ia es do n
DIKLAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
In
PEMBENTUKAN JAKSA (PPPJ)
n
R ep
ub
lik
TAHUN 2016
Ar
si
p
Ba
da n
D
ik l
at
Ke
ja
ks
aa
MODUL AHLAK & BUDI PEKERTI
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA 2016
si p
Ar Ba n
da la
ik
D sa
ak
ej
tK an
ub
R ep
lik
In do ne si a
In do ne si a
DAFTAR ISI
lik
KATA PENGANTAR KAPUSDIKLAT KEJAKSAAN RI .......................... i
PENDAHULUAN ........................................................................... 1
R ep
BAB I
ub
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
an
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
sa
B. Maksud dan Tujuan .................................................................... 2
ak
C. Lingkup Pembalasan .................................................................. 2
tK
ej
BAB II WEWENANG KEJAKSAAN ......................................................... 3
la
A. Tugas dan Wewenang Kejaksaan ............................................... 3
D
ik
B. Rincian Tugas dan Wewenang Kejaksaan .................................. 4
da
n
C. Profesi Jaksa Ditinjau dari perspektif Agama dan Budi Pekerti . 7
Ba
BAB III PEMBENTUKAN AHLAK/BUDI PEKERTI ................................ 9
Ar
si p
A. Pengertian dan Perbedaan Akhlak, Moral dan Etika .................. 9 B. Ruang Lingkup Akhlak Budi Pekerti .......................................... 11 C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akhlak/Budi Pekerti ......... 12 D. Faktor-Faktor Yang Membentuk Akhlak Budi Pekerti .............. 14
BAB IV MORALITAS YANG HARUS DIMILIKI OLEH SEORANG JAKSA ............................................................. 17 A. Keteladanan................................................................................. 17 B. Jujur (Siddiq) ............................................................................... 18
Ahlak dan Budi Pekerti
iii
In do ne si a
C. Konsisten ..................................................................................... 18
lik
D. Amanah ....................................................................................... 20
ub
E. Fatonah ........................................................................................ 21
R ep
F. Tabligh ......................................................................................... 22
sa
an
G. Kesederhanaan ............................................................................ 23
ak
BAB V FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ........................................... 24
tK
ej
A. Arogan......................................................................................... 24
la
B. Suap ............................................................................................. 25
D
ik
C. Korupsi ........................................................................................ 28
Ba
da
n
D1 Pemerasan .................................................................................. 31
Ar
si p
BAB VI PENUTUP....................................................................................... 33
iv
Ahlak dan Budi Pekerti
ia es do n
BAB I
ub
lik
In
PENDAHULUAN
R ep
A. Latar Belakang
Penegakan hukum yang berorientasi kearah terwujudnya kebenaran
aa
n
dan keadilan, sebagai cita-cita seluruh rakyat Indonesia, merupakan salah
ks
satu agenda nasional. Dimana arah kebijakan hukum merupakan prioritas
ja
utama yang memuat tentang penegakan hukum secara konsisten. Untuk lebih
Ke
menjamin kepastian hukum keadilan dan kebenaran serta meningkatkan integritas moral dan profesionalisme aparat penegak hukum untuk
at
menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap penegak hukum dalam
D
ik l
melaksanakan tugasnya.
da n
Diera reformasi yang merupakan titik awal paradigma terhadap
perspektif
hukum baik sistem, maupun aktualisasinya, akan berdampak
Ba
terhadap sub sistem lainnya, hal ini terdominasi oleh faktor emosional,
Ar
si
p
spiritual, dan quetion aparat penegak hukum sebagai utamanya. Kejaksaan sebagai salah satu lembaga pemerintah non departemen yang diberi wewenang oleh undang-undang dalam bidang yustisial maupun non yustisial senantiasa dituntut mampu berupaya mengatasi segala bentuk ekses dari perkembangan dan kemajuan teknologi dan informasi baik yang bersifat preventif maupun represif yang koordinasi dengan instansi terkait. Postur Kejaksaan sebagai institusi pemerintah dituntut menunjukkan performen positif di mata masyarakat yang bertendensi negatif atas
Ahlak Budi Pekerti
1
ia es do n
penegakan hukum, sistem penegakan perkara, etos kerja, moralitas aparat
In
dan lain-lain.
lik
Sejalan dengan itu Pusdiklat Kejaksaan mencoba untuk ikut serta
ub
menjawab tuntutan perubahan dan peningkatan kompetensi sumber daya
R ep
manusia dengan melakukan terobosan dalam rangka penyelenggaraan Pendidikan Pembentukan Jaksa sehingga keluaran Diklat mampu beradaptasi
aa
n
baik di lingkungan kerja maupun masyarakat
ks
B. Maksud dan Tujuan
ja
Maksud dan tujuan penulisan modul ini agar peserta Diklat
Ke
Pembentukan Jaksa mampu :
at
1. Memahami dan mengaktualisasikan tugas dan wewenangnya secara
D
ik l
profesional sebagai aparat penegak hukum.
da n
2. Memahami, memilah dan memilih tugas dan wewenang jaksa sebagai aparat penegak hukum, dengan aparatur penegak hukum lainnya.
Ba
3. Memahami dan mengaktualisasikan bahwa jaksa mampu menunjukkan
si
p
jati dirinya sebagai teladan disemua aspek kehidupan.
Ar
C. Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan modul ini dibatasi pada profesi jaksa sebagai aparat penegak hukum yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan terhadap agama dan budi pekerti.
2
Ahlak Budi Pekerti
ia es do n
BAB II
ub
lik
In
WEWENANG KEJAKSAAN
R ep
A. Tugas dan Wewenang Kejaksaan
Mengingat peran jaksa yang sangat komplek terkait dengan beberapa
aa
n
aspek, dalam mewujudkan kepastian hukum, ketertiban hukum, keadilan dan
ks
kebenaran, maka dalam melaksanakan tugasnya Kejaksaan oleh peraturan
ja
perundang-undangan diberi kewenangan yang sangat signifikan yaitu:
Ke
1. Dalam perkara tertentu Kejaksaan diberi kewenangan untuk melakukan
at
pemeriksaan tambahan sebelum perkara tersebut dilimpahkan ke pengadilan
ik l
dengan pembatasan-pembatasan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh
D
kepastian hukum, dalam proses penyelesaian perkara dalam rangka
da n
pelaksanaan asas peradilan yang cepat, sederhana, biaya murah, serta menjamin kepastian hukum, baik pencari keadilan, baik tersangka, terdakwa,
Ba
saksi korban, maupun kepentingan umum.
