ARTIKEL
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SENI BUDAYA POKOK BAHASAN DESAIN BATIK DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI KELAS X SMA NEGERI 1 RANTAU UTARA LABUHAN BATU TAHUN AJARAN 2012/ 2013
Disusun dan diajukan oleh RATIH FATMA SIREGAR NIM. 081222610021
Telah Diverifikasi Dan Dinyatakan Memenuhi Syarat Untuk Diunggah Pada Jurnal Online
Medan ,
Februari 2013
Menyetujui Pembimbing Skripsi
Dr. Wahyu Tri Atmojo, M.Hum NIP. 19680708 199303 1 002
Ratih dan Wahyu – Meningkatkan Hasil Belajar…
Meningkatkan Hasil Belajar Seni Budaya Pokok Bahasan Desain Batik Dengan Strategi Pembelajaran Kontekstual Di Kelas X SMA Negeri 1 Rantau Utara Labuhan Batu Tahun Ajaran 20012/ 2013 Ratih Fatma Siregar dan Wahyu Tri Atmojo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memberikan salah satu solusi guna meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan desain di SMA Negeri 1 Rantau Utara. Peningkatan hasil belajar siswa dilakukan melalui penelitian tindakan kelas (PTK). Sumber data dari siswa kelas X-D. Teknik pengumpulan data menggunakan tes mendesain batik dengan menggunakan pensil dan pewarna pensil warna. Prosedur penelitian menggunakan dua siklus dengan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada siklus pertama nilai pre test yang di peroleh sebesar 58.3% yang tuntas dengan jumlah siswa 21 orang dan nilai rata-rata siswa sebesar 71.94 dan mengalami peningkatan pada saat siklus I menjadi 72.2% yang tuntas dengan jumlah siswa 26 orang, dan nilai rata-rata siswa sebesar 76.52. Pada saat siklus II terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II menjadi 91.7% yang tuntas dengan jumlah siswa 33 orang, dan nilai rata-rata siswa sebesar 83.19. Dengan demikian terjadi rata-rata peningkatan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran sebesar 16.7%. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar seni budaya pokok bahasan desain batik di kelas x SMA Negeri 1 Rantau Utara Labuhan Batu tahun ajaran 2012/ 2013. Berdasarkan peningkatan siklus I dan siklus II, hipotesis penelitian ini yaitu: menggunakan strategi metode pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar desain batik di SMA Negeri 1 Rantau Utara, Labuhan batu, dapat diterima keberlakuannya. Kata Kunci : Hasil Belajar, Desain Batik, Strategi Kontekstual PENDAHULUAN Seni rupa adalah bidang studi yang mengasah kreativitas dan apresiatif anak didik dalam berolah seni. Pada kurikulum seni rupa SMA disebutkan bahwa siswa dapat mengekspresikan diri melalui karya seni rupa, salah satunya adalah seni batik. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru saat ini cenderung pada pencapaian target materi pelajaran. Kegiatan pembelajaran di kelas yang selalu didominasi oleh guru. Guru selalu menggunakan metode konvensional dalam penyampaian materi kepada siswa, siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan siswa memliki sedikit peluang bertanya dan mengembangkan pemikiran mereka tentang materi pelajaran tersebut. Upaya peningkatan hasil belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Pemilihan penggunaan strategi pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.
