I
Pembelajaran Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hubungannya dengan Aktivitas Manusia Berwawasan Moralitas Islamr Anita Noviyanti dan Kamalliansyah Walil
l-4
Hubungan Antara Konsep Diri Terhadap Perilaku Tentang Merokok Pada Remaja di SMA Negeri 1 Calang Kabupaten Aceh Jaya
Armi
5-10
Pembelajaran Apresiasi Sastra Model Sinektik Berdasarkan KTSP pada SMA di Kabupaten Aceh Besar
Ismawirna
11-15
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Inkuiri pada Materi Sifat-Sifat Kubus'di Kelas [V SD Negeri 9 Jeunieb
Rohati
16-20
Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Guru pada SMA Negeri di Kota Banda Aceh
Martahadi dan
Anwar
2l-25
Pendidikan Berbasis Kompetensi pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) (Pembelajaran Terhadap Pemasaran Susu Kedelai di Banda Aceh
Syaifuddin
Yana
Pengukuran Kinerja Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Resource Scorecard
Badaruddin
26-33
Y
dengan Pendekatan Human
34-40
Jurnal Serambi Edukasi│Vol. 1 Edisi Khusus (2013): 1 – 4
ISSN 2338-9397
PEMBELAJARAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HUBUNGANNYA DENGAN AKTIVITAS MANUSIA BERWAWASAN MORALITAS ISLAMI PADA SMP NEGERI 19 BANDA ACEH Anita Noviyanti dan Kamalliansyah Walil Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Serambi Mekkah
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran pencemaran dan kerusakan lingkungan hubungannya dengan aktivitas manusia berwawasan moralitas islami pada siswa SMP Negeri 19 Kelas VII Banda Aceh. Data yang diperoleh dengan menggunakan lembar observasi dan angket tentang pengetahuan lingkungan yang berwawasan islami dengan One Group Pre-test Postest Design. Pembelajaran Pencemaran dan kerusakan lingkungan hubungannya dengan aktivitas manusia berwawasan moralitas islami ini diberikan melalui pembelajaran yang menekankan pesan-pesan pelestarian alam dan lingkungan hidup yang dikaitkan dengan ajaran Islam. Mengingat masyarakat Aceh yang mayoritas muslim sehingga perlu mengajarkan kepada anak didik pesan-pesan Allah SWT yang melarang kita berperilaku serakah dan membuat kerusakan di muka bumi ini. Hasil menunjukkan bahwa dari 116 siswa yang dijadikan subjek, pada umumnya siswa-siswi sangat aktif dan kreatif dalam pembelajaran dan menunjukkan sikap positif terhadap kebersihan lingkungan sekolahnya. Diharapkan siswa SMP Negeri 19 Banda Aceh dapat memiliki sikap yang ramah terhadap lingkungan, peduli terhadap lingkungan sekolahnya, agar senantiasa lingkungan terjaga kelestariannya. Kata Kunci: Pelestarian lingkungan, pencemaran, kerusakan lingkungan, aktivitas manusia berwawasan Islami PENDAHULUAN Negara Indonesia dianugrahi oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan iklim tropis. Oleh sebab itu, kita rakyat Indonesia wajib bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena kita memiliki jenis hayati tinggi bila dibandingkan dengan sebagian besar negara lain di dunia. Indonesia termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di dunia, karena baik flora maupun fauna penyebarannya sangat luas. Kekayaan hayati ini meliputi berbagai jenis tumbuhan, hewan dan mikroba. Kurang lebih sebanyak 28.000 jenis tumbuhan, 350.000 jenis hewan dan 10.000 mikroba yang hidup secara alami di Indonesia (Surtikanti, 2009:124). Namun terkadang sebagai manusia kita lupa akan kekayaan alam yang harus dijaga. Allah Swt, telah memberikan hutan yang hijau, lautan yang kaya akan jenis ikan, gunung yang menjulang sebagai daerah tangkapan hujan dan penyimpan air serta mengatur hidrologi. Tetapi manusia kini telah merubah segalanya untuk
memenuhi kebutuhan hidup, dan semua seperti tak terkendali hingga menimbulkan kerusakan (QS Al A’raaf:74). Atau melakukan perburuan terhadap satwa dan merusak habitatnya (QS Albaqarah:205), dan kadang-kadang manusia berpaling dari kenyataan, setelah diperingatkan (Wahyono, 2009:16). Manusia tinggal dan hidup dalam lingkungannya. Mereka nerinteraksi dengan komponen lingkungan fisik, baik biotik (hewan dan tumbuhan) maupun dengan komponen abiotik (tanah, air, batuan, dan lainlain). Manusia juga melakukan interaksi dengan sesamanya dan lingkungan sosialnya dan mengembangkan nilai dan norma untuk mengatur interaksi tersebut, manusia menghasilkan kebudayaan dalam berbagai bentuk seperti bahasa, teknologi dan lain-lain. Pada awalnya ketika manusia belum mengenal teknologi, hubungan manusia dengan komponen lingkungan lainnya masih berjalan secara harmonis. Selain jumlahnya masih sedikit, mereka juga tidak berlebihan dalam
1
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
mengambil sumber daya alam, sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Namun seiring dengan berkembangnya teknologi, dan meningkatnya jumlah dan kebutuhan manusia, mereka cenderung eksploitatif, dan mengambil sumber daya alam secara berlebihan. Akibat dari perilaku tersebut lingkungan mengalami perubahan, bahan-bahan pencemar sisa aktivitas manusia mencemari lingkungan perairan, udara dan daratan. Kerusakan tersebut akhirnya berdampak buruk pada manusia, diantaranya adalah berkembangnya penyakit, bencana alam dan lain-lain (Capra, 2001). Di SMP Negeri 19 Banda Aceh, dalam mata pelajaran Biologi diterapkan sebuah konsep yang berjudul Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan dan Hubungannya dengan Aktivitas Manusia. Pelajaran ini dianggap perlu mengingat keseimbangan lingkungan yang semakin menurun. Agar masyarakat khususnya siswa-siswi sejak dini mengetahui pengaruh lingkungan sangat besar bagi kehidupan, sedapat mungkin dalam pelaksanan pembelajaran ini berorientasi terhadap Alquran sehubungan penduduk Aceh yang mayoritas muslim. Nata (Fathurrohman, 2001:121) menjelaskan bahwa fungsi pendidikan yang islami adalah sebagai penyiapan kader-kader khalifah dalam rangka membangun kerajaan dunia yang makmur, dinamis, harmonis, dan lestari sebagaimana diisyaratkan oleh Allah. Dengan demikian pendidikan islami mestinya adalah pendidikan yang paling ideal, karena kita hanya berwawasan kehidupan secara utuh dan multi dimensional. Tidak hanya berorientasi untuk membuat dunia menjadi sejahtera dan gegap gempita, tetapi juga mengajarkan bahwa dunia sebagai ladang, sekaligus sebagai ujian untuk dapat lebih baik di akhirat. Dengan demikian, pendidikan yang islami mengemban misi melahirkan manusia yang tidak hanya memanfaatkan persediaan alam, tetapi juga manusia yang mau bersyukur kepada yang membuat manusia dan alam, memperlakukan manusia sebagai khalifah dan memperlakukan alam. Oleh sebab itu, pembelajaran Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan di SMP Negeri 19 Banda Aceh, diharapkan dapat dikembangkan
2 A. Noviyanti dan K. Walil
sesuai dalil-dalil yang berhubungan dengan pelestarian lingkungan, peneliti yakin dan percaya, aplikasi dari wawasan Islami dalam pembelajaran ini sangat membantu memberi kesadaran pada masyarakat sejak dini khususnya pada peserta didik, sehingga diharapkan dapat menjaga kelestarian lingkungan demi kelangsungan hidup banyak makhluk di bumi. Oleh Karena itu, kegiatan yang telah menimbulkan berbagai bencana ini, merupakan suatu pembelajaran bagi kita. Penyebaran informasi yang benar dan akurat, serta memberikan berbagai contoh kegiatan yang dapat membantu mengurangi bencana lingkungan tersebut, diyakini sangat efektif apabila melalui lembaga sekolah. Untuk itu program Pembelajaran Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hubungannya dengan Aktivitas Manusia sedapat mungkin diberikan dan diperkenalkan sedini mungkin kepada siswa-siswi di sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran pencemaran dan kerusakan lingkungan hubungannya dengan aktivitas manusia berwawasan moralitas islami pada siswa SMP Negeri 19 Kelas VII Banda Aceh.
METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 19 Banda Aceh. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 19 Banda Aceh yang terdiri dari 4 kelas sebanyak 116 siswa. Keseluruhan siswa dijadikan subjek dalam penelitian ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment, yaitu perlakuan terhadap satu variabel dan tidak ada kelas kontrol (Sukmadinata, 2005:59), dengan “one group pretest-postest design”, tanpa kelompok pembanding. Instrumen penelitian terdiri dari (1) Observasi; lembar observasi dikembangkan oleh peneliti untuk mengetahui efektivitas pembelajaran Pencemaran berwawasan moralitas islami; (2) Angket: angket berisikan pertanyaanpertanyaan yang berhubungan dengan pembelajaran dan kerusakan lingkungan.
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
pembelajaran pencemaran dan kerusakan lingkungan. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 1 di bawah ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari angket menunjukkan bahwa siswa-siswi sangat senang dengan
Tabel 1. Hasil angket siswa tentang pembelajaran pencemaran lingkungan berwawasan moralitas Islami berdasarkan persentase tertinggi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Alternatif Jawaban Pelajaran ini menyenangkan Pernah buang sampah sembarang Setelah belajar saya menjadi sadar Merasa takut dengan ayat Allah Mencoba untuk sadar lingkungan Melakukan tugas piket kelas Akan buang sampah di tempatnya Mencoba untuk berprilaku jujur Ac, lampu di kelas selalu dijaga Patuh pada aturan sekolah Akan selalu ikut Jumat bersih Senang jika menanam pohon Selalu menghormati guru Ingatkan teman untuk sadar lingk. Belajar lebih giat Jumlah
Frekuensi Tertinggi 100 116 96 116 111 110 113 98 102 116 116 100 116 96 98
Persentase (%) 82,20 100 82,75 100 95,7 94,82 97,41 84,48 87,93 100 100 86,20 100 82,75 84,48
Sumber: Hasil pengumpulan data primer (2013)
Hasil di atas menunjukkan rata-rata persentase tertinggi pada salah satu alternatif jawaban yang dipilih siswa dari 4 pilihan yang
disediakan. Untuk lebih jelasnya makan hasil persentase tersebut di gambarkan dalam bentuk grafik yang ditampilkan pada Gambar 1.
Tanggapan Positif Siswa Terhadap Pembelajaran 82.2
Pelajaran Menyenangkan
100
pernah Buang sampah sembarang setelah belajar sadar
82.75
Takut ayat Allah
100
Mencoba sadar Lingkungan
94.82 97.41
Melakukan tugas piket Buang sampah pada tempatnya Berprilaku jujur
84.48 87.93
Ac, lampu kelas dijaga
100 100
Patuh pada aturan sekolah Selalu ikut Jumat bersih
86.2
Senang menanam pohon menghormati guru
100
ingatkan teman sadar lingkungan
82.75 84.48
Belajar lebih giat
0
20
40
60
80
100
120
Gambar 1. Tanggapan Siswa dalam Pembelajaran Pencemaran Lingkungan
Berdasarkan data yang diperoleh dari siswa, diketahui bahwa siswa sangat menyenangi
pembelajaran pencemaran dan kerusakan lingkungan yang disertai dengan tindakan
Pembelajaran Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hubungannya dengan Aktivitas Manusia Berwawasan Moralitas Islami
3
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
kebersihan di lingkungan sekolah. Hal ini terlihat dari tanggapan siswa yang lebih setengah siswa menyatakan bahwa pembelajaran pencemaran berwawasan islami mempermudah dalam memahami materi pelajaran, belajarnya menyenangkan karena melibatkan siswa berinteraksi secara langsung dengan lingkungan, dan membuat rasa taat kepada Allah SWT semakin tinggi. Siswa juga memberi tanggapan bahwa pembelajaran berwawasan islami membuat mereka meningkatkan sikap jujur, dan lebih sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dan melestarikannya demi kelangsungan hidup makhluk hidup yang ada di bumi. Siswa-siswi sangat yakin dengan dalil-dalil Allah SWT tentang pelestarian alam yang diberikan oleh guru pada saat pembelajaran melalui tayangan slide (power point). Observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa siswa-siswi sangat antusias dan ikut dalam kegiatan jumat bersih di sekolah. Meskipun sedikit capek, tetapi terlihat anak-anak member respon positif.
KESIMPULAN Pertama, pembelajaran pencemaran dan kerusakan lingkungan hubungannya dengan aktivitas manusia berwawasan moralitas islami, membuat siswa sadar akan pentingnya lingkungan dan meningkatkan sikap jujur, serta tanggung jawab untuk melestarikan lingkungan. Kedua, melalui pembelajaran pencemaran lingkungan siswa belajar menghemat dalam pemakaian sumber energi listrik, dan dalam setiap kegiatan belajar siswa menunjukkan sikap positif.
REFERENSI Badan Standar Nasional Pendidikan (2005). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Apra, Fricof (2001). Jaring-Jaring Kehidupan, Yogyakarta: Pajar Pustaka Baru Dayakisni, T & Hudaniyah. (2006). Psikologi Sosial. Malang: UM Press. Sukmadinata, N.S. (2005). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Kerjasama Pasca sarjana UPI dengan Rosdakarya. 4 A. Noviyanti dan K. Walil
Surtikanti, H.K. (2009). Biologi Lingkungan, Bandung: Prisma Press Prodaktama Wahyono, H.D. (2009). Pelestarian Alam dan Lingkungan Hidup. Aceh Besar: Fauna dan Flora Internasional Aceh Program on the biochemistry and physiology of photosynthesis in sunflower. J. Exp. Bot. 375 (53): 1781-1791
Jurnal Serambi Edukasi│Vol. 1 Edisi Khusus (2013): 5 – 10
ISSN 2338-9397
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI TERHADAP PERILAKU TENTANG MEROKOK PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1 CALANG KABUPATEN ACEH JAYA Armi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Serambi Mekkah
Abstract The purpose of this study was to examine whether there is a relationship between selfconcept on behavior on smoking in adolescents in SMA Negeri 1 Calang District of Aceh Jaya Regency. Subjects in this study were middle level adolescents who smoke are still attending high school 16-18 year old male gender. Data collection techniques used is by using a questionnaire and interviews. Data analysis technique used is to use the Product Moment Correlation formula. The results of processing the data, by comparing the test scores of a class of self-concept and classroom test scores smokers, obtained = 31.90 and so the table = 1.68, t count ≥ t table. This suggests that there is a relationship between self concept on behavior on adolescents on smoking adolescents in SMA Negeri 1 Calang Aceh Jaya. Keywords: The concept of self-esteem, Behavior and smoking in adolescents
PENDAHULUAN Merokok merupakan overt behavior dimana perokok menghisap gulungan tembakau. Hal ini seperti dituliskan dalam KBBI merokok adalah menghisap gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas (Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 752). Lebih jauh lagi Poerwadarminta (dalam Kemala 2007:9) mendefinisikan merokok sebagai menghisap rokok, dan rokok didefinisikan sebagai gulungan tembakau yang berbalut daun nipah atau kertas. Fakhrurrozi mengidentifikasi merokok sebagai overt behavior karena merokok merupakan perilaku yang nampak. Sebagai overt behavior merokok merupakan perilaku yang dapat terlihat karena ketika merokok individu melakukan suatu kegiatan yang nampak yaitu menghisap asap rokok yang dibakar ke dalam tubuh, hal ini senada dengan pendapat Armstrong (dalam Kemala 2007: 10) merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar. Perilaku merokok sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, merokok bagi sebagian orang merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi, meskipun demikian hampir semua orang mengetahui bahwa perilaku merokok itu merugikan, baik dari segi kesehatan maupun ekonomi, tidak hanya bagi dirinya sendiri tapi
juga orang-orang yang ada disekitarnya. Setiap bungkus rokok dan iklan rokok di televisi maupun media massa lainnya terdapat peringatan tentang bahaya merokok yaitu bahwa merokok dapat menyebabkan kanker, penyakit jantung, impotensi dan kelainan pada janin, tetapi hal tersebut hanya sebuah pesan klise yang tidak digubris karena pada kenyataannya jumlah perokok terus meningkat. Bukti-bukti di atas menunjukkan bahwa perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya, selain itu bahaya rokok tak hanya terbatas pada perokok saja tetapi juga menimpa orang-orang yang ada disekitar perokok atau yang lebih dikenal dengan sebutan “perokok pasif”. Sayangnya sikap orang terhadap perokok masih sangat toleran tidak seperti pada orang yang menghisap ganja ataupun minum minuman keras, merokok masih dianggap sebagai sesuatu yang lumrah. Perilaku merokok biasanya dimulai ketika seseorang masih remaja, masa dimana seorang individu sedang berada pada proses transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja sebagai generasi penerus bangsa sepatutnya memiliki derajat kesehatan fisik dan mental yang baik namun pada kenyataannya banyak perilaku remaja sekarang ini yang membahayakan kesehatan mereka sendiri salah satunya adalah perilaku merokok.
