1
ARTIKEL HASIL PENELITIAN KEMAMPUAN KELINCAHAN TENDANGAN SABIT DALAM OLAHRAGA PENCAKSILAT (Analisis korelasi panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai)1 ABILITY of SCYTHE KICK MOBILITY IN SPORT PENCAKSILAT (Analysis of length correlation leg and muscle strength leg) Imam Suyudi2 Abstrak Tujuan penelitian secara terperinci disesuaikan dengan permasalahan yang akan diteliti, sebagai berikut: (1). Untuk mengetahui adanya hubungan panjang tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. (2). Untuk mengetahui adanya hubungan kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. (3). Untuk mengetahui adanya hubungan panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. Pelaksanaan penelitian ini bertempat di FIK UNM, sehingga populasi penelitian secara keseluruhan adalah mahasiswa FIK UNM yang terdaftar pada tahun pelajaran 2009/2010. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah refresentatif dapat mewakili mahasiswa FIK UNM secara keseluruhan. Sampel yang dipilih adalah mahasiswa putra yang aktif mengikuti mata kuliah pencak silat. Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yang akan mengungkap hubungan panjang tungkai dan kekuatan otot dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, sehingga desain penelitian yang digunakan adalah korelasional. Berdasarkan hasil analisis regresi ganda, koefisien korelasi product moment (r), dan analisis koefisien korelasi ganda (R) pada taraf signifikan = 0,05, maka hasil penelitian ini disimpulkan sebagai berikut: (1). Ada hubungan yang signifikan panjang tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, dengan nilai r0 = 0,710. (2). Ada hubungan yang signifikan kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, dengan nilai r0 = 0,854. (3). Ada hubungan yang signifikan panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, dengan nilai r0 = 0,859.
1 2
Penelitian Dana Rutin UNM Makassar Staf Pengajar FIK UNM Makassar
2
Abstract Research Target is in detailed adapted for problems that will diteliti, as follows: (1). To know existence of length relation/link tungkai with kick mobility in sport marthial art. (2). To know existence of relation/link of muscle strength tungkai with kick mobility in sport marthial art. (3). To know existence of length relation/link leg and muscle strength leg with kick mobility in sport marthial art. This research Execution in FIK UNM, until research population as a whole is student FIK UNM that enlisted in lesson 2009/2010. Sampel that selected in research this is the refresentatif can deputize student FIK UNM as a whole. Sampel that selected is active son student follows course eye marthial art. Research this is the descriptive research type that will express length relation/link leg and muscle strength with kick mobility in sport marthial art, until research design that used [by] is korelasional. Base double reggression analysis result, correlation coefficient product moment (r), and double analysis of correlation coefficient (R) at significant level a = 0,05, then this research result is concluded as follows: (1). There is significant relation/link length tungkai with kick mobility in sport marthial art, by value r0 = 0,710. (2). There is significant relation/link muscle strength leg with kick mobility in sport marthial art, by value r0 = 0,854. (3). There is significant relation/link length leg and muscle strength leg with kick mobility in sport marthial art, by value r0 = 0,859.
3
PENDAHULUAN Pencak silat adalah hasil karya secara turun temurun dari budaya bangsa Indonesia. Pencak silat sering ditampilkan dalam berbagai pertandingan mulai tingkat junior, pertandingan nasional dan internasional. “Pencak silat adalah cabang olahraga hasil budaya manusia Indonesia untuk membela/mempertahankan eksistensi dan inegritasnya terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”(Iskandar, 1992:112). Pencak silat sudah mulai menyebar ke hampir seluruh negara di dunia dan dapat dilihat pada pertandingan-pertandingan regional maupun internasional, sehingga persaingan untuk mencapai prestasi puncak sudah sangat ketat. Keadaan ini memberikan inspirasi bagi para ahli dan pelatih pencak silat untuk mencari dan merumuskan konsep-konsep latihan yang efektif untuk meningkatkan prestasi atlet. Pencak silat merupakan salah satu cabang dari olahraga bela diri yang memerlukan kemahiran dalam penguasaan teknik dasar. Teknik-teknik dasar yang harus dikuasai yaitu teknik tendangan, pukulan, hindaran dan tangkisan. Untuk mencapai prestasi optimal maka teknik-teknik dasar tersebut harus dapat dilakukan dengan gerakan yang kuat, cepat, tepat dan terkoordinasi. Teknik yang paling sering digunakan dalam pencak silat adalah tendangan apabila dibandingkan dengan teknik lainnya seperti pukulan. Serangan yang sah dengan menggunakan tendangan lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan serangan yang menggunakan pukulan sehingga teknik tendangan sangat penting dikuasai para pesilat. Teknik tendangan dalam olahraga pencak silat selalu menggunakan ujung kaki yang mana ujung jari kaki ditekuk ke atas. Sasaran untuk tendangan lurus ke depan tertuju pada daerah sasaran tubuh bagian depan yaitu dada dan perut. Untuk mencapai hasil yang baik dalam melakukan tendangan lurus ke depan, diperlukan kelincahan tendangan dan kemampuan jangkauan tendangan agar dapat dengan mudah mencapai sasaran tubuh lawan. Kelincahan tendangan sangat menentukan keberhasilan untuk mencapai sasaran tendangan. Kelincahan tendangan dapat menyulitkan lawan untuk melakukan antisipasi seperti tangkisan dan elakan. Pesilat yang mempunyai tendangan yang lincah akan lebih cepat dapat melakukan serangan terhadap lawan. Kelincahan tendangan dalam pencak silat dapat dicapai melalui latihan secara terprogram dan intensif. Teknik latihan harus mampu mengembangkan kekuatan otot tungkai mampu kecepatan otot-otot yang berperan dalam proses tendangan. Otot-otot yang perlu dikembangkan adalah otot-otot paha bagian depan yaitu sartorius, tensor fasciae latae, adductor longus, rectus femoris, vastus lateralis dan vastus medialis, serta
4
otot-otot paha bagian belakang yaitu semitendinosus, semimembranosus, bicep femoris, adductor magnus dan adductor brevis. Otot-otot paha tersebut merupakan penggerak anggota gerak tubuh bagian bawah terutama untuk melakukan tendangan dalam olahraga pencak silat. Kekuatan kontraksi otot tungkai dapat memberikan kemampuan gerak yang kekuatan pada saat melakukan tendangan dalam olahraga pencak silat. Otot-otot utama yang berkontraksi pada saat melakukan tendangan pada olahraga pencak silat adalah otot rectus femoris, vastus lateralis, dan vastus medialis. Pada saat kaki penendang ditarik dengan cepat setelah melakukan tendangan, otot-otot yang berperan adalah otot biceps femoris, semimembranosus, semitendinosus, dan gastrocnemius. Otot-otot penunjang lainnya yang berkontraksi pada saat tendangan selain otot-otot yang telah disebutkan di atas adalah iliopsoas, pectineus, tensor fasciae latae, adductor longus, dan soleus. Persendian yang paling berperan yaitu untuk tendangan lurus ke depan adalah knee extension dan hip flexion. Kekuatan otot tungkai dapat dimanfaatkan untuk menunjang daya gerak otot-otot yang berkontraksi dan persendian yang bekerja pada saat melakukan tendangan dalam olahraga pencak silat. Apabila otot-otot tungkai cukup kuat, akan menunjang efektifitas gerakan tendangan dalam olahraga pencak silat. Panjang tungkai turut membantu dalam proses gerak tendangan pada olahraga pencak silat terutama pada saat tungkai diluruskan untuk mencapai sasaran tubuh lawan. Panjang tungkai dapat memberikan kemampuan untuk mencapai sasaran tendangan dengan cepat meskipun lawan agak jauh jaraknya. Pesilat yang mempunyai tungkai yang panjang dapat membuat lawan kesulitan untuk melakukan serangan, apalagi jika tungkai lawan lebih pendek. Sasaran dalam olahraga pencak silat adalah lawan yang selalu bergerak menghindar sehingga posisi lawan kadang agak jauh dari jangkauan kita untuk melakukan serangan. Pada saat lawan selalu menghindar menjauhi kita, diperlukan kemampuan memaksimalkan panjang tungkai untuk menjangkau sasaran lawan. Pesilat yang mempunyai tungkai yang lebih pendek, tentu kesulitan untuk menjangkau sasaran (lawannya) yang selalu menjaga jarak pada saat melakukan serangan melalu tendangan. Proses gerakan dalam tendangan pada olahraga pencak silat dilakukan dalam suatu pola gerak yang tidak terputus yaitu mulai dari posisi kuda-kuda, mengangkat kaki penendang setinggi lutut, dan meluruskan tungkai dengan gerakan cepat untuk mencapai sasaran tubuh lawan. Unsurunsur gerakan teknik tersebut memerlukan otomatisasi gerakan secara terpadu disertai kemampuan mengoptimalkan panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai. Apabila proses gerakan tendangan pencak silat dilakukan dengan tersendat-sendat atau ada gerakan yang berhenti, akan mengurangi