Ar
si
p
2. Dalam bidang perkara perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan kekuasaan khusus dapat bertindak untuk dan atas nama negara atau pemerintah didalam atau diluar pengadilan dalam kepasitasnya, sebagai penggugat maupun tergugat atau pihak yang mempunyai kepentingan hukum. 3. Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, Kejaksaan diberi wewenang
menyelenggarakan
kegiatan
seperti
upaya
meningkatkan
kesadaran hukum masyarakat dan pengamanan kebijakan penegakan hukum dengan memberikan penyuluhan dan penerangan hukum kepada Ahlak Budi Pekerti
lapisan 3
ia es do n
masyarakat bekerjasama dengan instansi terkait, sedangkan pengamanan
In
kebijakan penegakan hukum dilakuakan dengan tindakan- tindakan preventif
lik
dan represif yang didukung Kejaksaan yang kerja sama dangan instansi
lainnya
Kejaksaan
diberi
wewenang
R ep
4. Dibidang
ub
terkait.
menetapkan
dam
mengendalikan kebijak-an kewenangan hukum dan keadilan dilingkungan
n
Kejaksaan, menyampingkan perkara demi kepentingan umum, dan
aa
wewenang yang berkaitan dengan pemberian pertim-bangan teknis hukum
ks
dalam penyelesaian kasasi, grasi, dan pencegahan atau larangan terhadap
ja
orang-orang tertentu untuk masuk kedalam wilayah atau meninggalkan
Ke
wilayah kekuasaan negara RI.
ik l
at
B. Rincian Tugas dan Wewenang Kejaksaan
D
Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004, tentang Kejaksaan, secara rinci
da n
tugas dan wewenang Kejaksaan sebagai berikut :
Ba
1. Di bidang perkara pidana meliputi :
Ar
si
p
a. Melakukan penuntutan. b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum. c. Melakukan
pengawasan
terhadap
pelaksanaan
keputusan
pidana
bersyarat, keputusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat. d. Melakukan penyidikan terhadap pidana tertentu berdasarkan undangundang.
4
Ahlak Budi Pekerti
ia es do n
e. Melengkapi berkas perkara tertentu, dan untuk itu dapat melakukan
lik
pelaksanaannya dikoordi-nasikan dengan penyidik.
In
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
ub
2. Di bidang perkara perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan kuasa dan atas nama negara atau pemerintah.
R ep
hukum khusus dapat bertindak di dalam maupun di luar pengadilan untuk
aa
n
3. Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum meliputi :
ks
a. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat
Ke
ja
b. Pengamanan kebijakan hukum
at
c. Pengamanan peredaran barang cetakan
ik l
d. Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat
D
dan negara.
da n
e. Pencegahan penyalahgunaan dan atau penodaan agama
Ba
f. Penelitian pengembangan hukum serta statistik kriminal
Ar
si
p
4. Menempatkan seorang terdakwa di rumah sakit atau tempat perawatan jiwa atau tempat lain yang kayak karena yang bersangkutan tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan oleh hal-hal yang dapat membahayakan orang lain, lingkungan, atau dirinya sendiri dengan persetujuan hakim. 5. Memberi pertimbangan dalam bidang hukum kepada instansi pemerintah lainnya. 6. Memberikan pertimbangan dalam bidang hukum kepada isntansi pemerintah lainnya.
Ahlak Budi Pekerti
5
ia es do n
Sedangkan secara khusus kejaksaan dalam hal ini Jaksa Agung mempunyai tugas
In
dan wewenang sebagai berikut:
lik
1. Menetapkan serta mengendalikan kebijakan hukum dan keadilan dalam
ub
ruang lingkup tugas kejaksaan.
R ep
2. Mengefektifkan proses penegakan hukum yang diberikan oleh undang-
n
undang.
aa
3. Mengkoordinasikan proses perkara pidana tertentu dengan instansi terkait.
ja
ks
4. Mengesampingkan perkara demi kepentingan umum.
Ke
5. Mengajukan kasasi demi kepentingan hukum kepada Mahkamah Agung
at
dalam perkara pidana, perdata, dan tata usaha negara.
ik l
6. Dapat mengajukan pertimbangan teknis hukum kepada Mahkamah Agung
D
dalam pemeriksaan kasasi perkara pidana.
da n
7. Mencegah atau menangkal orang-orang tertentu untuk masuk ke dalam atau
Ba
keluar wilayah kesatuan RI karena keterlibatannya dengan perkara pidana.
Ar
si
p
8. Memberi ijin tertulis kepada seorang atau terdakwa dalam hal tertentu untuk berbuat atau menjalani perawatan baik di dalam maupun di luar negeri atas dasar rekomendasi dokter.
9. Bertanggungjawab atas penuntutan yang dilaksanakan secara independen demi keadilan berdasarkan hukum dan hati nurani yang selanjutnya disampaikan kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat sesuai dengan prinsip akuntabilitas.
6
Ahlak Budi Pekerti
ia es do n
In
C. Profesi Jaksa Ditinjau dari perspektif Agama dan Budi Pekerti
ub
lik
Dilihat dari tugas dan peran seorang Jaksa yang sangat Kompleks dalam mewujudkan kepastian hukum, keadilan dan kebenaran, maka ditinjau
R ep
dari perspektif agama seorang jaksa yang bertugas sesuai dengan kewenangan yang diamanahkan patutlah dia disebut sebagai khairul ummat
aa
n
(sebaik-baik manusia) sebagaimana difirmankan oleh allah SWT dalam surat
Ba
da n
D
ik l
at
Ke
ja
ks
Ali Imran ayat 110 yang berbunyi :
Ar
si
p
Artinya : “ kalian adalah sebaik-baik umat yang disebarkan ketengah-tengah manusia untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah perbuatan mungkar serta beriman kepada Allah”
Dengan berpegang pada ayat diatas, seorang jaksa harus menyadari bahwa sepenuh hati bahwa tugasnya adalah mulia sebagai wakil Negara dalam penegakan hukum sebagai penuntut umum, untuk itu hendaklah dia melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan ketentuan yang diamanatkan undang-undang dan sesuai dengan petunjuk teknis yang
Ahlak Budi Pekerti
7
ia es do n
diberlakukan untuk tugas-tugasnya sehingga memberikan hasil yang sebaik-
In
baiknya. Lalu pada saat yang sama kewajibannya adalah mengamalkan apa
lik
yang diajarkan Islam. Proses pengamalan inilah yang dinilai oleh Allah
ub
SWT. Allah SWT menilai seseorang sesuai dengan petunjuk-petunjuk-Nya,
R ep
bagi Allah SWT amal yang memiliki nilai tinggi dihadapkan-Nya adalah amal yang dilakukan dengan ikhlas. Ikhlas artinya bersumber dari satu keyakinan dan berdasarkan ilmu yang benar sehingga lahirlah perbuatan
aa
n
terbaik.