5
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
Meningkatnya jumlah remaja yang merokok dan usia yang semakin dini dalam merokok sekarang ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain orang tua, lingkungan teman sebaya, kepuasaan psikologis dari merokok, iklan di media massa, peraturan pemerintah yang masih longgar tentang merokok dan masih banyak lagi yang lainnya. Selama masa remaja, khususnya masa-masa remaja pertengahan, kita lebih mengikuti standar-standar teman sebaya daripada yang kita lakukan pada masa kanak-kanak. Para peneliti telah menemukan bahwa pada kelas sembilan, konformitas dengan teman sebayakhususnya dengan standar-standar anti sosial mereka-memuncak (Santrock, 2002). Konformitas dengan teman sebaya ini salah satunya adalah perilaku merokok, namun demikian tidak semua remaja mudah terpengaruh untuk merokok karena ajakan teman-temannya. Remaja mulai mempertanyakan nilai-nilai yang ada selama ini, akibatnya remaja mengalami berbagai konflik yang berkaitan dengan dirinya, mereka mulai mempertanyakan tentang konsep diri mereka, selain itu remaja juga mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri dan orang lain dan membandingkan diri mereka dan orang lain dengan standar-standar ideal ini (Santrock, 2002). Diri ideal atau diri yang diharapkan oleh remaja adalah bagian dari konsep diri mereka, menurut Calhoun dan Cocella (Saad, 2003) konsep diri adalah bagaimana orang memandang dirinya dengan caranya masingmasing yang meliputi dimensi-dimensi berikut: pertama adalah pengetahuan tentang diri yang dipahami oleh dirinya (self knowledge), kedua, harapan yang diletakkan pada diri oleh individu yang bersangkutan (self expectations) dan ketiga adalah penilaian terhadap dirinya sendiri (self evaluations). Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa konsep diri remaja adalah bagaimana remaja melihat dirinya sendiri, baik fisik, psikologis maupun sosial dan konsep diri ini merupakan bagian yang penting dari kepribadian sehingga akan mempengaruhi perilaku remaja dalam kehidupan sehari-harinya termasuk perilaku merokok.
6 Armi
Salah satu faktor kepribadian yang berhubungan dengan perilaku remaja adalah konsep diri. Konsep diri adalah penilaian seseorang terhadap dirinya secara keseluruhan baik fisik, psikis, sosial, maupun moral. Aspek yang paling berpotensi menimbulkan masalah bagi remaja adalah sosial. Penilaian orang lain terhadap diri remaja dan pengaruh lingkungan sosial yang didapatkan, bergantung pada penilaian orang lain, terutama teman-temannya dan orang-orangyang berada di sekitar remaja. Pengaruh lingkungan sosial ini mempengaruhi pengembangan konsep diri remaja tersebut (Hutagalung, 2007). Perilaku merokok pada remaja umumnya dilakukan karena mereka takut dianggap tidak gaul, takut ditinggalkan kelompoknya, tidak dianggap dewasa, ataupun mereka mengikuti perilaku rang tua dirumahnya. Mereka beranggapan bahwa perilaku semacam ini dapat memberikan image atau citra seperti yang mereka harapkan selama ini yaitu dianggap sebagai orang dewasa, mereka lebih gagah, jantan, berani serta mempunyai kesan berwibawa. Penyebab orang melakukan perilaku merokok antara lain merasa kesepian, merasa sendiri, sedang menghadapi masalah, putus dengan pacar, merasa dingin, menghilangkan rasa ngantuk, iseng karena ingin mencoba-coba tetapi pada akhirnya ketagihan, supaya tenang, supaya tidak takut, pelepasan sejenak terhadap tekanan, untuk bersosialisasi, supaya mulut tidak terasa asamsetelah makan, serta gengsi (Haryanti, dalam Widayat 2005 : 2). Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara konsep diri terhadap perilaku tentang merokok pada remaja di SMA Negeri 1 Calang Kabupaten Aceh Jaya. METODE PENELITIAN Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah remaja tingkat pertengahan yang merokok yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas yang berusia 16– 18 tahun berjenis kelamin lakilaki. Variabel Penelitian Variabel penelitian akan menentukan variabel mana yang mempunyai peran atau yang disebut variabel bebas dan variabel mana yang
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
bersifat mengikut atau variabel terikat. Berikut akan dijelaskan mengenai variabel penelitian, yaitu: 1. Variabel bebas adalah faktor sebab (variabel X) : Konsep Diri Terhadap Perilaku. 2. Variabel terikat adalah faktor akibat (variabel Y): Tentang Merokok Pada Remaja Populasi dan sampel. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah murid laki-laki kelas X, XI dan kelas XII SMA Negeri1 Calang yang berjumlah 58 orang siswa. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut: 1) Mendata populasi penelitian dan memberikan nomor identitas pada populasi. 2) Menulis pada kertas-kertas kecil nomor identitas populasi kemudian menggulung dan meletakkannya dalam wadah sesuai dengan kelasnya masing-masing. 3) Mengocok dan menjatuhkan satu per satu gulungan kertas tersebut sampai sejumlah 58 siswa. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan instrumen penelitian sebagai berikut: 1. Metode Angket Angket diberikan kepada murid laki-laki kelas X , XI dan kelas XII SMA N I Calang secara acak-acak. Data yang nantinya akan kami ambil dari angket, berupa data tentang hubungan konsep diri terhadap perilaku tentang merokok pada remaja di SMA. Tabel 1. Tabel Kisi-kisi Angket Variabel
Indikator
Konsep diri terhadap perilaku (X1)
1. Kemampuan fisik 2. Penampilan fisik 3. Hubungan dengan lawan jenis 4. Hubungan dengan teman sesama lawan jenis 5. Hubungan dengan orang tua 6. Kestabilan emosi 7. Jujur dan percaya diri 1. Tipe merokok 2. Tempat untuk merokok
Tentang merkok
Butir Soal 1,2,3 4,5,6, 7,8,9, 10,11,12 13,14,15 16,17,18 19,20. 1,2,3 4,5,6
pada remaja (X2)
3. 4.
5. 6. 7.
Dampak merokok Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku remaja merokok Waktu untuk merokok Tipe-tipe perilaku merokok Jenis rokok
7,8,9 10,11,12 13,14,15 16,17,18 19,20.
2. Metode Wawancara Alasan digunakannya wawancara karena dengan wawancara akan diperoleh keterangan dari sumber secara lebih mendalam. Selain itu metode wawancara digunakan sebagai pelengkap metode pengukuran lain. Wawancara yang dilakukan berkisar tentang konsep diri terhadap perilaku tentang merokok pada remaja yang masih duduk bangku SMA.
HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh adalah hasil angket pada konsep diri dan tentang merokok pada remaja di SMA Negeri 1 Calang Kabupaten Aceh Jaya. Dapat dilihat bahwa nilai tertinggi pada kelompok konsep diri 90. Sedangkan nilai terendah pada remaja perokok adalah 65. Tabel 2. Distribusi kelompok (X) dan (Y) Rentang Nilai 0−45 46−65 66−85 86 −100
Kriteria
Kurang Cukup Baik Sangat Baik Jumlah
Perokok pada Remaja 18 11 0 0
%
Konsep Diri
%
62,1 37,9 0 0
0 1 19 9
0 3,4 65,5 31,0
29
100
29
100
Sumber: Data primer (diolah)
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada perokok remaja criteria kurang 18 atau sekitar 62,1%, criteria cukup 11 atau sekitar 37.9%, sedangkan criteria baik dan sangat baik tidak ada nilai. Sedangkan pada konsep diri kurang 0 tidak ada nilai, criteria cukup 1 atau sekitar 3,4%, kriteria baik 19 sekitar 65,5. Kriteria sangat baik ada 9 orang atau sekitar 31,0%. Untuk melihat hubungan antara konsep diri terhadap perilaku tentang merokok pada remaja maka digunakan rumus Korelasi Product moment Person, seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2005:369), yaitu:
Hubungan Antara Konsep Diri Terhadap Perilaku Tentang Merokok Pada Remaja di SMA Negeri 1 Calang Kabupaten Aceh Jaya 7
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
n ∑ xy − (∑ x )(∑ y )
r=
{n∑ x
2
}{
− (∑ x ) n ∑ y − (∑ y )
r =
2
2
2
}
58 (98585) − (2415)(1190)
[58(202275) − (2415) ][58(53900) − (1190) ] 2
r =
2
5717930 − 2873850
[11731950 − 5832225] [3126200 − 1416100]
Untuk menentukan keberartian koefisien korelasi maka digunakan rumus uji student (uji-t) yakni: t = r n−2 1 − r2
t
=
1 − (0,89)
2
2844080
r =
(5899725) (1710100) 2844080 1008911972 2844080 3176344
r = r = r =
0,89
0,89 58 − 2
t t
0,89 56 1 − 0,79 0 , 89 (7,53) = 0,21 6,70 t = 0,21
=
thitung = 31,90 Tabel 3. Kriteria Nilai Koefisien Korelasi No Interval Tingkat Koefisien Hubungan 1 0,00 - 0,199 Sangat Rendah 2 0,20 - 0,39 Rendah 3 0,40 - 0,599 Cukup 4 0,60 - 0,799 Tinggi 5 0,80 - 1,000 Sangat tinggi Dari perhitungan di atas, diperoleh koefisien korelasi (rxy) adalah 0,89. Jika diklasifikasikan ke dalam kriteria nilai koefisien korelasi dengan interval koefisien 0,89 maka tingkat hubungan yang positif dan signifikan hubungan antara konsep diri terhadap perilaku tentang merokok pada remaja di SMA Negeri 1 Calang Kabupaten Aceh Jaya. Pengujian Hipotesis Setelah koefisien korelasi diperoleh, kemudian menguji apakah koefisien korelasi signifikan atau tidak dengan menggunakan uji-t. Rumusan hipotesa alternative (Ha) dan hipotesis nihil (Ho), yang penulis ajukan adalah: Ha : adanya hubungan yang signifikan antara konsep diri terhadap perilaku tentang merokok pada remaja di SMA Negeri 1 Calang. H0 : Tidak adanya hubungan antara konsep diri terhadap perilaku tentang merokok pada remaja di SMA Negeri I Calang Adapun kriteria pengujiannya adalah: Jika thitung ≥ ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak Jika thitung < ttabel maka Ha ditolak dan Ho diterima
8 Armi
Berdasarkan langkah-langkah yang telah diselesaikan diatas, maka didapat thitung = 31,90. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis pada taraf signifikan 5% (α = 0,05) dengan derajat kebebasan (dk): dk = (n1 + n2) = 29 + 29 −2 = 58 −2 = 56 Maka, Ttabel = (0,95) (56) = 1,68 Karena thitung= 31,90 ≥ ttabel = 1,68, maka ini berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri terhadap perokok remaja . Dan berdasarkan uji studen maka hipotesis (Ha) diterima dan (Ho ) ditolak karena nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (thitung = 31,90 ≥ ttabel = 1,68). Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa di SMA Negeri 1 Calang mereka merokok karena terpengaruh dari lingkungan, siswa yang tidak terbiasa merekok sering dibilang kurang pergaulan dan merasa minder, oleh karena siswa merokok, dalam membli rokok siswa memakai uang jajan yang diberikan oleh orang tua mereka masing-masing dan ada yang dikasih sama kawan. Siswa di SMA Negeri 1 Calang mengaku mereka susah untuk memberhentikan merokok, karena sudah menjadi kebiasaan dan mereka kurang tau kalau merokok merusak kesehatan, kejadian yang demikian kurang nya pengawasan orang tua pada siswa yang merokok, orang tua hanya memenuhi kebutuhan fisik semata tanpa memperhatikan mental anak.
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku merokok sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, merokok bagi sebagian orang merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi, meskipun demikian hampir semua orang mengetahui bahwa perilaku merokok itu merugikan, baik dari segi kesehatan maupun ekonomi, tidak hanya bagi dirinya sendiri tapi juga orang-orang yang ada disekitarnya. Setiap bungkus rokok dan iklan rokok di televisi maupun media massa lainnya terdapat peringatan tentang bahaya merokok yaitu bahwa merokok dapat menyebabkan kanker, penyakit jantung, impotensi dan kelainan pada janin, tetapi hal tersebut hanya sebuah pesan klise yang tidak digubris karena pada kenyataannya jumlah perokok terus meningkat. Konsep diri negatif mendorong remaja untuk berperilaku yang dapat membuat mereka lebih baik, remaja yang merokok percaya bahwa merokok mempunyai karakteristik yang positif. Perokok cenderung mengasosiasikan merokok dengan kemampuan bergaul, bersenang-senang dan mandiri Pandangan mengenai diri sendiri tersebut merupakan suatu proses mental yang memiliki tiga dimensi, yaitu pengetahuan, pengharapan, dan penilaian mengenai diri sendiri. Berdasarkan hasil dari pengolahan data diperoleh korelasi (rxy) = 0,89 yang berarti terdapat korelasi positif antara variabel X dan Y. Ini berarti bahwa adanya hubungan antara konsep diri terhadap perilaku tentang merokok remaja di SMA Negeri 1 Calang, diperoleh Thitung = 31,90 dan Ttabel = 1,68. Jadi, Thitung ≥ Ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis alternative (Ha ) diterima dan hipotesis Nihil (Ho ) ditolak, artinya adanya pengaruh yang signifikan Hasil wawancara dengan siswa di SMA Negeri 1 Calang, kebiasaan merokok siswa di SMA Negeri 1 Calang karena pengaruh pergaulan dari teman sepergaulannya, kemudian mengakibatkan ketagihan siperokok yang susah untuk dihentikan, kurangnya pengawasan orang tua salah satu faktor anak merokok ditambah lagi keterbukaan anak dengan orang tua yang kurang. Kurangnya kesadaran anak tentang bahaya merokok bagi kesehatan sangat minim hal ini dikarenakan anak yang merokok tidak tau
bahaya yang ditimbulkan dari efek rokok tersebut karena tidak ada yang memberi tau, karena semua teman-temannya pun perokok. Tidak adanya keterbukaan antara anak dan orang tua dalam upaya mengurangi anak merokok merupakan hal sulit untuk menjauhkan anak dari rokok karena sudah menjadi kebiasaan bagi siswa. KESIMPULAN Kesipulan yang dapat diambil pada penelitian ini adalah: (1) Konsep diri sangat mempengaruhi pandangan mengenai diri sendiri tersebut merupakan suatu proses mental yang memiliki tiga dimensi, yaitu pengetahuan, pengharapan, dan penilaian mengenai diri sendiri. Perilaku merokok sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, merokok bagi sebagian orang merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi hal ini tentu saja bentuk konsep diri yang negatif yang tidak perlu dicontoh; (2) Berdasarkan hasil dari pengolahan data diperoleh korelasi (rxy) = 0,89 yang berarti terdapat korelasi positif antara variabel X dan Y. Ini berarti bahwa hubungan antara konsep diri terhadap perilakun tentang merokok remaja memiliki hubungan yang positif; dan (3) Hasil pengolahan data, dengan membandingkan nilai tes kelas konsep diri dan nilai tes siswa perokok, diperoleh = 31,90 dan Ttabel = 1,68 jadi, Thitung ≥ Ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan anatara konsep diri terhadap perilaku tentang merokok pada remaja di SMA Negeri 1 Calang Kabupaten Aceh Jaya. Diharapkan kepada remaja agar tidak merokok, karena merokok dapat membahayakan kesehatan. Tingkatkan pengetahuan mengenai bagaimana cara berhenti merokok salah satunya menanamkan konsep pada diri sendiri bahwa merokok sangat berbahaya. Kepada guru juga disarankan terus berupaya meningkatkan kualitas mengajar dan mengawasi siswa yang merokok agar dapat diberikan nasehat-nasehat bahwa remaja tidak diperbolehkan merokok apalagi masih berada dilingkungan sekolah.
REFERENSI Armstrong, M. 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : PT. Gramedia
Hubungan Antara Konsep Diri Terhadap Perilaku Tentang Merokok Pada Remaja di SMA Negeri 1 Calang Kabupaten Aceh Jaya 9
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
Poerwadarminta, W.j.s, 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka. Santrock, W. J. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup.Jilid 2. Terjemahan. Damanik dan Chusairi. Edisi Kelima. Jakarta: Penerit Erlangga. Widianti, E. (2007). Remaja dan Permasalahannya Bahaya Merokok, Penyimpangan Seks Pada Remaja, dan Bahaya Penyalahgunaan Minuman keras/ Narkoba. Makalah disampaikan dalam penyuluhan sosial mengenai remaja dan permasalahannya Tsanawiyah Banuraja dan Tsanawiyah, Al-ihsan Batujajar, Bandung.
www.e-psikologi.com/2011/04/pengertiandan-faktor--konsep-diri:html) Konsep Diri. Diakses pada tanggal 29 April 2011. www.e-psikologi.com. Ada Apa Dengan Merokok. html. Diakses 5 Juni 2002. www.depokmetro.com. Efek Instan I Barang Rokok. Diakses pada 6 September 2005.
