
abstrak rentetan perbuatan guru murid dalam peristiwa belajar mengajar (Sudirman dkk,1987: 90). Untuk memasukkan niai-nilai yang terkandung dalam Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti harus disesuaikan dengan silabus yang terdapat pada kurikulum 2013 yang akan diterapkan serentak oleh seluruh sekolah pada tahun ajaran 2014/2015. Mengacu pada Silabus dalam Kurikulum 2013 Nilai-nilai yang terkandung dalam Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti dapat diselipkan dalam kompetensi dasar “Menelaah perubahan masyarakat Indonesia dari zaman pergerakan kemerdekaan sampai dengan awal reformasi dalam aspek geografis, ekonomi, budaya, pendidikan, dan politik dalam wawasan kebangsaan”, Materi Pokok “Upaya mempertahankan kemerdekaan dan membangun NKRI” dan pembelajaran “perjuangan yang dilakukan rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia”. Pembelajaran akan dikemas sesuai dengan Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada Kurikulum 2013 yang akan digunakan pada tahun ajaran 2014/2015 di SMP Negeri 3 Seririt. Dalam pembelajaran akan menggunakan strategi pembelajaran dengan pendekatan scientific, model cooperatif learning tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dan metode pembelajaran berupa ceramah, diskusi kelompok, dan Tanya jawab. SIMPULAN DAN SARAN Desa bestala merupakan salah satu desa yang ikut ambil bagian dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia melawan NICA pada masa revolusi fisik. Pada revolusi fisik di Desa Bestala terjadi perlawanan melawan NICA dan terdapat beberpa korban seperti, Made Anila, Ketut Mudana, Putu Sedana, dan Made Cana. Untuk mengenang dan menghormati jasa para pahlawan yang gugur, dibangunlah sebuah monumen perjuangan yaitu Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti. Monumen ini berbentuk patung tentara yang sedang bersiap melemparkan granat yang menokohkan Made Anila. Monumen ini berdiri di sebelah utara Desa Bestala di
pertigaan jalan Dari Desa Bestala menuju Desa Munduk Bestala dan Mayong. Monumen di bangun atas prakarsa tokohtokoh dari Desa Bestala serta seluruh masyarakat Desa Bestala yang peduli dengan perjuangan masyarakat Desa Bestala dalam mempertahankan kemerdekaan. Monumen ini di resmikan oleh Bupati Buleleng Drs. I Ketut Ginantra pada 20 Mei 1989. Nilai-nilai yang terkandung dalam Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti dan peristiwa sejarahnya adalah nilai religius, nasionalisme, ptroitisme dan nilai kejujuran. Nilai-nilai tersebut diambil dari kecintaan dan pengorbanan para pejuang terhadap bangsa dan Negara Indonesia. Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya memiliki potensi sebagai sumber belajar IPS di SMP Negeri 3 Seririt. Karena bila ditinjau dari Kurikulum 2013 pembelajaran yang dilakukan harus dilaksanakan secara kreatif, menampilkan hal yang nyata, dan memanfaatkan lingkungan di sekitar siswa. Pembelajaran seperti ini akan memenuhi tujuan dari Kurikulum 2013 yang lebih menekankan pada sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa. Persepsi siswa Kelas VIII A yang mewakili seluruh siswa SMP Negeri 3 Seririt, menunjukkan bahwa Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti dengan peristiwa sejarahnya, serta nilainilai yang terkandung di dalamnya dapat dijadikan sumber belajar IPS di sekolah mereka. Ini berkaitan dengan rasa ingin tahu siswa mengenai Monumen tersebut dan peristiwa sejarah yang terjadi di lingkungan tempat tinggal siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ada beberapa hal yang ingin disampaikan penulis sebagai sumbang saran terkait dengan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu : Bagi generasi muda atau pelajar hendaknya melalui pendirian Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti ini, dapat dijadikan sebagai cerminan akan perjuangan yang dilakukan oleh para pahlawan. Sehingga dapat menginspirasi mereka (generasi muda atau pelajar) dalam melanjutkan perjuangan para pahlawan ini dalam