ks
Jadi amal yang ikhlas itu merupakan amal perbuatan yang berangkat
ja
dari keyakinan semata-mata karena Allah SWT Bukan karena niat-niat yang
Ke
lain yang adal dibalik itu. Jadi daris emua perbuatan atau amal yang ikhlas
at
adalah apabila dilakukan dengan cara yang terbaik. Manusia yang berangkat
ik l
dari niat yang benar kemudian dia mengetahui ilmu yang berhubungan
D
dengan pekerjaannya pasti dia akan melakukan yang terbaik dalam hidupnya.
da n
Orang yang beramal atau bekerja seenaknya,berbuat alakadarnya,
Ba
melakukan sesuatu karena ingi dipuji orang atau mendapatkan sesuatu bukan
Ar
si
p
karena Allah SWT biasanya selalu melakukan perbuatannya tanpa dilandasi keyakinan dan kepercayaan yang utuh. Demikian juga ketika seseorang beramal atau berbuat sesuatu tanpa dasar ilmu yang benar tidak didasarkan kepada petunjuk teknis yang telah ditetapkan dari pekerjaan itu pasti pekerjaannya tidak menghasilkan sesuatu yang baik. Tidak mungkin seseorang berbuat atau beramal baik jika dia tidak menguasai teknisnya, pasti perbuatannya itu akan penuh dengan kesalahan-kesalahan. Oleh kareana dalam melakukan apasaja seorang Jaksa harus berangkat dari sebuah keyakinan penguasaan ilmu dengan keikhlasan dan ketulusan semata-mata karena Allah SWT sehingga ia dapat menghasilkan suatu karya yang bagus.
8
Ahlak Budi Pekerti
ia es do n
BAB III
ub
lik
In
PEMBENTUKAN AKHLAK/BUDI PEKERTI
R ep
A. Pengertian dan Perbedaan Akhlak, Moral dan Etika
n
1. Akhlak
aa
Kata Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq artinya tingkah
ks
laku, perangai dan tabiat. Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah daya
ja
kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa
Ke
dipikir dan direnungkan lagi. Dengan demikian akhlak pada dasarnya adalah
at
sikap yag melekekat pada diri seseorang secara spontan diwujudkan dalam
ik l
tingkah laku atau perbuatan. Apabila perbuatan spontan yang baik
D
dinamakan akhlakul qarimah sebaliknya. Kalau buruk disebut halakku
da n
mazmumah. Baik dn buruk akhlak didasarkan kepada sumber nilai yaitu Al-
Ar
si
p
Ba
quran dan Assunnah ( Azra, 2002:203). Dalam Encyclopedia britanika, akhlak disebut sebagai ilmu akhlak
yang mempunyai arti sebagai studi dan sistematik antara tabiat dan pengertian nilai baik, nilai buruk seharusnya benar atau salah dsb. Antara prinsip umum dan dapat diterapkan terhadap sesuatu selanjutnya dapat disebut juga sebagai filsafat moral.
2. Moral Disamping akhlak, dikenal pula istilah moral. Kata moral berasal dari bahasa latin mores yang berarti adat kebiasaan, moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik dan buruk diterima umum atau masyrakat, oleh karena itu Ahlak Budi Pekerti
9
ia es do n
adat istiadat masyarakat menjadi standar dalam menentukan baik dan buruk
In
nya suatu perbuatan.
lik
Moral dalam bahasa latin (moralitas) adalah istilah manusia menyebut
ub
ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif.
R ep
Manusia yang tidak memili moral disebut “amoral” artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di manusia lainnya.
aa
n
Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ ucapan seseorang dalam
ks
berinteraksi dengan manusia. Apabila ingin dilakukan sesorang itu sesuai
ja
dengan nilai rasa yang berlaku di masyrakat tersebut dan dapat diterima oleh
Ke
masyarakat nya. Orang itu dinilai memiliki moral yang baik begitu juga
at
sebaliknya.
ik l
3. Etika
D
Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasrkan suatu sistem tata nilai
da n
suatu masyarakat tertentu, etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat. Oleh karena itu jika dibandingkan moral etika lebih bersifat teoritis
Ar
si
p
Ba
sedangkan moral bersifat terapis. Moral bersifat lokal atau khusus dan etika bersifat umum ( Azra, 2002:203-204). Etika (Yunani kuno bernama ethikos, berarti timbul dari kebiasaan) adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk dan bertanggung jawab. Etika dimulai bila manusia mereflesikan unsur-unsur etis dalam pendapat-penapat spontan.
10
Ahlak Budi Pekerti
ia es do n
Dari pengertian diatas antara akhlak, moral dan etika memiliki suatu
In
perbedaan. Perbedaan antara akhlak ddengan moral dan etika dapat dilihat
lik
dari dasar penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya.
ub
Standar baik dan buruk akhlak berdasrkan Alquran dan sunna rasul,
R ep
sedangkan moral dan etika beradasrkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat suatu masyarakat. Jika masyarakat menganggap itu baik baik pula lah nilai perbuatan itu. Dengan demikian, standar nilai moral dan etika bersifat
ks
aa
n
lokal dan temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi.
ja
B. Ruang Lingkup Akhlak Budi Pekerti
Ke
1. Akhlak terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya disertai
at
dengan larangan merusak, membinasakan atau mengenai diri baik secara
ik l
jasmani (memotong dan merusak hak badan) maupun secara rohani
da n
D
(membiarkan larut dalam kesedihan). 2. Akhlak terhadap keluarga meliputi segala sikap dan perilaku dalam keluarga,
Ba
contohnya berbakti kepada orang tua, menghormati saudara dan tidak
p
berkata-kata yang menyakitkan mereka.