10 Armi
Jurnal Serambi Edukasi│Vol. 1 Edisi Khusus (2013): 11 – 15
ISSN 2338-9397
PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA MODEL SINEKTIK BERDASARKAN KTSP PADA SMA DI KABUPATEN ACEH BESAR Ismawirna Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Serambi Mekkah
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra model sinektik berdasarkan KTSP di di SMA Aceh Besar, sistem evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran tersebut, dan hambatan-hambatan yang dialami oleh guru dalam pembelajaran apresiasi sastra model sinektik berdasarkan KTSP di SMA Aceh Besar. Populasi penelitian mencakup seluruh SMA yang ada di Aceh Besar pada tahun 2013 yang berjumlah 25 SMA. Sampel penelitian ditetapkan dengan teknik pusposive random sampling dengan mempertimbangkan lingkuangan alamiah sosial sekolah. Jumlah sekolah sampel sebanyak 5 SMA dengan melibatkan 15 orang guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia, dan 5 orang kepala sekolah. Data penelitian dikumpulkan dengan daftar isian pedoman observasi, pedoman wawancara, angket dan dokumentasi, serta dianalisis secara deskriptif interpretatif yang dilengkapi dengan crosscheck data dan sumber data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada proses pembelajaran apresiasi sastra guru-guru pada prinsipnya tidak mengejar materi, sebaliknya dalam menyajikan materi guru-guru SMA Aceh Besar lebih menekan pada pemahaman dan penghayatan terhadap karya sastra yang sedang dipelajari sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan daya apresiasi dan daya ekspresi siswa terhadap karya sastra. Sistem evaluasi yang dilakukan meliputi tes kemampuan dasar, penilaian selama proses belajar mengajar berlangsung, dan penilaian hasil belajar dan penilaian kelas. Adapun hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, yang masing-masing harus mencapai target perolehan nilai sebesar 70% ke atas. Masih terdapat hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra model sinektik berdasarkan KTSP di SMA Aceh Besar, di antaranya, (1) kurangnya kemampuan siswa dalam memahami dan mengapresiasi karya sastra sehingga mereka mengalami kesulitan dalam menganalisis karya sastra, (2) kurangnya sarana dan fasilitas belajar yang mendukung proses pembelajaran apresiasi sastra, misalnya terbatasnya bahan ajar yang berhubungan dengan jenis karya sastra. Kata Kunci: Pembelajaran, sinektik, apresiasi sastra
PENDAHULUAN Pembelajaran sastra merupakan bagian dari pembelajaran bahasa yang harus dilaksanakan oleh guru. Guru harus dapat melaksanakan melaksanakan pembelajaran sastra dengan menarik. Banyak cara yang harus ditempuh oleh guru agar dapat menarik perhatian siswa, karena guru atau tenaga pendidik merupakan komponen penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran apresiasi sastra adalah untuk memperluas wawasan, memperhalus
budi pekerti, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, serta siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (BSNP, 2006:2). Di samping itu pembelajaran apresiasi sastra dapat membantu siswa dalam mengembangkan kualitas kepribadian, antara lain ketekunan, kepandaian, pengimajinasian, dan penciptaan. Melalui kegiatan apresiasi sastra, siswa selalu dipertemukan dengan berbagai pengalaman batin. Misalnya, pengalaman mengiterpretasi karya sastra, pengalaman mengikuti dan menganalisis alur cerita dalam cerpen merefleksikan dirinya sebagai tokoh dalam
11
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
prosa maupun drama, memerankan tokoh drama, sampai pada siswa mengalami proses kreatif dalam menciptakan berbagai jenis karya sastra. Joyce & Weil (2009: 257) menagatakan, ada dua strategi dalam model pembelajaran sinektik. Dua strategi tersebut, yakni membuat sesuatu yang baru ( creating something new), dirancang untuk membuat hal-hal yang familiar menjadi asing, untuk membantu siswa melihat masalah-masalah, gagasan-gagasan, dan hasil-hasil yang lama dengan cara yang baru, pandangan yang lebih kreatif. Sedangkan strategi yang kedua yakni membuat yang asing menjadi familiar (amking the strange familiar) dirancang untuk membuat gagasan-gagasan yang baru dan tidak familiar menjadi lebih bermakna. Meskipun dua srategi ini menggunakan tiga jenis analogi tadi, akan tetapi sasaran, struktur, dan prinsip-prinsip tanggapan, keduanya berbeda. Kami membuat sesuatu yang asing menjadi familiar sebagai strategi kedua. Strategi pertama membantu siswa melihat sesuatu yang biasa dengan cara-cara tidak biasa dengan menggunakan analogi-analogi untuk membuat jarak konseptual. Kecuali pada langkah terakhir, di mana siswa kembali pada masalah yang semula, mereka tidak membuat perbandingan-perbandingan sederhana. Sasaran strategi ini adalah untuk mengembangkan pemahaman baru : berempati dengan atau pada sikap yang sedikit berlagak dan menggertak; merancang jalan masuk yang baru; memecahkan masalah-masalah sosial atau interpersonal, seperti sampah atau dua siswa yang sedang berkelahi, atau memecahkan masala-masalah pribadi seperti bagaimana berkonsentrasi dengan lebih baik saat membaca buku. Peran guru adalah berhatihati terhadap analisis atau kesimpulan yang terlalu dini. Dengan demikian, dalam pembelajaran apresiasi sastra guru berhak menentukan dan memilih cara, metode, strategi dan model dalam pembelajaran apresiasi sastra tersebut yang sesuai dengan materi yang akan disajikan kepada siswa di dalam kelas. Dan mencermati hal tersebut, maka dalam pelaksanaan pembelajaran, guru juga harus berpedoman pada kurikulum yang berlaku yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan, yang memberikan kebebasan yang besar kepada sekolah untuk menyelenggarakan program pendidikan yang sesuai dengan (1) kondisi lingkungan sekolah , (2) kemampuan peserta didik, (3) sumber belajar yang tersedia, (4) kekhasan daerah. Di samping kurikulum yang harus dikembangkan oleh guru dengan materi pembelajaran yang sesuai, guru juga harus memilih model pembelajaran yang menarik untuk siswa. Dan salah satunya ada model pembelajaran sinektik. Menurut Hamalik (1986:83), “Strategi pengajaran sinektik merupakan suatu strategi untuk menciptakan kelas menjadi suatu masyarakat intelektual, yang menyediakan berbagai kesempatan bagi siswa untuk bertindak kreatif dan menjelajahi gagasan-gagasan baru baru dalam bidangbidang ilmu pengetahuan alam, teknologi, dan seni. Berdasarkan pendapat tersebut, maka strategi pembelajaran sinektik ini dapat dijadikan sebagai salah satu model dalam pembelajaran apresiasi sastra di SMA. Dalam KTSP guru diberikan kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode dan model pembelajaran, sehingga guru perlu memanfaatkan berbagai metode dan model untuk membangkitkan minat, perhatian, dan kreatifitas siswa. Karena dalam KTSP guru berfungsi sebagai fasilitator dan pembelajaran berpusat pada peserta didik, sehingga dengan menggunakan metode sinektik dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran apresiasi sastra sangatlah sesuai. Pemberlakuan KTSP pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian sekolah, sehingga berdasarkan hal tersebut wewenang dan otonomi guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran lebih dituntut dan lebih kreatif serta lebih professional. Di samping itu, KTSP juga menuntut banyak hal dari pemerintah seperti perencanaan pendidikan yang baik dan terarah, penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, dan birokrasi /administrasi yang sederhana. KTSP juga menuntut partisipasi dan kedulian masyarakat, sehingga dengan persiapan yang matang dan suasana yang kondusif, KTSP berpeluang besar untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi yang diharapkan.
12 Pembelajaran Apresiasi Sastra Model Sinektik Berdasarkan KTSP pada SMA di Kabupaten Aceh Besar
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa Indonesia dan apresiasi sastra khususnya, guru perlu meningkatkan kemampuannya dalam bidang pembelajaran apresiasi sastra. Guru perlu terus berusaha meningkatkan kemampuannya dan terus belajar untuk memberikan yang terbaik bagi siswanya. Guru harus mengenal, mempersiapkan diri, dan menyiasati kurikulum, sehingga guru dapat menghadapi dan memecahkan masalahmasalah yang muncul. Dengan demikian, pembelajaran apresiasi sastra model sinektik merupakan salah satu model yang sesuai dengan konsep KTSP. Oleh karena itu kesiapan guru dan profesionalitas guru, kreatifitas, kemandirian, dan wawasan guru dalam menunjang pembelajaran sangatlah dituntut untuk menghasilkan siswa yang berkualitas dari sisi intelektual, mental, maupun spiritualnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan, sistem evaluasi dan hambatan yang dihadapi guru dalam pembelajaran apresiasi sastra model sinektik berdasarkan KTSP di SMA Aceh Besar.
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Adapun yang menjadi populasi penelitian ini mencakup seluruh SMA yang ada di Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2013 yang berjumlah 25 SMA. Sampel penelitian ditetapkan dengan teknik purposive random samling dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan sosial alamiah sekolah. Jumlah sekolah sampel sebanyak 5 sekolah, dengan rincian 2 SMA berada di daerah bencana tsunami, 1 SMA berbatasan dengan wilayah Kota Banda Aceh, dan 2 SMA yang tidak terkena tsunami, dengan melibatkan 15 orang guru bahasa dan sastra Indonesia dan 5 kepala sekolah. Teknik Pengumpulan Data Dalam Pelaksanaan di lapangan, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Angket, yaitu dengan cara menyebarkan sejumlah pertanyaan sesuai dengan sasaran penelitian. Angket khususnya diedarkan kepada guru bahasa dan sastra Indonesia.
Angket disusun dalam terbuka dan tertutup. 2. Wawancara, yaitu dengan mengadakan dialog langsung dengan guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia yang mengajar di SMA Aceh Besar untuk memperoleh informasi yang diperlukan tentang perenanaan pelaksanaan pembelajaran, system evaluasi, serta hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran model sinektik berdasarkan KTSP dalam penbelajaran apresiasi sasra. 3. Observasi adalah mengadakan pengamatan langsung terhadadap pembelajaran dan pelaksanaan evaluasi dalam pembelajaran model sinektik berdasarkan KTSP dalam pembelajaran apresiasi sastra. 4. Dokumentasi adalah pengumpulan data melalui arsip yang ada hubungannya dengan pelaksanaan pembelajaran, dan system evaluasi yang sesuai dengan pembelajaran model sinektik berdasarkan KTSP dalam pembelajaran apresiasi sastra. Analisis Data Data akan diolah dengan menngunakan pendekatan triangulasi, yaitu dengan memadukan metode kualitatif dan kuantitatif. Data yang terkumpul melalui angket akan diolah dengan statistik deskriptif, sedangkan hasil observasi dan wawancara akan diolah dengan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau paparan secara singkat dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode penelitian kualitatif yang penulis maksudkan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini hanya memaparkan situasi atau peristiwa, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis, atau membuat prediksi. Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis data dengan langkah pertama yaitu mengkategorikan atau mengelompokkan data, kemudian membuat suatu reduksi yaitu pengkajian kembali bagi data yang sudah tersusun sesuai dengan tujuan masing-masing. Tahap selanjutnya, penulis membuat suatu analisis untuk mencari titik temu antara sejumlah data yang ada sesuai dengan tujuan yang diharapkan, sehingga pada langkah akhir dapat dibuat suatu kesimpulan
Ismawirna
13
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan dan analisis data secara deskriptif yaitu dengan menggunakan metode kualitatif, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran apresiasi sastra model sinektik guru-guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia di SMA Aceh Besar sudah sesuai dengan KTSP. Penyajian materi lebih menekankan pada pengalaman belajar dan pengembangan kemampuan (kompetensi) siswa dalam mengembangkan keahlian (skill) terhadap penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai kebutuhan dalam menghadapi dunia kerja di masa depan. Namun demikian, penguasaan tersebut belum bisa dikatakan berhasil sempurna. Hal ini disebabkan karena masih sarana dan prasarana serta pengalaman guru dalam memahami KTSP. Selanjutnya, dalam menggunakan strategistrategi pembelajaran sastra sesuai dengan model sinektik , guru-guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia di SMA Aceh Besar memilih strategi yang sesuai dengan KTSP yaitu dengan pendekatan individu, dan memilih pendekatan pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif. Untuk mencapai sasaran melibatkan penggunaan strategi pembelajaran yang sesuai, seperti pengorganisasian kelompok belajar, strategi demonstrasi, praktik latihan mengekspresikan dan memahami karya sastra. Pada proses kegiatan belajar mengajar apresiasi sastra, guru-guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia aceh Besar tidak bersifat mengejar materi, namun sebaliknya dalam menyajikan materi guru-guru lebih menekankan pada pemahaman, penguasaan, penghayatan dan pengekspresian dan penguasaan kecakapan dan pengembangan kompetensi siswa. Hal ini bertujuan apabila satu materi sudah dipahami siswa baru dilanjutkan dengan materi berikutnya. Dan proses pembelajaran ini sesuai dengan tuntutan KTSP pada materi pembelajaran bahasa dan apresiasi sastra. Kemudian, mengenai media yang dugunakan guru-guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia di SMA Aceh Besar dalam pembelajaran apresiasi sastra meliputi guru itu sendiri sebagai motivator dan fasilitator,
sumber belajar berupa buku paket dan buku karya sastra yang sesuai, LKS, lingkungan berupa kelas, perpustakaan, serta lingkungan sekitar yang menjadi sumber inspirasi dan imajinasi siswa. Dan yang terakhir, tentang sistem evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran apresiasi sastra model sinektik berdasarkan KTSP, guru-guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia di SMA Aceh Besar juga sudah mencoba menyesuaikan dengan aturan dan tuntutan yang berlaku, meskipun belum sempurna. Sistem evaluasi tersebut meliputi tes kemampuan dasar, penilaian selama proses belajar berlangsung, penilaian hasil belajar dan penilaian kelas. Adapun hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, yang masing-masing harus mencapai target perolehan nilai 70% ke atas. Hasil belajar akan dilaporkan pada siswa, guru kelas, kepala sekolah, dan orang tua siswa guna dimanfaatkan untuk memperbaiki sikap dan minat siswa terhadap pembelajaran apresiasi sastra.
KESIMPULAN Pada bagian ini penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran apresiasi sastra model sinektik berdasarkan KTSP sudah dilaksanakan dengan baik di SMA Aceh Besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada proses pembelajaran apresiasi sastra guru-guru pada prinsipnya tidak mengejar materi, sebaliknya dalam menyajikan materi guru-guru SMA Aceh Besar lebih menekan pada pemahaman dan penghayatan terhadap karya sastra yang sedang dipelajari sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan daya apresiasi dan daya ekspresi siswa terhadap karya sastra. Sistem evaluasi yang dilakukan meliputi tes kemampuan dasar, penilaian selama proses belajar mengajar berlangsung, dan penilaian hasil belajar dan penilaian kelas. Adapun hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, yang masing-masing harus mencapai target perolehan nilai sebesar 70% ke atas. Masih terdapat hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra model sinektik berdasarkan KTSP di SMA Aceh Besar, di antaranya, (1) kurangnya kemampuan siswa dalam memahami dan mengapresiasi karya
14 Pembelajaran Apresiasi Sastra Model Sinektik Berdasarkan KTSP pada SMA di Kabupaten Aceh Besar
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
sastra sehingga mereka mengalami kesulitan dalam menganalisis karya sastra, (2) kurangnya sarana dan fasilitas belajar yang mendukung proses pembelajaran apresiasi sastra, misalnya terbatasnya bahan ajar yang berhubungan dengan jenis karya sastra.
Rahmanto,B. 2000. Metode Pangajaran sastra (saduran). Yogyakarta: Kanisius. Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
REFERENSI Ahmad HP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Makalah Disampaikan Pada Seminar Nasional di Pekan Baru. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Bina Aksara. Departemen Pendidikan Nasional. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat bahasa -----------------. 2003. Pendidikan Menengah Umum. Jakarta: Depdiknas.. -----------------. 2003. Pengembangan Depdiknas.
Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Pedoman Silabus,
Suryaman, M. 1990. Model Sinektik: Alternatif Pengajaran Sastra di SMA. Bandung: IKIP Bandung. Walidin, Warul. 2004. KBK Sebagai Suatu Alternatif Dalam Pelaksanaan Pendidikan. Banda Aceh: Fakultas Tarbiyah UNMUHA. Safari. 2003. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas. Sanjaya, Wina. 2004. Pembelajaran Dalam Implementasi KBK. Jakarta: Kencana.