5
kelincahan gerak sehingga mudah ditangkis atau dielakan oleh lawan dan kemungkinan besar lawan akan melakukan serangan balik. Banyak pesilat pemula yang selalu latihan tendangan pencak silat pada salah satu perguruan pencak silat, namun hasil yang dicapai belum optimal. Beberapa pesilat pemula yang melakukan latihan tidak mampu menunjukkan prestasi secara optimal. Banyak pesilat yang kemampuan fisik maupun teknik kurang sempurna, seperti kekuatan tungkai sangat kurang dalam melakukan serangan dengan tendangan, teknik tangkisan, elakan serta kemampuan memanfaatkan kelemahan lawan untuk menyerang balik karena tidak memiliki kelincahan tendangan yang memadai. Para pesilat dalam mengembangkan kemampuannya seperti kelincahan tendangan, sering dilakukan dengan latihan teknik dengan cara melakukan tendangan secara berulang-ulang tanpa latihan pengembangan kekuatan kontraksi otot-otot tungkai. Teknik latihan ini, disadari kurang efektif untuk meningkatkan kelincahan tendangan pada olahraga pencak silat. Hal yang perlu dipikirkan bahwa untuk melakukan tendangan dalam olahraga pencak silat dibutuhkan kekuatan gerakan tungkai atau seluruh tubuh untuk membantu kelincahan gerakan kaki pada saat melakukan tendangan. Bagi pesilat yang belum terbentuk kekuatan dan kecepatan kontraksi otot tungkainya secara optimal, serta kemampuan teknik untuk melakukan tendangan dalam pencak silat, seperti teknik mengangkat tungkai penendang secara tepat, cepat, dan kuat belum dikuasai dengan timing yang tepat, maka perlu diberikan latihan yang dapat meningkatkan kemampuan tersebut. Permasalahan yang timbul adalah dapatkah panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dimanfaatkan untuk mencapai kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. Bagi pesilat pemula masih sangat banyak kesalahan teknik gerakan tendangan yang sering dilakukan pada saat menendang akibat gerakan teknik belum dikuasai secara baik. Hal tersebut akan menyulitkan para pesilat untuk mengembangkan kelincahan kontraksi otot-otot tungkainya pada saat melakukan tendangan dalam olahraga pencak silat. Apabila pesilat mempunyai kekuatan tungkai yang memadai disertai panjang tungkai yang cukup, namun kesalahan-kesalahan dalam melakukan teknik tendangan masih sangat dominan, maka kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat akan sulit dicapai. Pada pesilat pemula, masih sangat sulit dipastikan untuk dapat mencapai kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat setelah mereka memiliki kekuatan tungkai disertai panjang tungkai yang lebih baik karena pesilat pemula belum menguasai teknik tendangan dalam olahraga pencak silat. Hal sebaliknya dapat pula terjadi bahwa para pesilat pemula sangat sulit mengembangkan kelincahan tendangannya apabila tidak ditunjang dengan kekuatan otot tungkai. Panjang tungkai yang dimiliki juga membantu untuk menjangkau sasaran sehingga menunjang kemampuan tendangan
6
dalam olahraga pencak silat. Meskipun para pesilat mempunyai kemampuan teknik tendangan yang baik, tetapi tidak ditunjang dengan kekuatan tungkai akan menyulitkan untuk melakukan gerak tendangan secara maksimal. Tendangan dalam olahraga pencak silat harus dilakukan dengan keras disertai kemampuan jangkauan pada sasaran agar lawan sulit melakukan tangkisan dan elakan. Tendangan yang dilakukan dengan lemah karena kekuatan tungkai tidak memadai disertai dengan tungkai yang pendek, akan mudah diantisipasi oleh lawan dengan melakukan tangkisan, elakan, dan bahkan memudahkan lawan untuk melakukan serangan balik secara cepat dan tiba-tiba. Hal tersebut akan dibahas dalam penelitian ini sebagaimana judul yang dikemukakan yaitu; Kemampuan Kelincahan Tendangan Sabit dalam Olahraga Pencak Silat (Analisis korelasi panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai). Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, sebagai berikut: (1). Apakah ada hubungan panjang tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat? (2). Apakah ada hubungan kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat? (3). Apakah ada hubungan panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat? TINJAUAN PUSTAKA 1. Pencak silat Pencak silat lahir dari unsur-unsur kebudayaan masyarakat bangsa Indonesia. Pencak silat terdiri dari dua suku kata yaitu pencak dan silat. Pencak berarti gerak dasar yang digunakan dalam belajar atau latihan bela diri ataupun pertunjukan yang terikat pada peraturan. Sedangkan, silat berarti gerak bela diri yang sempurna yang bersumber pada kerohanian yang suci guna keselamatan diri atau terhindar dari bahaya/bencana. Pencak silat dapat didefinisikan bahwa “pencak silat adalah budaya manusia Indonesia untuk membela atau mempertahankan eksistensi (kemandirian) terhadap lingkungan hidup guna peningkatan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa”(IPSI bersama BAKIN, 1990: 15). Pencak silat merupakan hasil karya manusia Indonesia dan menjadi salah satu asper sini budaya daerah-daerah di seluruh pelosok tanah air. Pada beberapa daerah seni bela diri ini sangat populer dan sering digunakan dalam berbagai acara pertunjukan baik olahraga maupun acara-acara kesenian. Ditinjau dari segi seni gerak, pencak silat mempunyai keselarasan dan keseimbangan antara irama, rasa dan raga dalam proses geraknya. Dengan adanya keserasian antara irama, penyajian teknik dan penghayatannya dalam melakukan gerakan pencak silat sehingga mempunyai unsur seni tersendiri bagi yang melakukannya maupun yang melihatnya. Setiap daerah
7
di Indonesia mengenal dan mempunyai seni bela diri pencak silat meskipun berbeda-beda aliran tetapi tujuannya sama yaitu untuk keselamatan diri. Kadang pula pencak sila dilakukan sama sekali tidak mirip dengan olahraga yang mengandung kekerasan tetapi hanya mengandung unsur seni dalam bentuk seni tari. Tetapi setiap orang yang melakukannya dapat memperagakan gerakan pencak silat sebagai gerak bela diri yang efisien dan efektif yang bertujuan untuk menjamin keamanan pribadi. Setiap gerakan seni bela diri pencak silat akan terlihat bentuk-bentuk serangan, tangkisan, maupun hindaran yang terjalin sedemikian rupa sehingga kelihatan sehingga tercipta keselarasan gerakan yang indah. Bela diri pencak silat juga ditujukan pada keindahan gerakan, kehalusan bentuk setiap jurus. Meskipun kelihatan seperti menari dan semua gerakannya halus, tetapi dapat berubah secara cepat dan tiba-tiba menyerang dan menangkis serangan lawan. Dalam pertandingan pencak silat juga ada penilaian tentang unsur keindahan gerakan, sehingga pesilat yang mempunyai nilai yang sama dalam wasari dan penyerangan yang sama-sama agresif maka untuk menentukan pemenangnya adalah tergantung keindahan gerakan atau jurus. Sejak dahulu pencak silat digunakan sebagai pembelaan diri untuk menghindarkan segala ancaman dan menyelamatkan diri, kekuarga, masyarakat serta bangsa dari segala malapetaka dalam kehidupan manusia untuk mempertahankan keadaan aman, sejahtera dan damai. Pencak silat tidak membenarkan untuk menyerang lebih dahulu bahkan harus sedapat mungkin menghindari kontak fisik, sehingga pencak silat di Indonesia mempunyai ciri-ciri umum dan ciri-ciri khusus. Ciri-ciri umum pencak silat Indonesia yaitu: Pencak sila mempergunakan seluruh bagian tubuh dan anggota badan, dari kuku pada ujung jari kaki atau tangan sampai pada rambut (terutama perempuan) untuk membela diri. Pencak silat tidak memerlukan senjata tertentu, benda apapun yang dapat dijadikan senjata (kayu, batu, pasir, payung, sapu tangan, tas, tusuk konde, sandal, selendang dan sebagainya. Pencak silat lahir dan tumbuh serasi dengan alam sekitar, alat istimewa, adat sopan santunnya, temperamennya/watak dan kepribadian suku bangsanya, agama atau kepercayaan dan batinnya. Ciri-ciri khusus pencaksilat Indonesia yaitu: Sikap tenang, lembut (rileks) dan waspada. Mempergunakan kelincahan, kelentukan, kecepatan, Timing) dan sasaran yang tepat, disertai gerakan refleks untuk mengatasi lawan, bukan mengandalkan kekuatan tenaga. Mempergunakan prinsip timbang badan, permainan posisi dengan perubahan pemindahan titik berat badan. Memanfaatkan setiap serangan dan tenaga lawan. Menghemat, menyimpan tenaga, mengeluarkan tenaga sedikit mungkin (ekonomis).