Ar
si
3. Akhlak terhadap masyarakat meliputi sikap kita dalam menjalani kehidupan sosial, menolong sesama, menciptakan masyarakat yang aman tentram yang berlandaskan alquran dan hadis serta keimanan. 4. Akhlak dalam bernegara meliputi kepatuhan terhadap pemimpin/ulil amri selama tidak bermaksiat terhadap agama dan keyakinan, ikut serta dalam membangun Negara baik dalam bentuk lisan maupun pikiran. 5. Akhlak terhadap agama dan keyakinan meliputi beriman kepada Allah dan menjalankan ibadah dengan tekun sesuai dengan tata cara yang diajarkan.
Ahlak Budi Pekerti
11
ia es do n
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akhlak/Budi Pekerti
In
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak budi pekerti antara
ub
lik
lain sebagai berikut:
R ep
1. Insting (Naluri)
Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia
n
dimotivasi oleh kehendak yang dimotori oleh insting seseorang (Naluri).
aa
Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Para psikolog
ks
menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang
Ke
ja
mendorong lahirnya tingkah laku sebagai berikut: - Naluri makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa suatu
ik l
at
hasrat makan tanpa didorong oleh orang lain.
D
- Naluri berjodoh (seksual instinct). Dalam alquran Al’Imran (14)
da n
diterangkan, dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan pada
Ba
apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak.
Ar
si
p
- Naluri keibuan (peternal instinct). Tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan sebaliknya keciantaan anak pada orang tuanya. - Naluri
berjuang
(combative
instinct).
Tabiat
manusia
untuk
mempertahankan diri dari gangguan dan tantangan. - Naluri
bertuhan.
Tabiat
manusia
mencari
dan
merindukan
penciptanya. Naluri manusia itu merupakan paket yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu dipelajari terlebih dahulu. 12
Ahlak Budi Pekerti
ia es do n
2. Adat/kebiasaan
In
Adat/kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang
lik
yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga apabila
dikerjakan
berulang-ulang
R ep
manusia,
ub
menjadi kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat bahwa perbuatan sehingga
mudah
melakukannya itu dinamakan ada kebiasaan.
aa
n
3. Keturunan
ks
Adapun warisan adalah berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok
ja
(orangtua) kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat asasi anak
Ke
merupakan pantulan sifat-sifat asasi orangtuanya. Kadang-kadang anak
ik l
D
4. Milieu
at
itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orangtuanya.
da n
Artinya, suatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah
dan
udara,
sedangkan
lingkungan
manusia
ialah
apa
yang
factor
yang
Ba
mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara dan masyarakat.
Ar
si
p
Milieu ada 2 macam sebagai berikut: - Lingkungan alam Alam
yang
melingkupi
manusia
merupakan
mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau mematangkan pertumbuhan bakat yang dibawa oleh seseorang. Pada zaman Nabi Muhammad, pernah terjadi seorang Badui yang kencing diserambi masjid, seorang sahabat membentaknya tetapi nabi melarangnya. Kejadian atas dapat dijadikan contoh bahwa
Ahlak Budi Pekerti
13
ia es do n
Badui yang menempati lingkungan yang jauh dari masyarakat luas
In
tidak akan tahu norma-norma yang berlaku.
ub
lik
- Lingkungan pergaulan
Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah
R ep
sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu dalam pergaulan akan saling memperngaruhi dalam pikiran, sifat, dan tingkah laku.
aa
n
Contohnya, akhlak orangtua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak
ks
anaknya. Begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan terbentuk
Ke
ja
menurut pendidikan yang diberikan oleh guru-guru disekolah.
at
D. Faktor-Faktor Yang Membentuk Akhlak Budi Pekerti
ik l
Ada dua sisi yang menyatakan asal mula pembentukan akhlak budi
D
pekerti. Sisi pertama menyatakan bahwa akhlak budi pekerti merupakan hasil
da n
dari usaha pendidikan, pelatihan, pembentukan dan pembinaan bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohani yang ada dalam diri manusia termasuk
Ba
didalamnya akal, nafsu marah, nafsu sahwat, fitrah, patah hati dan intuisi
Ar
si
p
dibina dan dibentuk secara optimal dengan cara/sistem dan pendekatan yang tepat. Akan tetapi, menurut sebagian ahli menyatakan bahwa akhlak dan budi pekerti tidak perlu dibentuk karena akhlak adalah insting yang dibwa sejak manusia lahir. Dengan pandangan seperti ini, akhlak budi pekerti akan tumbuh dengan sendirinya walaupun dibentuk atau diusahakan. Adapaun faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak budi pekerti khususnya dan pendidikan pada umumnya ada 3 aliran, sebagai berikut:
14
Ahlak Budi Pekerti
ia es do n
1. Aliran Nativisme
In
Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruhi terhadap diri
lik
seseorang adalah faktor bawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa
ub
kecendrungan, bakat dan akal. Jika seseorang telah memiliki bawaan
R ep
kepada yang baik dengan sendirinya orang tersebut akan baik. Aliran ini begitu yakin terhadap potensi batin dan kurang menghargai peran
n
pendidikan dan pembinaan. Aliran ini dianut dan disebarkan oleh
ks
aa
Scoupen Hour.
ja
2. Aliran Empirisme
Ke
Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruh dari diri seseorang
at
adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial termasuk pembinaan dan
ik l
pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang
D
diberikan kepada anak itu baik, baiklah anak itu. Demikian jika
da n
sebaliknya. Aliran ini begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pembinaan. Aliran ini terkenal dengan teori
Ba
Tabularasa oleh Jhon Locke, bahwa anak itu seperti meja lilin yang putih
Ar
si
p
terserah pendidiknya dia akan menulis/menggambar apa dimeja tersebut.
3. Aliran Konvergensi Menurut aliran ini, faktor yang mempengaruhi aklak budi pekerti adalah faktor internal (pembawaan) dan faktor dari luar (lingkungan sosial). Insting dan kecendrungan kearah yang lebih baik kemudian dibina secara intensif dan sistimatis maka akan menghasilkan individu yang baik. Hal ini dapat dipahami dari ayat dan hadis dibawah ini :
Ahlak Budi Pekerti
15
ia es do n
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
In
mengetahui sesuatupun dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
lik
dan hati agar kamu bersyukur (Al-Nahl:78).
ub
Sedangkan, hadistnya adalah “setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan
R ep
(membawa) fitrah/suci maka kedua orangtua nya yang membentuk anak
Ar
si
p
Ba
da n
D
ik l
at
Ke
ja
ks
aa
n
itu menjadi yahudi, Nasrani atau Majusi (HR Bukhari).