Umum Jakarta:
Ismawirna. 2007. Pelaksanaan Pengajaran Membaca dan Menulis di Kelas Rendah di SD Kab. Aceh Barat, Banda Aceh: LP2M Universitas Serambi Mekkah. Jailani. 2012. Implementasi Kurikulum KTSP dalam Pembelajaran Biologi di SMA Aceh Utara. Banda Aceh. LP2M Universitas Serambi Mekkah. Joyce, B dan Weil. 1996. Models of Teaching, Fifth edition, USA: Allyn and Bacon A Simon &Scuster Company. Lexy J. Moleong. 2008. Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa,
E. 2006. Kurikulum Satuann Pendidikan: Sebuah Panduan Praktis, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, E. 2003a. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, karakteristik dan Implementasi.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ismawirna
15
Jurnal Serambi Edukasi│Vol. 1 Edisi Khusus (2013): 16 – 20
ISSN 2338-9397
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI SIFAT-SIFAT KUBUS DI KELAS IV SD NEGERI 9 JEUNIEB KABUPATEN BIREUEN Rohati SD Negeri 9 Jeunieb Kabupaten Bireuen
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari dan memahami materi sifat-sifat kubus dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini siswa sebanyak 20 orang siswa, penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dan temasuk penelitian tindakan kelas. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes awal, tes akhir, observasi, wawancara, dan catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan keterampilan siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri. Keberhasilan yang dicapai dalam penerapan model pembelajaran inkuiri memperlihatkan bahwa siswa sangat termotivasi dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan dari data-data tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan siswa Kelas IV SD Negeri 9 Jeunieb Kabupaten Bireuen dalam mempelajari materi sifat-sifat kubus. Kata Kunci: Hasil belajar, pembelajaran inkuiri, sifat-sifat kubus
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan usaha mempersiapkan insan yang paripurna untuk kemajuan bangsa dan negara. Maju mundurnya pendidikan juga memberikan kontribusi bagi maju mundurnya suatu negara. Dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD 1945, maka pemerintah telah mempersiapkan berbagai sarana dan prasarana untuk menunjang peningkatan mutu pendidikan, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan tinggi. Dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional, pemerintah telah membuat dan menyusun berbagai regulasi di bidang pendidikan, diantaranya UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Berbagai regulasi yang lahir tersebut diakibatkan oleh keprihatinan anak bangsa mengenai rendahnya kualitas mutu pendidikan di seantero Indonesia. Ketika mutu pendidikan rendah, maka guru adalah pihak pertama yang mau tidak mau akan menerima dampaknya secara langsung dari masyarakat berupa
16
berbagai kritik dan cercaan. Seharusnya ketika mutu pendidikan rendah, maka secara bersama-sama seluruh pengambil kebijakan di bidang pendidikan ikut bertanggungjawab. Akan tetapi syang terjadi selama ini adalah saling lepas tangan dan memvonis guru sebagai biang dari rendahnya mutu pendidikan. Sudah seharusnya segenap komponen masyarakat ikut berpartisipasi dalam memajukan dunia pendidikan. Di samping itu, guru juga harus secara terus menerus memperbaiki kualitas diri dengan berbagai cara. Salah satu cara dalam memperbaiki kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui suatu kajian tindakan di sekolah. Kajian tindakan dapat dilakukan pada setiap mata pelajaran dalam upaya mengevaluasi tingkat keberhasilan murid dalam setiap materi yang diuji. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria ketuntasan minimal (KKM). Jika hasil belajar murid kurang dari KKM, maka harus dilakukan perbaikan dalam proses belajar mengajar agar menemukan dimana letak kesalahan yang dilakukan guru. Salah satu model yang dapat diterapkan dalam kajian tindakan adalah model inkuiri. Model
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
inkuiri yang sangat dianjurkan oleh Bruner dapat dipandang sebagai unsur penting dalam teori konstruktivisme. Dalam strategi inkuiri siswa didorong untuk secara aktif terlibat dalam kegiatan belajarnya dan membangun konsep-konsep bagi dirinya sendiri. Ini berarti perilaku guru untuk selalu “menceramahi” dalam bentuk sajian teori, hukum, prinsip, dan sebagainya yang bersifat induktif harus dihindari. Model inkuiri akan sangat memacu siswa untuk selalu ingin tahu dan memotivasi siswa untuk mandiri dalam menentukan solusi, dan berpikir kritis. Dengan belajar melalui inkuiri siswa termotivasi untuk terlibat langsung atau berperan aktif secara fisik dan mental dalam kegiatan pembelajaran. Siswa yang terlibat secara aktif dalam pembelajaran memiliki potensi yang lebih baik dan lebih mampu mengembangkan diri menjadi pembelajar yang independen dibandingkan siswa yang belajar melalui ceramah (Sardiman, 2010:37). Sebagaimana yang dikembangkan oleh Piaget bahwa, pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa. Pengetahuan kita diperoleh dari adaptasi dari struktur kognitif kita terhadap lingkungan, oleh karena itu Peaget menegaskan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak sehingga hasil konstruksi pengetahuan bersifat subjektif, bukan objektif (Sanjaya, 2008:196) Dari penjelasan di atas maka, model pembelajaran inkuiri menuntut guru untuk sengaja memilih peristiwa yang menimbulkan keheranan siswa sehinga siswa tertarik untuk memikirkannya, dan dapat menimbulkan rasa keingintahuannya serta berusaha untuk menemukan dan menghasilkan suatu pemahaman konsep berdasarkan penemuannya. Hal ini akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa. Materi sifat-sifat kubus merupakan salah satu materi yang di ajarkan di sekolah pada tingkat SD atau MI, sifat-sifat kubus sangat mudah diajarkan, di mana materi tersebut dapat diajarkan secara langsung atau secara kontekstual yaitu dengan cara menampakkan langsung benda-benda yang ada di sekitar siswa dan siswa dapat melihat bagaimana sifat-sifat benda yang aslinya, sehingga siswa lebih mengerti dan mudah memahami apa yang mereka lihat, dan materi yang mereka pelajari
akan lebih bermakna karena siswa yang menemukannya sendiri. Oleh karena itu, materi sifat-sifat kubus, sangat tepat diajarkan dengan mengunakan penerapan model pembelajaran inkuiri, karena belajar dengan inkuiri adalah belajar mencari dan menemukan sendiri terhadap materi yang diinginkan. Berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan di SD Negeri 9 Jeunieb Kabupaten Bireuen, penulis mendapat informasi bahwa, terdapat beberapa hal yang ditemukan diantaranya SD Negeri 9 Jeunieb Kabupaten Bireuen mengunakan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Metode pembelajaran yang digunakan berupa metode tanya jawab pada materi sifat-sifat kubus, dan model pembelajaran inkuiri belum pernah digunakan dalam pembelajaran matematika, khususnya materi sifat-sifat kubus. Selain itu, pemahaman dan penguasaan konsep siswa juga masih rendah dan juga terlihat kurang aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu banyak siswa yang hasil belajarnya masih di bawah standar ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan. Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prestasi belajar siswa dan respon siswa dalam penerapan model pembelajaran inkuiri pada pembelajaran matematika, materi sifat-sifat kubus di kelas IV SD Negeri 9 Jeunieb Kabupaten Bireuen.
METODE PENELITIAN Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu lebih banyak menekankan kepada makna dan proses. Dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK), dimana sangat di utamakan makana dari proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemamuaan siswa dalam memahami materi (Burhan, 2001). Adapun rencana pelaksanaan penelitian ini akan di laksanakan di kelas IV SD Negeri 9 Jeunib Kebupaten Bireuen Penelitian tindakan kelas dimulai dengan siklus yang terdiri dari empat kegiatan, yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Berdasarkan siklus pertama, guru akan mengetahui letak keberhasilan dan kegagalan atau hambatan yang dijumpai pada siklus
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Inkuiri pada Materi Sifat-Sifat Kubus di Kelas IV SD Negeri 9 Jeunieb
17
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
pertama.oleh karena itu guru merumuskan kembali rancangan tindakan untuk siklus kedua. Kegiatan pada siklus kedua ini dapat berupa kegiatan pada siklus pertama, tetapi sudah dilakukan perbaikan atau penambahan berdasarkan hambatan atau kegagalan yang ditemukan pada siklus pertama. Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes awal, ters akhir, observasi kegiatan guru dan siswa, wawancara dan catatan lapangan. Sedangkan yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah siswa Kelas IV SD Negeri 9 Jeunieb Kabupaten Bireuen yang berjumlah 20 orang. Metode Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Tes Tes akan dilaksanakan terhadap siswa kelas IV SD Negeri 9 Jeunieb Kabupaten bireuen yang meliputi tes awal dan ter akhir. Tes awal dimaksudkan untuk mengetahui pengetahuan prasyarat yang dimiliki tentang materi. Sedangkan tes akhir dilaksakan pada akhir tindakan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi tersebut. b. Observasi Observasi dilakukan untuk mengamati aktifitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang diamati meliputi aktifitas peneliti sebagai pengajar dan aktifitas siswa selama mengikuti pembelajaran. Dalam kegiatan observasi ini penulis di bantu oleh dua orang guru pengamat yang bertugas untuk mengamati kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pedoman observasi yang telah disediakan. c. Wawancara Wawancara dilakukan penulis untuk mengetahui pemahaman siswa terhadpat materi pembelajaran, selain itu wawancara juga di lakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang telah di ikuti. Pelaksanaan wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan enam orang siswa, yang terdiri dari dua orang kemampuan akademik tinggi, dua orang
18 Rohati
dengan tingkat kemampuan akademik rendah. d. Catatan lapangan Catatan lapangan dilakukan untuk melengkapi data yang tidak termuat dalam lembar observasi dan wawancara yang bersifat penying dalam kegiatan pembelajaran. Teknik Analisis Data Data yang di peroleh dari hasil pekerjaan siswa, wawancara, pengamatan dan catatan lapangan di analisis dengan menggunakan analisis kualitatif, yaitu: Mereduksi data Tahap mereduksi data merupakan tahap awal dalam penganalisian data dalam penelitian. Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data yang meliputi data hasil tes awal, tes akhir, hasil observasi, hasil wawancara dan hasil catatan lapangan. 1) Penyajian data Penyajian data merupakan tahap yang di lakukan setelah pelaksanaan reduksi atau pengumpulan data. Pada tahap ini penulis menyajikan data yang di peroleh dari hasil penelitian sesui dengan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas. 2) Menyimpulkan data Setelah semua data penelitian terkumpul, maka untuk mendiskripsikan data tentang aktivitas guru mengelola pembelajaran dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan skor rata-rata tingkat kemampuan guru sebagai berikut: Sekor Presentasi (SP) =
jumlah skor x 100% skor maksimal
Kriteria taraf keberhasilan tindakan a. 90% ≤ SP ≤ 100% : Sangat baik b. 80% ≤ SP ≤ 90% : Baik c. 70% ≤ SP ≤ 80% : Cukup d. 60% ≤ SP ≤ 70% : Kurang e. 0% ≤ SP ≤ 60% : Sangat kurang Kemampuan yang diharapkan dari guru dalam mengelola pembelajaran adalah jika skor dari setiap aspek yang dinilai berada pada kategori baik atau sangat baik. Tahap-tahap Penelitian Dalam penelitian ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, yang terdiri dari tahap
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi terhadap pelaksanaan tindakan, wawancara, dan refleksi. Observasi dalam pelaksanaan tindakan ini meliputi observasi kegiatan yang dilakukan oleh guru dan observasi kegiatan kegiatan murid. Tahapan tersebut juga berlaku pada siklus berikutnya jika hasil belajar siswa belum mencapai KKM.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan dari hasil penelitian mulai dari pelaksanaan siklus 1 yang meliputi observasi, wawancara, dan catatan lapangan. Hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri di kelas IV SD Negeri 9 Jeunieb Kabupatean Bireuen pada materi sifat-sifat kubus belum meningkatkan kemampuan murid dalam melaksanakan pembelajaran, yaitu hasil observasi yang dilakukan oleh pengamat I terhadap aktifiktas guru diperoleh persentase nilai 74,11% pengamat II diperoleh persentase adalah 63,52%. Observasi yang dilakukan pengamat I terhadap aktifitas murid diperoleh persentase adalah 58,85% dan pengamat II diperoleh persentase 51,76%. Sedangkan pada segi hasil tindakan siklus I belum berhasil, karena murid yang mendapatkan nilai ≥65 adalah sebanyak 7 orang, sehingga persentase nilai rata-rata murid 35%. Sehingga peneliti perlu melakukan pengulangan siklus agar kriteria dapat tercapai. Pada pelaksanaan tindakan siklus 2, kegiatan yang peneliti lakukan adalah observasi, wawancara dan catatan lapangan. Hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri kelas IV SD Negeri 9 Jeunieb Kabupaten bireuen pada materi sifat-sifat kubus sudah dapat meningkatkan keterampilan siswa dan kemampuan murid dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dimana observasi yang dilakukan oleh pengamat I terhadap aktivitas guru diperoleh persentase adalah 91,76% , dan pengamat II diperoleh persentase 87,05%. Sedangkan observasi yang dilakukan oleh pengamat I terhadap aktivitas murid diperoleh hasil persentase adalah 90,58% dan pengamat II adalah 88,23%. Selanjutnya ditinjau dari hasil pelaksanaan tes akhir pada pelaksanaan tindakan siklus 2 terlihat bahwa murid yang mendapat skor ≥65 adalah
sebanyak 18 orang dari 20 orang murid, sehingga persentase nilai rata-rata yang didapat murid adalah 90% dengan demikian, dapat disimpulakn bahwa pelaksanaan tindakan siklus 2 sudah berhasil dan tidak perlu dilakukan pengulangan siklus karena hasil observasi telah mencapai >80% dan murid yang mendapat nilai ≥65 adalah 90%. Sementara itu hasil wawancara dengan murid kelas IV SD Negeri 9 Jeunieb Kabupaten Bireuen yang merupakan responden dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa murid disekolah tersebut menyukai pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri karena menurut mereka model pembelajaran tersebut akan dapat menigkatkan keterampilan dan kemampuan murid dalam memahami materi pembelajaran. Kemudia menurut mereka belajar dengan menggunakan model inkuiri akan memudahkan mereka dalam memahami materi ajar yang diberikan oleh guru dengan baik sehingga siswa sangat senang dan penuh semangan dalam mengikuti proses pembelajaran.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian pada Kelas IV SD Negeri 9 Jeunieb Kabupaten Bireuen, tingkat keberhasilan murid dalam memahami materi pembelajaran sifat-sifat kubus dapat ditingkatkan melalui pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri. Di mana hasil tes menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan siswa sangat maksimal yang dapat dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa. Pada pelaksanaan tes awal skor rata-rata yang diperoleh murid adalah 35% ini sangat kurang, kemudian pelaksanaaan tindakan yang dilakukan pada tes akhir meningkat menjadi 90%.
REFERENSI Amien, Moh. 1997. Mengajar Matematika dengan Mengunakan Metode “Discovery dan inkuiri”. Jakarta: Depdikbud. Johar,
Rahmah. 2007. Pembelajaran Matematika SD 1. Banda Aceh: Unsyiah dan IAIN AR-raniry.
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Inkuiri pada Materi Sifat-Sifat Kubus di Kelas IV SD Negeri 9 Jeunieb
19
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
Margono, S. 2004. Metodelogi Penelitian Pendidikan Jakarta : Rineka cipta. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sardiman, A.M. 2010. Interaksi dan Motivasi belajar mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Sinaga, Mangatur. 2001. Terampil Berhitung Matematika Untuk Sekolah Dasar Kelas IV. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama. Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
20 Rohati
Jurnal Serambi Edukasi│Vol. 1 Edisi Khusus (2013): 21 – 25
ISSN 2338-9397
PENGARUH MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU PADA SMA NEGERI DI KOTA BANDA ACEH Martahadi dan Anwar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Serambi Mekkah
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pengaruh motivasi dan lingkungan kerja terhadap kinerja guru pada SMA Negeri di Kota Banda Aceh. Dari 823 populasi, maka sebanyak 50 responden ditetapkan sebagai sampel secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk skala likert. Teknik pengolahan data menggunakan analisis regresi linear berganda. Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan faktor motivasi dan lingkungan kerja menunjukkan pengaruh terhadap kinerja guru. Simpulan penelitian ini adalah kinerja guru pada SMA Negeri di Kota Banda Aceh dapat dikategorikan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari semangat kerja atau motivasi guru dalam melaksanakan dan menyelesaikan setiap tugas yang dibebankan. Di samping itu, juga didukung oleh lingkungan kerja yang kondusif dan infrastruktur yang cukup menunjang dalam pelaksanaan tugas guru di sekolah. Kata Kunci: Motivasi, lingkungan kerja, kinerja
Di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dengan tegas dinyatakan bahwa tujuan pembentukan Negara Indonesia ini adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Agar bangsa Indonesia ini cerdas, maka perlu dilakukan langkah-langkah yang terencana dan sistematis dalam membangun infrastruktur pendidikan nasional. Mulai dari ketersediaan sumber daya manusia, gedung sekolah beserta peralatan dan perlengkapannya, dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pendidikan.
Selanjutnya lahirnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen telah semakin besarnya masyarakat menaruh harapan pada guru dewasa ini. Dalam undangundang tersebut guru diharapkan memiliki berbagai kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional. Di samping itu guru juga diberikan tunjangan khusus atas profesinya tersebut. Tunjangan tersebut diberikan setelah guru lulus sertifikasi guru yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang ditunjuk oleh pemerintah.
Terbitnya Undang-Undang Otonomi daerah pada tahun 1999 merupakan cermin yang baik bagi proses demokratisasi dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan. Di mana berubahnya tatanan penyelenggaraan negara dari sentralisasi ke desentralisasi, di mana daerah memiliki kewenangan yang lebih besar untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Selanjutnya Undang-Undang Otonomi Daerah tahun 1999 tersebut disempurnakan lagi melalui Undang-Undang Nomor 32 tentang Pemerintahan Daerah dan UndangUndang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara pusat dan daerah.