2
Ratih dan Wahyu – Meningkatkan Hasil Belajar…
Pada standar kompetensi SMA kelas X, mengekspresikan diri melalui karya seni rupa yang sesuai kurikulun pelajajaran seni rupa salah satu pelajaran yang diajarkan adalah desain batik. Permasalahan yang sering timbul dalam pelajaran mendesain batik ini adalah materi pelajaran yang bersifat teoritis, lemahnya pengetahuan dan bahan ajar mengenai batik serta desainnya, dan strategi pembelajaran yang tidak diterapkan secara maksimal pada mata pelajaran desain batik tersebut, hal dibenarkan oleh guru yang terkait. Selain itu guru cenderung kurang sabar dalam membimbing siswa dalam hal mendesain batik. Dari latar belakang yang dikemukakan di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian pada pokok bahasan desain batik. Untuk itu penulis menetapkan judul skripsi ini sebagai berikut : Meningkatkan Hasil Belajar Seni Budaya Pokok Bahasan Desain Batik Dengan Strategi Pembelajaran Kontekstual Di Kelas X SMA Negeri 1 Rantau Utara Labuhan Batu. Rumusan Masalah Apakah penggunaan strategi pembelajaran kontekstual ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Rantau Utara dalam bidang pelajaran mendesain batik ? Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti dari kegiatan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran kontekstual pada siswa SMA Negeri 1 Rantau Utara labuhan Batu. KAJIAN PUSTAKA Hakikat Hasil Belajar Desain Batik Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata dari “hasil” dan “belajar”, pengertian hasil adalah sesuatu yang menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan perubahan input secara fungsional. Menurut Munadi (2008: 24) faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Desain memegang peranan penting di dalam mengimplementasikan hasil dari proses pembatikan. John A. Walker ( dalam Misgiya dan Wahyu Tri Atmojo, 2008: 22 ) menjelaskan, bahwa semua seniman terikat dalam desain sebagai bagian dari aktivitas kreatifnya yang kecenderungannya menunjuk pada seni merancang ( the art of desain ). Oleh karena itu desain yang akan di buat mengarah pada suatu tindakan dalam pemecahan masalah sehingga desain yang dihasilkan bisa diterima dan mendapatkan apresiasi dari masyarakat luas. Batik ialah lukisan atau gambar pada mori yang dibuat dengan menggunakan alat bernama canting. Orang melukis atau menggambar atau menulis pada kain mori memakai canting disebut membatik (Bahasa jawa : mbatik ). Membatik menghasilkan batik atau batikan berupa macam-macam motif dan sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh batik itu sendiri (Hamzuri, 1994: VI). Dapat disimpulkan seni batik adalah karya manusia dengan menggunakan mori yang dihiasi lukisan
3
Ratih dan Wahyu – Meningkatkan Hasil Belajar…
atau gambar ornamen yang dibuat dengan menggunakan lilin dan alat yang bernama canting.
Motif Batik Pada motif batik tradisional itu sendiri terbagi menjadi dua kelompok yaitu : 1. Motif Geometris, yaitu motif batik yang memiliki unsur bidang atau unsur ilmu ukur. Motif geometris antara lain; motif kawung, motif tumpal, motif lereng, motif pilin, motif swastika, dan motif ceplokan. 2. Motif Non Geometris, yaitu motif yang tidak mengandung unsur ilmu ukur atau bidang. Motif Non Geometris antara lain ; Motif Tumbuhan yang terdiri dari : bunga, daun, buketan, pohon hayat dan sebagainya. Unsur-Unsur Pola Batik a. Motif Pokok Motif Pokok adalah motif yang menjadi motif inti dari keseluruhan pola pada batik. Biasanya motif pokok menjadi nama dari jenis batik, misalnya motif pokok bunga buketan menjadi nama batik buketan. b. Motif Pengisi Bidang Motif pengisi bidang adalah motif di luar motif pokok yang mengisi bidang secara keseluruhan. Motif pengisi bidang bentuknya lebih kecil daripada motif pokok. c. Motif Isen Motif isen adalah motif yang berfungsi untuk mengisi (melengkapi) motif pokok. Motif isen biasanya berbentuk garis-garis dan titik-titik. Berikut adalah beberapa contoh bentuk Isen-isen. Berikut beberapa bentuk-bentuk motif Isian (isen-isen) :
cacah gori
cecek
cecek pitu
gelaran
gringsing
herangan
4
Ratih dan Wahyu – Meningkatkan Hasil Belajar…
kembang cengkeh
kembang jeruk
kembang lombok
manggaran
mata deruk
rambutan
sawut
sawut cecek
sirapan
sisik
sisik melik
ukel Gambar 1. Bentuk motif isian
(http://parasakti7970.blogspot.com/2012/03/membuat-desain-pola batik.html)
Berikut adalah gambar bagian-bagian ornamen pada sebuah pola motif batik
5
Ratih dan Wahyu – Meningkatkan Hasil Belajar…
: Gambar 2. Ornamen pada pola motif batik. (http://parasakti7970.blogspot.com/2012/03/membuat-desain-pola-batik.html) Hakikat Strategi Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) adalah suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja (US. Departement of Education the National School-to-work Office yang dikutip oleh Blanchard, 2001 dalam Trianto 2009: 105). Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa-siswa TK maupun SMA untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akedemik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalahmasalah yang disimulasikan (University of Washington, 2001 dalam Trianto, 2009: 105). “Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka” (Sanjaya, 2006: 255). Menurut Muslich (2008: 43), pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), Menemukan ( inquiri ), bertanya ( question ), masyarakat belajar ( learning community), pemodelan (modeling), refleksi ( reflection ), penilaian sebenarnya ( authentic assessment ). Trianto (2009: 111) mengemukakan Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas sebagai berikut : 1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. 3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. 4. Ciptakan masyarakat belajar ( belajar dalam kelompok ). 5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6. Lakukan refleksi diakhir pertemuan. 7. Lakukan penilaian sebenarnya dengan berbagai cara.