16
Ahlak Budi Pekerti
ia es R ep
ub
OLEH SEORANG JAKSA
lik
In
MORALITAS YANG HARUS DIMILIKI
do n
BAB IV
n
A. Keteladanan
aa
Sebagai hamba Allah SWT yang berprofesi sebagai Jaksa diupayakan
ks
mampu melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan ketentuan Allah SWT (Al
ja
Quran) dan Hadist Rasulullah SAW. Tugas jaksa adalah menegakkah kebenaran,
Ke
yang menjadikan suri tauladan Rasulullah SAW baik dalam bertindak maupun
at
dalam beramal serta perbuatan. Sebagaimana yang ditegaskan Allah SAW dalam
p
Ba
da n
D
ik l
Al Quran QS. Al Ahzab : 21.
Ar
si
Artinya : Sesungguhnya
di
dalam
diri
rasulullah
adalah
teladan
yang
baik.
(Qs. Al Ahzab ; 21) Pengertian teladan dimaksud mempunyai arti yang sangat luas diantaranya teladan terhadap diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Keteladanan terhadap diri sendiri aktualisasinya diperlukan komitmen yang kuat dalam diri pribadi seorang jaksa, terutama dalam melaksanakan tugas kedinasan dan tugas lain Ahlak Budi Pekerti
17
ia es do n
yang erat kaitannya dengan tugas kedinasan. Komitmen ini dapat tumbuh dan
In
berkembang diawali niat yang tulus ikhlas dari lubuk hati yang paling dalam
lik
yang dicerminkan dalam sikap dan tingkah laku dalam pergaulan antar manusia.
ub
Dalam cerminan ini akan terwujud moralitas yang tinggi yang dapat dijadikan
R ep
sebagai barometer terhadap orang lain dan tidak terikat dalam ruang dan waktu. Realita yang dijumpai keteladanan ini mudah diucapkan tapi susah dalam
aa
n
pelaksanaannya karena sering berhadapan dengan kondisi yang serba komplek.
ks
Keteladanan ini juga diperintahkan dalam ajaran agama Kristen Protestan :
ja
“Saudara-saudara, ikutilah teladanku, dan perhatikanlah mereka yang hidup
Ke
seperti kami yang menjadi teladan” (Pilipi 3 : 7)
at
“dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah
D
ik l
kau jujur dan bersungguh-sungguh perjalananmu” (Titus 2 : 7)
da n
Dalam ajaran agama Budha sifat keteladanan ini disebutkan dalam kitab suci Dhamapala :
Ba
“Hendaknya orang memperbaiki dirinya sebelum menasihati orang lain. Orang
Ar
si
p
yang seperti itu tidak akan ternoda dan tercela” (ayat 158).
B. Jujur (Siddiq) Kejujuran yang merupakan wujud profesionalisme jaksa perlu dimiliki seorang jaksa kejujuran ini sifatnya abstrak, hal ini hanya dapat diketahui oleh diri pribadi dan Allah swt. Seseorang bisa saja menyatakan dirinya adalah seorang yang jujur kepada orang lain, mungkin orang lain bisa menerima dan membenarkan bahwa yang bersangkutan adalah orang yang jujur, namun apakah
18
Ahlak Budi Pekerti
ia es do n
Allah swt dapat menerima dan membenarkannya ? Pertanyaan ini memang tidak
In
mudah untuk dijawab.
lik
Secara lahiriah bahwa kejujuran seseorang dapat dilihat dari perbuatan dan
ub
tingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
R ep
sehingga moralitas yang jujur dapat diwujudkan dalam performen akuntabilitas dengan kata lain orang jujur adalah orang yang sudah teruji kebenarannya di
aa
n
hadapan publik.
ks
Hadits nabi Muhammad saw.:
Ke
ja
Artinya :
Lazimkanlah dirimu dengan kebenaran (kejujuran), karena kebenaran kejujuran
at
itu menunjukkan kepada surga. Dan senantiasalah seseorang berlaku benar
ik l
(jujur) dan mendayaupayakan (kejujuran) sehingga ditulis akan dia di sisi Allah
D
swt dengan nama orang yang sangat benar dan jauhkanlah akan dusta, karena
da n
dusta itu menunjukkan kepada kecurangan. Dan kecurangan menunjukkan kepada
neraka.
Dan
senantiasalah
seseorang
berlaku
dusta
dan
Ba
mendayaupayakan dusta sehingga ditulis akan dia di sisi Allah swt dengan nama
Ar
si
p
orang yang sangat pendusta. (HR. Bukhari).
C. Konsisten Konsisten adalah salah satu sifat yang mulia yang mesti dimiliki oleh seorang jaksa yang profesional. Kaitan dengan ini telah ditegaskan oleh nabi Muhammad saw yang berbunyi : Artinya : Katakanlah kebenaran itu meskipun pahit. (HR. Bukhori) Ahlak Budi Pekerti
19
ia es do n
Sebagai jaksa yang profesional sifat konsisten ini harus melekat pada diri
In
yang bersangkut-an lebih lagi dalam melaksanakan tugas kedinasan sifat
lik
konsisten mesti dikedepankan guna menjauhkan prasangka negatif masyarakat
ub
terhadap aparat penegak hukum yang selama ini sangat didambakan.
R ep
Seorang jaksa yang konsisten berarti memegang teguh pendirian, prinsip,
n
dan peraturan perundangan
ks
aa
D. Amanah
ja
Sebagai hamba Allah swt yang senantiasa taat dan berserah diri kepada-
Ke
Nya mesti memiliki sifat amanah atau dapat dipercaya. Di mana amanah ini erat kaitannya dengan kredibilitas sesesorang, jaksa yang profesional yang mestii
ik l
at
harus dimiliki sifat tersebut baik dalam menjalankan tugas kedinasan maupun
D
diluar tugas. Amanah ini tidak datang dengan sendirinya, akan tetapi dapat
da n
tumbuh karena natural dari ekses positif antara pimpinan dengan staf terhadap tugas yang diamanatkan kepadanya, antara sesama dll.