Oleh karena itu, guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, memiliki peranan penting dalam kemajuan dunia pendidikan. Majunya pendidikan di negara kita ini tidak terlepas dari peran guru tersebut. Ketika setiap orang membicarakan isu-isu dunia pendidikan, figur guru adalah sosok yang terlibat langsung sebagai salah satu stakeholder pendidikan. Sering kita mendengar di dalam masyarakat, manakala seorang peserta didik berhasil, itu karena anak itu memang pandai, dan jika seorang peserta didik tidak berhasil maka itu sebuah kegagalan guru dalam proses belajar mengajar. Sudah saatnya semua stakeholder pendidikan untuk bersatu padu dalam
PENDAHULUAN
21
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
memajukan dunia pendidikan kita, sehingga ke depan tidak lagi kita mendengar ada pihakpihak yang menyalahkan guru jika peserta didik mengalami kegagalan berprestasi. Semua pihak harus bertanggungjawab dalam terwujudnya iklim pendidikan yang kondusif dan berprestasi. Untuk meningkatkan kualitas profesionalisme guru, maka di samping merekrut guru melaui proses rekrutmen yang tepat, perlu juga diberikan penataran atau pelatihan secara berkala, serta melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Semua itu perlu dilakukan agar guru memiliki kinerja yang baik. Dalam usaha peningkatan mutu pendidikan, kinerja guru merupakan tuntutan profesinya. Flippo (1993: 243) mengemukan bahwa ”Sebagian besar pengembangan akan terjadi di tempat kerja dan ini akan berjalan secara lambat dan kurang efektif apabila tidak dinilai dan tidak diberi umpan balik secara sistematik dengan informasi yang berhubungan dengan mutu prestasinya.” Terkait dengan kinerja, Prawirosentono (Usman, 2008: 457) mengemukakan bahwa kinerja adalah usaha yang dilakukan dari hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral maupun etika. Selanjutnya Kotter dan Hesket (1998) mengartikan kinerja sebagai hasil kerja yang dihasilkan oleh seseorang pegawai dalam satuan waktu tertentu. Selanjutnya Robbins (2006) (Usman, 2008: 457) mengartikan kinerja sebagai produk dari fungsi dari kemampuan dan motivasi. Hal senada juga diungkapkan Sutermeister (1974) (Usman, 2008: 457) menyatakan bahwa kinerja pegawai tergantung pada motivasi dan kemampuannya.
proses ini akan membantu kita menjelaskan kelakuan yang kita amati dan untuk memperkirakan kelakuan-kelakuan lain pada seseorang; (2) Kita menentukan karakter dari proses ini dengan melihat petunjuk-petunjuk dari tingkah lakunya. Sehubungan dengan pendapat pakar di atas, baik kinerja maupun motivasi memiliki kesamaan makna walapun secara redaksional berbeda-beda. Terkait dengan nilai motivasi dalam pengajaran (Hamalik, 2011: 161) mengemukakan bahwa menjadi tanggungjawab guru agar pengajaran yang diberikannya berhasil dengan baik. Keberhasilan ini banyak bergantung pada usaha guru membangkitkan motivasi belajar murid. Berdasarkan pendapat di atas, maka kita dapat melihat betapa pentingnya guru dalam proses pendidikan. Oleh karena itu, usaha-usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah akibat lahirnya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen perlu didukung oleh setiap stakeholder pendidikan, agar pendidikan kita di masa akan datang dapat berjaya. Undang-undang tersebut di samping menuntut guru meningkatkan kompetensinya, juga diberikan tunjangan profesi kepada guru atas kinerja guru tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh motivasi dan lingkungan kerja terhadap kinerja guru pada SMA Negeri di Kota Banda Aceh. Bertitik tolak dari landasan teori dan tujuan di atas, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini yaitu, motivasi dan lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja guru pada SMA Negeri di Kota Banda Aceh.
METODE PENELITIAN Sehubungan dengan motivasi, Sardiman (2010: 73) mengartikan motivasi sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Selanjutnya Mc.Donald (Sardiman, 2010: 73) mengatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ”feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Menurut Hamalik (2011: 158), terdapat dua prinsip yang digunakan dalam meninjau motivasi, yakni (1) Motivasi dipandang sebagai suatu proses. Pengetahuan tentang
22 Martahadi dan Anwar
1. Populasi dan Sampel Margono (1999: 123) mengemukakan bahwa penetapan besar kecilnya sampel tidaklah ada suatu ketetapan yang mutlak, artinya tidak ada suatu ketentuan berapa persen suatu sampel harus diambil. Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan homogenitas dan heterogenitas populasi. Berdasarkan pendapat tersebut, penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode penarikan sampel acak sederhana (simple random sampling).
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
Menurut Hermawan (2009: 150) metode penarikan sampel acak sederhana merupakan suatu prosedur yang memungkinkan setiap elemen dalam populasi akan memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Oleh karena itu, maka dari 823 populasi maka 50 responden ditetapkan sebagai sampel. 2. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang akurat dan relevan dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:Penelitian Lapangan (Field Research). Dengan mengedarkan angket kepada guru SMA Negeri di Kota Banda Aceh, yang menjadi responden dalam penelitian ini. Bentuk angket yang digunakan dirancang sedemikian rupa dengan menggunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tentang karakteristik responden dan variabelvariabel yang diukur seputar motivasi dan lingkungan kerja yang menjadi fokus pembhasan dalam penelitian ini. Data yang terkumpul dari penyebaran angket dalam bentuk kualitatif dikomposisikan terlebih dahulu agar menjadi data kuantitatif. Nilai kuantitatif yang dikomposisikan dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Hermawan (2009: 134) mengemukakan skala liket merupakan skala yang mengukur kesetujuan atau ketidaksetujuan seseorang terhadap serangkain pernyataan berkaitan dengan keyakinan atau perilaku mengenai suatu obyek tertentu. Skala likert ini menggunakan lima angka penilaian sebagai berikut: Tabel 1. Skala Pengukuran Alternatif Jawaban Sangat Setuju (STS) Setuju (S) Netral (N) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)
Skor 5 4 3 2 1
3. Teknik Analisis Data Untuk mengetahui hubungan pengaruh antara faktor motivasi dan lingkungan kerja terhadap kinerja guru pada SMA Negeri di Kota Banda Aceh, dihitung dengan menggunakan persamaan ekonometrik dengan dua variabel bebas atau rumus regresi berganda, Sudjana (1996: 19). Y = a + b1X1 + b2X2 + e Dimana: Y : Kinerja guru a : Konstanta X1 : Motivasi kerja
X2 : Lingkungan kerja b1-b2 : Koefesien regresi e : error term
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kinerja Guru SMA Negeri di Kota Banda Aceh Kinerja pada dasarnya merupakan prestasi kerja (performance) atau apa yang dilakukan dan tidak dilakukan oleh karyawan. Bukan berarti kualitas kinerja seseorang diukur hanya dengan sekedar memenuhi standar kerja organisasi saja. Lebih dari itu, kinerja adalah gambaran dari kontribusi yang diberikan oleh seorang karyawan terhadap organisasinya. Biasanya semakin tinggi kinerja seorang tenaga kerja, maka semakin baik pula mutu dari apa yang dihasilkannya untuk organisasi. Untuk mengetahui gambaran mengenai kinerja guru pada SMA Negeri di Kota Banda Aceh dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 2. Kinerja Guru Skor Kinerja Guru
Frekuensi Jlh. Responden
81-100 (Baik Sekali) 71-80 (Baik) 6 61-70 (Cukup Baik) 32 51-60 (Kurang) 11 41-50 (Kurang Sekali) 1 Jumlah 50 Sumber: Data Primer (diolah)
Persentase (%)
12 64 22 2 100
Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat diketahui bahwa pada umumnya guru di SMA Negeri di Kota Banda Aceh memiliki kinerja yang cukup baik. Di mana skor antara 61-70 dengan kategori Cukup Baik mendominasi, yaitu sebanyak 32 orang atau 64% dari keseluruhan responden. Sedangkan yang berada pada kategori Baik yaitu dengan skor antara 71-80 sebanyak 6 orang atau 12% responden, ada 11 orang atau 22% responden yang memperoleh skor antara 51-60 dengan kategori Kurang. Dan hanya 1 orang atau 2% saja yang mendapat skor <50 dengan kategori Kurang Sekali. 2. Faktor Motivasi Motivasi merupakan faktor pendorong yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri. Dalam penelitian ini faktor motivasi
Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Guru pada SMA Negeri di Kota Banda Aceh
23
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
dikhususkan pada motivasi kerja guru-guru di sekolah dalam menyelesaikan tugasnya sebagai pengajar dan pendidik, sekaligus sebagai tenaga kerja di bidang pendidikan, yang merupakan syarat utama untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu kinerjanya dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang telah dibebankan kepadanya. Tabel 3. Motivasi Guru Skor Motivasi Guru
Frekuensi Jlh. Responden 20 28
81-100 (Baik Sekali) 71-80 (Baik) 1 61-70 (Cukup Baik) 1 51-60 (Kurang) 20 41-50 (Kurang Sekali) Jumlah 50 Sumber: Data Primer (diolah)
Persentase (%) 40 56 2 2 40
100
Berdasarkan Tabel 3 di atas, maka dapat dideskripsikan bahwa sebagian besar guru di SMA Negeri di Kota Banda Aceh memiliki motivasi yang cukup baik dalam menunjang perkembangan kinerjanya. Hal ini dapat dilihat pada skor yang dihasilkan untuk faktor motivasi dalam penelitian ini. Dari 50 orang responden yang diteliti sebanyak 20 orang atau 40% responden yang memperoleh skor dengan kategori Cukup Baik yaitu berada antara 6170, 28 orang atau 56% berada pada skor 51-60 dengan kategori kurang, 1 orang atau 2% responden yang mendapat kategori kurang yaitu dengan skor 41-50. dan hanya 1 orang atau 2% responden yang mempunyai motivasi kerja yang berkategori rendah dengan skor di bawah 40. 3. Faktor Lingkungan Kerja Lingkungan kerja merupakan faktor yang datang dari luar individu (faktor eksternal). Namun demikian, baik secara langsung maupun tidak langsung lingkungan kerja dengan segala kompleksitasnya, dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam bekerja. Dalam penelitian ini lingkungan kerja difokuskan atau dikategorikan berdasarkan tempat bekerja, kebersihan maupun ketenangan, hubungan antar orang yang ada di lingkungan tersebut, serta hubungan karyawan dengan organisasi dimana ia mengabdikan diri. Dalam tabel berikut ditampilkan persentase maupun frekuensi mengenai komponen faktor lingkungan kerja yang diteliti:
24 Martahadi dan Anwar
Tabel 4. Lingkungan Skor Lingkungan Kerja
Frekuensi Jlh. Responden -
81-100 (Baik Sekali) 2 71-80 (Baik) 30 61-70 (Cukup Baik) 17 51-60 (Kurang) 1 41-50 (Kurang Sekali) Jumlah 50 Sumber: Data Primer (diolah)
Persentase (%) 4 60 34 2
100
Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar guru-guru di SMA Negeri di Kota Banda Aceh menyatakan bahwa lingkungan kerja berhubungan dengan peningkatan mutu kinerjanya dalam melaksanakan tugas di sekolah. Hal ini dapat dilihat dari keseluruhan responden ada 2 orang atau 4% yang memperoleh skor tertinggi yaitu antara 71-80 dengan kategori Baik, 30 orang atau 60% yang memperoleh skor 61-70 dengan kategori cukup baik. Sedangkan yang memperoleh skor 51-60 dengan kategori Kurang Baik sebanyak 17 orang atau 40% responden dan hanya 1 orang responden atau 2% yang berada pada kategori kurang sekali dengan skor ≤50. Berdasarkan hasil pengolahan data, maka dapat disimpulkan bahwa faktor lingkungan kerja dapat mempengaruhi kinerja guru SMA Negeri di Kota Banda Aceh dalam menyelesaikan tugastugasnya di sekolah, baik tugas mengajar yang menjadi kewajiban pokok maupun tugas administratif lain yang berkaitan dengan fungsinya sebagai guru atau tenaga pendidik di sekolah. Dari data primer yang diperoleh diketahui bahwa keseluruhan variabel yang diamati di dalam instrumen penelitian telah direspon oleh responden dengan skor rata-rata cukup baik. Untuk menganalisis faktor tersebut, maka akan diuji berapa besar pengaruhnya terhadap kinerja guru dengan menerapkan model persamaan regresi linear berganda dengan dua variabel bebas. Kesimpulan dari hasil perhitungan tersebut dapat diamati pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Analisis Regresi Linear Berganda Nilai Probabilitas Motivasi Guru 0. 561 Lingkungan Kerja 0. 077 Konstanta 22.471 R 0.554 RSquare 0.307 Sumber: Data Primer (diolah) Uraian
t-hitung
Sig.
3.921 0.516 2.338
.000 .608 .024
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
Dari perhitungan persamaan regresi berganda yang telah dilakukan menghasilkan persamaan regresi Y = 22.471 + 0.561X1 + 0.077X2. Persamaan tersebut menginterpretasikan bahwa variabel motivasi diperoleh nilai sebesar 0.561. Artinya apabila motivasi kerja guru dinaikkan sebesar 1% saja, maka akan meningkatkan kinerja guru tersebut sebesar 56.2%. Hal ini menunjukkan hubungan yang nyata antara kedua variabel tersebut. Variabel lingkungan kerja memperoleh nilai 0.077, artinya apabila lingkungan kerja ditingkatkan kualitas atau pelayanannya sebesar 1% saja, maka akan dapat memberikan sumbangan bagi peningkatan kinerja guru sebesar 7.7%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lingkungan kerja akan mempengaruhi kinerjanya. Sedangkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.554. Hal ini membuktikan bahwa adanya hubungan yang erat antara variabel bebas dengan variabel terikat, yaitu sebesar 55.4%. Hasil pengujian hipotesis memperlihatkan bahwa secara parsial hanya variabel motivasi yang mempengaruhi kinerja guru.
Flippo, Edwin, B, 1993, Manajemen Personalia, Jakarta: Erlangga. Hermawan, Asep. 2009. Penelitian Bisnis: Paradigma Kualitatif. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Margono, S, 1999, Metodelogi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. Sardiman A.M. 2010. Interaksi & Motivasi: Belajar Mengajar. Jakarta: Rajagrafindo Persada Sudjana, 1996, Metode Statistika, Bandung: Tarsito. Usman, Husaini. 2008. Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Usman, Uzer, 2005, Menjadi Guru Profesinal, Bandung: Remaja Rosdakarya. Republik Indonesia. 2005. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan analisis regresi linier berganda diperoleh bahwa semua variabel yang diteliti, khususnya faktor motivasi dan lingkungan kerja mempunyai hubungan dengan peningkatan kinerja guru di SMA Negeri di Kota Banda Aceh. Dari kedua faktor tersebut yang paling dominan mempengaruhi kinerja guru di SMA Negeri di Kota Banda Aceh adalah faktor motivasi kerja, sedangkan faktor lingkungan kerja lebih bersifat relatif, artinya sesuai dengan keadaan individu yang dipengaruhinya. Peningkatan kemampuan kerja merupakan indikator yang sangat menentukan dalam pencapaian kinerja atau prestasi kerja guru. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya guru dalam rangka peningkatan kinerja guru ini harus mendapat perhatian yang serius dari seluruh stakeholder pendidikan.
Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
REFERENSI Djamarah, Syaiful Bahri, 2000, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta.
Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Guru pada SMA Negeri di Kota Banda Aceh
25
Jurnal Serambi Edukasi│Vol. 1 Edisi Khusus (2013): 26 – 33
ISSN 2338-9397
PENDIDIKAN BERBASIS KOMPETENSI PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) (Pembelajaran Terhadap Pemasaran Susu Kedelai di Kota Banda Aceh) Syaifuddin Yana Fakultas Teknik Universitas Serambi Mekkah
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan kajian terhadap hasil kegiatan kerja praktek sekolah kejuruan yang berbasis kompetensi pada SMK. Kajian difokuskan pada pemasaran produk susu kedelai yang diproduksi oleh rumah tangga yang dalam hal ini tergolong pada usaha kecil menengah (UKM). Pembelajaran ini ditujukan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap pemasaran susu kedelai yang ada di lingkungan Kota Banda Aceh. Proses pembuatan susu kedelai dengan menggunakan bahan baku utamanya yaitu kacang kedelai dan bahan pendukung lainnya. Selanjutnya, untuk melihat kinerja pemasaran susu kedelai yaitu dengan menggunakan metode Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT). Kuesioner dan Wawancara dilakukan terhadap pembuat susu, beberapa perusahaan kecil, distributor dan konsumen produk tersebut untuk mengetahui perspektif pemasaran produk susu kedelai yang terdapat di Kota Banda Aceh. Sedangkan perspektif yang mencerminkan keinginan pelanggan dirumuskan dengan metode Matrik External Factor Analysis Summary (EFAS dan Internal Factor Analysis Summary (IFAS, sedangkan penentuan strategi menggunakan analisa SWOT. Hasil analisis internal dan eksternal terhadap usaha susu kedelai, kemudian didapat posisi titik koordinat Kuadran SWOT terletak pada (1.23;1.32) berada di kuadran I, artinya faktor kekuatan lebih besar dari faktor kelemahan dan pengaruh faktor peluang lebih besar dari ancaman dan juga mereduksi ancaman. Kata Kunci: Strategi Pemasaran, SWOT, EFAS, IFAS
PENDAHULUAN Usaha yang berbasis industri kecil menengah juga memainkan peranan yang penting bagi peningkatan income utamanya bagi sipelaku usaha kecil menengah (UKM) tersebut dan secara umum bagi perkembangan ekonomi daerah, dalam hal ini jika UKM berlaku profesional dan memiliki profitabilitas yang tinggi. Selanjutnya, jika seluruh UKM yang ada di daerah Aceh secara akumulatif dan signifikan terus tumbuh dan berkembang dan dapat menjadi suatu kekuatan ekonomi yang mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Disamping itu, kegiatan yang dilakukan oleh UKM bermacam-macam dan tergolong kreatif dan tentunya harus mendapat perhatian yang serius oleh pemerintah daerah agar terus dapat menggairahkan dan mendorong UKM untuk melakukan usahanya dalam membantu pertumbuhan ekonomi daerah. Pengembangan industri kecil menengah, dewasa ini juga
26
berdampak pada peningkatan animo masyarakat untuk terlibat dalam melakukan berbagai kegiatan usaha mandiri yang menghasilkan pendapatan yang dapat diandalkan dan berdampak kepada kemandirian dan meningkatkan kewirausahaan kepada masyarakat yang lebih luas. Secara umum pengembangan industri kecil di Kota Banda Aceh dilakukan melalui sentrasentra produksi serta diarahkan untuk memperkuat usahanya agar lebih produktif. Usaha susu kedelai merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang pangan. Usaha ini umumnya dilakukan oleh industri kecil dan rumahan. Bahan baku yang digunakan untuk membuat susu kedelai tergolong sangat sederhana yaitu bahan baku kacang kedelai, dan bahan pendukung lainnya serta selanjutnya kemudian dilakukan pemrosesan pembuatan susu kedelai tersebut. Dalam pembuatan produk susu ini, biasanya selalu mengutamakan citra rasa. Penguasaan
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
dalam pengembangan produk tersebut terus dipacu demi untuk meningkatkan pertumbuhan dan pengembangan usaha. Oleh karena itu, pengusaha produk ini, selalu mencoba memberikan kepuasan yang sebaik-baiknya kepada pelanggan.
tindakan/gerakan pesaing dan memperhatikan kemungkinan ancaman yang mungkin muncul.
sekaligus terhadap
Definisi pemasaran ini bersandar pada konsep inti yang meliputi kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan permintaan (demands). Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain (Kotler, 1997).