8
Selain ciri umum dan ciri khusus tersebut, pencak silat juga mempunyai sifat-sifat khusus yaitu: bersifat halus, lentuk dan lemas, kekerasan sesaat. Tidak membutuhkan ruangan yang luas, tidak suka meloncat dan menggulung (kecuali permainan harimau atau monyet). Gerakan tangan halus dan selaras gerakan tangan dapat terbuka dan memancing lawan, langkah ringan ke segala penjuru, tidak banyak bersuara, pernafasan wajar, banyak permainan rendah dan tendangan sedang-sedang. Menyadari pentingnya mengembangkan pencak silat untuk ikut mengisi kemerdekaan, maka perlu adanya organisasi atau wadah pencak silat yang bersifat nasional yang dapat pula mengikat aliran-aliran pencak silat di seluruh Indonesia. Dengan demikian Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) yang terbentuk pada tanggal 18 Mei 1948 oleh Mr. Wongsonegoro di Surakarta, memandang perlu untuk mengembangkan olahraga pencak silat. 2. Tendangan dalam pencak silat Pencak silat sebagai olahraga bela diri adalah sama dengan olahraga lainnya yang terbentuk dari beberapa pola gerak atau teknik dasar tertentu. Pada cabang olahraga bela diri pencak silat ini terdapat dua pola gerakan dasar yang utama yaitu serangan dan bertahan. Serangan adalah bentuk strategi bela diri pencak silat yang dalam keadaan tertentu harus diterapkan. Serangan yang dilakukan dengan menggunakan tendangan akan memperoleh nilai lebih baik bila dibandingkan dengan menggunakan tangan dalam suatu pertandingan. Menurut Subroto, dkk., (1996: 39) bahwa “serangan dengan menggunakan kaki/tungkai (disebut tendangan), dapat dilakukan dengan menggunakan ujung kaki, tumit, dan telapak kaki.” Tendangan pada olahraga pencak silat dapat dilakukan dengan beberapa bagian dari kaki yang dijadikan sebagai media untuk melakukan serangan terhadap lawan seperti ujung kaki, tumit dan telapak kaki. Bagianbagian dari kaki tersebut yang diarahkan ke sasaran pada bagian tubuh lawan. “Serangan adalah tendangan pada suatu sasaran di bagian tubuh lawan”(Subroto, dkk., 1996: 31). Pemilihan sasaran pada bagian tubuh lawan dalam melakukan tendangan sangat ditentukan oleh pola pelaksanaan gerakan tendangan dan juga keadaan lawan. Seorang pesilat harus dapat dengan cermat memilih dan menggunakan tendangan yang sesuai dengan tuntutan yang dibutuhkan untuk melakukan serangan. Tendangan merupakan pola gerak yang memiliki karakteristik tertentu yang melibatkan anggota tubuh yaitu tungkai untuk dijadikan sebagai senjata dalam melancarkan serangan ke sasaran tubuh lawan. Kemampuan jangkauan tendangan pada sasaran tubuh lawan sangat menentukan untuk tercapainya tujuan tendangan yang dilakukan. Untuk mencapai jangkauan tendangan tersebut, maka potensi tubuh yaitu panjang tungkai dapa menjadi
9
penentu tingkat kemampuan tendangan dalam olahraga pencak silat. Menurut Agusti (1992: 87) bahwa “tendangan dalam pencak silat adalah serangan dengan meluruskan tungkai sehingga dapat mengenai lawan. Kosasi (1994: 132) mengemukakan bahwa “tendangan pencak silat adalah serangan dengan meluruskan kaki.” Pesilat dituntut mampu menguasai serangan-serangan dengan tendangan yang beraneka ragam agar serangan yang dilancarkan dapat dengan telak mengenai sasaran tubuh lawan. Olahraga pencak silat, terdiri dari beberapa macam tendangan yaitu: 1. Tendangan lurus ke depan, 2. Tendangan samping, 3. Tendangan belakang, dan 4. Tendangan busur/putar (Subroto, dkk., 1996: 39). Teknik pelaksanaan tendangan dilakukan dengan salah satu kaki, sedangkan kaki yang lainnya menjadi kaki tumpu. Kemampuan menjaga keseimbangan tubuh dan pengerahan tenaga pada kaki sering menjadi hal yang dominan dapat menentukan efektifnya tendangan yang dilakukan. Jadi serangan dengan menggunakan tendangan dilakukan dengan mengangkat kaki penendang setinggi lutut, lalu dengan mengendalikan keseimbangan gerakan kaki ke sasaran yang hendak dicapai. Apabila tendangan dapat dilakukan dengan mengerahkan kekuatan dan kecepatan dengan kontraksi maksimal (tenaga eksplosif) pada kaki penendang ke arah tubuh atau bagian tubuh lawan, tentu hasilnya akan lebih efektif. Pada saat tendangan dilakukan, perlu kemampuan bertumpu pada kaki (kuda-kuda) pada satu kaki serta kemampuan menjaga keseimbangan tubuh. Pelaksanaan tendangan lurus ke depan dilakukan dengan cara salah satu kaki dijadikan sebagai kaki penendang yang diangkat dengan gerakan cepat setinggi lutut dengan tetap memperhatikan arah sasaran pada tubuh lawan. Pada saat melakukan tendangan lurus ke depan, lutut kaki penendang diluruskan hingga kaki mencapai sasaran dengan ujung kaki yang menyentuh sasaran. Tendangan lurus ke depan dapat dilakukan dengan kuda-kuda sejajar menghadap, serong depan dan kuda-kuda tengah, tergantung pada kaki yang mana akan digunakan untuk menendang. Apabila kaki yang satu menendang, maka kaki yang lainnya menjadi kaki tumpu. Kaki rtumpu sedikit dibengkokkan untuk menjaga keseimbangan badan pada saat tendangan dilakukan agar pesilat tidak mudah jatuh. Tendangan lurus ke dapan dapat dilakukan dengan gerakan yamng meliputi: (1) mengangkat paha ke depan sejajar dengan pinggul. Lutut dalam keadaan bengkok sehingga terjadi anterflexi pada tungkai atas dan retroflexi pada tungkai bawah. Otot yang berkontraksi pada gerakan ini adalah otototot paha bagian depan sebagai penggerak utama yaitu; musculus illiopsoas, rectus femoris, sartorius, tensor fascia latae, glutaei medius dan musculus
10
adductores; (2) meluruskan tungkai bawah ke depan dengan jari-jari kaki ditekuk ke atas. Gerakan ini menyebabkan terjadinya eksistensi antara tungkai atas dan tungkai bawah. Otot yang berfungsi pada gerakan ini adalah otot-otot paha bagian belakang yaitu; musculus biceps femoris, soleus, flexor hallucis longus, tuibialis posterior, pronaci longus, extensor digitorum longus, dan extensor hallucis longus. Dari segi mekanika gerakan, sendi lutut (articulatio knee) merupakan sumbu gerakan. Tenaga yang diperoleh dari gerakan tersebut diteruskan ke tulang tibia dan fibula (os scuris) sebagai force (lengan gaya).Bagian kaki yang mengenai sasaran adalah ujung telapak kaki; (3) menarik kembali kaki penendang sambil mengambil posisi untuk mengantisipasi serangan lawan. Sebenarnya, gerakan tendangan lurus ke depan sudah selesai dengan berakhirnya gerakan meluruskan tungkai ke depan dengan ujung kaki yang telah ditekuk, tetapi kaki penendang perlu ditarik dengan cepatan setelah melakukan tendangan agar dapat mengambil posisi siap siaga untuk menangkis atau mengelakkan serangan lawan, serta untuk mengambil posisi untuk menyerang kembali. Jika kaki penendang adalah kaki kanan, maka teknik tendangan lurus ke depan dalam pencak silat dimulai dengan sikap pasang tangan kiri dijulurkan ke depan dan tangan kanan dikepalkan di depan dada untuk membentuk sikap kokoh. Kedua kaki dalam posisi segaris, berat badan berada di atas kaki depan. Kemudian kaki kanan (kaki yang di belakang) disodokkan lurus ke arah depan setinggi dengan perut. Tendangan harus segera ditarik secepat mungkin pada posisi semula. Posisi tangan pada waktu melakukan tendangan dikepal dan diletakkan di samping badan. Pada tendangan samping, pelaksanaa gerakannya yaitu mengangkat salah satu kaki kaki (kaki penendang) setinggi lutut kemudian diluruskan kaki penendang ke samping. Badan dicondong kan sedikit ke samping belakang untuk menjaga keseimbangan ketika serangan tendangan dilakukan. Dengan tendangan samping, maka dapat menggunakan bagian luar kaki atau sisi kaki. Pada tendangan ke belakang, pelaksanaannya dimulai dengan mengangkat salah satu kaki setinggi lutut kemudian mengayunkan kaki penendang ke belakang, dengan kedua tangan menahan di lantai agar dapat mempertahankan keseimbangan badan. Tendangan ke belakang tersebut dilakukan dengan bagian kaki yang akan masuk ke daerah sasaran pada tubuh lawan adalah bagian tumit. Bentuk tendangan ini dipergunakan apabila lawan berada di belakang. Pada tendangan busur (sabit) atau tendangan putar, teknik pelaksanaannya adalah kaki penendang diangkat lurus dan diputar, gerakan putaran tendangan bersumbu pada kaki tumpu. Badan condongkan ke depan untuk menjaga keseimbangan. Untuk bentuk tendangan ini, bagian punggung