Ba
Untuk menumbuhkan dan melestarikan sifat amanah ini tentu harus
si
p
didasari akidah yang kuat, keikhlasan berbuat, dan dedikasi yang tinggi.
Ar
Allah swt, berfirman dalam Al Qur’an Al Mu’minin yang berbunyi :
20
Ahlak Budi Pekerti
ia es do n
Artinya :
In
- Sesungguhnya berbahagia orang yang beriman (Qs. Al-Mu’minun . 1)
ub
lik
- yaitu orang yang menjaga amanat dan janji mereka (Qs. Al-Mu’minun 8)
R ep
Dari ayat diatas dapat dijelaskan bahwa orang yang dapat amanat hanyalah orang yang didasari iman yang kuat dan sangatlah berbahagia apabila orang
aa
n
tersebut dapat menjaga-nya,
ks
Hadits Nabi Muhammad saw;
ja
Artinya :
Ke
Tanda-tanda orung munafik itu ada 3 (tiga) yaitu apabila mengatakan sesuatu ia
ik l
da n
D
(HR Bukhari)
at
berdusta, apabila berjanji ia mengingkari dan apabila dipercayai ia berkhianat.
Ba
E. Fatonah
Kata fatonah yang lebih tepat disebut dengan cendekia, dalam Islam
p
cendekia sangat dianjurkan, hal ini diperintahkan dalam hadits nabi Muhammad
Ar
si
saw sebagai berikut : Artinya : Mencari ilmu wajib bagi setiap dan perempuan muslim mulai dari buaian sampai liang lahat. (HR. Abdil Barr) Sifat diatas mesti harus dimiliki oleh jaksa lebih lagi untuk menjawab tantangan era teknologi dan era informasi, jaksa yang profesional dituntut menjadi cendekiawan, hal ini penting karena dalam melaksanakan tugas
Ahlak Budi Pekerti
21
ia es do n
kedinasan banyak sekali tantangan yang harus dihadapi, dianalisis dan Di era globalisasi
lik
sehingga memerlukan wacana akademik yang memadai.
In
diselesaikan dari berbagai kasus yang terjadi di masyarakat yang cukup canggih
ub
bentuk dan jenis kejahatan sudah bertaraf trans internasional, dalam hal ini
R ep
pelakunya sudah melibatkan antar negara dan penyelesaiannya sangat rumit karena setiap negara mempunyai sistem hukum yang berbeda sehingga mau tidak mau, suka tidak suka jaksa harus memahami sistem hukum yang berlaku di
ja
ks
aa
n
negara tersebut dengan berbagai konsekwensinya.
Ke
F. Tabligh
at
Istilah lain dari tabligh adalah menyampaikan, artinya menyampaikan
ik l
sesuatu dari sumbernya kepada orang lain. Adakalanya sesuatu yang
D
disampaikan bersifat sirriyah (rahasia), dan adakalanya terbuka. Dalam hal ini Al
Ar
si
p
Ba
da n
Qur’an dalam Surat An Nahl ayat 125 memberi pedoman sebagai berikut :
Artinya : Sampaikanlah (ajaklah manusia) kepada jalan TuhanMu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik, sesungguhnya TuhanMu adalah yang lebih mengetahui tentang sifat yang
22
Ahlak Budi Pekerti
ia es do n
tersebut dari jalannya, dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
In
mendapat petunjuk. (Qs. An Nahl : 125)
lik
Dari ayat diatas dapat dijelaskan bahwa penyampaian sesuatu harus, dengan
ub
hikmah (bijak) artinya apa yang disampaikan kepada siapa, kapan, dimana, dan
R ep
bagaimana cara menyam-paikan sesuatu harus berpedoman pada norma yang berlaku.
aa
n
Kaitannya dengan profesi jaksa dalam melaksanakan tugas kedinasan
ks
dengan tabligh bahwa sebagai aparat penegak hukum harus bijak dan selalu
ja
berpegang pada aturan yang dibuat oleh Allah swt dan atau aturan yang dibuat
ik l
G. Kesederhanaan
at
Ke
manusia.
D
Meskipun jaksa sebagai aparat penegak hukum yang berada digaris depan
da n
yang selalu menjadi perhatian media dan masyarakat, sudah barang tentu pola kehidupannya tidak terlepas dari sumber berita. Oleh karena itu pola hidup
Ba
sederhana perlu ditanamkan dalam pribadi seorang jaksa dan keluarganya
Ar
si
p
sehingga tercemin keluarga mawaddah warahmah. Pengertian hidup sederhana ini bukan berarti seorang jaksa tidak boleh
menjadi orang kaya raya, akan tetapi pola kehidupannya tidak menjadi tumpuan kecemburuan orang lain yang berakibat prasangka negatif. Dalam ajaran agama Islam setiap orang justru dianjurkan untuk menjadi orang kaya sehingga dengan kekayaannya itu mereka dapat membantu orang miskin, namun demikian perlu diingat bahwa harta kekayaannya itu harus diperoleh dari jalan yang diridhoi oleh Allah swt, karena kelak akan ditanya “dari mana hartamu diperoleh dan untuk apa hartamu dibelanjakan ?” Ahlak Budi Pekerti
23
ia es do n
ub
lik
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
In
BAB V
R ep
A. Arogan
Sifat arogan hampir dipunyai/melekat pada setiap individu yang memiliki
aa
n
jabatan/ kedudukan disetiap profesi, dan sifat ini dalam agama sungguh sangat
ks
tidak terpuji karena dari sifat ini timbul sifat-sifat lain seperti, sombong, sok
ja
paling pintar, sok paling kuasa, sok paling jago dan sifat-sifat buruk lainnya.
Ke
Sifat tersebut tergolong penyakit mental yang kronis dan segera diobatai dengan obat paten yang diramu cukup canggih berupa ajaran-ajaran agama yang
at
didalamnya telah disebutkan bahwa sifat sombong, sok kuasa dan lain-lain
D
ik l
adalah milik Allah swt bukan milik manusia.