Meskipun usaha produk susu kedelai masih baru di pasaran dan belum ada strategi pemasaran yang khusus yang dapat diterapkan sehingga konsekuensinya juga menyebabkan tingkat penjualan yang belum terlihat maksimal, disamping faktanya bahwa terdapat persaingan terhadap persaingan-persaingan di industri sejenis walaupun kadangkala sesama pesaing memiliki pasar yang sama persis terhadap satu dengan lainnya.
Menurut Pearce dan Robinson (1997), terhadap strategi bauran pemasaran yaitu biasanya meliputi empat komponen: produk, harga, tempat (distribusi) dan promosi atau yang lebih dikenal sebagai 4P.
Dalam hal ini, tentu saja memaksa si pengusaha untuk dapat lebih serius terhadap langkah-langkah apa saja yang harus ditempuh untuk menentukan serta merencanakan strategi pemasaran yang baik bagi keberlangsungan usaha mereka. Pertimbangannya adalah si pengusaha harus dapat menyusun strategistrategi pemasaran dengan sebaik-baiknya yaitu dengan cara memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada dan tentu saja dengan memperhatikan dan mengantisipasi terhadap
Susu kedelai merupakan minuman yang bergizi tinggi, terutama karena kandungan proteinnya. Selain itu susu kedelai juga mengandung lemak, karbohidrat, kalsium, phosphor, zat besi, vitamin A, vitamin B kompleks (kecuali B12), dan air. Susu kedelai ini harganya lebih murah daripada susu produk hewani.
Tabel 1. Perbandingan antara Kadar Protein Kedelai dengan beberapa bahan makanan lain NO BAHAN MAKANAN PROTEIN (% BERAT) 1 Susu skim kering 36,00 2 Kedelai 35,00 3 Kacang hijau 22,00 4 Daging 19.00 5 Ikan segar 17.00 6 Telur ayam 13.00 7 Jagung 9,20 8 Beras 6,80 9 Tepung singkong 1,10 Sumber: http://restomesin.wordpress.com/2010/05/04/
Susu kedelai dapat dibuat dengan teknologi dan peralatan yang sederhana, serta tidak memerlukan keterampilan khusus. Penggunaan air sumur dapat menghasilkan susu kedelai dengan rasa yang lebih enak. Untuk memperoleh susu kedelai yang baik, kita perlu menggunakan kedelai yang berkualitas baik. Dari 1 kg kedelai dapat dihasilkan 10 liter susu kedelai. Manusia harus menemukan kebutuhannya terlebih dahulu, sebelum ia memenuhinya. Usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut
dapat dilakukan dengan cara mengadakan suatu hubungan. Dengan demikian pemasaran juga diartikan sebagai suatu usaha untuk memuaskan kebutuhan pembeli dan penjual (Swasta, 1996). Sedangkan menurut Assauri (2004 : 5) pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Dan menurut Stanton dalam Swasta (1998:179) pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang
Pendidikan Berbasis Kompetensi pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
27
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
dan jasa untuk memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) strategi sistem pemasaran susu kedelai usaha sus kedelai produksi rumah tangga di Kota Banda Aceh; (2) strategi pemasaran yang baik bagi usaha susu kedelai produksi rumah tangga; dan (3) kendala yang dihadapi dalam memproduksi dan pemasaran produk susu kedelai tersebut.
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 35 sampel dengan pertimbangan bahwa jumlah tersebut sudah dapat memenuhi jumlah sampel minimal dalam penelitian (n = 30). Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Accidental Quota Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dapat dilakukan sewaktu - waktu sampai jumlah sampel (quota) yang diinginkan terpenuhi. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu: 1. Penelitian lapangan (Field Research) Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dengan turun langsung untuk meninjau dan meneliti ke usaha/perusahaan UKM yang diteliti dengan cara melakukan: a. Observasi, yaitu pengamatan langsung pada perusahaan yang menjadi objek penelitian. b. Wawancara atau interview dengan pihak perusahaan, baik pemimpin perusahaan maupun karyawan yang menjadi objek penelitian. c. Dokumentasi adalah pengumpulan data melalui catatan perusahaan yang berhubungan dengan masalah penelitian. 2. Penelitian Pustaka (Library Research) Dalam pengumpulan data, juga digunakan literatur yang berhubungan dan relevan dengan topik yang di bahas.
tepatnya untuk menentukan strategi pemasaran perusahaan. Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus, menganalisis situasi untuk mengetahui isu apa yang sedang terjadi, dan memutuskan tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memecahkan masalah. Analisis SWOT digunakan untuk membandingkan antara faktor eksternal dan internal usaha/perusahaan. SWOT merupakan singkatan dari Strengths (Kekuatan), Weaknesses (Kelemahan) Opportunities (Peluang/Kesempatan) dan Threats (Ancaman), (Rangkuti, 2005). Analisis SWOT merupakan cara sistematis untuk mengidentifikasi faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Matrik SWOT (David, 2006) merupakan matching tool (alat penyesuaian) yang penting untuk membantu para manajer mengembangkan empat tipe strategi. Keempat strategi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Strategi SO (Strengths - Opportunities). Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada diluar perusahaan. 2. Strategi WO (Weaknesses Opportunities). Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan memanfaaatkan peluang-peluang eksternal. 3. Strategi ST (Strengths - Threats). Melalui strategi ini perusahaan berusaha untuk menghindari atau mengurangi dampak dan ancaman-ancaman eksternal dengan menggunakan kekuatan yang dimilikinya. Strategi WT (Weaknesses - Threats). Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal dan berusaha menghindari ancaman. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini juga digunakan data sekunder seperti: data usaha susu kedelai yang berada di Kota Banda Aceh dan data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Aceh, serta sumber terkait lainnya. Tahap analisis adalah suatu kegiatan untuk menentukan klasifikasi data yang lebih 28 Syaifuddin Yana
Analisis Peluang Pasar Dari hasil analisis diperoleh bahwa peluang pasar untuk produk yang berbahan dasar kedelai ini sangatlah besar melihat budaya masyarakat yang konsumtif dan peluang pasar yang menjanjikan. Disisi lain, harga yang murah sehingga dapat dijangkau oleh kalangan menengah ke bawah.
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
Metode pemasaran susu kedelai ini pada umumnya adalah dengan menyebarkan brosurbrosur pada masyarakat pada permulaan usaha serta metode dari mulut kemulut, sehingga dapat membuat para konsumen merasa puas terhadap sajian produk dan citra rasanya yang disuguhkan susu kedelai tersebut dan selanjutnya konsumen menyebarkan informasi tentang susu kedelai yang di konsumsi kepada rekan-rekan, orang terdekat dan orang yang berada di sekitar mereka.
Lokasi/tempat produksi berada ditengahtengah perumahan yang rata-rata tempat kost mahasiswa, dan tidak jauh dengan warung nasi dan kopi disekitaran kota; (f) Tempat penjualan dan konsumen telah tersedia, umumnya dititipkan ke warung nasi, warung kopin, kios dan lainnya dengan ketentuan bagi hasil yang telah disepakati; dan (g) Promosi secara umum memanfaatkan pelanggan tetap, disamping itu kadang kala menggunakan selebaran-selebaran sederhana.
Tingkat Persaingan industri Susu Kedelai di Kota Banda Aceh Berdasarkan data Potensi Industri Kecil Menengah dari Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Aceh tahun 2011 terdapat 2 (dua) buah perusahaan atau industri pengolahan susu kedelai di Kota Banda Aceh yaitu: Perusahaan Bubuk Kedelai Zuhrah dan Usaha Susu Kedelai.
Weaknesses (Kelemahan); (a) Manajemen perusahaan tentunya masih sangat sederhana karena industri rumahan; (b) Produk masih belum bermerek; dan (c) Kurangnya modal untuk mengembangkan usaha, mengingat usaha ini masih berupa industri berskala kecil.
Dengan nilai Produksi kedua perusahaan tersebut mencapai ± Rp. 40.000.000,- /tahun, Nilai Bahan Baku ± Rp. 10.000.000,-/tahun, Nilai Investasi ± Rp. 20.000.000,-/tahun dan Kapasitas Produksi ± 8000 botol/tahun. Analisis Internal dan Eksternal Adapun salah satu cara untuk mendapatkan data adalah dengan menyebarkan kuesioner kepada responden sejumlah 35 (tiga puluh lima) orang diantaranya terdiri dari: Mewakili distributor : Pemilik Toko dan warung-warung terdekat sebanyak 12 orang sebagai penentu bobot. Mewakili konsumen Pelanggan tetap terdiri dari : ibu-ibu rumah tangga sebanyak 8 orang, Mahasiswa/pelajar sebanyak 7 orang, pegawai swasta dan pemerintah sebanyak 8 orang, dimana jawaban mereka dalam bentuk angka (skala) dipakai sebagai penentu rating. Berdasarkan data yang diperoleh, maka analisis internal dan eksternal SWOT sebagai berikut: Faktor Internal Strengths (Kekuatan). Secara umum, kekuatan yang dipunyai oleh Usaha susu kedelai Susu Kedelai adalah: (a) Proses pembuatannya sangat sederhana dan mudah; (b) Cita rasa produk yang khas (berbeda dengan produk lainnya); (c) Tidak memerlukan modah yang besar dan resiko mengalami kerugian relatif kecil; (d) Harga jual murah dan masih sangat terjangkau oleh masyarakat umum; (e)
Faktor Eksternal Opportunities (Peluang): (a) Masih terdapat peluang pasar untuk mendapatkan konsumen yang loyal terhadap produk susu kedelai; (b) Masih belum banyak pemain/pesaing khususnya baik dalam produk susu kedelai ini dan sekaligus pemasaran produknya di Kota Banda Aceh; (c) Permintaan pasar sampai dengan saat ini masih cukup tinggi dan disukai semua kalangan; (d) Keuntungan saat ini, distribusi produk masih banyak dibantu oleh tempat seperti warung nasi, warung kopi, kios dan kedai lainnya yang membantu memasarkan produk tersebut; dan (e) Masih terbuka untuk menggunakan teknologi barunya, khususnya apabila sisi pemodalan sudah cukup ataupun bantuan pihak ketiga seperti pemerintah daerah melalui bantuan kepada usaha kecil menengah. Threats (Ancaman): (a) Kemungkinan perubahan selera konsumen karena banyaknya jenis produk-produk minuman ringan yang serupa atau mirip dengan susu kedelai tersebut; (b) Sampai dengan saat ini, susu kedelai masih ada kelemahan seperti belum dapat disimpan terlalu lama dan akan mengalami rugi jika tidak laku dalam sehari; (c) Masih terdapat banyaknya variasi minuman ringan yang beredar di pasar saat ini; dan (d) Harga bahan baku (kedelai) yang relatif tidak menentu (tidak stabil) bahkan beberapa waktu yang lalu sempat mengalami kelangkaan. Matrik IFAS (Internal Factor Analysis Summary) Setelah faktor-faktor strategis internal suatu perusahaan di indentifikasi, maka kemudian
Pendidikan Berbasis Kompetensi pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
29
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
disusun untuk tabel IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) untuk merumuskan faktor - faktor strategis internal tersebut didalam kerangka Strength (kekuatan) dan weakness (kelemahan). Faktor internal Usaha susu kedelai berdasarkan sampel dari hasil kuesioner dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2. Matriks IFAS Faktor - faktor strategi internal Bobo Rati B x Kekuatan − Proses pembuatan mudah dan 0,15 3 0,44 0,13 2 0,25 − Kualitas rasa produk yang khas 0,11 3 0,34 − Usaha ini lebih fleksibel 0,10 3 0,30 − Modal kecil dan resiko kerugian 0,08 2 0,16 − Harga jual murah 0,09 3 0,27 − Lokasi produksi strategis − Tempat penjualan dan konsumen 0,07 3 0,22 0,06 3 0,19 − Target pasar yang jelas Jumlah ........................................... 0,79 22 2,16 Kelemahan 0,07 2 0,14 − Harga bahan baku tidak stabil 0,05 2 0,10 − Manajemen perusahaan masih 0,05 2 0,10 − Produk tidak bermerek 0,04 1 0,04 − Kurang Modal Jumlah ........................................... 0,21 7 0,37 Total ................................................. 1,00 29,0 2,54 Sumber: Rangkuti (2004, p.25)
Matriks EFAS (External Factor Analysis Summary) Setelah faktor - faktor strategis eksternal suatu perusahaan diindentifikasi, maka kemudian disusun untuk tabel EFAS untuk merumuskan faktor - faktor strategis eksternal tersebut didalam kerangka Opportunities (Peluang) dan Threats (Ancaman). Adapun penilaian terhadap Faktor Eksternal Usaha susu kedelai berdasarkan dari hasil kuesioner, seperti terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 3. Matriks EFAS Faktor - faktor strategi Eksternal Bobot Rating B x Peluang - Peluang pasar terbuka lebar 0,18 3 0,54 - Belum banyak pesaing 0,16 3 0,48 - Permintaan pasar cukup tinggi 0,13 3 0,40 - Ada lembaga fasilitasi 0,13 3 0,38 - Keterbukaan untuk menggunakan 0,10 3 0,31 teknologi dibidang produksi Jumlah........................................... 0,70 15 2,10 Ancaman - Selera konsumen yang selalu 0,10 2 0,19 - Produk tidak bisa disimpan lama 0,08 2 0,15 - Banyaknya variasi minuman 0,07 2 0,15
30 Syaifuddin Yana
- Adanya fluktuasi kenaikan harga bahan baku kedelai
0,06
2
0,11
Jumlah ........................................... 0,30 8 0,60 Total ............................................... 1,00 23,00 2,70 Sumber: Rangkuti (2004, p.24)
Berdasarkan hasil-hasil yang didapat dari analisis internal dan eksternal pada Tabel seperti dituliskan di atas, hasilnya dapat dirangkum sebagai berikut : 1. Skor Total Kekuatan : 2,16 2. Skor Total Kelemahan : -0,37 3. Skor Total Peluang : 2,10 4. Skor Total Ancaman : -0,60 Dari analisis di atas didapat bahwa faktor kekuatan lebih besar dari faktor kelemahan dan pengaruh dari faktor peluang lebih besar dari ancaman. Oleh karena itu posisi usaha susu kedelai terletak pada kuadran I yang berarti pada posisi Pertumbuhan, dimana hal ini menunjukkan kondisi Internal usaha susu kedelai yang kuat dengan lingkungan yang mendukung. Analisis Pemasaran Usaha Susu Kedelai Strategi bauran pemasaran yang dilakukan melalui 4P, yaitu: 1. Product (produk) Produk yang direncanakan untuk diproduksi adalah susu kedelai. Usaha susu kedelai dengan cita rasa yang khas dan dihasilkan oleh usaha kecil yang umumnya masih berbasis rumah tangga. Produk susu kedelai yang diproduksi juga disajikan dengan kualitas yang baik dan nilai gizinya terjamin serta higienis yang dapat terjaga, dimana semua konsep tersebut masih memenuhi kebutuhan konsumen/pelanggan khususnya untuk konsumsi produk susu kedelai. Pemasarannya memiliki ciri-ciri yaitu: - Atribut Produk: dalam hal ini belum ada label - Jenis produknya: biasanya tersedia 3 (tiga) jenis rasa yaitu rasa manis, rasa manis jambu (manis sedang) dan tawar. - Ukuran dan kemasan: umumnya menggunakan botol daur ulang dari teh botol sosro yang isinya ± 200 ml dan juga kemasan kantong plastik yang isinya ± 250 ml. - Mutu Produk: dalam hal ini mutu produk Usaha susu kedelai masih mengolah secara alami tanpa tambahan bahan pengawet, oleh sebab itu produk tidak bisa bertahan
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
lama. 2.
3.
4.