11
kaki dan ujung kaki yang dipergunakan untuk mengenai sasaran pada bagian tubuh lawan. Agar pelaksanaan jenis-jenis tendangan dapat lebih efektif, maka harus ditunjang dengan sikap kuda-kuda yang mantap serta dengan sikap tangan dan tubuh yang benar. Penguasaan keseimbangan badan pada saat tendangan dilakukan akan banyak membantu dalam melancarkan serangan dengan tendangan pada olahraga pencak silat. 3. Panjang tungkai Panjang tungkai merupakan bagian dari ukuran antropometrik tubuh yang termasuk dalam kategori panjang tubuh. Potensi tubuh yang dimiliki seseorang dari segi panjang tungkai dapat menunjang berbagai penampilan gerak dalam olahraga khususnya tendangan dalam olahraga pencak silat. Banyak faktor yang menentukan suksesnya seorang pesilat dalam penampilan olahraga, diantaranya adalah ukuran tubuh (postur dan struktur tubuh). Misalnya, untuk melakukan tendangan dalam olahraga pencak silat memerlukan jangkauan dari tungkai penendang untuk mencapai sasaran (lawan) sehingga diperlukan panjang tungkai. “Ukuran panjang tubuh (length wise growth) meliputi; tinggi badan, tinggi duduk, panjang tungkai, panjang lengan, dan lain-lain”(Pasau, 1988: 7). Panjang tungkai sangat efektif untuk menunjang kemampuan tendangan dalam olahraga pencak silat terutama untuk menjangkau sasaran yang senantiasa bergerak menghindar atau menjaga sasaran. Para guru pendidikan jasmani menyadari pentingnya panjang tungkai dalam menunjung penampilan gerak dalam suatu cabang olahraga khususnya kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. “Physical educators have long realized that the performance of boys and girls is greatly influenced by such factors as age, height, weight, and body structure”(Johnson, 1982: 176). Pendapat tersebut bermakna bahwa para guru pendidikan olahraga telah lama menyadari bahwa penampilan anak lakilaki dan perempuan dalam olahraga banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor umur, tinggi badan, berat badan dan struktur tubuh. Menurut Pasau (1988: 81) bahwa “ orang yang mempunyai fisik yang tinggi dan besar rata-rata akan mempunyai kemampuan fisik seperti kekuatan, kecepatan, daya tahan jantung dan paru-paru, daya tahan otot dan lain-lain, lebih baik daripada orang yang bertubuh kecil dan pendek.” Beberapa faktor yang perlu dimiliki seorang atlet untuk mencapai prestasi olahraga seperti pada olahraga pencak silat, menurut Peny (profilling athlete: 71), yaitu: “ukuran dan bentuk antropometris tubuhnya, kondisi jantung, kekuatan otot, kecepatan, power, agility, fungsi paru-paru, koordinasi (kondisi neuromuscular), waktu reaksi, dan keseimbangan.”
12
Faktor penentu pencapaian prestasi prima dalam olahraga khususnya dari aspek biologis adalah struktur dan postur tubuh yang meliputi: Ukuran tinggi dan panjang tubuh. Ukuran besar, lebar dan berat tubuh. Somato-type (bentuk tubuh; endomorphy, mesomorphy dan ectomorphy)(Sajoto, 1988: 3). Sangat sulit bagi seorang pesilat untuk mencapai prestasi optimal apabila panjang tungkai kurang menunjang. Oleh karena, bisa saja mereka mempunyai daya ledak yang cukup tetapi panjang tungkai tidak menunjang sehingga kurang mampu melakukan tendangan yang mencapai sasaran dengan keras. Dalam olahraga pencak silat, lawan selalu bergerak menghindar, menjaga jarak kemudian melakukan serangan secara tiba-tiba. Pesilat yang mempunyai tungkai yang lebih panjang, akan lebih menguntungkan karena lawan yang selalu bergerak menjaga jarak dapat dijangkau melalui serangan tendangan dengan memanfaatkan panjang tungkainya. Berbeda dengan pesilat yang mempunyai tungkai yang pendek, tentu akan kesulitan untuk melakukan serangan apabila lawannya selalu menghindar dan menjaga jarak dan akan lebih menyulitkan lagi apabila lawannya mempunyai tungkai yang lebih panjang. Untuk menyerang lawan dengan tendangan, diperlukan mobilitas gerak dan kemampuan menjangkau sasaran tendangan yang ditentukan oleh keadaan panjang tungkai pesilat. Panjang tungkai bukan faktor tunggal untuk menunjang kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, tetapi panjang tungkai dapat digunakan sebagai penentu dalam pemilihan (talent scouting) pesilat usia dini berbakat. Para pelatih cabang olahraga pencak silat selalu mengharapkan pesilat-pesilat yang dibinanya mempunyai potensi tubuh yang menunjang, khususnya panjang tungkai yang seimbang dengan tinggi badan dan berat badannya. Perlu dipahami bahwa panjang tungkai seseorang tidak dapat dirubah atau dimanipulasi pengembangannya melalui proses latihan. Tidak ada cara yang dapat ditempuh untuk menemukan atlet potensial dari segi panjang tungkai, kecuali individu yang dipilih untuk dilatih secara intensif memang mempunyai panjang tungkai yang cukup memadai. Dari segi kondisi fisik dapat dikembangkan secara optimal melalui latihan, apabila kondisi fisik para pesilat pemula masih memungkinkan untuk dapat dikembangkan untuk mencapai prestasi. 4. Kekuatan otot tungkai Untuk melakukan teknik dasar tendangan dalam olahraga pencak silat, otot-otot yang bekerja adalah otot tungkai, sehingga kekuatan otot tungkai mutlak diperlukan untuk menunjang kelincahan tendangan dalam olahraga
13
pencak silat. “Kekuatan adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan”(Harsono, 1988: 176). Kekuatan otot merupakan komponen kondisi fisik yang sangat penting guna menunjang komponen kondisi fisik lainnya. Kekuatan yang dibutuhkan untuk suatu cabang olahraga tidak sama dengan cabang olahraga lainnya. “Kekuatan merupakan basis dari semua komponen kondisi fisik”(Harsono, 1988: 177). Misalnya kebutuhan kekuatan untuk melakukan tendangan dalam olahraga pencak silat berbeda dengan kebutuhan kekuatan untuk melakukan pukulan. Pentingnya kekuatan untuk menunjang kemampuan olahraga termasuk kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat adalah: Pertama, oleh karena kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik. Kedua, oleh karena kekuatan memegang peranan yang penting dalam melindungi atlet/orang dari kemungkinan cedera. Ketiga, oleh karena dengan kekuatan, atlet akan dapat lari lebih cepat, melempar atau menendang lebih jauh dan lebih efisien, memukul lebih keras, demikian pula dapat membantu memperkuat stabilitas sendisendi (Harsono, 1988:177). Otot yang kuat akan membuat kerja otot dalam melakukan aktivitas olahraga lebih efisien. Otot-otot yang tidak terlatih akan menjadi lemah dan dapat menyebabkan serabutnya mengecil (atropi), kalau dibiarkan dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan kelumpuhan otot. Otot yang kuat akan dapat melakukan kerja fisik sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Menurut Fox, et al (1988: 158) bahwa “muscular strength may be defined as the force or tension a muscle, more correctly, a muscle group can exert against a resistance in one maximal effert.” Diartikan bahwa kekuatan otot sebagai force atau tegangan suatu otot atau sekelompok otot yang dapat digunakan untuk menahan beban pada suatu usaha maksimal. Selanjutnya “kekuatan adalah kondisi fisik yang menyangkut kemampuan seseorang atlet pada saat mempergunakan otot-ototnya menerima beban dalam waktu tertentu”(Harsono, 1988: 176). Singer (1980: 225) mengemukakan bahwa “strength may be thought of as the capacity of a muscle or group of muscle to exert maximum pressure against a given resistance in limited period of time.” Diartikan bahwa kekuatan adalah kapasitas dari otot untuk menggerakkan tenaga maksimal untuk menahan tekanan beban dalam waktu yang terbatas. Menurut Harsono (1988: 178) bahwa “strength adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan.” Latihan yang cocok untuk meningkatkan kekuatan adalah latihan-latihan tahanan (resistance exercise), yaitu atlet harus mengangkat, mendorong, atau menarik suatu beban. Beban tersebut bisa beban anggota tubuh sendiri (internal resistance), ataupun beban atau bobot dari luar (external resistance).