Ar
si
p
Ba
da n
Firman Allah swt surat Lukman ayat 18 menyebutkan :
Artinya : Sesungguhnya Allah swt tidak suka kepada setiap orang yang sombong lagi membangga-banggakan diri. (Qs. Al-Luqman : 18)
24
Ahlak Budi Pekerti
ia es do n
R ep
2. Arogan bisa menumbuhkan rasa tidak simpati.
ub
1. Arogan bisa menumbuhkan rasa kebencian.
lik
Untuk menjawab pertanyaan ini paling tidak ada tiga alasan :
In
Mengapa Arogan diharamkam dalam agama ?
3. Arogan bisa menumbuhkan rasa permusuhan.
aa
n
B. Suap
ks
Istilah lain dari suap adalah sogok. Suap biasanya dilakukan oleh seorang
ja
yang salah satu diantaranya mempunyai kewenangan dan keduanya sama-sama
Ke
mempunyai kepentingan. Biasanya dalam realita orang menggunakannya dengan
at
berbagai macam cara yang batil untuk mendapatkan materi sedangkan yang tidak
ik l
mempunyai kewenangan berkepentingan agar urusannya cepat selesai meskipun
D
hal itu dilarang oleh ajaran agama Islam seperti disebutkan dalam hadits nabi
da n
yang berbunyi :
Ba
Artinya :
p
Orang yang menyuap dan orang yang menerimanya semua masuk neraka. (Hr.
Ar
si
Ashabus Sunnah) Dalam hadits lain disebutkan bahwa orang yang memberi dan orang yang menerima serta orang yang menjadi perantara semuanya masuk neraka. Hadits tersebut berbunyi : Artinya : Rasulullah mengutuk orang yang memberi suap, orang yang menerima suap, dan orang yang menjadi perantara. (HR. Ahmad dan Hakim)
Ahlak Budi Pekerti
25
ia es do n
Dari hadits diatas perlu ditegaskan bahwa masalah suap menyuap yang sudah
lik
menerapkan sanksi hukum yang berat bagi para pelakunya.
In
membudaya dari tingkat atas sampai terbawah perlu dihilangkan dengan
ub
Perbuatan suap dalam hukum Islam di kategorikan jenis pidana ta’zir artinya
R ep
norma per-buatannya sudah ditentukan dalam nash sedangkan sanksi hukumnya
aa
Mengapa suap diharamkan oleh agama ?
n
diserahkan kepada manusia
ks
Untuk menjawab prtanyaan ini paling tidak ada tiga alasan
at
2. merugikan orang lain
Ke
ja
1. mendapatkan materi dengan jalan yang tidak halal/batil
D
ik l
3. perbuatan tercela
da n
Dalam ajaran agama Kristen Protestan disebutkan :
Ba
“Suap janganlah kamu terima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutuskan perkara-perkara orang yang benar” (Keluaran
si
p
23 : 8)
Ar
“Sebab Tuhan Allahmulah segala Allah dan Tuhan segala Tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang anda ataupun menerima suap” (Ulangan 10 : 17) “Janganlah memutar balikkan keadaan, janganlah memandang bulu dan janganlah menerima suap, Sebab suap membuat bulu mata orang-orang bijaksana dan memutarbalikan orang-orang benar” (Ulangan 10 : 19)
26
Ahlak Budi Pekerti
ia es do n
Dalam ajaran agama Kristen Katolik disebutkan :
In
“Janganlah memutar balikan keadaan, janganlah memandang bulu dan
lik
janganlah menerima suap, Sebab suap membuat bulu mata orang-orang
R ep
ub
bijaksana dan memutarbalikkan orang-orang benar” (Ulangan 16 : 19)
Dalam ajaran agama Hindu disebutkan :
aa
n
Hana pwa wwang mangke kramanya, mangga maka sadanang adharma,
ks
ampangar janarhta, shadana ring dharma prayonanikang artha denya,
ja
ikang wwang mangkana kramanya, leheng juga yan tan pangarjan, apan
Ke
yakti temen ikang maninggahi latek sangke ring mangambah yadyapiin
at
wasehane awasananya. (Ss. 264)
ik l
Artinya :
D
“Jika ada orang yang begini perilakunya, berusaha mendapatkan harta
da n
kekayaan dengan menyimpang dari hukum kebenaran (dharma), kemudian harta
Ba
itu dipergunakan Untuk membiayai usaha-usaha dharma (kebajikan), orang yang demikian perilakunya lebih baik tidak dilaksanakan, sebab lebih baik tidak
si
p
menginjak lumpur daripada menginjaknya, walaupun akhirnya akan dapat
Ar
dibasuhnya” Hana yartha ulihning parlklesa, ulihning anyaya kuneng, athawa kesembahning satru kuneng, hetunya ikang artha mangkana, kramanya, tan kengina kena ika. (Ss. 266)
Ahlak Budi Pekerti
27
ia es do n
Artinya:
In
Ada yang diperoleh dengan jalan kotor, uang diperoleh dengan jalan melanggar
lik
hukum ataupun uang persembahan orang lain (sogok) uang yang demikian
R ep
ub
halnya jangan hendaknya engkau inginkan.
C. Korupsi
aa
n
Istilah korupsi dalam agama Islam identik dengan pencurian, korupsi ini
ks
pencurian yang dilakukan oleh seseorang yang mempunyai jabatan/kewenangan
ja
baik di instansi pemerintah maupun non pemerintah. Pencurian seperti ini
Ke
bahayanya lebih besar dibandingkan dengan pencurian biasa karena obyeknya adalah uang negara dimana uang negara berasal dari rakyat dan harus pencurian ini Allah swt telah
ik l
at
dipergunakan untuk kepentingan rakyat. Dalam
Ar
si
p
Ba
da n
D
menegaskan dalam surat Al-Maidah ayat 38 sebagai berikut :
Artinya : Pencuri laki-laki dan pencuri perempuan hendaklah kamu potong tangan-tangan mereka sebagai balasan atas apa yang telah mereka perbuat sebagai contoh yang menakutkan dari Allah swt dan Allah swt itu maha kuasa dan maha bijaksana, (Qs. Al-Maidah : 38)
28
Ahlak Budi Pekerti
ia es do n
Dari ayat diatas perlu dijelaskan bahwa nilai barang yang dicuri sahingga dapat
In
dipotong tangannya, para ulama sepakat bahwa nilainya minimal 53,76 gram
lik
perak.
ub
Mengapa korupsi diharamkan oleh agama ?