6
Ratih dan Wahyu – Meningkatkan Hasil Belajar…
Tahapan Pelaksanaan Kontektual Ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorentasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat menghubungkan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang mereka pelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari – hari.CTL mengharapkan materi yang dipelajari dapat berpengaruh dalam prilaku sehari-hari siswa. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata (Sanjaya, 2006: 255). METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Data hasil belajar siswa diambil dengan cara memberikan test pemberian tugas mendesain pola batik, hasil kerja siswa tersebut yang nantinya akan dijadikan sebagai data hasil belajar. Prosedur Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri atas satu kali pertemuan hal ini dimaksudkan untuk melihat peningkatan hasil belajar mendesain batik pada masing-masing siklus. Adapun tahapannya adalah: Siklus I a. Perencanaan 1. Menyusun RPP pada kompetensi dasar mengekspresikan diri melalui karya seni rupa 2. Menyiapkan instrumen penelitian bagi siswa 3. Menyiapkan teknik-teknik CTL, menyiapkan sumber media yang berkaitan dengan CTL misalnya gambar- gambar batik, vidio tentang batik , Menyiapkan media berupa labtop, LCD proyektor yang akan ditampilkan pada white board. b. Tindakan 1. Melakukan apersepsi untuk mengarahkan siswa memasuki kompetensi dasar yang akan dibahas 2. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai 3. Menjelaskan materi pembelajaran yang akan diajarkan dan menjelaskan tahapan-tahapan mendesain batik. 4. Peneliti membimbing proses latihan siswa dalam mendesain pola batik dan memperlihatkan contoh-contoh gambar batik dalam kehidupan nyata.
7
Ratih dan Wahyu – Meningkatkan Hasil Belajar…
5.
Peneliti memanggil siswa secara acak untuk menunjukkan hasil karyanya di depan kelas. 6. Peneliti memberikan penghargaan kepada siswa dengan hasil karya terbaik. c. Pengamatan Observasi mengamati kegiatan siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan instrumen observasi yang telah disediakan. d. Refleksi Melihat perkembangan belajar siswa pada siklus I Siklus II a. Perencanaan Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah pada siklus I, kemudian membangun program pembelajaran untuk dilaksanakan pada tindakan siklus II. b. Tahapan Pelaksanaan pembelajaran tetap menggunakan media pembelajaran dengan metode CTL dan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. c. Pengamatan Peneliti melakukan pengamatan lebih tajam terhadap kemampuan siswa dalam pembelajaran dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus 1. d. Refleksi Penelitian melakukan refleksi berdasarkan pelaksanaan pembelajaran dan hasil pada pengamatan pada siklus I, kemudian menganalisis dan membuat kesimpulan tentang keberhasilan metode CTL untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mendesain pola batik. Teknik Analisis Data Analisis dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tindakan yang telah dilaksanakan dalam penelitian. Tingkat keberhasilan yang dicapai dilihat dari perubahan siswa dalam menerima pelajaran yang disampaikan adapun rumus yang digunakan yaitu : DS =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ × 100% 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Keterangan DS = Daya Serap Kriteria: 0% ≤ DS < 75% (disebut belum tuntas) 75% ≤ DS > 100% (disebut tuntas) Dari uraian di atas, dapat diketahui siswa yang tidak tuntas dalam belajar dan siswa yang tuntas dalam belajar secara individual. Selanjutnya dapat diketahui ketuntasan secara keseluruhan dengan rumus sebagai berikut: 𝑋 𝐷 = × 100% 𝑁
Keterangan : D : Persentase ketuntasan X : jumlah siswa yang telah mencapai daya serap ≥ 75% N : jumlah seluruh siswa
8
Ratih dan Wahyu – Meningkatkan Hasil Belajar…