14
Kekuatan otot merupakan kontraksi maksimal yang dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot. Pada kontraksi otot memendek dan besarnya pemendekan bergantung pada beban yang harus ditahan. Permulaan otot melakukan kontraksi adalah tanpa pemendekan sampai mencapai tegangan yang seimbangan dengan beban, kemudian terjadilah kontraksi dengan pemendekan. Kontraksi maksimal otot banyak dipengaruhi oleh jumlah sel dan besarnya ukuran otot. Peningkatan kekuatan yang disebabkan oleh latihan atau aktivitas olahraga, besarnya setiap serabut otot akan bertambah. Menurut Rani (1989: 93) bahwa “terdapat hubungan antara besar serabut otot dan kekuatan otot.” Selanjutnya Sajoto (1988: 111) mengemukakan bahwa “besar kecilnya otot, benar-benar berpengaruh terhadap kekuatan otot.” Kualitas kekuatan ditentukan oleh fibril-fibril otot dan tonus otot yang besar, yaitu terdapat kecenderungan untuk memiliki kekuatan yang lebih baik. Bentuk rangka tubuh yang tinggi dan besar akan menunjang kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan tubuh yang kecil serta otot-otot kecil. Ada tiga bentuk kekuatan yang dapat dimanfaatkan dalam aktifitas olahraga termasuk untuk menunjang kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, dikemukakan oleh Harre (1982: 108), yaitu: We define maximum srength as being the greatest force an athlete is able to exert for a given contraction of muscles. Power is the ability of an athlete to overcome resistances by a high speed of contraction. Strength endurance is the athlete’s tolerance level against fatigue in strength performances of longer duration. Pendapat tersebut diartikan bahwa kekuatan maksimum dapat menentukan kekuatan maksimal sebagai force dari olahragawan untuk mengerahkan tenaga dalam suatu kontraksi otot. Power adalah kemampuan olahragawan untuk mengatasi tahanan dengan suatu kecepatan kontraksi tinggi. Kekuatan daya tahan adalah kemampuan olahragawan untuk mengatasi tahanan dengan menampilkan kekuatan yang berkepanjangan. Fibril-fibril otot dan tonus otot yang besar ada kecenderungan untuk memiliki kekuatan yang lebih baik. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan yaitu “biomekanika, sistem pengungkit, ukuran otot, jenis kelamin, dan faktor umur.” Kekuatan otot tungkai diperlukan oleh para pesilat untuk menendang dengan jangkauan yang optimal. Untuk melakukan tendangan dalam olahraga pencak silat, kekuatan otot tungkai sangat menunjang kemampuan tendangan yaitu dapat menghasilkan tendangan dengan jangkauan yang lebih panjang sehingga lawan sulit untuk menjaga jarak atau mengindar. Klasifikasi kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, menurut Bompa (1986: 221) terdiri dari:
15
a. General strength refers to the strength of the whole muscular system. b. Specific strength is considered to be the strength of only those muscles that are particular to the movement of the selected sport. c. Maximum strength refers to the highest force that can be performed by the neuromuscular system during a maximum voluntary contraction. d. Muscular endurance is usually defined as the muscule’s ability to sustain work for a prolonged period of time. e. Power is the product of two abilities, strength, and speed, and is considered to be shortest period of time. f. Absolute strength (A.S.) refers to the ability of an athlete to exert maximum force regardless of own body weight (B.W.). g. Relative strength (R.S.) represents the ratio between an athlete’s absolute strength and his/her body weight. Kekuatan umum mewakili kekuatan secara keseluruhan dari sistem otot. Kekuatan khusus adalah kekuatan yang dihasilkan dari otot-otot yang penting untuk gerakan cabang olahraga tertentu. Kekuatan maksimum menunjukkan force yang tinggi yang dibentuk oleh sistem syaraf otot selama konraksi. Daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk membantu otot-otot bekerja dalam periode waktu tertentu. Power adalah hasil dari dua kemampuan yaitu kekuatan dan kecepatan dengan kontraksi maksimal dalam periode waktu tertentu. Kekuatan absolut adalah berat badan maksimal yang dipindahkan oleh kemampuan kekuatan dalam satu kali angkatan. Kekuatan relatif adalah rasio kekuatan maksimal terhadap berat badan. Kekuatan otot tungkai yang dikerahkan untuk menunjang kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat agar menghasilkan gaya yang menimbulkan gerakan. Kontraksi otot menimbulkan gaya yang menggerakkan tulang yang satu ke arah tulang yang lainnya melalui ruang gerak tertentu, sehingga mampu melakukan tendangan dengan keras dan cepat. 5. Tinjauan gerakan tendangan dalam olahraga pencak silat Pola gerakan dalam melakukan tendangan dalam olahraga pencak silat dapat ditunjang dengan berbagai komponen seperti daya ledak tungkai, kekuatan otot tungkai, kecepatan, kelentukan, kelincahan, dan keseimbangan. Untuk mengetahui beberapa proses gerakan tendangan dalam olahraga pencak silat, maka dikemukakan menurut pendekatan fisiologi. Manusia adalah makhluk yang dibentuk oleh tulang dan jaringan sistem perototan. Fungsi otot-otot adalah menghasilkan gaya yang
16
menimbulkan gerakan. Otot terikat pada tulang yaitu pada tendon. Kontraksi otot menimbulkan gaya, yang menggerakkan tulang yang satu ke arah tulang yang lainnya melalui ruang gerak tertentu. Kontraksi otot, pada dasarnya adalah memanjang dan memendeknya otot, dan biasanya terjadi pada persendian. Aktivitas tendangan dalam olahraga pencak silat adalah hasil dari kontraksi jaringan otot-otot yang menggerakkan tulang sehingga menjadi gerakan yang nyata. Melakukan tendangan dalam olahraga pencak silat selalu mempergunakan prinsip timbang badan, permainan posisi dengan perubahan pemindahan titik berat badan. Melakukan tendangan juga harus memanfaatkan setiap serangan, tenaga lawan dan keadaan panjang tungkai lawan sehingga tendangan yang dilakukan lebih efektif mengenai sasaran. Sikap awal dari pelaksanaan tendangan pada pencak silat adalah mengangkat kaki penendang setinggi lutut. Posisi kaki seperti ini merupakan tindakan yang menguntungkan dibandingkan dengan menggunakan kaki penendang yang bertumpu di tanah karena jarak tempuh dari kaki penendang untuk mencapai sasaran akan lebih cepat. Kontraksi otot-otot tungkai dalam melakukan tendangan akan melibatkan otot-otot dalam proses geraknya sebagai berikut: a) Sendi pinggul: Musculus iliopsoas. Musculus tensor fasciae latae Musculus rectus femoris Musculus gluteus. Musculus hamstring b) Sendi lutut: Musculus bisep femoris Musculus semitendinosus. Musculus semimembranosus. Musculus qadriceps femoris Musculus vectus. (Soedarminto, 1992: 60). Tegangan otot sangat menentukan kemampuan kontraksi pada saat melakukan tendangan dalam olahraga pencak silat. Menurut Fox, et al (1988: 159) bahwa “the tension exerted by a muscle as it shortens is affected by several important factors, three of which are (1) the initial length of the muscle fibers, (2) the angle of pull of the muscle on the bony skeleton, and (3) the speed of shortening.” Fungsi kerja otot tungkai pada saat melakukan tendangan dalam olahraga pencak silat dapat berupa sinergis dan antagonis yang dikendalikan oleh otot-otot agar dapat dilakukan dengan gerakan cepat. Untuk memantapkan gerakan agar lebih efisien diperlukan kekuatan dari persendian maupun otot-otot yang bergerak. Kekuatan otot tungkai pada saat menendang dapat menunjang kecepatan tendangan. “Increased coordination
17
of muscle (skill) can increase the speed of spesific movements”(Jansen, et al., 1983:169). Dalam pelaksanaan tendangan dalam olahraga pencak silat, tenaga yang digunakan dibawa ke telapak kaki sehingga sistem gerakannya yaitu sumbu putar gerakan tendangan berada pada persendian paha, tenaga berada pada tungkai dan beban adalah ujung kaki yang mengenai sasaran pada tubuh lawan. Tetapi proses tendangan pencak silat dapat pula menggunakan gerak dengan tenaga pada otot paha, titik sumbu gerakan pada persendian lutut dan beban pada ujung kaki. Sistem gerakan dengan berbagai teknik tendangan dalam olahraga pencak silat akan memberikan kemampuan untuk mengerahkan kekuatan pada tungkai ketika gerakan menendang dilakukan sehingga dapat dengan telak masuk pada sasaran tubuh lawan. Volume otot akan menentukan kekuatan dan kelincahan tungkai untuk melakukan gerakan tendangan. Tendangan yang dilakukan oleh gerakan tungkai termasuk proses gerak pada anggota gerak bawah dari tubuh atau “lower extremity”(Kreighbaum, et al., 1981: 217). Mengangkat kaki setinggi lutut pada saat melakukan tendangan membuat tubuh tidak seimbang yang disebabkan oleh perpindahan titik berat badan dan penyaluran tenaga ke telapak kaki atau tungkai bagian bawah. Untuk menjaga keseimbangan tubuh harus ditopang oleh posisi tubuh yang baik khususnya kuda-kuda yang mantap sehingga tenaga dapat