Place (lokasi/distribusi) Strategi untuk distribusi produk susu kedelai ini umumnya dilakukan dengan cara menitipkan di warung nasi, warung kopi, kios-kios dan kantin-kantin baik yang berada di kantor-kantor maupun kampus di universitas baik negeri maupun swasta dengan ketentuan bagi hasil dengan pemilik tempat tersebut. Sedangkan produksi produk susu kedelai ini adalah diproduksi oleh rumah tangga atau masih diperoduksi dalam skala rumah tangga yang berlokasi di Kota Banda Aceh. Price (harga) - Harga jual: harga per kemasan dijual Rp. 4000,- s/d Rp.5000,- tergantung pilihan rasa - Potongan Harga: diberikan discount atau gratis beberapa botol setiap pembelian produk minimal 1 krat (24 botol). - Jangka Waktu Pembayaran: Memberikan keringanan pembayaran dengan cara mengangsur pembayaran bagi yang berlangganan, baik distribusi pada pihak ketiga maupun door to door. Promotion (promosi) Strategi yang dilakukan saat ini, adalah umumnya masih sangat sederhana yaitu dengan personal promotion seperti dari mulut ke mulut, atau door to door yaitu dimana melakukan kontak langsung dengan masyarakat sekitarnya sehingga dapat lebih tahu bahwa disekitar mereka masih terdapat produk minuman lokal yang dijual di pasar dan dapat mereka konsumsi sebagai minuman yang bergizi. Di samping itu juga, promosi dibantu oleh pihak-pihak seperti pemilik warung nasi, kopi, kantin dan kios-kios dimana mereka membantu menyampaikan bahwa masih ada produk lokal yang enak untuk dikonsumsi sebagai minuman sehat dengan disediakan tiga citra rasa. Promosi terakhir yaitu dengan cara melakukan selebaran (leaflet) yang disebarkan ditengah-tengah masyarakat, kadang kala di sekitaran lampu merah yang disebarkan/dibagikan oleh orang yang ditugaskan untuk menyebarkan
selebaran-selebaran tersebut. Analisis SWOT Berdasarkan tabel IFAS dan EFAS di atas maka dapat dibuat Matriks SWOT yang terdiri atas 4 kuadran (9 sel) seperti yang ditunjukkan. Berdasarkan matriks SWOT di bawah ini maka analisa strategiknya adalah sebagai berikut: 1. Pengelolaan dan strategi pemasaran usaha susu kedelai yang dilakukan saat ini adalah sangat kuat dan mendukung untuk pengembangan pasar dan segmennya, akan tetapi kondisi saat ini masih dibatas lokasi atau tempat tertentu saja seperti warung nasi, warung kopi, kios, kantin dan lainnya, dimana masih belum dapat menjangkau areal yang luas karena keterbatasan sumber daya modal dan bahan. Produksi masih terbatas pada permintaan pasar yang ada, walaupun pasar yang lebih luas masih menjanjikan karena besarnya permintaan masyarakat di pasar. Demikian juga pasar di luar Kota Banda Aceh menunjukkan permintaan yang sama. 2. Belum dapat dicapainya pasar yang luas dikarenakan produk susu kedelai karena produk yang ada masih dalam bentuk tidak tahan dalam waktu lama, waktu masa layak minumnya tahan umumnya satu hari saja. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan produk khususnya yang lebih awet dan tahan lama. 3. Meningkatkan kemasan yang lebih baik. Produksi susu kedelai rumah tangga sebaiknya juga tidak hanya pada memproduksi saja, akan tetapi sudah memikirkan pada bagaimana meningkatkan pasar melalui pembelian konsumen. Oleh karena itu juga masih diperlukan untuk membuat produk dengan cita rasa yang unik dan pengembangan pada menambah pilihan rasa lain, membuat merek dagang dan meningkatkan mutu produk sehingga produk lebih nampak menarik. 4. Disisi lain, produser sudah harus mempertimbangkan pelanggan tetap seperti pengunjung warung nasi, warung kopi yang tetap mengkonsumsi susu kedelai dengan pertimbangan seperti harga yang lebih miring, voucer tertentu sehingga mereka masih tetap menjadi pembeli yang setia. 5. Sudah harus mempertimbangkan dengan
Pendidikan Berbasis Kompetensi pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
31
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
diperlukannya media promosi yang lebih luas untuk menarik pembeli dan tentunya distributor maupun pemilik warung nasi, warung kopi, kios dan lainnya untuk menjadi langganan setia untuk memesan produk susu kedelai. Akan tetapi hal ini harus dengan pertimbangkan produk susu kedelai harus dapat tahan dalam waktu lama lagi supaya masih layak dikonsumsi oleh pelanggan. Pengawetan agar dapat tahan beberapa hari produk ini masih dengan cara menyimpan dalam lemari pendidngin.
Di samping itu, harga produk yang relatif lebih mahal sedikit bukanlah menjadi ancaman bagi pesaing lainnya dalam memasarkan produk, karena ancaman dari luar juga tidaklah terlalu tampak/kuat pada saat ini. Disamping itu pelanggan jelas tidak akan mengambil resiko untuk mengganti produknya yang berasal dari produk lain bila telah mengetahui bahwa produk yang dikeluarkan susu kedelai saat ini telah terbukti keunggulannya apalagi dengan dukungan sistem pemasaran yang baik nantinya.
Tabel 4. Matrik SWOT Strategi Pemasaran Usaha susu kedelai Susu kedelai Kekuatan (S) Kelemahan (W) pembuatan mudah 1. Harga bahan baku tidak stabil dansederhana 2. Manajemen perusahaan masih 2. Kualitas rasa produk yang khas sederhana 3.Usaha ini lebih Fleksibel 3. Produk tidak bermerek 4.Modal kecil dan resiko kerugian kecil 4. Kurang Modal 5.Harga jual murah 6. Lokasi produksi strategis Faktor Eksternal 7. Tempat penjualan dan konsumen telah tersedia 8. Target pasar yang jelas Peluang (O) SO Strategi WO Strategi 1. Peluang pasar terbuka lebar 1. Meningkatkan kualitas produk (S2, 1. Prediksi persediaan bahan baku 2. Belum banyak pesaing O1, O2, O3) (W1, O4) 3. Permintaan pasar cukup tinggi dan 2. Meningkatkan promosi melalui 2. Menciptakan kepercayaan dan disukai semua kalangan media tertentu (S7, O4, O5) minat masyarakat (W2, O1, O3) 4. Ada lembaga fasilitasi 3. Memberi label merek dagang 5. Keterbukaan untuk menggunakan (W3, S3) 6. teknologi dibidang produksi 4. Mengajukan modal usaha kepihak-pihak terkait (W4, S4) Ancaman (T) ST Strategi WT Strategi 1. Selera konsumen yang selalu 1. Mencari solusi agar produk bertahan 1. Efisiensi biaya (W1, T2) berubah lama (S2, T2) 2. Menetapkan strategi 2. Produk tidak bisa disimpan lama 2. Mengembangkan variasi produk baru pengembangan produk (W2, 3. Banyaknya variasi minuman (S1, S2, S3, T1, T3) W3, T1, T3) ringan lainnya 3. Pengadaan stok bahan baku yang 4. Adanya kenaikan harga bahan lebih banyak (S4, T4) baku kedelai Faktor Internal
1.Proses
KESIMPULAN Penelitian yang dapat diambil pada penelitian ini yaitu: (1) Minuman yang berbahan dasar dari kacang kedelai masih tergolong langka saat ini dan jarang sekali diproduksi khususnya di Kota Banda Aceh dan sekitarnya, minat pembeli (konsumen) masih relatif tinggi sehingga pasar masih terbuka lebar, karena konsumen umumnya adalah masyarakat menengah kebawah yaitu pelajar, rumah tangga, masyarakat umum lainnya. Hal
32 Syaifuddin Yana
tersebut membuktikan bahwa permintaan dan minat pasar masih tinggi; (2) Strategi untuk meningkatkan pemasaran produk susu kedelai saat ini adalah dengan melakukan strategi penetrasi pasar. Strategi tersebut dilakukan yaitu dengan cara mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk dan tingkat harga yang bersaing agar konsumen dapat tatap loyal pada produk susu kedelai tersebut; (3) Strategi-strategi yang ditempuh pada usaha susu kedelai adalah sangat baik dalam dunia usaha sehingga kendala dan masalah yang
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
dihadapi sangat sedikit masih tetap menjanjikan untuk dilakukan selanjutnya dengan pertimbangan bagaimana mempertahankan pasar dan memperluas pasar di waktu yang akan datang; dan (4) Dari hasil analisis internal dan eksternal perusahaan, posisi titik koordinat Kuadran SWOT terletak pada (1.23;1.32) atau di kuadran I posisi pertumbuhan yang berarti bahwasanya faktor kekuatan lebih besar dari faktor kelemahan dan berarti pengaruh dari faktor peluang lebih besar dari ancaman, dimana hal ini menunjukkan kondisi internal usaha susu kedelai tersebut kuat dengan lingkungan yang mendukung. REFERENSI Basu Swastha dan T. Hani Hondoko,1987. Manajemen Pemasaran, Edisi ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga. Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Aceh, 2011. Data Potensi Industri Kecil Menengah (IKM) Tahun 2011 di Kota Banda Aceh David, F. R. 2006. Manajemen Strategis. Konsep Edisi Sepuluh. Terjemahan. Jakarta: Salemba. Kotler, Philip. 1997. Marketing Management “Analysis, Planning, implementation and Control” (9th ed.). New Jersey: Prentice Hall International, Inc. Pearce, J. dan Robinson, R. 1997. “Manajemen Stratejik Jilid I”. Jakarta: Binarupa Aksara. Rangkuti, Freddy. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Rangkuti, Fredy. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sofyan Assauri, 2004. Manajemen Pemasaran : Dasar, Konsep dan Strategi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Swasta, Basu (1998). Manajemen Pemasaran Modern, Cetakan Keenam. Yogyakarta: Liberty.
Pendidikan Berbasis Kompetensi pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
33
Jurnal Serambi Edukasi│Vol. 1 Edisi Khusus (2013): 34 – 40
ISSN 2338-9397
PENGUKURAN KINERJA PERGURUAN TINGGI SWASTA (PTS) Y DENGAN PENDEKATAN HUMAN RESOURCE SCORECARD (Studi Kasus Terhadap Pegawai pada PTS Y di Banda Aceh) Badaruddin Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi bagian sumber daya manusia pada Perguruan Tinggi (PTS) Y yang berada di Kota Banda Aceh. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini adalah melalui wawancara dan melalui kuesioner yang diberikan kepada karyawan kantor pusat yayasan, yang dimaksudkan untuk dapat mengetahui komitmen dan kepuasaan karyawan di PTS Y tersebut. Metode analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan Metode Human Resource (HR) Scorecard. HR Scorecard kemudian menterjemahkan tujuan strategis organisasi melalui visi dan misi organisasi ke dalam empat perspektif HR Scorecard yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dimana bertujuan untuk mengetahui kontribusi apa saja yang telah diberikan oleh bagian sumber daya manusia pada PTS Y, dan sebaliknya juga berupaya untuk memberikan inisiatif-inisitif yang potensial kepada PTS Y dari berbagai perspektif. Hasil akhir yang diperoleh adalah Bagian sumber daya manusia PTS Y memberikan kontribusi yang signifikan kepada organisasi yaitu ditinjau dari keempat perspektif tersebut. Dari pengukuran tersebut juga, terdapat beberapa indikator pengukuran yang harus ditingkatkan, diperbaiki dan dipertahankan pada masa yang akan datang. Kata Kunci: Perspektif keuangan, pelanggan, bisnis internal, perspektif pembelajaran, HR Scorecard.
PENDAHULUAN Dunia pendidikan pada saat ini dituntut untuk dapat lebih profesional dan memberikan pelayanan yang optimal khususnya dalam hal peningkatan kinerja pendidikan di dalam institusi. Dengan demikian maka, suatu organisasi/institusi diharapkan dapat menciptakan kinerja karyawan yang tinggi untuk pengembangan institusi tersebut. Suatu organisasi harus mampu membangun dan meningkatkan kinerja di dalam lingkungannya. Keberhasilan organisasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah yang merupakan faktor penting adalah sumber daya manusia, karena sumber daya manusia merupakan pelaku dari keseluruhan tingkat perencanaan sampai dengan evaluasi yang mampu memanfaatkan sumber daya lainnya yang dimiliki oleh organisasi atau institusi di dalam perguruan tinggi. Keberadaan sumber daya manusia di dalam suatu organisasi
34
memegang peranan sangat penting. Tenaga kerja memiliki potensi yang besar untuk menjalankan aktivitas organisasi. Sumber daya manusia memainkan peranan yang penting terhadap langkah maju atau mundurnya kinerja dalam suatu organisasi atau institusi. Sumber daya manusia juga sangat mempengaruhi keberhasilan suatu organisasi untuk melangkah maju dan bersaing di jaman globalisasi seperti saat ini. Oleh karena itu, potensi setiap sumber daya manusia yang ada di dalam suatu organisasi harus dapat dioptimalkan atau dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sehingga mampu untuk memberikan suatu output yang optimal bagi organisasi tersebut. Dengan demikian maka, tercapai atau tidaknya tujuan organisasi tidak hanya tergantung pada modernisasi suatu peralatan, sarana dan prasarana yang lengkap, tetapi justru lebih tergantung pada manusia yang melaksanakan pekerjaan tersebut. Keberhasilan suatu organisasi juga sangat
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
dipengaruhi karyawannya.
oleh
kinerja
individu
Widarsono (2009) dalam penelitiannya, menyimpulkan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai peran penting yang sangat besar yang mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam menghadapi pasar global dan kompetisi. SDM merupakan kunci keberhasilan perusahaan di dalam organisasi perusahaan, karena pada dasarnya SDM yang merancang, memasang, mengoperasikan dan memelihara sistem integral dari perusahaan (Nasution, 2008). Disamping itu, menurut Dharma (2001), dalam perkembangan organisasi dan ekonomi baru, penciptaan nilai suatu organiasi didominasi oleh SDM dan intangible assets lainnya, oleh sebab itu diperlukan pengukuran terhadap strategi SDM. Menurut Becker, Huselid dan Ulrich (2009), SDM merupakan aset strategi karena merukapan sumber daya dengan kapabilitas yang sulit untuk ditiru, langka, tepat, dan istimewa yang memberikan keunggulan kompetitif pada perusahaan. Secara sederhana aset strategi menjaga perusahaan untuk tetap kompetitif dalam jangka waktu lama, namun sukar untuk ditiru. Penilaian kinerja dalam suatu institusi baik dalam pemerintah maupun swasta sudah banyak dibahas dan diterapkan pada kegiatan administrasi perkantoran saat ini. Seberapa baik pengukuran kinerja yang diterapkan pada suatu institusi adalah sangat ditentukan juga metoda, oleh siapa dan bagaimana institusi dalam melakukan penilaian kinerja di institusi tersebut. Dharma (2003: 355) menyampaikan bahwa, “Hampir semua cara pengukuran kinerja mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut”: Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Pengukuran kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan kegiatan. Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran ”tingkat kepuasan”, yaitu seberapa baik penyelesaiannya. Ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan. Berdasarkan pandangan di atas, pengukuran kualitatif yang mencerminkan bagaimana
penyelesaian akhir kerja oleh si pegawai yang akan dinilai adalah mencerminkan kepada tingkat hasil kerja terhadap pegawai yang sedang dinilai atau di evaluasi kinerjana. Bagaimana melakukan secara detail, oleh siapa dan kapan saatnya, hal tersebut memegang peranan penting dalam suatu periode evaluasi penilai kinerja terhadap pegawai dalam suatu institusi. Selanjutnya Mangkunegara (2006), menyam-paikan bahwa kinerja SDM adalah merupakan prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Mangkunegara juga menambahkan pendapat Kusriyanto yang menyatakan bahwa kinerja adalah perban-dingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja perusahaan per satuan waktu. Kinerja berasal dari kata performance. Sementara performance itu sendiri diartikan sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja merupakan implementasi dari perancanaan yang telah disusun tersebut. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi dan kepentingan” (Wibowo, 2007: 4). Penilaian kinerja menurut Mondy dan Noe (1993:394) merupakan suatu sistem formal yang secara berkala digunakan untuk mengevaluasi kinerja individu dalam menjalankan tugas-tugasnya. Sedangkan menurut Mejia, et al. (2004:222-223) menyampaikan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu proses yang terdiri dari: (1) Identifikasi, yaitu menentukan faktor-faktor kinerja yang berpengaruh terhadap kesuksesan suatu organisasi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengacu pada hasil analisa jabatan; (2) Pengukuran, merupakan inti dari proses sistem penilaian kinerja. Pada proses ini, pihak manajemen menentukan kinerja pegawai yang bagaimana yang termasuk baik dan buruk. Manajemen dalam suatu organisasi harus melakukan perbandingan dengan nilai-nilai standar atau memperbandingkan kinerja antar pegawai yang memiliki kesamaan tugas; dan (3) Manajemen, proses ini merupakan tindak lanjut dari hasil penilaian kinerja. Pihak manajemen harus berorientasi ke masa depan untuk meningkatkan potensi pegawai di organisasi yang bersangkutan. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian umpan balik dan pembinaan untuk meningkatkan kinerja pegawainya.
