Arsitektur Informasi Dalam Tempat Bekerja
Disusun oleh : Rizki Dwi Prasetya 13111119
Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta
I. Pendahuluan 1. Pengertian arsitektur informasi Menurut informasi yang saya dapat arsitektur informasi (atau arsitektur teknologi informasi, arsitektur sistem informasi, infrastruktur teknologi informasi) adalah suatu pemetaan atau rencanakebutuhan-kebutuhan informasi di dalam suatu organisasi (Turban, McLean, Wetherbe, 1999). Arsitektur ini berguna sebagai penuntun bagi operasi sekarang atau menjadi cetak-biru (blueprint) untuk arahan di masa mendatang. Tujuan dari arsitektur yang saya peroleh adalah supaya bagian teknologi informasi memenuhi kebutuhan-kebutuhan bisnis strategis organisasi. Oleh karena itu, arsitektur informasi memadukan kebutuhan informasi, komponen sistem informasi, dan teknologi pendukung, seperti gambar di bawah.
Bentuk dari arsitektur sistem informasi memiliki beberapa bentuk, diantaranya :
1. Arsitektur Tersentralisasi 2. Arsitektur Desentralisasi 3. Arsitektur Client/Server
2. Tugas
Menggambarkan dan menjelaskan mengenai arsitektur informasi yang ada/digunakan berdasarkan tempat bekerja.
II. Pokok Bahasan Dalam sistem informasi saya bekerja terdapat komponen-komponen seperti: Perangkat keras (hardware) mencakup peranti-peranti fisik seperti komputer dan printer. Perangkat lunak {software) atau program: sekumpulan instruksi yang memungkinkan perangkat keras untuk dapat memproses data. Prosedur merupakan sekumpulan aturan yang dipakai untuk mewujudkan pemrosesan data dan pembangkitan keluaran yang dikehedaki. Orang adalah semua pihak yang bertanggung jawab dalam pengembangan sistem informasi, pemrosesan, dan penggunaan keluaran sistem informasi. Basis data (database)adalah sekumpulan tabel, hubungan, dan Iain-lain yang berkaitan dengan penyimpanan data. Jaringan komputer dan komunikasi data adalah sistem penghubung yang memungkinkan sesumber (resources) dipakai secara bersama atau diakses oleh sejumlah pemakai.
Arsitektur informasi yang ada di tempat saya bekerja masih berbentuk arsitektur desentralisasi. Di tempat saya berkerja konsep dari pemrosesan data tersebar (atau terdistribusi). Sistem pemrosesan data terdistribusi (atau biasa disebutsebagai komputasi tersebar) sebagai sebagai sistem yang terdiri atas sejumlah komputer yang tersebar pada berbagai lokasi yang dihubungkan dengan sarana telekomunikasi dengan masingmasing komputer mampu melakukan pemrosesan yang serupa secara mandiri, tetapi
bisa saling berinteraksi dalam pertukaran data. Sistem pemrosesan data terdistribusi terbagi sistem pemrosesan data terpusat ke dalam subsistem-subsistem yang lebih kecil, yang pada hakikatnya masing-masing subsistem tetap berlaku sebagai sistem pemrosesan data yang terpusat.
Gambaran arsitektur peer to peer yang memungkinkan resource yang terhubung pada suatu komputer dapat dipakai oleh komputer lain. Model sederhana sistem pemrosesan terdistribusi terdapat pada sejumlah komputer yang terhubung dalam jaringan yang menggunakan arsitektur peer to peer. Masing-masing komputer memiliki control terhadap resource (misalnya data, printer, utau CD-ROM), tetapi memungkinkan komputer lain menggunakan sumber (resource) tersebut. Setiap area fungsional (departemen) mempunyai unit pemrosesan informasi tersendiri. Penggambaranya seperti berikut :
Unit-unit yang hanya memproses transaksi dengan jumlah kecil, Selain itu, komputasi yang hanya berpengaruh pada internal suatu unit tidak perlu berkomunikasi dengan unit lain yang memiliki sistem terpusat. Dengan mendistribusikan keputusan untuk menyediakan sarana komputasi pada masing-masing unit, tanggung jawab para manajer terhadap pengeluaran biaya di masing-masing unit menjadi meningkat. Manager akan lebih agresif dalam menganalisis kebutuhan-kebutuhan, karena akan mempengaruhi kinerja keuangan. Hal ini sekaligus juga dapat meningkatkan kepuasan pemakai, mengingat pemakai tentunya ingin mengontrol sendiri sumber-sumber daya yang mempengaruhi profitibilitas dan secara aktif pemakai tentu ingin mengembangkan dan mengimplementasikan sistem mereka. Dengan adanya otonomi, masing-masing unit dapat segera melakukan tindakan dan pencadangan ketika terjadi musibah yang menimpa sistem. Pada sistem yang terpusat, mau tak mau unit yang mengalami musibah harus menunggu bala bantuan dari pusat. Kelemahan utama sistem pemrosesan data tersebar adalah pengawasan terhadap seluruh sistem informasi menjadi terpisah-pisah dan membuka peluang terjadinya ketidakstandaran. Bila hal ini terjadi, keuntungan sistem ini akan terlupakan. Keadaan ini bisa terjadi jika unit-unit pengolahan informasi lokal terlalu banyak diberikan keleluasaan. Oleh karena itu, wewenang pusat harus tetap dipertahankan, misalnya dalam hal pembelian perangkat keras atau penentuan perangkat lunak yang digunakan. Hal seperti ini lazim dilakukan oleh berbagai perusahaan dengan menempatkan orang-orang teknologi informasi di unit-unit pengolahan informasi dan mereka bertanggung jawab terhadap manajemen pusat. Dengan demikian, konsolidasi dapat dilakukan dengan mudah. Cara ini juga sekaiigus untuk mengantisipasi terjadinya redundansi dalam mengembangkan sistem. Misalnya, didasarkan atas otonomi di setiap unit pengolahan informasi, sebuah program (aplikasi) yang dibangun oleh seorang programmer yang semestinya dapat dipakai oieh unit lain tanpa perlu perubahan atau perlu sedikit perubahan saja, akan dibuat kembali oleh unit lain. Tentu saja, hal ini merupakan suatu contoh kemubaziran tugas.
III. Kesimpulan Dari arsitektur tempat saya bekerja memiliki nilai positif dan negative (kekurangan dan kelebihan). Berikut kekurangan dan kelebihannya 1. Kelebihan Penghematan biaya Peningkatan tanggung jawab terhadap pengeluaran biaya Peningkatan kepuasan pemakai Kemudahan pencadangan ketika terjadi musibah 2. Kekurangan Memungkinkan kekacauan kontrol terhadap sistem komputer Ketidaksesuaian dalam menyediakan perangkat lunak dan perangkat keras Kemubaziran dalam tugas Standardisasi bisa tidak tercapai