dikerahkan secara maksimal. Tujuan penelitian secara terperinci disesuaikan dengan permasalahan yang akan diteliti, sebagai berikut: (1). Untuk mengetahui adanya hubungan panjang tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. (2). Untuk mengetahui adanya hubungan kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. (3). Untuk mengetahui adanya hubungan panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. Apabila hasil yang dicapai dalam penelitian ini cukup terandalkan, maka kegunaan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini, antara lain: (1). Berguna bagi guru pendidikan jasmani dalam mengajarkan olahraga pencak silat di sekolah agar terlebih dahulu meningkatkan kekuatan otot kontraksi otot-otot tungkai serta memperhatikan keadaan panjang tungkai mahasiswa pada saat latihan tendangan, diteruskan dengan penguasaan teknik tendangan sehingga kelincahan tendangan mahasiswa atau atlet dapat ditingkatkan secara efektif. (2). Dapat memberikan informasi bahwa panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dapat dijadikan sebagai indikator untuk meningkatkan kelincahan tendangan dalam pencak silat bagi pesilat pemula. (3). Berguna bagi bagi pelatih pencak silat agar latihan peningkatan kekuatan otot tungkai digunakan sebagai bahan latihan utama untuk meningkatkan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, serta perlu
18
memperhatikan keadaan panjang tungkai para atletnya. (4). Berguna bagi usaha penelitian lebih luas dan mendalam untuk bidang studi olahraga, khususnya pada olahraga pencak silat sehingga dapat diketahui berbagai faktor yang dapat menunjang peningkatan prestasi olahraga pencak silat baik kondisi fisik maupun keadaan struktur tubuh. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yang akan mengungkap hubungan panjang tungkai dan kekuatan otot dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, sehingga desain penelitian yang digunakan adalah korelasional. Model / rancangan penelitian yang digunakan disesuaikan dengan jenis penelitian, tujuan penelitian, dan teknik analisis data yang digunakan. Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yang akan mengungkap hubungan panjang tungkai dan kekuatan otot dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, sehingga desain penelitian yang digunakan adalah korelasional, sebagai berikut: X1 Y X2 Gambar 1. Model / Rancangan penelitian Keterangan: X1 = Variabel panjang tungkai. X2 = Variabel kekuatan otot tungkai. Y = Variabel kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. Pelaksanaan penelitian ini bertempat di FIK UNM, sehingga populasi penelitian secara keseluruhan adalah mahasiswa FIK UNM yang terdaftar pada tahun pelajaran 2009/2010. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah refresentatif dapat mewakili mahasiswa FIK UNM secara keseluruhan. Sampel yang dipilih adalah mahasiswa putra yang aktif mengikuti mata kuliah pencak silat. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan dua tahap yaitu; (1) sampel pertama adalah menentukan tingkatan-tingkatan kelas (cluster sampling) dari jurusan yang telah ditentukan sebelumnya yaitu kelas
19
B dan kelas F; dan (2) sampel tahap kedua adalah sampel acak (random sampling) secara sederhana melalui undian terhadap mahasiswa putra pada kelas, dengan menentukan jumlah mahasiswa yang akan digunakan untuk memperoleh data empirik. Banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian ini, dengan rincian bahwa; (1) untuk mahasiswa kelas B sebanyak 30 orang mahasiswa; dan (2) untuk mahasiswa kelas F sebanyak 30 orang mahasiswa. Jadi sampel seluruhnya berjumlah 60 orang. Teknik penentuan sampel dilakukan secara acak (random sampling) sehingga dapat diperoleh sampel yang refresentatif dapat mewakili mahasiswa FIK UNM secara keseluruhan. Agar dapat diperoleh hasil penelitian yang terandalkan dengan tingkat generalisasi yang lebih akurat, maka sampel-sampel yang terpilih dari mahasiswa-mahasiswa putra FIK UNM adalah mempunyai kesamaan karakteristik. Data yang perlu dikumpulkan adalah data panjang tungkai, kekuatan otot tungkai, dan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. (1). Untuk variabel panjang tungkai, pengukuran yang digunakan adalah pengukuran antropometrik secara sederhana dengan satuan ukuran centimeter. (2). Untuk variabel kekuatan otot tungkai, pengukuran yang digunakan adalah Leg Dynamometer dari Johnson, et al (1982: 81) dengan tingkat validitas 0,86 dan reliabilitas 0,90. (3). Untuk variabel kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, pengukuran yang digunakan adalah tes kelincahan tendangan dengan melakukan tendangan sebanyak mungkin pada sasaran selama 15 detik. Hasil yang dicatat adalah jumlah banyaknya tendangan yang dapat dilakukan mahasiswa selama 15 detik. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi data Data variabel-variabel penelitian yang diperoleh yaitu data panjang tungkai, kekuatan otot tungkai, dan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. Data variabel-variabel penelitian yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan rumus-rumus statistik dan diuraikan dalam bentuk tabel-tabel. Hasil-hasil analisis deskriptif yang diuraikan pada tabel-tabel berikut meliputi; data variabel panjang tungkai, kekuatan otot tungkai, dan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. Hasil-hasil analisis deskriptif secara lengkap terdapat pada lampiran. Hasil analisis deskriptif data panjang tungkai, kekuatan otot tungkai, dan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, diuraikan bahwa: (1). Untuk data panjang tungkai yang menggunakan pengukuran antropomentrik, diperoleh nilai rata-rata sebesar 93,067 centimeter dan standar deviasi 3,931 centimeter. Panjang tungkai maksimum yang dimiliki siswa adalah 98 centimeter dan minimum sebesar 78 centimeter. Total nilai ukuran panjang
20
tungkai yang diperoleh dari 60 siswa adalah 5584 centimeter dan varians 15,453 centimeter. (2). Untuk data kekuatan otot tungkai yang menggunakan leg dinamometer test, diperoleh nilai rata-rata sebesar 21,891 kilogram dan standar deviasi 1,756 kiligram. Kekuatan otot tungkai maksimum yang dicapai siswa adalah 26,07 kilogram dan minimum sebesar 18,88 kilogram. Total nilai kekuatan otot tungkai yang diperoleh dari 60 siswa adalah 1313,47 kilogram dan varians 3,083 kilogram. (3). Untuk data kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat yang menggunakan tes kelincahan tendangan pencak silat selama 15 detik, diperoleh nilai rata-rata sebesar 18,25 poin dan standar deviasi 3,568 poin. Kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat maksimum yang dicapai siswa adalah 24 poin dan minimum 10 poin. Total nilai kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat yang diperoleh dari 60 siswa adalah 1095 poin dan varians 12,733 poin. Pengujian normalitas data variabel-variabel penelitian dilakukan sebelum analisis statistik parametrik untuk menguji kebenaran hipotesis melalui analisis regresi dan korelasi. Pengujian normalitas data dilakukan sebagai uji persyaratan analisis yang diperlukan dalam analisis data variabelvariabel penelitian ini. Hasil-hasil uji Lilliefors dalam pengujian normalitas data secara lengkap dapat dilihat pada lampiran, ternyata bahwa: (1). Dalam pengujian normalitas data panjang tungkai, diperoleh nilai Lilliefors observasi sebesar 0,1056 lebih kecil daripada nilai Lilliefors tabel pada taraf signifikan = 0,05 = 0,1144. Hal tersebut menunjukkan bahwa data panjang tungkai yang diperoleh dari sampel-sampel mahasiswa FIK UNM adalah berdistribusi normal sehingga memenuhi syarat untuk dianalisis dengan teknik statistik parametrik. (2). Dalam pengujian normalitas data kekuatan otot tungkai, diperoleh nilai Lilliefors observasi sebesar 0,1088 lebih kecil daripada nilai Lilliefors tabel pada taraf signifikan = 0,05 = 0,1144. Hal tersebut menunjukkan bahwa data kekuatan otot tungkai yang diperoleh dari sampelsampel mahasiswa FIK UNM adalah berdistribusi normal sehingga memenuhi syarat untuk dianalisis dengan teknik statistik parametrik. (3). Dalam pengujian normalitas data kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, diperoleh nilai Lilliefors observasi sebesar 0,0663 lebih kecil daripada nilai Lilliefors tabel pada taraf signifikan = 0,05 = 0,1144. Hal tersebut menunjukkan bahwa data kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat yang diperoleh dari sampel-sampel mahasiswa FIK UNM adalah berdistribusi normal sehingga memenuhi syarat untuk dianalisis dengan teknik statistik parametrik. Hasil analisis regresi ganda dua prediktor data panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, ternyata diperoleh nilai konstan atau koefisien a = -27,145, sedangkan koefisien regresi diperoleh b1 = 0,133 dan koefisien regresi b2 = 1,509.