Pengukuran Kinerja Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Y dengan Pendekatan Human Resource Scorecard
35
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
Penilaian kinerja menurut Werther dan Davis (1996:342) mempunyai beberapa tujuan dan manfaat bagi organisasi dan pegawai yang dinilai, yaitu: (1) Performance Improvement. Yaitu memungkinkan pegawai dan manajer untuk mengambil tindakan yang berhubungan dengan peningkatan kinerja; (2) Compensation adjustment. Membantu para pengambil keputusan untuk menentukan siapa saja yang berhak menerima kenaikan gaji atau sebaliknya; (3) Placement decision. Menentukan promosi, transfer, dan demotion; (4) Training and development needs mengevaluasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan bagi pegawai agar kinerja mereka lebih optimal; (5) Carrer planning and development. Memandu untuk menentukan jenis karir dan potensi karir yang dapat dicapai; (6) Staffing process deficiencies. Mempengaruhi prosedur perekrutan pegawai; (7) Informational inaccuracies and job-design errors. Membantu menjelaskan apa saja kesalahan yang telah terjadi dalam manajemen sumber daya manusia terutama di bidang informasi job-analysis, job-design, dan sistem informasi manajemen sumber daya manusia; (8) Equal employment opportunity. Menunjukkan bahwa placement decision tidak diskriminatif; (9) External challenges. Kadang-kadang kinerja pegawai dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti keluarga, keuangan pribadi, kesehatan, dan lain-lainnya. Biasanya faktor ini tidak terlalu kelihatan, namun dengan melakukan penilaian kinerja, faktor faktor eksternal ini akan kelihatan sehingga membantu departemen sumber daya manusia untuk memberikan bantuan bagi peningkatan kinerja pegawai; dan (10) Feedback. Memberikan umpan balik bagi urusan kepegawaian maupun bagi pegawai itu sendiri. Berdasarkan beberapa pendapat ahli yang telah diuraikan di atas terhadap pengertian penilaian kinerja, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu sistem penilaian secara berkala dalam periode tertentu terhadap kinerja pegawai yang mendukung kesuksesan suatu organisasi atau yang terkait dengan pelaksanaan tugasnya. Proses penilaian dilakukan dengan membandingkan capaian kinerja pegawai terhadap standar yang telah ditetapkan atau memperbandingkan kinerja antar pegawai yang memiliki kesamaan tugas.
36 Badaruddin
Banyak metode dalam penilaian kinerja yang bisa dipergunakan, namun secara garis besar dibagi menjadi dua jenis, yaitu past oriented appraisal methods (penilaian kinerja yang berorientasi pada masa lalu) dan future oriented appraisal methods (penilaian kinerja yang berorientasi ke masa depan), (Werther dan Davis, 1996:350). Past based methods adalah penilaian kinerja atas kinerja seseorang dari pekerjaan yang telah dilakukannya. Kelebihannya adalah jelas dan mudah diukur, terutama secara kuantitatif. Kekurangannya adalah kinerja yang diukur tidak dapat diubah sehingga kadang-kadang justru salah menunjukkan seberapa besar potensi yang dimiliki oleh seseorang. Selain itu, metode ini kadang-kadang sangat subyektif dan banyak biasnya. Future based methods adalah penilaian kinerja dengan menilai seberapa besar potensi pegawai dan mampu untuk menetapkan kinerja yang diharapkan pada masa datang. Metode ini juga kadangkadang masih menggunakan past method. Catatan kinerja juga masih digunakan sebagai acuan untuk menetapkan kinerja yang diharapkan. Kekurangan dari metode ini adalah keakuratannya, karena tidak ada yang bisa memastikan 100% bagaimana kinerja seseorang pada masa datang. Pengklasifikasian pendekatan penilaian kinerja oleh Wherther di atas berbeda dengan klasifikasi yang dilakukan oleh Kreitner dan Kinicki (2000). Berdasarkan aspek yang diukur, Kreitner dan Kinicki mengklasifikasikan penilaian kinerja menjadi tiga, yaitu: pendekatan trait, pendekatan perilaku dan pendekatan hasil. Pendekatan trait adalah pendekatan penilaian kinerja yang lebih fokus pada orang. Pendekatan ini melakukan perankingan terhadap trait atau karakteristik individu seperti inisiatif, loyalitas dan kemampuan pengambilan keputusan. Pendekatan trait memiliki kelemahan karena ketidakjelasan kinerja secara nyata. Pendekatan perilaku, pendekatan ini lebih fokus pada proses dengan melakukan penilaian kinerja berdasarkan perilaku yang tampak dan mendukung kinerja seseorang. Sedangkan pendekatan hasil adalah pendekatan yang lebih fokus pada capaian atau produk. Metode penilaian kinerja yang menggunakan pendekatan hasil seperti metode management by objective (MBO), (Kreitner dan Kinicki, 2000:303-304).
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
Menurut Brian E. Becker, Mark A Huselid & Dave Ulrich (2009, pxii) human resource scorecard adalah kapasitas untuk merancang dan menerapkan sistem pengukuran SDM yangstrategis dengan merepresentasikan “alat pengungkit yang penting” yang digunakan perusahaan untuk merancang dan mengerahkan strategi SDM yang lebih efektif secara cermat. Hasil penelitian Puspita (2008), ”Human Resource Scorecard dalam Pendidikan Nonformal dan Informal” menyatakan bahwa perlu dilakukan pengukuran terhadap kinerja SDM, yang salah satunya menggunakan pendekatan HR Scoredcard. Dengan menggunakan pendekatan ini, organisasi pendidikan nonformal dan informal dapat merancang strategi untuk kinerja yang unggul yang umumnya menuntut investasi yang signifikan pada orang, sistem dan proses yang mampu membangun kemampuan organisasi untuk terus bertumbuh dan berkembang. Berdasarkan penelitian Gabcanova Iveta (2012) yang berjudul ”Human Resources Key Performance Indicators” Key performance indicators (KPI) mencerminkan kinerja organisasi. Peta strategi yang mana merupakan bagian penting dalam HR Scorecard dan Tabel 1. Perspektif HR Scorecard Perspektif Perspektif Proses Pembelajaran dan Bisnis Internal Pertumbuhan - Kemampuan - Inovasi Karyawan - Proses - Kemampuan Sistem - Pelayanan Informasi (Masruroh, 2008) - Motivasi - Pemberdayaan - Kesesuaian dengan standar kinerja
menjadi dasar dalam menspesifikasikan KPI. Tujuan utama organisasi harus memiliki HR Scorecard yang manageable dan berkelanjutan dengan KPI yang nyata dan dapat diukur. Dari kedua penelitian sebelumnnya diatas, jika dibandingkan dengan penelitian sekarang mempunyai nilai lebih, yaitu dilakukannya penerapan perancangan HR Scorecard atas teori-teori yang diambil dari penelitian sebelumnya, yang mana belum diterapkan pada penelitian tersebut. Menurut Masruroh (2008), dengan menggunakan HR Scorecard terdapat empat perspektif yang dapat kita lihat: (1) Perspektif Keuangan. Tolok ukur keuangan untuk memberi ringkasan dari konsekuensi ekonomis dari kebijakankebijakan yang telah diambil; (2) Perspektif Pelanggan. Tolok ukur karyawan sebagai aset, sebagai pengguna dari implementasi strategi sumber daya manusia; (3) Perspektif Proses Bisnis Internal. Fokus pada proses internal yang memberikan dampak kepuasan pelanggan dan mencapai tujuan finansial perusahaan; dan (4) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan fokus pada sistem dan strategi untuk pengembangan sumber daya manusia.
Perspektif Pelanggan
Perspektif Keuangan
- Market Share - Cost Effectiveness - Customer Acquisition - Customer Retention - Customer Satisfaction - Customer Profitability
Sumber: Puspita, 2008
Berdasarkan pada paparan di atas, penelitian terhadap penilaian kinerja pada perguruan tinggi swasta (PTS Y) dengan pendekatan penilaian kinerja atau capaian kinerja pegawai dengan pendekatan human resources scorescard adalah menarik untuk ditelaah.
untuk mengetahui apa yang harus dilakukan bagian Sumber Daya Manusia untuk mempertahankan atau meningkatkan kontribusinya.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kontribusi bagian Sumber Daya Manusia pada PTS Y yang diukur dengan menggunakan Metode Human Resource Scorecard; dan
Model Optimasi Tujuan organisasi akan tercapai bila kinerja karyawan di bagian sumber daya manusianya berjalan dengan baik. Di dalam kinerja bagian
METODE PENELITIAN
Pengukuran Kinerja Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Y dengan Pendekatan Human Resource Scorecard
37
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
sumber daya manusia terdapat empat perspektif yang diukur yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Key Performance Indicators terdapat di dalam
empat perspektif tersebut. Bila, hasil Key Performance Indicators mencapai target, tentunya akan mempengaruhi kinerja sumber daya manusia berjalan dengan baik dan akan tercapainya tujuan organisasi.
Tabel 2. Perspektif, Penetapan Kriteria Optimasi dan Pengembangan Alternatif Solusi
- Turnover rates - Absence rate - Workers’s comp payroll rate - Lost work day rate - ROI - Completed Actions
-
Pengembangan Alternatif Solusi diminimalkan diminimalkan diminimalkan diminimalkan dimaksimalkan ditingkatkan
-
-
ditingkatkan diminimalkan dipersingkat ditingkatkan diminimalkan dipersingkat dimaksimalkan diminimalkan diminimalkan diminimalkan diminimalkan diminimalkan ditingkatkan ditingkatkan ditingkatkan ditingkatkan diminimalkan
Perspektif Keuangan
Pelanggan Proses Bisnis Internal
Pertumbuhan dan Pembelajaran
Penetapan Kriteria Optimasi
Staff opinion survey results Turnover rates Time to fill a job vacancy Completed action Key position turnover Time to fill key positions ROI Keluhan karyawan Workers’s comp cost Employee’s claims Customer satisfaction survey Customer satisfaction survey scores HR skills learning plans completed Courses delivered Staff opinion survey results Staff opinion survey scores Turnover
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis berdasarkan perspektif dan kriteria optimasi dapat diamati pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 3. Perspektif, Penetapan Kriteria Optimasi dan Analisis Perspektif Keuangan
Penetapan Kriteria Optimasi - Turnover rates
- Absence rate
- Workers’s comp payroll rate
- Lost work day rate
38 Badaruddin
Analisis - Turnover telah berhasil di bawah target dikarenakan 36 dari 41 karyawan (87,8% dari total jumlah karyawan) merasa puas bekerja di PTS. Y. - Sebagian bersar Absence rate yang menjadi masalah di dalam PTS, dikarenakan izin sakit, karyawan yang mengambil cuti dan kelalaian dalam hal absensi yang tidak teratur. - Bagian sumber daya manusia telah memberikan kontribusi dengan meminimalisir biaya-biaya yang tidak perlu yang berhubungan dengan HR.. - Bagian SDM telah memberikan insentif kepada karyawan yang bekerja lembur dan selalu mengevaluasi capaian sasaran masing-masing seksi sehingga pekerjaan bisa terselesaikan dengan efektif dan efisien.
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
- ROI
Pelanggan
- Completed Actions
Proses Bisnis Internal
-
Staff opinion survey results
-
Time to fill a job vacancy
-
Key position turnover
-
Time to fill key positions
-
Keluhan karyawan
-
Workers’s comp cost
-
Employee’s claims
-
Customer satisfaction survey
Pertumbuhan dan Pembelajaran -
HR skills learning plans completed
Courses delivered
KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Perspektif Keuangan. Kontribusi bagian sumber daya manusia dalam mengurangi biaya yang tidak perlu yang berhubungan dengan HR dan dalam meningkatkan nilai dan ROI HR
- Beberapa kegiatan yang dapat menambah pendapatan organisasi seperti pelatihan, seminar, dan lainnya sesuai dengan core kegiatan pendidikan PTS di optimalkan disamping menarik minat calon mahasiswa baru, sehingga menambah peningkatan pendapatan PTS, berarti organisasi telah berhasil meningkatkan labanya sehingga tujuan strategis PTS telah tercapai. - Rencana kerja tahunan bagian sumber daya manusia sudah terselesaikan maka akan meningkatkan kemampuan karyawan bagi PTS ke arah yang lebih profesional. - Melakukan kegiatan yang berkaitan dengan promosi universitas untuk menarik calon mahasiswa baru yang berkuliah di PTS. Y. - Bertambahnya jumlah mahasiswa yang mendaftar setiap tahunnya dalam 5 tahun terakhir yaitu melebihi 10%. - Hasil staff opinion survey menunjukkan angka 3.74 yang sudah mendekati target organisasi sebesar 4. Ini berarti bahwa Bagian Sumber Daya Manusia telah berhasil meningkatkan kepuasan karyawannya. - Time to fill a job vacancy yang tidak melebihi target organisasi yakni 3 hari karena PTS lebih memprioritaskan pada internal recruitment. - Key postion turnover yang rendah yakni tidak ada karyawan diposisi kunci yang meninggalkan perusahaan dalam hampir 5 tahun terakhir. - Time to fill key position menjadi 0 hari di karenakan tidak ada posisi yang meninggalkan perusahaan. - Tidak ada keluhan karyawan secara signifikan, organisasi juga bersikap adil karena PTS tidak membedakan karyawan berdasarkan ras, gender, dan dengan tidak terdapat keluhan dari karyawan. - Bagian sumber daya manusia telah memberikan kontribusi yang baik pada worker’s comp cost. - Tidak ada klain dari karyawan, PTS memberikan ruang yang sebesar-besarnya agar karyawan terlibat aktif dalam penyelesaian pekerjaan yang menyangkut civitas akademik. - Customer saticfaction survey (jumlah Keluhan eksternal termasuk mahasiswa) relatif tidak ada, karena hanya sedikit keluhan dalam periode waktu berjalan yang di dapat oleh PTS. - Bagian sumber daya manusia telah berhasil menerapkan HR Skill learning plans complete untuk peningkatan kinerja karyawan secara berkesinambungan. - Courses delivered yang terlaksana oleh perusahaan mencapai 40,5% (1 latihan) di tahun 2011, 70% (3 latihan) di tahun 2012, dan 100% (5 latihan) di tahun 2013.
adalah cukup baik yang terus meningkat dari tahun ke tahun berikutnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil semua pengukuran yang dilakukan, hanya terdapat satu pengukuran yang belum mencapai target perusahaan yakni absence rate. Bagian Sumber Daya Manusia memberikan kontribusi cukup baik dalam mencapai tujuan strategis PTS yakni
Pengukuran Kinerja Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Y dengan Pendekatan Human Resource Scorecard
39
ISSN 2338-9397 ©Jurnal Serambi Edukasi, Vol.1 Edisi Khusus Tahun 2013
mendorong untuk peningkatan kinerja organisasi dan sekaligus peningkatan pendapatan yang signifikan; (2) Perspektif Pelanggan. Kontribusi Bagian Sumber Daya Manusia dalam meningkatkan kepuasan pihak eksternal dan pelanggan dalam hal ini termasuk mahasiswa yang ditandai dengan bertambahnya jumlah mahasiswa dari tahun ke tahun, hal ini dapat dilihat dari completed action yang sudah terselesaikan di 5 tahun terakhir sampai tahun 2013, seperti peningkatan jumlah mahasiswa yang mendaftar ke PTS dalam kurun waktu 5 tahun terakhir melebihi dari 10%. Departemen Sumber Daya Manusia dalam mencapai tujuan strategis organisasi yaitu tingkat kepuasan eksternal dan termasuk mahasiswa yang tinggi dan mendapatkan kepercayaan yang tinggi harus ditingkatkan. (3) Perspektif Proses Bisnis Internal. Kontribusi Bagian Sumber Daya Manusia telah memberikan kontribusi yang baik. Hal ini dapat dilihat dari pengukuran yang mencapai dan mendekati target organisasi yang bertujuan strategis organisasi yakni memberikan pelayanan yang berkualitas dan meningkatkan kualitas jasa yang dikelola; dan (4) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan. Kontribusi bagian sumber daya manusia dalam meningkatkan pengetahuan dan skill karyawan, meningkatkan komitmen staff HR dan membuat model manajemen kinerja dan komunikasi di dalam HR cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengukuran yang mendekati target PTS. Dan tujuan strategis organisasi yakni meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
REFERENSI Becker, Brian E., Huselid, Mark A., & Ulrich, Dave (2009). The HR Scorecard: Mengaitkan Manusia, Strategi, dan Kinerja. Jakarta: Erlangga. Becker, Huselid dan Ulrich (2009). The HR Scorecard: Mengaitkan Manusia, Strategi dan Kinerja. Terjemahan: Rahadyato Basuki. Jakarta: Erlangga. Dharma, Surya dan Yuanita sunatrio (2001). Human Resource SCORECARD: Suatu Model Pengukuran Kinerja SDM. USAHAWAN NO. 11 TH XXX November 2001
40 Badaruddin
Dharma, Agus (2003). Manajemen supervisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Iveta, Gabcanova (2012). Human Resources Key Performance Indicators. Journal of Competitiveness, 3(1):117-128 Kreitner, Robert dan Kinicki, Angelo (2003). Perilaku Organisasi, Edisi Pertama, Alih Bahasa Erly Suandy. Jakarta: Salemba Empat. Mangkunegara, Anwar Prabu (2006). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Refika Aditama. Mondy, R.W. & Noe, R.M (1993). Human Resources Management. 5th edition. Massachuset: Simon and Schuster Nasution,
Harmein (2008). Proses Pengelolaan Sumber Daya Manusia. Medan: USU Press.
Nasution, Harmein (2012). Penilaian Aspek Perilaku dan Hasil Kerja Melalui Motivasi Kerja Dosen. Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 5, No. 2 Juni 2012. Nisa, Masruroh (2008). Pengukuran Kinerja Menggunakan Human Resources Scorecard dalam rangka Meningkatkan Kinerja di PT. Rajawali Tanjungsari. Tekmapro: Journal of Industrial Engineering and Management, Vol.3, No.1. pp. 93-105. Puspita,
Widya Ayu. Human Resource Scorecard dalam Pendidikan Nonformal dan Informal. Jurnal Ilmiah VISI PTKF-PNF, Vol 3, No. 2- 2008
Weather, William B. Dan Davis, Keith, 1996. Human Resource and Personnel Management, 5th ed. New York: McGrawhill. Wibowo, 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Press. Widarsono, Agus. 2009. Human Resources Scorecard: Linking People, Strategy And Performance (Suatu Model Pengukuran Kinerja SDM). Fakultas Pendidikan Ekonomi & Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.