R ep
Minimal ada 4 alasan untuk menjawab pertanyaan diatas
aa
n
1. merugikan perekonomian negara
ks
2. memperkaya dengan menempuh jalan pintas
ja
3. menimbulkan kecemburuan sosial
Ke
4. menimbulkan sifat egois/masa bodoh terhadap lingkungan
ik l
at
Dalam ajaran agama Kristen Protestan disebutkan :
D
“Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras
da n
dan meluruskan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri supaya ia dapat
Ba
membagikan kepada orang yang berkekurangan. (Efesus 20 : 21) “Jadi bagaimana engkau yang mengajar orang lain, tidaklah engkau mengajar
p
dirimu sendiri, engkau sendiri mencuri, jangan mencari, mengapa engkau
Ar
si
sendiri mencuri?” (Roma 2.2, Ef 4,28) Dalam ajaran agama Budha disebutkan : "Di alam ini ia bersedih, juga di alam sana, di kedua alam ini orang jahat bersedih hati dan menderita segala macam kesusahan sebagai akibat dari perbuatannya yang jahat” (Dharma pada ayat 15)
Ahlak Budi Pekerti
29
ia es do n
“di alam ini ia menderita juga di alam sana, di kedua alam ini orang jahat
In
menderita, ia diganggu oleh pikiran jahatnya Ia lahir di neraka dicengkeram
lik
oleh derita.
ub
Dalam ajaran agama Hindu menyebutkan :
R ep
Hana pwa wwang mangke kramanya, mangga maka sadanang adharma, ampangar janarhta, shadana ring dharma prayonanikang artha denya,
aa
n
ikang wwang mangkana kramanya, leheng juga yan tan pangarjan, apan
ks
yakti temen ikang maninggahi latek sangke ring mangambah yadyapiin
ja
wasehane awasananya. (Ss. 264)
Ke
Artinya :
at
"Jika ada orang yang begini perilakunya, berusaha mendapatkan harta
ik l
kekayaan dengan menyimpang dari hukum kebenaran (dharma), kemudian harta
D
itu dipergunakan untuk membiayai usaha-usaha dharma (kebajikan), orang yang
da n
demikian perilakunya lebih baik tidak dilaksanakan, sebab lebih baik tidak menginjak lumpur daripada menginjaknya, walaupun akhirnya akan dapat
Ba
dibasuhnya".
si
p
Hana yartha ulihning parlklesa, ulihning anyaya kuneng, athawa
Ar
kesembahning satru kuneng, hetunya ikang artha mangkana, kramanya, tan kengina kena ika. (Ss. 266) Artinya : Ada yang diperoleh dengan jalan kotor, uang diperoleh dengan jalan melanggar hukum ataupun uang persembahan orang lain (sogok) uang yang demikian halnya jangan hendaknya engkau inginkan.
30
Ahlak Budi Pekerti
ia es do n
D. Pemerasan
In
Pemerasan merupakan perbuatan yang dilarang oleh agama. Perbuatan
lik
pemerasan ini dilakukan oleh orang yang mempunyai kekuasaan/kewenangan
ub
berkenaan dengan tugas/ profesinya terhadap suatu yang sedang ditanganinya
R ep
karena masing-masing mempunyai kepentingan. Adapun teknik/cara meras setiap pelaku mempunyai cara tersendiri sesuai dengan karakter/budaya masing-
n
masing dari mulai cara yang paling halus, lemah lembut, sopan sampai dengan
aa
cara yang paling kasar/ brutal dengan menakut-nakuti korban seperti melanggar
ks
aturan, tawar-menawar jumlah uang, untuk ini, untuk itu, dan lain-lain demi
Ke
ja
untuk mendapatkan materi sebanyak-banyaknya. Hal tersebut jelas dilarang oleh agama Islam seperti ditegaskan dalam Al
p
Ba
da n
D
ik l
at
Qur’an surat Al Baqarah ayat 188, sebagi berikut :
Ar
si
Artinya : “Janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan batil (tidak halal)”. Mengapa pemerasan diharapkan dalam agama Minimal 4 alasan untuk menjawabnya
1. Ingin kaya dengan jalan pintas 2. Tidak mau bekerja keras Ahlak Budi Pekerti
31
ia es do n
3. Yang diperas memberi materi dengan sangat terpaksa
In
4. Menimbulkan dendam dan kebencian
ub
lik
Disamping perbuatan-perbuatan diatas masih banyak perbuatan yang tidak terpuji lainnya yang dapat mempengaruhi kesehatan mental seorang jaksa
R ep
misalnya :
n
- Egois (merasa dirinya paling super)
aa
- Individualistis (mementingkan pribadi)
ks
- Munafik (tidak ada kesatuan antara ucapan dengan perbuatan)
Ke
ja
- Iri hati (tidak rela orang lain mendapat nikmat)
at
- Memfitnah (menginformasikan sesuatu yang tidak benar)
Ar
si
p
Ba
da n
D
ik l
- Mengadu domba dan lain sebagainya
32
Ahlak Budi Pekerti
ia es do n
BAB VI
ub
lik
In
PENUTUP
R ep
Profesionalitas seorang jaksa dapat diraih manakala mereka mampu, tanggap, dan peka terhadap perkembangan baik masa lalu, sekarang maupun yang
n
akan datang dengan membekali diri dalam bentuk ilmu pengetahuan sebagai modal
aa
utama.
ks
Seorang jaksa dinyatakan profesional manakala mereka sudah teruji
Ke
ja
kredibilitasnya baik dalam menjalankan tugas kedinasan maupun diluar kedinasan, kredibel dalam menjalankan profesinya sebagai jaksa dengan tetap berpegang teguh
at
pada hukum Allah swt dan hukum yang dibuat oleh manusia, mampu menjauhkan
D
ik l
diri dan faktor yang dapat mempengaruhi kredibilitas profesionalisme jaksa.
Ar
si
p
Ba
da n
Semoga dapat bermanfaat, Amiin.
Ahlak Budi Pekerti
33
ia es do n
SUMBER BACAAN
lik
ub
2. A. Hasan, Kumpulan Hadits Sahih, PT. Ma’arif, 1985
In
1. Al-Qur’an dan terjemahannya, Departemen Agama, 1980.
Ar
si
p
Ba
da n
D
ik l
at
Ke
ja
ks
aa
n
R ep
3. Harian Republika, Jakarta.
34
Ahlak Budi Pekerti