bentuk atau dalam hal-hal yang bersifat positif. Pengembangan akan kesadaran sejarah masa lalu tidak saja diutamakan pada generasi muda, tetapi juga dapat pula kepada para guru atau pengajar lainnya. Dengan adanya monumen ini, nantinya para pengajar khususnya guru IPS maupun guru sejarah dapat memfungsikan monumen sebagai sumber pembelajaran yang interaktif bagi para peserta didiknya. Monumen Perjuangan Kusuma Mandala Bhakti merupakan monumen perjuangan yang perlu dilestarikan guna memberikan pengetahuan akan sejarah perjuangan para pahlawan terdahulu. Kepada pihak pemerintah daerah khususnya hendaknya dapat melestarikan kondisi dari monumen-monumen tersebut tidak saja pada monumen yang monumental tetapi juga bagi monumenmonumen kecil. Sehingga nantinya jejak sejarah akan perjuangan bangsa ini tidak akan hilang untuk selamanya. DAFTAR PUSTAKA Agung, Ida Anak Agung Gde. 1985. Dari Negara Indonesia Timur ke Republik Indonesia Serikat. Yogyakarta: Gajah Mada University press AR, Muchson dan Samsuri. 2013. Dasardasar Pendidikan Moral: Basis Pengembangan Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Ombak. _______,1989. Bali Pada Abad XIX. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Atmadja, Nengah Bawa. 2012. “Budi Pekerti Sebagai Representasi Dari Kecerdasan Berbasis Agama dan Aktualisasinya Dalam Masyarakat”. Makalah disajikan dalam Pemilihan Remaja Berbudi Pekerti Fakultas Ilimu Pendidikan. Singaraja, 2012. Budiyono, Kabul. kepribadian
2007. Nilai-nilai dan Kejuangan
Bangsa Alfabeta
Bandung:
Pusat Dokumentassi Kebudayaan Bali
Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Unit Pengelola Monumen Nasional. 2013. Brosur Panduan Monumen Nasional. Jakarta: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Unit Pengelola Monumen Nasional
Moleong, Lexy J. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. remaja Rosdakarya
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
_______. 1993. 24 Juni. “Makna Sebuah Monumen bagi Suatu Bangsa”. Bali Post, hlm. 1.
Karwono. 2007. “Pemanfaatan Sumber Belajar Dalam Upaya Peningkatan Kualitas dan Hasil Pembelajaran”. Makalah. disajikan dalam Seminar Tanggal 13 November 2007 di Metro Doktor Teknologi Pendidikan FKIP Universitas Muhhamadiyah
Somantri, Muhammad Numan. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Program Pasca Sarjana UPI dan PT Remaja Rosdakarya
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. “Kurikulum 2013 SMP/MTs Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosia”. Makalah disajikan dalam Pelatihan Kurikulum 2013Bagi Guru Mata Pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan Sejarah SMA/SMK se-Provinsi Bali. Denpasar 9-13 Juli 2013
Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2007. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Cetakan ke3. Jakarta: Kencana
Dinas
Indonesia.
Muhmidayeli. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama. Pendit, nyoman S. Bali Berjuang. Jakarta: Gunung agung.
Sudirman, dkk. 1987. Ilmu Pendidikan. Bandung: CV. Remadja Karya
Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Psikologi UGM Zailani,
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan . 2013. “Konsep Pendekatan Scientific”. Makalah disajikan dalam Pelatihan Kurikulum 2013Bagi Guru Mata Pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan Sejarah SMA/SMK se-Provinsi Bali. Denpasar 9-13 Juli 2013 Meraku T.Y, I Gusti Bagus, dkk. 2000. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Rakyat Buleleng. Bandung: Ganeca Exact Bandung Mirsha, I Gusti Ngurah Rai. 1989. Cokorda Alit Ngurah Dari Pembuangan di Lombok Sampai Revolusi Fisik di Bali. Denpasar:
Dahlan. 2004. 13 Agustus. “Pertempuran Puputan Margarana (Bali)”. Pelita, hlm. 4.