Kriteria ketuntasan belajar siswa, apabila nilai siswa ≥ 75% maka siswa tersebut mencapai ketuntasan, jika nilai siswa < 75% maka siswa tersebut belum mencapai ketuntasan atau tidak tuntas. HASIL DAN PEMBAHASAN Meningkatkan hasil belajar desain batik dengan menngunakan strategi kontektual yang dilaksanakan peneliti telah terlaksana dengan optimal. Berdasarkan temuan penelitian ini pelaksanaan pembelajaran mendesain batik di mulai dengan data hasil pre test atau nilai hasil awal praktek yang di berikan oleh guru seni budaya di SMA tersebut. Dari data yang diperoleh jumlah siswa yang tuntas pada pre test sebanyak 21 orang (58.3%) dan yang tidak tuntas sebanyak 15 orang ( 41.7%). Hasil nilai pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 5, siswa yang tuntas mengalami peningkatan di bandingkan dengan pre tes yang dilakukan yakni meningkat sebesar 13.9 % yakni dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 26 orang (72.2%) dan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 10 orang (27.8%). Pada siklus I tingkat ketuntasan secara klasikal belum mencapai >75%, untuk itu perlu diadakan perbaikan dan di lanjutkan ke siklus berikutnya. Pada siklus II diberikan tugas mendesain batik, data hasil nilai pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 6, dari data hasil nilai yang telah di peroleh pada siklus I,hasil nilai pada siklus II mengalami peningkatan dari hasil nilai siklus I sebesar 19.5% yakni dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 33 orang (91.7%) dan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 3 orang (8.3%). Dengan adanya peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 19.5%, hal ini menandakan bahwa tidak perlu lagi dilaksanakan siklus berikutnya karena jumlah siswa yang tuntas belajar sudah mencapai ketuntasan secara klasikal yakni sebesar 91.7%. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, hasil belajar yang terlihat dari tingkat pemahaman siswa melalui pre test, siklus I dan siklus II dapat dipresentasikan pada tabel berikut : Tabel 1 Data Hasil Perolehan hasil karya Siswa Pre Test, Siklus I dan Siklus II. N Keterangan Jumlah Siswa Persentase o Pre tes Siklus Siklus Pre tes Siklus Siklus I II I II 21 26 33 58.3% 72.2% 91.7% 1 Tuntas 15 10 3 41.7% 27.8% 8.3% 2 Tidak Tuntas Data tersebut diatas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perolehan nilai hasil belajar sebanyak 13.9% dari pre test ke siklus I, dan sebanyak 19.5% dari siklus I ke siklus II. Dengan demikian terjadi rata-rata peningkatan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran sebesar 16.7%. Peningkatan hasil belajar siswa yang terlihat melalui perolehan pre test dan hasil nilai yang diberikan dalam proses pembelajaran di kelas X SMA Negeri 1 Rantau Utara selama dua siklus penelitian tindakan kelas, dapat lebih jelas terlihat pada grafik berikut ini :
9
Ratih dan Wahyu – Meningkatkan Hasil Belajar…
100 80 60
Tuntas
40
Tidak Tuntas
20 0 Pre Test
Siklus I
Siklus II
Grafik 1 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa siswa yang hasil belajarnya meningkat mulai dari pre tes 58.3% meningkat pada siklus 1 menjadi 72.2% dan semakin meningkat pada siklus II menjadi 91.7% . Hal ini berarti pembelajaran dengan menggunakan strategi kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas X SMA Negeri 1 Rantau Utara, Labuhan Batu tahun ajaran 2012/ 2013. Berdasarkan peningkatan siklus I dan siklus II, hipotesis penelitian ini yaitu: menggunakan strategi metode pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar desain batik di SMA Negeri 1 Rantau Utara, Labuhan batu, dapat diterima keberlakuannya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian tindakan kelas ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Penerapan strategi pembelajaran kontektual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan desain batik dan meningkatkan proses belajar mengajar di kelas. 