21
Koefisien regresi tersebut menentukan persamaan regresi panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat yaitu Ŷ = -27,145 + 0,133X1 + 1,509X2. Berdasarkan nilai-nilai koefisien regresi tersebut dapat dikemukakan bahwa: (1). Dalam analisis regresi data panjang tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, diperoleh koefisien regresi b1 = 0,133. Koefisien regresi sebesar 0,133 tersebut adalah bernilai positif. yang menunjukkan bahwa adanya hubungan positif yang dicapai dari hubungan panjang tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. Nilai koefisien regresi 0,133 setelah diuji signifikasi dengan uji-F, ternyata diperoleh nilai F observasi (F0) = 80,330 lebih besar daripada nilai F tabel pada taraf signifikan = 0,05 = 3,17, berarti ada hubungan positif yang signifikan panjang tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. Hal ini menunjukkan bahwa panjang tungkai dapat menentukan tingkat kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. (2). Dalam analisis regresi data kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, diperoleh koefisien regresi b2 = 1,509. Koefisien regresi sebesar 1,509 tersebut adalah bernilai positif. yang menunjukkan bahwa adanya hubungan positif yang dicapai dari hubungan kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. Nilai koefisien regresi 1,509 setelah diuji signifikasi dengan uji-F, ternyata diperoleh nilai F observasi (F0) = 80,330 lebih besar daripada nilai F tabel pada taraf signifikan = 0,05 = 3,17, berarti ada hubungan positif yang signifikan kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan otot tungkai dapat menentukan tingkat kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. (3). Dalam analisis regresi ganda dua prediktor data panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, diperoleh koefisien regresi b1 = 0,133 setelah diuji signifikansi dengan uji-F, diperoleh nilai F observasi (F0) = 80,330 lebih besar daripada nilai F tabel pada taraf signifikan = 0,05 = 3,17, sedangkan koefisien regresi b2 = 1,509 setelah diuji signifikansi dengan uji-F, diperoleh nilai F observasi (F0) = 80,330 lebih besar daripada nilai F tabel pada taraf signifikan = 0,05 = 3,17. Hal tersebut membuktikan bahwa ada hubungan positif yang signifikan panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. Dengan demikian panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai secara bersama-sama dapat menentukan tingkat kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. Hasil analisis koefisien korelasi product moment (r) dan analisis koefisien korelasi ganda (R) data panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, diuraikan sebagai berikut: (1). Dalam analisis koefisien korelasi product moment (r)
22
data panjang tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, ternyata diperoleh nilai r observasi (r0) = 0,710 lebih besar daripada nilai r tabel pada taraf signifikan = 0,05 = 0,254. Hal tersebut menunjukkan bahwa H0 yang menyatakan tidak ada hubungan panjang tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat ditolak dan H 1 diterima, berarti ada hubungan yang signifikan. Dari nilai koefisien korelasi sebesar 0,710 tersebut, diperoleh koefisien determinasi r2 = 0,7102 = 0,5048, berarti panjang tungkai dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan sebesar 50,48 persen terhadap kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat dan sisanya sebesar 49,52 persen ditentukan oleh faktor lain. (2). Dalam analisis koefisien korelasi product moment (r) data kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, ternyata diperoleh nilai r observasi (r0) = 0,854 lebih besar daripada nilai r tabel pada taraf signifikan = 0,05 = 0,254. Hal tersebut menunjukkan bahwa H0 yang menyatakan tidak ada hubungan kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat ditolak dan H 1 diterima, berarti ada hubungan yang signifikan. Dari nilai koefisien korelasi sebesar 0,854 tersebut, diperoleh koefisien determinasi r2 = 0,8542 = 0,7291, berarti kekuatan otot tungkai dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan sebesar 72,91 persen terhadap kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat dan sisanya sebesar 27,09 persen ditentukan oleh faktor lain. (3). Dalam analisis koefisien korelasi ganda (R) data panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, ternyata diperoleh nilai R observasi (R0) = 0,859 lebih besar daripada nilai r tabel pada taraf signifikan = 0,05 = 0,254. Hal tersebut menunjukkan bahwa H0 yang menyatakan tidak ada hubungan panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat ditolak dan H1 diterima, berarti ada hubungan yang signifikan. Dari nilai koefisien korelasi sebesar 0,859 tersebut, diperoleh koefisien determinasi R 2 = 0,8592 = 0,7382, berarti panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai secara bersama-sama dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan sebesar 73,82 persen terhadap kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat dan sisanya sebesar 26,18 persen ditentukan oleh faktor lain.
23
2. Pembahasan Hasil-hasil analisis regresi dan koefisien korelasi dalam pengujian hipotesis dibahas lebih lanjut dengan memberikan interpretasi keterkaitan antara hasil analisis data penelitian dengan teori-teori yang mendasari penelitian ini. Penjelasan ini diperlukan agar dapat diketahui kesesuaian teori-teori yang dikemukakan dengan hasil penelitian yang dicapai. Ada tiga hipotesis yang diuji kebenarannya dalam penelitian ini dan keseluruhannya diterima pada taraf signifikan = 0,05. Hasil-hasil penelitian yang dicapai dibahas lebih lanjut, sebagai berikut: Hipotesis pertama diterima; ada hubungan yang signifikan panjang tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. Hasil analisis regresi dan koefisien korelasi product moment (r) data panjang tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, diperoleh koefisien regresi sebagai penentu hubungan linier antara panjang tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat dan setelah diuji signifikansi dengan uji-F ternyata diperoleh nilai F observasi lebih besar daripada nilai F tabel pada taraf signifikan = 0,05. Nilai r observasi yang menentukan keeratan hubungan antara panjang tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat lebih besar daripada nilai r tabel pada taraf signifikan = 0,05. Hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis pertama yang diajukan diterima pada taraf signifikan = 0,05. Prediksi yang dapat dikemukakan bahwa panjang tungkai yang dimiliki seseorang dapat menentukan tingkat kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. Panjang tungkai dapat memberikan kontribusi positif terhadap kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat atau semakin baik keadaan panjang tungkai seseorang maka akan semakin baik pula dalam kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. Pesilat yang mempunyai tungkai yang lebih panjang, akan lebih baik dalam jangkauan untuk menendang pada sasaran (lawan) dalam olahraga pencak silat. Untuk dapat menjangkau sasaran tendangan yaitu lawan yang senantiasa berubah-rubah, bergerak menghindar, selalu menjaga jarak, diperlukan jangkauan yang lebih panjang dari tungkai pada saat melakukan tendangan dalam olahraga pencak silat. Pesilat yang mempunyai tungkai yang panjang dapat membuat lawan kesulitan untuk melakukan serangan, apalagi jika tungkai lawan lebih pendek. Sasaran dalam olahraga pencak silat adalah lawan yang selalu bergerak menghindar sehingga posisi lawan kadang agak jauh dari jangkauan kita untuk melakukan serangan. Pada saat lawan selalu menghindar menjauhi kita, diperlukan kemampuan memaksimalkan panjang tungkai untuk menjangkau sasaran lawan. Pesilat yang mempunyai tungkai yang lebih pendek, tentu kesulitan untuk menjangkau sasaran (lawannya) yang selalu menjaga jarak pada saat melakukan serangan melalu tendangan. Pesilat yang mempunyai tungkai yang lebih panjang, tentu mempunyai tubuh yang
24