2. Dari hasil pre test dan hasil nilai pada siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perolehan nilai hasil belajar sebesar 13.9% dari nilai pre test yang di peroleh sebesar 58.3% yang tuntas dengan jumlah siswa 21 orang, meningkat pada siklus I menjadi 72.2% yang tuntas dengan jumlah siswa 26 orang, dan meningkat sebesar 19.7% dari siklus I ke siklus II menjadi 91.7% yang tuntas dengan jumlah siswa 33 orang. Dengan demikian terjadi rata-rata peningkatan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran sebesar 16.7%. 3. Teknik pembelajaran di kelas menjadi lebih meningkat dan bervariasi dan tidak monoton. 4. Hipotesis penelitian dapat diterima keberlakuannya Saran Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah di lakukan, dapat dikemukakan saran-saran dalam rangka perbaikan tindakan proses belajar mengajar di kelas, yakni sebagai berikut : 1. Dalam pembelajaran diharapkan suasana pembelajaran lebih menyenangkan untuk menumbuhkan dan mengembangkan antusias belajar siswa, keterampilan
10
Ratih dan Wahyu – Meningkatkan Hasil Belajar…
2.
3.
4.
5.
bertanya,mengemukakan pendapat dan menuangkan ide-ide kreatif siswa ke dalam karya. Strategi kontektual dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran seni rupa untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas dalam proses belajar menagajar. Guru hendaknya terus mengembangkan kemampuan untuk mengembangkan inovasi pembelajaran seperti penerapan strategi-strategi pembelajaran yang berkembang saat ini guna meningkatkan kualitas pembelajaran. Pada peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan strategi kontekstual dalam meningkatkan hasil belajar siswa diluar seni mendesain batik pada pelajaran seni rupa. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang serupa diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan perbandingan atau referensi yang bermanfaat untuk mendukung penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah Sani,Ridwan dan Sudiran. 2012. Meningkatkan Profesionalisme Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Ciptapustaka Media Perintis. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Gie, The Liang. 1996. Filsafat Keindahan. Yogyakarta: PUBIB Hamzuri. 1994. Batik Klasik. Jakarta: Djambatan. Johnson, Elaine B. 2009. CTL . Bandung: Kaifa. Kerlinger, Fred N. 1990. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Kunandar . 2009. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai perkembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Misgiya dan Wahyu Tri Atmojo. 2008. Penerapan Ornamen Tradisional Batak dalam Teknik Batik untuk Menciptakan Industri Kerajinan Batik di Sumatra Utara. Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED. 5 (No. 2) 19-27. Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran. Ciputat :GP press. Muslich, Masnur. 2008. KTSP Pembelajaran berbasis Kompetensi dan Kontektual. Jakarta: PT Bumi Aksara. Riyanto, Didik. 1993. Proses BATIK batik tulis-batik cap-batik printing. Yogyakarta: CV. Aneka. Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta.
11
Ratih dan Wahyu – Meningkatkan Hasil Belajar…
Sanjaya , Wina. 2006. Strategi Pembelajran Berorientasi Standar proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sembiring, Dermawan dkk. 2008. Buku Ajar Wawasan Seni. Medan: Jurusan Seni Rupa FBS UNIMED. Sembiring, Dermawan.,R. Trianto dan M. Nawawi. 2008. Buku Ajar Estetika. Medan: Jurusan Seni Rupa FBS UNIMED. Sugito. 2010.Hakikat dan Karekteristik Media Pembelajaran. Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED. 7 (No. 1) 1-6. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta. Surya, Yohanes. 2009. Fisika Batik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Tri Atmojo, Wahyu. 2010. Ornamen Tradisional Batak Dalam teknik Batik. Jurnal Panggung. 20 (No. 2) 159-168. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-progresif. Jakarta: Kenanga Prenada Media Group. Yuswarni. 2007. Pengunaan Media Grafis untuk Meningkatkan hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VI SDN 07 Silaing Bawah pada Materi Luas Daerah Segi Banyak. Jurnal Guru. 4 (No. 2) 103-107.
12