tinggi sehingga cenderung mempunyai tenaga yang lebih besar untuk menunjang kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. Hipotesis kedua diterima; ada hubungan yang signifikan kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. Hasil analisis regresi dan koefisien korelasi product moment (r) data kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, diperoleh koefisien regresi sebagai penentu hubungan linier antara kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat dan setelah diuji signifikansi dengan uji-F ternyata diperoleh nilai F observasi lebih besar daripada nilai F tabel pada taraf signifikan = 0,05. Nilai r observasi yang menentukan keeratan hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat lebih besar daripada nilai r tabel pada taraf signifikan = 0,05. Hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis kedua yang diajukan diterima pada taraf signifikan = 0,05. Prediksi yang dapat dikemukakan bahwa kekuatan otot tungkai dapat menentukan tingkat kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. Kekuatan otot tungkai dapat memberikan kontribusi positif terhadap kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. Untuk mencapai tingkat kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, pesilat dituntut untuk mampu mengerahkan kekuatan dan kecepatan otot-otot tungkai dengan kontraksi maksimal. Kekuatan otot tungkai dapat dimanfaatkan untuk menunjang daya gerak otot-otot yang berkontraksi dan persendian yang bekerja pada saat melakukan tendangan dalam olahraga pencak silat. Apabila otot-otot tungkai cukup kuat, akan menunjang efektifitas gerakan tendangan dalam olahraga pencak silat. Untuk melakukan tendangan dalam olahraga pencak silat dibutuhkan kekuatan gerakan tungkai atau seluruh tubuh untuk membantu kelincahan gerakan kaki pada saat melakukan tendangan. Hipotesis ketiga diterima; ada hubungan yang signifikan panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. Hasil analisis regresi ganda dua prediktor dan koefisien korelasi ganda (R) data panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, diperoleh koefisien regresi sebagai penentu hubungan linier antara panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat dan setelah diuji signifikansi dengan uji-F ternyata diperoleh nilai F observasi lebih besar daripada nilai F tabel pada taraf signifikan = 0,05. Nilai r observasi yang menentukan keeratan hubungan panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat lebih besar daripada nilai R tabel pada taraf signifikan = 0,05. Hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis ketiga yang diajukan diterima pada taraf signifikan = 0,05. Prediksi yang dapat dikemukakan bahwa panjang
25
tungkai dan kekuatan otot tungkai secara bersama-sama dapat menentukan tingkat kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat. Panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai sangat penting untuk menunjang kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat yaitu kemampuan memanfaatkan panjang tungkai yang lebih panjang serta kemampuan gerak tungkai yang lebik kuat untuk menendang pada sasaran atau lawan sehingga tendangan dapat mencapai sasaran dengan keras dan sulit ditangkis atau dielakkan oleh lawan. Untuk dapat menjangkau sasaran tendangan yaitu lawan yang senantiasa berubah-rubah, bergerak menghindar, selalu menjaga jarak, diperlukan jangkauan yang lebih panjang dari tungkai pada saat melakukan tendangan dalam olahraga pencak silat. Pesilat yang mempunyai tungkai yang panjang dapat membuat lawan kesulitan untuk melakukan serangan, apalagi jika tungkai lawan lebih pendek. Untuk melakukan tendangan yang cepat dank keras, pesilat dituntut untuk mengerahkan kekuatan otot-otot tungkai dengan kontraksi maksimal. Kekuatan otot tungkai dapat memberikan kemampuan daya gerak otot-otot yang berkontraksi untuk menunjang kekuatan tendangan dalam olahraga pencak silat. Otot-otot tungkai cukup kuat, akan menunjang efektifitas gerakan tendangan dalam olahraga pencak silat. Kekuatan otot tungkai harus dipadukan dengan kekuatan seluruh tubuh serta kondisi fisik lainnya untuk menunjang kecepatan dan kekuatan tendangan dalam olahraga pencak silat. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis regresi ganda, koefisien korelasi product moment (r), dan analisis koefisien korelasi ganda (R) pada taraf signifikan = 0,05, maka hasil penelitian ini disimpulkan sebagai berikut: (1). Ada hubungan yang signifikan panjang tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, dengan nilai r0 = 0,710. (2). Ada hubungan yang signifikan kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, dengan nilai r0 = 0,854. (3). Ada hubungan yang signifikan panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dengan kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat, dengan nilai r0 = 0,859. 2. Saran Agar hasil penelitian yang dicapai dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan prestasi dalam cabang olahraga pencak silat bagi pesilat pemula dan usia dini berbakat, maka disarankan bahwa: (1). Guru pendidikan jasmani diharapkan dapat meningkatkan kekuatan otot tungkai dan membantu pertumbuhan dan perkembangan fisik anak didiknya melalui pembelajaran pendidikan jasmani sehingga dapat dimanfaatkan untuk mencapai prestasi olahraga pencak silat. (2). Diharapkan penentu kebijakan
26
di sekolah untuk menyediakan sarana dan prasarana pada berbagai cabang olahraga, termasuk sarana prasarana olahraga pencak silat agar siswa dapat mengembangkan bakat yang dimilikinya untuk memilih spesifikasi cabang olahraga pencak silat. (3). Hendaknya bahwa panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai dapat dijadikan indikator untuk memilih dan menentukan atlet berbakat untuk dibina secara intensif dan terprogram melalui pembinaan dan pembibitan olahraga khususnya cabang olahraga pencak silat sehingga dapat dicapai prestasi optimal. (4). Diharapkan agar pembina dan pelatih olahraga khususnya pada cabang olahraga pencak silat agar dapat memberikan peluang bagi siswa atau anak usia dini yang memiliki panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai yang lebih baik untuk mengembangkan potensinya pada cabang olahraga pencak silat, melalui pembinaan secara terprogram dan kontinyu. (5). Diharapkan adanya even-even pertandingan olahraga pencak silat secara berkesinambungan dan kontinu baik tingkat sekolah dasar sampai Perguruan Tinggi maupun pertandingan olahraga pencak silat kelompok umur agar bakat olahraga pencak silat yang ada pada siswa atau anak-anak usia dini dapat terbina dan berkembang. (6). Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar pada penelitian yang relevan, agar hasil penelitian ini dapat dikembangkan dan disempurnakan, khususnya dalam menentukan faktor-faktor yang dapat menunjang kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat baik komponen kondisi fisik maupun struktur dan postur tubuh.
27
DAFTAR PUSTAKA
Agusti, Husni. 1992. Teknik dan program latihan. Jakarta: Rineka Cipta Bompa, Tudor O. 1986. Theory and methodology of training. The United States of American: Kendal/Hunt Publishing Company Fox, E.L., Bowers, R.W., Foss, M.L. 1988. The Physiological Basis of Physical Education and Athletics. New York: Saunders College Publishing Co. Harre, D. 1982. Principle of Sport Training Introduction to Theory and Methode of Training. Berlin: Sport Verlag Harsono. 1988. Coaching dan aspek-aspek psikologis dalam coaching. Jakarta. C.V. Tambak Kusuma IPSI. 1990. Peraturan pertandingan olahraga pencak silat dan perwasitan. Jakarta: KONI Pusat Iskandar, M. Atot. 1992. Pencak silat. Jakarta: Dirjen Dikti. Depdikbud. P2TK Jansen, C.R., Gordon W., Bengester, B.L. 1983. Applied Kinesiology and Biomechanics. New York: Mc Graw Hill Book Company Johnson, Barry L. Nelson, Jack K. 1982. Practical Measurement for Evaluation in Physical Education. Delhi, India: Kolhapur Road, Kamla Nagar Kosasi, Engkos. 1994. Buku pintar olahraga. Jakarta: Rineka Cipta Kreighbaum, Ellen; Berthels, Katharine M. 1985. Biomechanics; A qualitative approach for studying human movement. 2nd ed. Minneapolis, Minnesota: Burgess Publishing Company Pasau, M. Anwar. 1988. Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik. Ujung Pandang: FPOK IKIP Ujung Pandang Peny, K.S. 1988. Pengalamanku sebagai Atlet dan Dokter Olahraga dalam Profilling Athlete. Kumpulan makalah diskusi ilmiah berkalah XXXVILS/D XIII (PIO). Jakarta: KONI Pusat
28
Rani, Abd. Adib. 1989, Pengaruh Strategi Biomekanika terhadap Prestasi Belajar Keterampilan Sepakbola, Ditinjau dari Beberapa Tingkat Kemampuan Fisik dan Kinestesis, bagi Siswa Sekolah Lanjutan Atas di Kotamadya Ujung Pandang. Disertasi. Jakarta: Fakultas Pascasarjana Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta Sajoto, Mochamad. 1988. Pembinaan kondisi fisik dalam olahraga. Semarang: FPOK IKIP Singer, Robert N. 1980. Motor Learning and Human Performance; An Aplicaion to Motor Skills and Movement Behaviors. 3rd ed. New York: MacMillan Publishing Co., Inc. Soedarminto. 1992. Kinesiologi. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, P2TK Subroto, Joko dan Rohadi, Muchammad. 1996. Kaidah-kaidah pencak silat, seni bela diri. Solo: CV. Aneka Sudjana. 1996. Metoda statistika. Bandung: Tarsito Sugiyono. 1997. Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta